Anda di halaman 1dari 23

Gambaran Laboratorium Penyakit Sistem Respirasi

Pendahuluan
Tujuan Umum Kuliah Hari Ini:
Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan prosedur tes –tes laboratorium untuk penyakit
sistem respirasi, terutama penyakit dengan kompetensi 4 dan 3 (3a, 3b).
Tujuan Khusus Kuliah Hari Ini:
Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan prosedur (pra analitik, analitik dan pasca analitik)
dari pemeriksaan sputum BTA, analisa cairan pleura, analisa gas darah dan darah rutin terkait
dengan pemeriksaan penyakit sistem respirasi.
Mahasiswa mampu memahami dan menjalankan peran, tugas serta fungsinya sebagai dokter
yang akan meminta pemeriksaan laboratorium untuk kepentingan tes skrining, tes diagnostik,
monitoring terapi maupun tes prognostik sesuai dengan indikasi klinis pasien.
Mahasiswa sekaligus mampu memahami dan menjalankan peran, tugas dan fungsinya sebagai
dokter umum yang akan bertanggung jawab terhadap prosedur pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan keterampilan klinik kemampuan 4 yang tercantum dalam Standar Nasional
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.
Mahasiswa mampu mengambil pelajaran hidup dan hikmah dari kesabaran dan ketekunan
mendiagnosis penyakit serta merawat pasien.

Spesimen Pemeriksaan Lab. Patologi Klinik untuk Penyakit Respirasi:


• Sputum (dahak)  BTA
• Cairan pleura  Transudat-Eksudat
• Darah Vena  Darah Rutin
• Darah Arteri  Analisis Gas Darah (AGD)

Daftar Masalah (SKDI 2012)

Pneumonia
Pemeriksaan laboratorium
¡ Terdapat peningkatan jumlah lekosit, 10.000/ul-30.000/ul,
¡ Hitung jenis lekosit terdapat pergeseran ke kiri
¡ Terjadi peningkatan LED.
¡ Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita pneumonia akibat bakteri yang tidak
diobati.
¡ Kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar ureum darah, akan tetapi kreatinin masih
dalam batas normal.
¡ Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.

TB Paru
Pemeriksaan Laboratorium
¡ Pemeriksaan  bakteriologi
¡ untuk  menemukan  kuman  tuberkulosis  mempunyai  arti  yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosa.
Bahan - Bahan atau spesimen untuk pemeriksaan bakteriologi
Untuk  mendapatkan  hasil  yang  diharapkan  perlu  diperhatikan  waktu  pengambilan, 
tempatpenampungan,  waktu  penyimpanan  dan  cara 
pengiriman  bahan  pemeriksaan.
     Pada pemeriksaan laboratorium tuberkulosis ada beberapa macam bahan pemeriksaan
yaitu:
1. Sputum (dahak)
Memeriksa sputum  secara  mikroskopis pada  3 spesimen  yang di  kenal dengan  istilah SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu)
Sputum  yang  baik  untuk  diperiksa  adalah    yang  mukopurulen  bukan  ingus  juga  bukan 
ludah,  jumlahnya  3-5ml  tiap pengambilan.
 Pada  orang  dewasa  harus  diperiksa  3  spesimen  dahak  dalam  waktu  2  hari  berturut-
turut.
-sewaktu  :  Dahak  di  kumpulkan  pada  saat  suspek  TBC  datang berkunjung pertama  kali
datang   pelayanan kesehatan. Pada saat pulang suspek membawa sebuah pot untuk
mengumpulkan dahak hari kedua.
- pagi:  Dahak  dikumpulkan di  rumah pada  pagi  hari  kedua, segera  setelah bangun  tidur.Pot
tersebut diantar sendiri ke laboratorium pelayanan kesehatan.
  -sewaktu : Dahak  di  kumpulkan  pada  hari  pada  saat  menyerahkan dahak  pagi kepada
pihak pelayanan kesehatan
2. Cairan Pleura
       Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis
3. Liquor cerebrospinal
4. Bilasan bronkus,
5. Bilasan lambung
         Air  kuras  lambung, Umumnya  anak-anak  atau  penderita yang tidak dapat
mengeluarkandahak.  Tujuan  dari  kuras  lambung  untuk  mendapatkan  dahak 
yang  tertelan. Dilakukan  pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan
6. Urin Air  Kemih,  Urin  pagi  hari,  pertama  kali  keluar,  merupakan  urin  pancaran tengah.
          Sebaiknya urin kateter.
7.jaringan biopsi.
           Pemeriksaan  ini  dilakukan  untuk membantu  menegakkan diagnosis  tuberkulosis. 
Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi
8.kurasan bronkoalveolar,

a.Pemeriksaan Mycobacterium
¡ Pemeriksaan  sputum(dahak)  mikroskopis langsung  dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen
 Basil Tahan Asam  yang  memegang peranan  utama  dalam  diagnosis  TB  Paru. Selain
tidak  memerlukan  biaya  mahal, cepat,  mudah  dilakukan,  akurat, pemeriksaan  mikroskopis 
merupakan teknologi diagnostik  yang paling sesuai  karena mengindikasikan derajat penularan,
risiko kematian serta prioritas pengobatan.
  

b. Pemeriksaan biakan kuman


Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jensen. 
Dapat  pula  Middlebrook  JH11. Untuk  perbenihan  kaldu  dapat dipakai Middlebrook JH9 dan
JH 12. Melakukan  pemeriksaan  biakan  dimaksudkan  untuk  mendapatkan  diagnosis  pasti 
dan dapat  mendeteksi  mikobakterium  tuberkulosis  dan  juga Mycobacterium Other  Than
Tuberculosis (MOTT)
c. Uji  kepekaan (sensitivitas)
kuman  terhadap  obat  anti  tuberkulosis
Tujuan  dari  pemeriksaan   ini, mencari obat-obatan yang TEPAT  untuk terapi penyakit
tuberkulosis.

Asma Bronkhiale
Pemeriksaan Laboratorium
¡ Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi
¡ Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan pemberian
kortikosteroid.
¡ Analisa gas darah
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.
Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pada
asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan
terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal
atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.

PPOK
Pemeriksaan Laboratorium:
¡ Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia
kronik)
¡ Apusan sampel dahak, kultur, dan tes sensitivitas antibiotik: berguna pada kasus dengan
eksaserbasi yang dipicu oleh bakteri.
¡ Analisis gas darah:
seringnya normal, pada kasus yang berat dapat ditemukan hipoksemia.

Bronkhitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa Gas Darah menunjukkan adanya hipoksia dan hiperkapnia
2. Foto thorax tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan terjadinya penurunan
kapasitas paru.
3. Laboratorium Hematrokrit dan Hb meningkat.
4. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a.   Tes fungsi paru-paru
b.   Gas darah arteri
c.    Rontgen dada
d. Pemeriksaan sputum (menunjukkan adanya mikroorganisme patogen seperti spesies
Streptococcus)

Bronkiolitis
Pemeriksaan Laboratorium
¡ Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit biasanya normal. Pada pasien
dengan peningkatan lekosit biasanya didominasi oleh PMN dan bentuk batang.
¡ Kim dkk (2003) mendapatkan bahwa ada subgrup penderita bronkiolitis dengan
eosinofilia.
¡ Analisa gas darah dapat menunjukkan adanya hipoksia akibat V/Q mismatch dan
asidosis metabolik jika terdapat dehidrasi.

Pemeriksaan dan Interpretasi Cairan Pleura


Cairan Pleura
Pemeriksaan Dahak
Isi dahak
• selaput lendir (mukosa) trakea dan bronkus,
• Farings & bagian belakang rongga hidung
• efusi yang berasal dari paru
• ludah.
Pengumpulan spesimen
• Pagi hari atau 24 jam
• Dibatukkan, bukan diludahkan!
• Perlu bantuan rangsangan: aerosol/ larutan hipertonik
Wadah
• Bersih dan suci-hama
• Mulut-lebar
• Bertutup ketat
Keberhasilan pemeriksaan
• tuang spesimen  ke cawan petri membentuk lapisan tipis amati dengan cermat
seluruh permukaan
• loupe
• latar belakang-hitam di bawah cawan petri
• pilih bagian yg mencurigakan  pindahkan ke kaca objek yang  ditutup  diperiksa
dibawah mikroskop (sediaan tanpa warna)
• sediaan dikeringkan  pulasan Gram, Wright, Ziehl-Nelson sesuai keperluan
Pemeriksaan Mikroskopis
• 1.Jumlah
• Jumlah 24 jam sangat bervariasi.
• Tuberkulosis masih dini: jumlah sangat sedikit
TBC lanjut+ kavitas: sangat banyak1 Liter
• Bronkiektasis, udem paru, abses (pecah), empiema: banyak
• Bronkitis akut, pneumonia: “moderate”
• 2.Warna
• Campuran mucus & pus variasi warna; transparentopaque
• Pus hijau-kuning TBC lanjut
• Merah cerah, bercak/lapis  TBC dini, luas; bronkiektasis
• Merah karat lobar pneumonia
• Hijau cerah Icterus, pneumonia, infark paru
• Coklat  dekompensasi jantung
Pemeriksaan Mikroskopis
• 3.Konsistensi
•  serous, mucous, purulent seropurulent  mucopuruklent
• Lobar pneumonia
• rusty, sputum crudum
• Early acute bronchitis & asthma
• Lendir kental
• Pulmonary edema
• Cair/serous + noktah darah

Diagnosis / lapisan
¡ Bronkiektasis, Ganggren, Abses

• 5.Dittrich plug
• Massa keju, kekuningan/ kelabu
• Kepala jarumkacang
• Jarang dilihat, terlontar bersama ludah
•Gerus  bau tengik/ busuk
•Mikroskop: debris granuler butir lemak, kristal asam lemak
•Pada
• Bronkiktis (putrid bronchitis), bronkiektasis
• Orang sehat
• 6.Pneumolith, Lungstone
• Nodul kecil, massa-berkapur
• Kalsifikasi jaringan paru pada TBC
• Kadang2 ada benda asing
• Ulserasi bronkus hemoptysis
Pemeriksaan Dahak
• Bronchial casts
• Isi fibrin, putih agak kelabu, bisa merah-coklat
• Bentuk bercabang-cabang
• Ada darah/lendirmelentur/ meleng kung bola-bola kecil, saling-silang
• Lihat jelas: Apung, latar-belakang hitam dan Loupe
• Torak bronki dijumpai pada pasien-pasien dengan pneumonia lobar, bronkitis
fibrinosa dan difteri.
• Elastic fibers
• Petunjuk ada kerusakan jaringan paru
• Isi fibrin, putih agak kelabu, bisa merah-coklat
• Bentuk ramping, sangat refraktif,benang-benang bergelombang dgn double
contour, dan ujungnya bergulung, lengkungan tidak tajam, diameter uniform
• Tunggal atau berkelompok

Penuntun Praktikum Sistem Respirasi


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA
Pada keadaan normal, rongga pleura yang berada di antara pleura visceralis dan parietalis
hanya mengandung sedikit cairan, yaitu ±1-10 cc. Cairan pleura ini berfungsi sebagai pelicin
gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu bernapas.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang
abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 kelompok besar menurut jenis cairan pleura, yaitu:
1. Efusi transudat, disebabkan oleh penyakit non-infeksi, misalnya payah jantung, sirosis
hepatis, dll.
2. Efusi eksudat, disebabkan oleh penyakit infeksi, terutama infeksi M.tuberculosis.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan efusi pleura, antara lain :


1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau pleuritis
2. Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia
3. Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya tekanan vena, misalnya pada payah
jantung kongestif, dimana kadar protein sangat bervariasi tergantung pada hambatan aliran
limfe karena hipertensi vena
4. Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis
5. Peningkatan tekanan negative intrapleura, seperti atelektasis
6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura
7. Obat-obatan, misalnya hidralazin, isoniazid, fenitoin, bromokriptin, dan prokainamid

Indikasi pengambilan cairan pleura :


1. Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat atau eksudat)
2. Untuk mengurangi gejala klinik, misalnya dispneu, perut rasa sesak atau sakit mendadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah, misalnya hemitoraks atau
empiema
4. Untuk mengurangi cairan di dalam rongga pleura, karena akan diganti dengan obat yang akan
dimasukkan ke dalam rongga tersebut

Tabel Perbedaan Transudat dan Eksudat

METODE MAKROSKOPIK
VOLUME, WARNA DAN KEJERNIHAN, BERAT JENIS, BEKUAN

01. VOLUME
Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : menentukan volume cairan pleura
- Alat : gelas ukur
Analitik:
- Cara Kerja : tidak dilakukan persiapan khusus
- Nilai Rujukan : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel (nama,
umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
Pasca Analitik:
- Cara Kerja : tidak dilakukan persiapan khusus
- Nilai Rujukan : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel (nama,
umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)

02. WARNA DAN KEJERNIHAN


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : setiap kelainan akan memberi warna dan kejernihan yang berbeda
- Alat : tabung yang jernih
Analitik:
- Cara Kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
- Nilai Rujukan : tidak berwarna dan jernih
Pasca Analitik:
- Interpretasi:
• Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih
• Warna eksudat dapat berbeda-beda, seperti :
 Warna kuning : mengandung bilirubin
 Warna merah atau coklat : mengandung darah
 Warna putih-kuning dan keruh : mengandung nanah atau pus
 Warna putih seperti susu dan keruh : mengandung chylus
 Warna kehijauan : Pyocyaneus

03. BERAT JENIS


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : menentukan berat jenis cairan pleura
- Alat : Urinometer
Analitik:
- Cara Kerja : mengukur berat jenis sampel dengan alat
- Nilai Rujukan : < 1,018 berarti transudat
> 1,018 berarti eksudat
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• BJ <1,018 → transudat : payah jantung, asites, nefrosis
• BJ >1,018 → eksudat : keganasan, tuberculosis, reaksi obat

04. BEKUAN
Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat menyebabkan sampel membeku
- Alat : tabung yang jernih
Analitik:
- Cara Kerja : sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 jam,kemudian dilihat
apakah ada bekuan atau tidak
- Nilai Rujukan : tidak membeku
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Ada bekuan (+) → ada proses peradangan
• Makin besar bekuan, makin berat proses peradangan

METODE MIKROSKOPIK
JUMLAH ERITROSIT, JUMLAH LEUKOSIT, MORFOLOGI DAN HITUNG JENIS

01. JUMLAH ERITROSIT


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer Hayem dengan
perbandingan 1 : 200
- Prinsip Tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung
(hemositometer) dengan memperhitungkan faktor pengenceran
- Alat dan Bahan :
• Larutan Hayem
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet eritrosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik:
- Cara Kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai tanda 0,5
• Isap larutan Hayem sampai tanda 101
• Kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu buanglah 4-5
tetes isi pipet
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
• Teteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung
• Kemudian dibaca di bawah mikroskop pada 5 kotak eritrosit dengan menggunakan
lensa 10x, hasilnya dikali 10.000
- Nilai Rujukan : <100.000 mm3
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Sejumlah kecil eritrosit dapat ditemukan dalam semua jenis cairan pleura
(transudat/eksudat)
• Cairan pleura yang bercampur darah dengan hitung eritrosit >100.000 mm3
mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk penyakit keganasan, infark paru atau
trauma

02. JUMLAH LEUKOSIT


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer Turk dengan
perbandingan 1:20, bila menggumpal, maka diencerkan dengan NaCl 0,9%
- Prinsip Tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung
(hemositometer) dengan memperhitungkan faktor pengenceran
- Alat dan Bahan :
• Larutan Turk atau NaCl 0,9%
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet leukosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik:
- Cara Kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet leukosit sampai tanda 0,5
• Isap larutan Turk atau NaCl 0,9% sampai tanda 11
• Kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu buanglah 4-5
tetes isi pipet
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
• Teteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung
• Hitung jumlah leukosit yang tampak dalam 4 kotak leukosit menggunakan lensa 10x,
hasilnya dikali 50
- Nilai Rujukan : jumlah leukosit <1000 mm3
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• >80% transudat dan <20% eksudat menunjukkan jumlah leukosit <1000 mm3
• Jumlah leukosit >10.000 mm3 dijumpai pada pneumoni, infark paru, pancreatitis,
sindroma pasca infark miokard, SLE

03. MORFOLOGI DAN HITUNG JENIS


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : cairan pleura dihapuskan di atas kaca objek kemudian diwarnai
- Alat dan Bahan :
• Sentrifus
• Kaca objek
• Metil alkohol
• Larutan Giemsa/Wright/May-Grunwald Giemsa (MGG)
• Pengukur waktu
• Mikroskop dan minyak emersi
Analitik:
- Cara Kerja :
• Buat apusan dengan pewarnaan MGG
 Ambil cairan pleura yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek, biarkan
mengering
 Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit, lalu bilas dengan air
mengalir
 Tetesi sediaan apus dengan larutan May-Grunwald ±1-2 menit
 Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama 3 menit
 Warna dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan
biarkan 5-10 menit, cuci dengan air mengalir, lalu keringkan
• Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x menggunakan minyak
emersi
- Nilai Rujukan : jumlah netrofil <25%

03. MORFOLOGI DAN HITUNG JENIS


Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Jumlah netrofil <25% → normal
• Predominasi leukosit PMN biasanya dihubungkan dengan pneumoni, pankreatitis,
infark paru, tumor, dan penyakit vaskuler kolagen
• Limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada tuberculosis, keganasan, infeksi
kronik
• Eosinofil dapat ditemukan meningkat pada penyakit alergi, seperti asma, penyakit
parasit

METODE TES KIMIA


PROTEIN TOTAL (Secara Kuantitatif), TES RIVALTA, TES GLUKOSA, TES LDH (Laktat
Dehidrogenase)

01. PROTEIN TOTAL (Secara Kuantitatif)


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : Protein + Cu → Cu-Protein kompleks

Alkaline solution
- Alat : Tabung yang jernih
Analitik:
- Cara Kerja :
• Masukkan 50µ sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak
sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagen sesuai program tes protein
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai Rujukan : kadar protein <3%
Pasca Analitik:
- Interpretasi : kadar protein <3% → transudat
kadar protein >3% → eksudat

02. TES RIVALTA


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip Tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih
- Alat :
• Gelas ukur
• Aquadest
• Asam asetat glacial
Analitik:
- Cara Kerja :
• Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml aquades dalam gelas ukur
• Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran tersebut
• Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
- Nilai Rujukan : tidak ada kekeruhan
Pasca Analitik:
- Interpretasi : (-) kekeruhan → transudat
(+) kekeruhan → eksudat

03. TES GLUKOSA


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Metode : heksokinase
- Prinsip Tes : larutan kerja (buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH) ditambahkan ke dalam
sampel dan akan terjadi reaksi :

Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi glukosa-6-fosfat oleh ATP


Pembacaan dilakukan dengan menggunakan Fotometer
- Alat :
• Pipet mikro 50µL
• Tabung mikro
• Rak tabung
• Reagent 1 : buffer/ATP/NADP
• Reagent 2 : HK/G-6-PDH

03. TES GLUKOSA


Analitik:
- Cara Kerja :
• Masukkan 50µL sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel sesuai nomor
pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagent sesuai program tes glukosa
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai Rujukan : Glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Kadar glukosa transudat = kadar glukosa darah
• Kadar glukosa eksudat lebih rendah
• Kadar glukosa cairan pleura <60 mg% sangat menyokong etiologi tuberkulosis paru

04. TES LDH (Laktat Dehidrogenase)


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Metode : kinetik UV
- Prinsip Tes :
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
- Alat :
• Pipet mikro 50 µL
• Tabung mikro
• Rak tabung
• Reagent 1 : Phosphate buffer, pH 7,5 64 mmol/L
Pyruvate 0,81 mmol/L
Sodium azide <1g/L
• Reagent 2 : Good’s buffer, pH 9,6
NADH 1,05 mmol/L
Sodium azide <1g/L
04. TES LDH (Laktat Dehidrogenase)
Analitik:
- Cara Kerja :
• Masukkan 50 µL sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai
nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagent sesuai program tes LDH
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai Rujukan : 100-190 IU
Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Transudat → <200 IU
• Eksudat → >200 IU
• Menurut LIGHT dkk, kriteria untuk eksudat sebagai berikut :
 Ratio protein cairan pleura dengan protein serum > 0,5
 LDH cairan pleura >200 IU
 Ratio LDH cairan pleura dengan LDH serum >0,6

METODE MIKROBIOLOGI
PEWARNAAN GRAM, PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN

01. PEWARNAAN GRAM


Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : sampel ditempatkan dalam tabung steril tanpa antikoagulan
- Prinsip Tes : bakteri akan menyerap zat warna Kristal violet. Dengan penambahan
lugol, bakteri Gram (+) akan tetap mengikat warna ungu, meskipun ada
penambahan alkohol dan fuschin/safranin, sedangkan bakteri Gram (-) akan
melepaskan warna ungu dengan adanya penambahan alkohol dan akan mengikat
fuschin/safranin menjadi warna merah
Pra Analitik:
- Alat dan bahan :
• Kaca objek
• Mikroskop dan minyak emersi
• Rak pewarnaan
• Bunsen
• Reagent :
 Cat Gram A : Kristal violet 2 gr
Alkohol 96% 20 cc
Amonium oxalate 1% dalam aqua 80 cc
 Cat Gram B : Jodium 1 gr
Kalium jodida 2 gr
Aquadest 300 cc
 Cat Gram C : Aceton 30 cc
Alkohol 70 cc
 Cat Gram D : Safranin 1 gr
Alkohol 96% 10 cc
Aquadest 90 cc
Analitik:
- Cara Kerja :
• Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas
api 3-4 menit, dinginkan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan
• Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1-3 menit. Kuman
Gram (+) dan Gram (-) akan berwarna ungu, kemudian cat dibuang dan tidak dicuci
• Kemudian digenangi cat Gram B selama ½-1 menit, kemudian dicuci dengan air
mengalir
• Tetesi/celup kaca objek ke dalam cat Gram C sampai warnanya luntur
• Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 1-2 menit. Gram D merupakan warna
kontras, maka bakteri Gram (+) yang telah mengikat cat Gram A tidak mampu
mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-)
yang telah dilunturkan oleh cat Gram C (bakteri tidak berwarna) akan mengikat warna
cat Gram D sehingga bakteri akan berwarna merah
• Cuci dengan air dan keringkan di udara
• Setelah kering, lihat di bawah mikroskop pembesaran 100x menggunakan minyak
emersi
- Nilai Rujukan :
• Gram (+) → bakteri berwarna ungu, bentuknya jelas (batang atau coccus)
• Gram (-) → bakteri berwarna merah, bentuknya jelas (batang atau coccus)
Pasca Analitik:
- Interpretasi : Gram (-) → transudat
Gram (+) → eksudat
02. PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
Pra Analitik:
- Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan Sampel : sampel ditempatkan dalam tabung steril tanpa antikoagulan
- Prinsip Tes : bakteri akan mengikat warna merah sesuai sifatnya
- Alat dan bahan :
• Kaca objek
• Mikroskop dan minyak emersi
• Rak pewarnaan
• Bunsen
• Sengkelit
• Reagent :
 Ziehl Neelsen A : Fuschin basis 1 gr
Alkohol 10 cc
Phenol 5% dalam aqua 90 cc
 Ziehl Neelsen B : Asam klorida pekat 3 cc
Alkohol 96% 97 cc
 Ziehl Neelsen C : Methylen blue 0,2%
Analitik:
- Cara Kerja :
• Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas
api 3-4 menit, dinginkan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan
• Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat ZN A, kemudian dipanasi dengan
api sampai menguap, tapi tidak mendidih. Bakteri tahan asam dan tidak tahan asam
akan berwarna merah, tunggu 5 menit kemudian dicuci dengan air
• Preparat ditetesi cat ZN B. Bakteri tahan asam akan tetap berwarna merah, sedangkan
bakteri tidak tahan asam menjadi tidak berwarna. Setelah itu preparat segera
diangkat dan dicuci dengan air
• Selanjutnya preparat digenangi dengan ZN C selama 2 menit. Bakteri yang tahan asam
tidak akan mengikat warna ZN C, tetapi akan mengikat warna biru. Setelah itu,
preparat dicuci dengan air dan dikeringkan dalam temperatur kamar
• Keringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x menggunakan
minyak emersi
- Nilai Rujukan : BTA (+) → basil terlihat berwarna merah
BTA (-) → basil terlihat berwarna biru
Pasca Analitik:
- Interpretasi : Transudat → tidak ditemukan basil tahan asam
Eksudat → kadang ditemukan basil tahan asam

TES SPUTUM (DAHAK)


Sputum yang hendak diperiksa bisa berasal dari :
1. Sputum sewaktu : untuk ini yang terbak dipakai adalah sputum pagi hari, karena pada malam
hari sudah banyak sputum yang terkumpul dalam bronchus
2. Sputum 24 jam : biasanya untuk mengetahui volume sputum 24 jam atau melihat lapisan-
lapisan sputum

METODE PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK


VOLUME, BAU, WARNA, KONSISTENSI, LAPISAN-LAPISAN, DENGAN BANTUAN LUP

01. VOLUME
Normal : tidak ada atau sedikit sekali
Abnormal : permulaan TBC paru, bronchitis kronik, bronkiektasis, udem paru, ruptur
abses hepar ke paru.
Volume sputum digunakan untuk mengikuti jalannya penyakit. Jika volume makin kurang,
berarti ada perbaikan penyakit, tetapi bila volume tiba-tiba berkurang atau tidak ada, kita
harus berhati-hati karena mungkin ada sumbatan pada saluran napas.

02. BAU
Normal : tidak berbau
Abnormal :
• Bau amis : TBC paru, bronchomoniliasis
• Bau busuk : gangrene atau abses paru, bronkiektasis
• Bau keju : nekrosa tumor ganas
• Bau fecal : abses hepar subphrenic yang berperforasi ke paru
Kalau sputum dibiarkan >12 jam, maka sputum akan busuk karena dekomposisi bakteri-
bakteri yang terdapat didalamnya.

03. WARNA
Normal : sputum tidak berwarna
Abnormal :
• Kuning karena nanah
• Hijau karena pigmen empedu, infeksi oleh Pseudomonas Aeroginosa, infeksi oleh basil
pyogenus
• Merah karena darah segar, ditemukan pada TBC paru dn mitral stenosis
• Coklat seperti karat, karena perdarahan yang lama, ditemukan pada pneumonia dan
gangrene
• Hitam karena kotoran yang diinhalasi

04. KONSISTENSI
• Serous pada udem paru
• Mucoid pada bronchitis, asma bronchiale, pneumonia lobair
• Purulen pada abses paru, bronkiektasis
• Mukopurulen pada bronchomoniliasis
• Serosanguineus pada mitral stenosis

05. LAPISAN-LAPISAN
Jika lapisan sputum agak banyak dan dikumpulkan pada gelas yang tinggi, maka sesudah
beberapa jam akan terlihat 3 lapisan :
• Lapisan paling atas : mucus atau busa
• Lapisan tengah : cairan yang keruh atau jernih
• Lapisan bawah : sedimen, terdiri dari pus, kuman, dan jaringan nekrotik
Lapisan tersebut dapat terlihat jelas pada bronkiektasis dan abses paru dengan gangren

06. PEMERIKSAAN DENGAN LUP


Sputum dituangkan ke dalam cawan petri hingga membentuk lapisan tipis kemudian
diperiksa dengan latar belakang hitam dengan memakai lup. Perhatikan adanya :
• Butir-butir keju : bagian-bagian putih mengeju ini terdiri dari jaringan nekrotik,
ditemukan pada TBC paru dan abses paru. Besarnya dari sebesar kepala peniti sampai
sebesar kacang
• Uliran atau spiral Curschman : panjangnya 1½-5 cm, ditengahnya sering ada kristal
Charcot Leyden, ditemukan pada asma bronchial
• Sumbat Dittrich : terdiri dari pus dan bakteri yang menyumbat bronchus. Pada waktu
batuk, sumbat ini dikeluarkan dengan bau busuk. Ditemukan pada bronchitis kronik
dan bronkiektasis
• Benang-benang bronchus atau torak bronchus yang sebenarnya terdiri dari fibrin yang
melekat pada bronchus dan waktu batuk, fibrin ini ikut dikeluarkan. Benang bronchus
ini lebih jelas bila padanya ditambahkan sedikit air, maka benang ini akan terapung.
Ditemukan pada bronchitis fibrinase dan pneumonia yang sudah akan menyembuh
• Bronkolith = pneumolith : batu bronchus berukuran sebesar butir pasir sampai
sebesar batu biasa, yang terdiri dari jaringan nekrotik dengan kalsium

METODE PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK


PEWARNAAN WRIGHT/GIEMSA, PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN

01. PEWARNAAN WRIGHT/GIEMSA


Pada sediaan yang diwarnai dengan Wright atau Giemsa akan ditemukan :
• Leukosit PMN : banyak leukosit PMN berarti pada infeksi pyogen akut
• Eosinofil :ditemukan pada proses-proses kronik saluran napas, misalnya TBC paru
• Eritrosit : menunjukkan adanya perdarahan
• Sel epitel skuamous : berasal dari epitel mulut atau faring
• Makrofag : sel besar yang biasanya mengandung pigmen-pigmen dalam
sitoplasmanya
• Epitel bronchus : menunjukkan sputum betul-betul berasal dari saluran napas
bagian bawah

02. PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN


Pemeriksaan ini dipakai untuk melihat adanya basil tahan asam (BTA), biasanya terlihat
seperti batang-batang yang berwarna merah dan dilaporkan ZN (+) atau BTA (+). Bila
ditemukan ZN (+) berarti orang itu menderita TBC aktif.

TES ANALISIS GAS DARAH


Untuk analisa gas darah dapat menggunakan :
Darah Arteri = Dipilih arteri yang mempunyai kolateral baik seperti arteri radialis, arteri
brahialis dan arteri femoralis
Darah Vena= Darah vena yang dipakai dalam tes AGD adalah darah vena pulmonalis
Darah Kapiler= Darah kapiler pada pasien dengan perfusi baik akan memberikan hasil yang
hampir sama dengan darah arteri

Kontraindikasi AGD
 Modifikasi Allen tes negatif
 Adanya infeksi atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang akan diperiksa
 Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan antikoagulan
dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif

Komplikasi AGD
- Hematoma
- Arteriospasm (spasme pembuluh darah arteri)
- Emboli udara atau bekuan darah
- Anaphilaksis yang timbul dari anastesi lokal
- Kontaminasi pada tempat pungsi dan resiko infeksi
- Perdarahan
- Nyeri/sakit

Metode AGD
Pra Analitik:
- Persiapan Pasien :
• Sebelum dilakukan pengambilan darah arteri harus selalu diperhatikan diagnosis awal
dan keadaan pasien.
• Anamnesis penggunaan obat antikoagulan, serta adanya kelainan pembekuan darah,
penyakit infeksi yang ditularkan melalui darah
• Pasien harus selalu dalam keadaan tenang, istirahat sekitar 15 menit sebelum
pengambilan darah.
- Persiapan Sampel :
• Digunakan whole blood yang diberi antikoagulan heparin, sebaiknya harus segera
dilakukan setelah 15 menit pengambilan darah arteri,
• Bila disimpan selama 1 – 2 jam harus disimpan dalam termos es dan dipertahankan
suhunya 1 – 5 0C.
Pra Analitik:
- Alat dan bahan :
• Disposible syringe
• Antikoagulan (lithium heparin)
• Media transpor dengan es
• Alkohol, kain kasa dan plester
• Lidocain 0,5% (bila perlu)
• Alat Opti Critical Care Analyzer
Pra Analitik:
- Pemilihan tempat pengambilan darah arteri :
Nilai gas darah adalah sama pada semua arteri. Tiga pembuluh darah yang paling sering
digunakan untuk tes analisis gas darah pada orang dewasa adalah arteri radialis, brachialis,
dan femoralis (gambar 1)
- Tes Allen :
• Tangan dikepal kearah ibujari , arteri radialis dan ulnaris ditekan
• Tangan kemudian dibuka (tetapi tidak ekstensi maksimal), telapak tangan dan jari-
jari
• Tekanan pada arteri ulnaris dilepaskan.
Analitik:
- Tehnik pengambilan darah arteri radialis :
• Diraba a.radialis dan ulnaris mengikuti aplikasi tes Allen
• Bagian kulit yang akan ditusuk dibersihkan dengan menggosokkan alkohol dan
penusukan jarum tidak dilakukan pada daerah kulit yang kemerahan atau abnormal
• Dapat diberikan anastesi lokal dengan menggunakan spoit
• Jarum sejajar dengan arteri, dianjurkan menggunakan jarum 20 atau 21 G
• Sudut antara jarum dan arteri diusahakan sekecil mungkin. Darah akan terlihat pada
bagian tengah jarum ketika mengenai arteri jika jarum seluruhnya telah ada dalam
arteri dengan perlahan turunkan jarum sampai bagian dalam lumen
Analitik:
- Penusukan Arteri Radialis :
Pergelangan tangan diekstensikan 300 dengan palmaris menghadap ke atas. Penusukan
dibuat sudut 450 berlawanan aliran darah dengan permukaan ujung jarum yang menghadap
ke atas
Nilai Normal Blood Gas

Pasca Analitik:
- Interpretasi :
1. Tentukan asidemia atau alkalemia dan pengukuran pH atau [ H + ]
- Asidemia = pH < 7,35 atau [ H + ] > 44 nmol/L
- Alkalemia = pH > 7,45 atau [ H + ] < 36 nmol/L
2. Tentukan penyebab asidemia dan alkalemia. Asidemia menunjukkan adanya asidosis dan
alkalemia menunjukkan adanya alkalosis. Dengan merujuk pCO2 dan kadar HCO3 tentukan
penyebab primernya respiratorik atau metabolik.

Pasca Analitik:
- Interpretasi :
3. Tentukan apakah sudah terjadi kompensasi dengan menggunakan rumus

Pasca Analitik:
- Interpretasi :
• Asidosis respiratorik dapat ditemukan pada : emfisema, bronchitis kronis, pneumonia
berat, edema pulmoner, dan asma.
• Alkalosis respiratorik dapat ditemukan pada : rasa nyeri, sirosis hepatis, kadar oksigen
darah yang rendah, demam, dan overdosis aspirin..
• Asidosis metabolik dapat ditemukan pada : gagal ginjal, ketoasidosis diabetikum,
diare, dan kolostomi.
• Alkalosis metabolik dapat ditemukan pada : penggunaan diuretik (tiazid, furosemid),
kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung, penggunaan
kortikosteroid, dan sindroma Cushing.

Anda mungkin juga menyukai