Kelas : B-06
NIM : 1707101010147
III. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan spesimen BTA dengan baik dan benar
2. Mahasiswa memahami cara pemeriksaan BTA dengan baik dan benar
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi hasil pemeriksaan BTA dengan baik dan benar
Penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif (+) adalah sumber penularan
utama.Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang yang terdiagnosa TB dengan status TB BTA
(Basil Tahan Asam) positif, dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain
setiap tahunnya.
Menurut beberapa penelitian, laki-laki memang lebih rentan terkena infeksi M.
tuberculosis.Hal ini dapat berkaitan dengan kebiasaan merokok yang lebih besar pada laki-
laki, yang menyebabkan gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan sehingga menjadi
lebih rentan untuk terinfeksi.Gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan tersebut
dapat berupa kerusakan mukosiliar akibat racun asap rokok serta menurunkan respon
terhadap antigen, sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya tuberkulosis paru.Selain itu
biasanya laki-laki kurang memperhatikan kesehatannya dan kebiasaan hidupnya sehari-hari
yang lebih banyak berada diluar rumah karena bekerja menimbulkan faktor pemicu terjadinya
penyakit tuberkolosis paru. Hal ini akan berdampak pada rendahnya sistem imunitas dan
faktor terpajan yang lebih besar.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate
(CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap
jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Dalam program
pemberantasan penyakit tuberkulosisparu, penemuan penderita dilakukan dengan cara
pencarian penderita yangtersangka TB ditengah-tengah masyarakat baik secara pasif maupun
secara aktif,untuk diperiksa secara mikroskopis.Penemuan dan pengobatan dalam rangka
penanggulangan TB paru ini dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK),
meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai
Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta
(DPS).
PERSIAPAN PASIEN
4. Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri pada pasien
5. Persilahkan pasien untuk duduk
6. Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
7. Jelaskan kepada pasien bahwa sputum akan diambil sebanyak 3 kali (SPS), sesuai
dengan jumlah tabung yang disiapkan.
8. Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan, minum atau merokok sebelum sputum
besok pagi (P) dibatukkan
9. Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh.
PENGUMPULAN SPUTUM
10. Pakai handscoen dan masker
11. Minta pasien untuk membatukkan sputum di ruang terbuka dan mendapat sinar
matahari langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik, dan berada jauh dari
orang sekitar untuk mencegah penularan kuman TB.
12. Beri petunjuk pada pasien untuk :
• Berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum sputum dikumpulkan untuk
meminimalisir kontaminasi spesimen oleh sisa makanan atau kotoran lain
di dalam mulut.
• Bila pasien memakai gigi palsu, minta pasien untuk melepaskannya
• Menarik napas panjang dan dalam sebanyak 2-3 kali dan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat.
• Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan pada mulut.
• Batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum (bukan air liur) dari dalam
dada ke dalam pot sputum.
• Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang berkualitas baik dan volume
yang cukup (3-5 ml / 1 sendok teh)
• Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar tutupnya, kemudian
masukkan ke dalam pembungkus atau kantong plastik.
• Jika sputum sulit dikeluarkan, pasien diberi petunjuk untuk :
Melakukan olah raga ringan kemudian menarik napas dalam beberapa kali.
Apabila pasien merasa akan batuk, napas ditahan selama mungkin lalu
meminta pasien untuk batuk
13. Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan :
• Mengambil bagian yang paling mukopurulen / kental kuning kehijauan
• Memberi catatan bahwa “spesimen tidak memenuhi syarat / air liur”
• Mengulang pengumpulan sputum apabila spesimen jelas air liur
14. Ingatkan pasien untuk mengumpulkan sputum ke-2 setelah bangun pagi keesokan
hari dan datang lagi untuk membawa
15. Minta pasien untuk minum air putih secukupnya pada malam hari sebelum tidur
sebagai persiapan untuk pengumpulan sputum ke-2 besok pagi. Jika dahak sulit
dikeluarkan, meminta pasien menelan 1 tablet gliseril guaikolat 200 mg pada
malam hari sebelum tidur
C. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
PERSIAPAN TINDAKAN
1. Lakukan cuci tangan rutin
2. Pakai handscoen
PEWARNAAN SEDIAAN
3. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan sediaan
lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari.
4. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin 0.3%
5. Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar uap
(sekitar 5 menit), didiamkan kemudian dipanasi lagi sebanyak 3 kali. Usahakan
jangan sampai api langsung mengenai sediaan.
6. Diamkan sediaan selama 5 menit
7. Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain)
8. Miringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset untuk membuang air
9. Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin
10. Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain)
11. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue 0.1% 1 menit
12. Bilas sediaan dengan air mengalir (jangan ada percikan ke sediaan lain)
13. Miringkan sediaan untuk mengalirkan air
14. Lepas handshoen dan membuang ditempat yang telah ditentukan
15. Lakukan cuci tangan rutin
VII. Hasil dan pengamatan
BTA 3+
VIII. Pembahasan
Pada hasil pengamatan didapati bakteri dengan bentuk basil ramping dan kurus dan
tetap mengikat pewarnaan yang diberikan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwasanya
BTA positif setelah dilakukan pemeriksaan Ziehl-Neelsen. Bakteri ini dikenal sebagai
Bakteri tahan asam karena resisten terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam yang
merupakan salah satu tahap pemeriksaan Ziehl-Neelsen. Pewarnaan pada pemeriksaaan
penunjang sebagai diagnosis BTA ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang
sedang menginfeksi seseorang.
IX. Kesimpulan
Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan Ziehl-Neelsen merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk melakukan diagnosis apakah seseorang dicurigai terkena TBC yang
mana disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Pembuatan sediaan dahak untuk pemeriksaan bakteri memerlukan beberapa
pertimbangan seperti sedikit banyaknya jumlah akohol yang harus diberikan kepada
spesimen, ataupun lamanya waktu yang diperlukan untuk memanaskan sediaan, karena hal
tersebut akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
X. Daftar pustaka
Hasanuddin, U. (2017). Buku Panduan Pemeriksaan Sputum Bta.
Susilayanti, E. Y., Medison, I., & Erkadius, E. (2014). Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis
Paru BTA Positif yang Ditemukan di BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 –
Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2), 151–155.
https://doi.org/10.25077/jka.v3i2.69