2. Apa kemungkinan etiologi dan faktor resiko dari penyakit yang dialami pasien
Etiologi : invasi cacing tambang yang terdapat tinja anjing dan kucing Ancylostoma
brazillinse, Ancylostoma caninum, Acylostoma ceylanicum. Dapat juga disebabkan oleh
cacing tambang lainnya.
Faktor resiko :
1. Faktor prilaku
Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki (higenitas kurang)
Sering kontak dengan anjing dan kucing
Berlibur ke daerah tropis atau pesisir pantai
2. Faktor lingkungan
Keberadaan anjing dan kucing
Cuaca atau iklim lingkungan, larva lebih mudah bertahan pada tanah yang basah
atau lembab
Tinggal di daerah dengan keadaan pasir atau tanah yang lembab
3. Faktor demografis
Usia, CLM paling sering terkena pada anak berusia ≤4 tahun
Pekerjaan, orang dengan pekerjaannya sering kontak dengan tanah atau pasir tersebut
dapat meningkatkan risiko terinfeksi larva CLM seperti petani, nelayan, tukang
kebun, pemburu, penambang pasir dan pekerjaan lain yang sering kontak dengan
tanah atau pasir
Tingkat pendidikan (berhubungan dengan pengetahuan terhadap higenitas)
3. Bagaimana pathogenesis dan cara menegakkan diagnosis pada kasus tersebut?
>> Siklus hidup
Telur keluar bersama tinja pada kondisi yang menguntungkan (lembab, hangat, dan
tempat yang teduh). Setelah itu, larva menetas dalam 1-2 hari. Larva rabditiform tumbuh di
tinja dan/atau tanah, dan menjadi larva filariform (larva stadium tiga) yang infektif setelah 5
sampai 10 hari. Larva infektif ini dapat bertahan selama 3 sampai 4 minggu di kondisi
lingkungan yang sesuai. Pada penjamu (anjing dan kucing), larva menembus kulit dan
dibawa melalui pembuluh darah menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian menembus
alveoli, naik ke bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva mencapai usus kecil,
kemudian tinggal dan tumbuh menjadi dewasa. Cacing dewasa hidup dalam lumen usus kecil
dan menempel di dinding usus.
>> Patogenesis
Telur pada tinja menetas di permukaan tanah dalam waktu 1 hari dan berkembang
menjadi larva infektif tahap ketiga setelah sekitar 1 minggu. Larva dapat bertahan hidup
selama beberapa bulan jika tidak terkena matahari langsung dan berada dalam lingkungan
yang hangat dan lembab. Kemudian jika terjadi kenaikan suhu, maka larva akan mencari
pejamunya. Setelah menempel pada manusia, larva merayap di sekitar kulit untuk tempat
penetrasi yang sesuai. Akhirnya, larva menembus ke lapisan korneum epidermis. Larva
infektif mengeluarkan protease dan hialuronidase agar dapat bermigrasi di kulilt manusia.
Selanjutnya, larva bermigrasi melalui jaringan subkutan membentuk terowongan yang
menjalar dari satu tempat ke tempat lain. Pada hewan, larva mampu menembus dermis dan
melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam. Pada manusia, larva
tidak memiliki enzim kolagenase yang cukup untuk menembus membran basal dan
menyerang dermis, sehingga larva tersebut tidak dapat melanjutkan perkembangan siklus
hidupnya. Akibatnya, selamanya larva terjebak di jaringan kulit penderita hingga masa hidup
dari cacing ini berakhir.
IV. Strukturisasi
Penularan CLM
Larva masuk
melakukan
penetrasi kedalam
kulit pasien
Gejala Klinis
Diagnosis Banding
Diagnosis:
Cutaneus Larva Migrans
V. Learning Objective
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai tatalaksana dari CLM
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai pencegahan dan edukasi pada penyakit
CLM
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai epidemiologi dari CLM
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai prognosis dan komplikasi dari CLM
LAMPIRAN