Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Ichsan

Kelas : B-06
NIM : 1707101010147

I. Judul : Praktikum Pewarnaan BTA

II. Hari/tanggal : Rabu/11 November 2020

III. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan spesimen BTA dengan baik dan benar
2. Mahasiswa memahami cara pemeriksaan BTA dengan baik dan benar
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi hasil pemeriksaan BTA dengan baik dan benar

IV. Tinjauan Pustaka


Batuk adalah refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial. Kemampuan
untuk batuk merupakan mekanisme membersihkan saluran nafas bagian bawah. Batuk juga
merupakan reaksi pertahanan tubuh yang dapat melindungi paru-paru. Gejala ini perlu
diwaspadai, apabila berlangsung lebih dari dua minggu.
Batuk ≥ 2 minggu merupakan gejala utama dari penyakit Tuberkulosis Paru yang disertai
dengan batuk dahak.Adapun gejala yang menyertai lainnya adalah penurunan berat badan.
Tanda-tanda infeksi seperti (demam), keringat pada malam hari (tanpa melakukan aktifitas),
dan nafsu makan menurun.
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular akut maupun kronis yang terutama menyerang
paru. Tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri batang gram positif (Mycobacterium
tuberculosis). Myco-bacterium tuberkulosis dapat menular dari individu yang satu ke
individu lainnya melalui percikan droplet yang terbawa oleh udara, seperti batuk, dahak atau
percikan ludah.
Tuberkulosis paru di Indonesia merupakan masalah besar dan merupakan penyebab
kematian nomor tiga di dunia setelah Cina dan India.Berdasarkan dari data WHO tahun 1997,
di dunia setiap tahunnya terdapat sembilan juta orang yang terkena TBC, dan lebih dari dua
juta orang meninggal dunia. Diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130
penderita baru TB Paru BTA positif. Setiap satu penderita TBC yang positif akan menularkan
10-15 orang penduduk setiap tahunnya.
Pemeriksaan mikroskopis BTA dari sputum memegang peran dalam men-diagnosis awal
dan pemantauan pengobatan Tuberkulosis paru. Rangkaian kegiatan yang baik diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang akurat, mulai dari cara pengumpulan sputum, pemilihan bahan
sputum yang akan diperiksa dan pengolahan sediaan dibawah mikroskop. Teknik pewarnaan
yang digunakan adalah Ziehl Neelsen yang dapat mendeteksi BTA dengan menggunakan
mikroskop.

Penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif (+) adalah sumber penularan
utama.Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang yang terdiagnosa TB dengan status TB BTA
(Basil Tahan Asam) positif, dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain
setiap tahunnya.
Menurut beberapa penelitian, laki-laki memang lebih rentan terkena infeksi M.
tuberculosis.Hal ini dapat berkaitan dengan kebiasaan merokok yang lebih besar pada laki-
laki, yang menyebabkan gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan sehingga menjadi
lebih rentan untuk terinfeksi.Gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan tersebut
dapat berupa kerusakan mukosiliar akibat racun asap rokok serta menurunkan respon
terhadap antigen, sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya tuberkulosis paru.Selain itu
biasanya laki-laki kurang memperhatikan kesehatannya dan kebiasaan hidupnya sehari-hari
yang lebih banyak berada diluar rumah karena bekerja menimbulkan faktor pemicu terjadinya
penyakit tuberkolosis paru. Hal ini akan berdampak pada rendahnya sistem imunitas dan
faktor terpajan yang lebih besar.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate
(CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap
jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Dalam program
pemberantasan penyakit tuberkulosisparu, penemuan penderita dilakukan dengan cara
pencarian penderita yangtersangka TB ditengah-tengah masyarakat baik secara pasif maupun
secara aktif,untuk diperiksa secara mikroskopis.Penemuan dan pengobatan dalam rangka
penanggulangan TB paru ini dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK),
meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai
Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta
(DPS).

Dalam program pengendalian tubrculosis, diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan


sputum secara mikroskopis langsung yang diambil 3 kali berturut-turut : Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS). Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) sputum secara mikroskopis langsung menjadi
pilihan karena nilainya setara dengan pemeriksaan sputum secara kultur atau biakan.
Pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal.

Sediaan apus yang baik ialah :


• Berasal dari dahak mukopurulen, bukan air liur.
• Berbentuk spiral-spiral kecil berulang (coil type), yang tersebar merata, ukuran 2 x 3
cm.
• Tidak terlalu tebal atau tipis.
• Setelah dikeringkan sebelum diwarnai, tulisan pada surat kabar 4 - 5 cm di bawah
sediaan apus masih terbaca.

Cara penanganan dahak yang bercampur darah :


1. Dahak dengan darah sedikit: Pilih bagian dahak yang tidak mengandung darah, dan
buat sediaan seperti biasa
2. Dahak dengan darah sedang. Buat sediaan, kemudian fiksasi, genangi dengan air
bersih/aquades lalu digoyang-goyang sampai warna merah darah hilang. Lalu air
dibuang dan bilas lagi dengan air kemudian warnai dengan Ziehl-Neelsen.

Identifikasi bakteri (morfologi/bentuk) memerlukan suatu pewarnaan yang menggunakan


zat-zat warna yang telah ditentukan. Zat warna yang banyak digunakan antara lain adalah
fuschin karbol, biru metilen, gentian ungu dan safranin. Agar bakteri agar dapat diwarnai ,
sebelumnya harus dibuat sediaan di atas kaca objek (pulasan), dimana pulasan nantinya
dikeringkan pada suhu kamar dan bakteri difiksasi dengan pemanasan di atas nyala api.
Setelah dingin pulasan diwarnai dengan zat warna tertentu sesuai dengan pemeriksaan apa
yang diinginkan.
Ziehl Neelsen (ZN) adalah teknik pewarnaan untuk mengetahui adanya Basil Tahan Asam
(BTA). Disebut BTA karena pada beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pengecatan namun
setelah mendapat pengecatan/pewarnaan, dinding bakteri tahan terhadap pencucian dengan
asam tidak mudah untuk dilunturkan dengan menggunakan zat peluntur (decolorizing agent)
seperti asam alkohol.
Secara mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl Neelsen, BTA akan tampak berwarna merah
dengan warna biru di sekelilingnya.

V. Alat dan bahan


A. Pengumpulan sputum
a. 3 Pot sputum
b. Spidol hitam
c. Handschoen
B. Pembuatan sediaan sputum
a. Aplikator dari lidi/ose
b. Lampu spiritus
c. Handschoen
C. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
a. Pinset/penjepit kayu
b. Lampu spiritus
c. Timer
d. Rak untuk mengeringkan sediaan
e. Sulut api
f. Air mengalir
g. Metylen Blue 0,3%
h. Carbol Fuhchsin 0,3%
i. Asam alkohol (3% HCL dalam etanol)
j. Handschoen

VI. Prosedur kerja


A. Pengumpulan sputum
PERSIAPAN TINDAKAN
1. Cucilah kedua tangan
2. Siapkan 3 buah pot sputum yang ideal
3. Berikan label identitas pasien yang jelas pada dinding pot sputum, yaitu nama,
jenis kelamin, umur. Tempelkan label pada dinding pot sputum, jangan pada
tutupnya.

PERSIAPAN PASIEN
4. Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri pada pasien
5. Persilahkan pasien untuk duduk
6. Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
7. Jelaskan kepada pasien bahwa sputum akan diambil sebanyak 3 kali (SPS), sesuai
dengan jumlah tabung yang disiapkan.
8. Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan, minum atau merokok sebelum sputum
besok pagi (P) dibatukkan
9. Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh.
PENGUMPULAN SPUTUM
10. Pakai handscoen dan masker
11. Minta pasien untuk membatukkan sputum di ruang terbuka dan mendapat sinar
matahari langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik, dan berada jauh dari
orang sekitar untuk mencegah penularan kuman TB.
12. Beri petunjuk pada pasien untuk :
• Berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum sputum dikumpulkan untuk
meminimalisir kontaminasi spesimen oleh sisa makanan atau kotoran lain
di dalam mulut.
• Bila pasien memakai gigi palsu, minta pasien untuk melepaskannya
• Menarik napas panjang dan dalam sebanyak 2-3 kali dan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat.
• Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan pada mulut.
• Batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum (bukan air liur) dari dalam
dada ke dalam pot sputum.
• Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang berkualitas baik dan volume
yang cukup (3-5 ml / 1 sendok teh)
• Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar tutupnya, kemudian
masukkan ke dalam pembungkus atau kantong plastik.
• Jika sputum sulit dikeluarkan, pasien diberi petunjuk untuk :
Melakukan olah raga ringan kemudian menarik napas dalam beberapa kali.
Apabila pasien merasa akan batuk, napas ditahan selama mungkin lalu
meminta pasien untuk batuk
13. Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan :
• Mengambil bagian yang paling mukopurulen / kental kuning kehijauan
• Memberi catatan bahwa “spesimen tidak memenuhi syarat / air liur”
• Mengulang pengumpulan sputum apabila spesimen jelas air liur
14. Ingatkan pasien untuk mengumpulkan sputum ke-2 setelah bangun pagi keesokan
hari dan datang lagi untuk membawa
15. Minta pasien untuk minum air putih secukupnya pada malam hari sebelum tidur
sebagai persiapan untuk pengumpulan sputum ke-2 besok pagi. Jika dahak sulit
dikeluarkan, meminta pasien menelan 1 tablet gliseril guaikolat 200 mg pada
malam hari sebelum tidur

B. Pembuatan sediaan sputum


PERSIAPAN TINDAKAN
1. Tulis nomor identitas pasien pada bagian ujung kaca sediaan. Bila menggunakan
kaca frosted, tulis dengan menggunakan pensil 2 B pada bagian yang
buram/frosted. Bila menggunakan kaca biasa, tulis dengan spidol permanen pada
stiker yang diletakkan di balik kaca sediaan.
2. Lakukan cuci tangan rutin
3. Gunakan handscoen (dapat menggunakan handscoen yang tidak steril)
PENGAMBILAN SPUTUM
4. Ambil dan pilih bagian dari dahak yang purulen yang telah didekontaminasi
dengan menggunakan ose atau lidi
5. Letakkan sputum yang terdapat pada ose ke kaca sediaan. Sediaan dibuat tersebar
merata, ukuran 2 x 3 cm, dan tidak terlalu tipis untuk menghindari apusan menjadi
kering sebelum diratakan.
6. Ratakan sediaan dengan membuat spiral-spiral kecil sewaktu apusan setengah
kering dengan menggunakan lidi lancip sehingga didapat sebaran leukosit lebih
rata dan area baca lebih homogen. Jangan membuat spiral-spiral kecil pada apusan
yang sudah kering, karena dapat terkelupas dan menjadi aerosol yang berbahaya.
7. Keringkan apusan di udara bebas
8. Lakukan fiksasi apusan dengan pemanasan :
• Pastikan apusan menghadap ke atas
• Lewatkan 3 X melalui api dari lampu spiritus
• Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca
(pemanasan yang berlebihan akan merusak hasil)
9. Keringkan apusan di atas rak sediaan, hindari sinar matahari langsung.
10. Celupkan ose yang telah digunakan pada botol pasir disinfektan, kemudian
membakarnya sampai ose membara. Bila menggunakan lidi, langsung dibuang ke
dalam botol berisi disinfektan.
11. Lepaskan handschoen dan buang pada tempat yang telah disediakan
12. Cuci tangan rutin

C. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
PERSIAPAN TINDAKAN
1. Lakukan cuci tangan rutin
2. Pakai handscoen

PEWARNAAN SEDIAAN
3. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan sediaan
lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari.
4. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin 0.3%
5. Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar uap
(sekitar 5 menit), didiamkan kemudian dipanasi lagi sebanyak 3 kali. Usahakan
jangan sampai api langsung mengenai sediaan.
6. Diamkan sediaan selama 5 menit
7. Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain)
8. Miringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset untuk membuang air
9. Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin
10. Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain)
11. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue 0.1% 1 menit
12. Bilas sediaan dengan air mengalir (jangan ada percikan ke sediaan lain)
13. Miringkan sediaan untuk mengalirkan air
14. Lepas handshoen dan membuang ditempat yang telah ditentukan
15. Lakukan cuci tangan rutin
VII. Hasil dan pengamatan

BTA 3+

VIII. Pembahasan
Pada hasil pengamatan didapati bakteri dengan bentuk basil ramping dan kurus dan
tetap mengikat pewarnaan yang diberikan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwasanya
BTA positif setelah dilakukan pemeriksaan Ziehl-Neelsen. Bakteri ini dikenal sebagai
Bakteri tahan asam karena resisten terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam yang
merupakan salah satu tahap pemeriksaan Ziehl-Neelsen. Pewarnaan pada pemeriksaaan
penunjang sebagai diagnosis BTA ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang
sedang menginfeksi seseorang.

IX. Kesimpulan
Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan Ziehl-Neelsen merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk melakukan diagnosis apakah seseorang dicurigai terkena TBC yang
mana disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Pembuatan sediaan dahak untuk pemeriksaan bakteri memerlukan beberapa
pertimbangan seperti sedikit banyaknya jumlah akohol yang harus diberikan kepada
spesimen, ataupun lamanya waktu yang diperlukan untuk memanaskan sediaan, karena hal
tersebut akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

X. Daftar pustaka
Hasanuddin, U. (2017). Buku Panduan Pemeriksaan Sputum Bta.

Susanti, D. (2013). PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) PADA SPUTUM


PENDERITA BATUK ≥ 2 MINGGU DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM BLU
RSUP. PROF. Dr. R.D KANDOU MANADO. E-CliniC, 1(1), 1–5.
https://doi.org/10.35790/ecl.1.1.2013.4037

Susilayanti, E. Y., Medison, I., & Erkadius, E. (2014). Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis
Paru BTA Positif yang Ditemukan di BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 –
Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2), 151–155.
https://doi.org/10.25077/jka.v3i2.69

Anda mungkin juga menyukai