Anda di halaman 1dari 9

PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM

(BTA)

ANNISA APRILIA
B-03
1707101010092

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020/2021
A. JUDUL
Praktikum Pewarnaan BTA

B. HARI/TANGGAL
Rabu, 11 November 2020

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menyiapkan, melaksanakan, membaca serta
menginterpretasikan hasil pewarnaan BTA secara benar.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk Pewarnaan BTA.
2. Mahaisswa mampu membuat sediaan untuk Pewarnaan BTA dengan
benar.
3. Mahasiswa mampu melakukan sendiri pewanaan BTA dengan benar
sesuai dengan masing-masing urutan tahap-tahapnya sehingga didapatkan
hasil pewarnaan sediaan yang baik.
4. Mahasiswa mampu menunjukkan dan menjelaskan mana mana bakteri
yang Basil Tahan Asam pada pewarnaan BTA.
5. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil teknik pewarnaan bakteri
ini dan melaporkan secara tertulis

D. TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri adalah mikroba dengan ukuran yang sangat kecil. Parameter yang
dipakai untuk mengukur mikroba tersebut adalah mikrometer (0.001mm). Sehingga
praktis bakteri tidak dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat. Sejak
ditemukannya mikroskop, maka bakteri sudah dapat dilihat. Hanya saja oleh karena
bakteri mempunyai indeks bias cahaya yang relatif sama dengan kaca objek,di bawah
mikroskop bayangannya tidak begitu jelas,sehingga diperlukan teknik pewarnaan
tertentu untuk memperjelas bentuk serta ukuran bakteri itu. Dalam bidang
mikrobiologi dikenal beberapa teknik pewarnaan terhadap bakteri yang pada dasarnya
adalah merupakan reaksi ikatan antara zat warna dengan komponen-komponen pada
bakteri terutama yang terdapat pada dinding sel dan sitoplasma. Di antara sekian
banyak teknik pewarnaan terhadap bakteri yang sering dipakai dalam pelayanan
medis adalah Pewarnaan Gram dan Pewarnaan Basil Tahan Asam ( BTA ).

Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) adalah termasuk teknik pewarnaan


bakteri khusus atau selektif, oleh karena teknik ini hanya ditujukan untuk golongan
bakteri tertentu saja. Dasar Pewarnaan ini yaitu adanya kemampuan genus
Mycobacterium yang tetap mempertahankan zat warna utama ( Carbol fuchsin ) dan
tidak luntur (decolorized) walaupun dicuci dengan alkohol dan asam (HCl). Sifat
tahan terhadap pelunturan (decolorization) dengan asam inilah yang mendasari
keluarnya istilah Tahan Asam (Acid Fastness). Sedangkan bakteri-bakteri lain
termasuk sel-sel darah merah,sel-sel darah putih serta sisa-sisa jaringan akan
melepaskan zat warna utama ini. Sehingga bakteri genus Mycobacterium akan
tampak berwarna merah. Sedangkan selain bakteri ini akan diwarnai oleh zat warna
latar belakang (counter stain) yaitu berwarna biru ( Methylen Blue ). Kemampuan
mempertahankan zat warna utama (carbol fuchsin) pada genus Mycobacterium
disebabkan bakteri-bakteri ini mempunyai struktur dinding sel yang unik yaitu
banyak mengandung ikatan lemak (lipid) yang tebal. Struktur lemak ini akan
berikatan kuat dengan carbol fuchsin, Apalagi dibantu dengan pemanasan sampai
keluar uap sehingga zat warna menembus masuk kedalam sitoplasma sel bakteri.

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang atau basil dan bersifat tahan


asam bila diwarna dengan pewarnaan bakteri tahan asam misalnya pewarnaan Ziehl
Neelsen, oleh sebab itu M.tuberculosis dikenal dengan istilah basil tahan asam
(BTA). M.tuberculosis memiliki sifat khas, diantaranya tahan terhadap asam sehingga
pencucian asam dan alcohol pada pewarnaan Ziehl Neelzen tidak melunturkan zat
warna pertama yakni carbol fuchsin. M.tuberculosis juga bersifat dorman dan aerob,
mati pada pemanasan 1000C selama 5-10 menit atau dengan alkohol 70-95% selama
15-30 detik. Bateri ini dapat bertahan hidup lama, terutama di tempat lembab dan
gelap, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan diagnosis TB paru dengan metode mikroskopis BTA adalah
penanganan spesimen dahak. Idealnya spesimen dahak harus segera diperiksa. Jika
karena suatu hal sehingga spesimen dahak tidak dapat segera diperiksa, maka
biasanya spesimen disimpan di tempat dingin dengan harapan tidak mengalami
perubahan dan menghindarkan dari serangga misalnya di dalam lemari pendingin.
Tidak dianjurkan membiarkan spesimen dahak pada suhu ruangan. Masa
penyimpanan dahak dapat dipertimbangkan sama seperti penyimpanan susu. Untuk
meningkatkan efektifitas dan sensitifitas pemeriksaan mikroskopik BTA dalam
spesimen dahak, maka dilakukan pengolahan spesimen dahak dengan metode
konsentrasi. Spesimen dahak dihomogenisasi dengan NaOH 4% kemudian
disentrifuge sehingga BTA akan dikumpulkan dalam volume yang lebih kecil serta
akan memperbesar kemungkinan untuk mengambil sampel yang mengandung
M.tuberculosis atau BTA.

Beberapa kesalahan yang dapat dipakai dalam mengurangi terjadinya


kesalahan pada pengambilan sputum adalah

• Sebelum pengambilan sampe sputum, kepada pasien diberikan pengarahan


dan perlunya pengambilan sputum yang baik dan benar untuk mendapatkan
hasil lab yang benar dan untuk mengatahui tersangka benar sudah terinfeksi
kuman BTA atau tidak.
• Dalam pengambilan sputum/dahak, usahakan agar sputum yang akan diambil
volumenya antara 35ml dan apabila tidak memenuhi tersangka dapat diminta
berkali-kali mengeluarkan sputum dalam waktu yang sama agar tercapai
volume yang dikehendaki
• Bila sputum sulit keluar, kepada tersangka dianjurkan olahraga ringan
sebelum pengambilan seperti lari-lari kecil kemudian menarik nafas dalam
beberapa kali dan bila terasa akan batuk nafas ditahan selama mungkin.
Batukan dan masukan ke dalam pot sputum yang transparan bermulut lebar.
Dan bila cara ini masih belum berhasil, pasien sebelum tidur minum teh manis
satu gelas atau diberi tablet glyseril guayakalot 200mg. Dapat juga dianjurkan
untuk berjemur dibawah sinar matahari dengan posisi tidur telungkup di atas
dipan dengan kedua tangan jatuh bebas dan batuklah dengan kuat bila dada
terasa panas.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Bak pewarnaan dan standar untuk meletakkan kaca objek.
2. Bahan pemeriksaan ( sputum pasien ).
3. Kaca Objek ( Object Glass ).
4. Zat warna utama ( Larutan Carbol Fuchsin 0,3% ).
5. Lampu spiritus.
6. Larutan Asam –alkohol. (3% HCl dalam etanol
7. Metylen Blue 0,3%
8. Timer
9. Rak untuk mengeringkan sediaan
10. Pinset/penjepit kayu
11. Zat warna latar belakang (counter stain) Larutan Methylen Blue.
12. Air mengalir (tap-water).
13. Hand schoen 1 pasang/mahasiswa
14. Masker 1/mahasiswa
15. Mikroskop untuk melihat sediaan
16. Minyak emersi
17. Kertas tisu

F. PROSEDUR KERJA
Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)
Indikasi pewarnaan Basil Tahan Asam:
• Pemeriksaan langsung pada kasus-kasus Tb.paru dan Tb jaringan
lainnya
• Pemeriksaan langsung pada kasus-kasus dugaan Lepra.
• Pemeriksaan konfirmatif pada hasil pemeriksaan biakan / kultur Tb
sendiri.
Prosedur pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA):
1. Dengan memakai tissu atau kapas alkohol dibersihkan kaca objek
secukupnya.
2. Ambil ose yang ujungnya berbentuk lingkaran, kemudian pijarkan dengan
lampu spiritus. Kemudian dinginkan sebentar pada suhu kamar.
3. Celupkan ujung ose tersebut ke dalam cairan bahan pemeriksaan (sputum)
dan oleskan secara merata di atas kaca objek dengan ketebalan dan luas
secukupnya. Pilih sputum dengan bahan mucin yang tebal, kalau ada
bercak darah pilih yang ada bercak darah.
4. Genangi dengan zat warna utama ( Larutan Carbol fuchsin ) selama 5
menit, sementara itu panaskan dengan nyala api dari bawah kaca objek
beserta genangan carbol fuchsin sampai keluar asap dari genangan carbol
fuchsin itu.
5. Buang genangan zat warna carbol fuchsin panas tersebut. Cuci dengan
aliran kecil air keran.
6. Letakkan kaca objek itu di atas standarnya kemudian genangi dengan
larutan asam-alkohol selama lebih kurang 1 menit ( sampai zat warna
carbol fuchsin luntur ).
7. Celupkan beberapa saat kaca objek tersebut ke dalam larutan asam-
alkohol.
8. Bersihkan sisa asam-alkohol dengan mencucinya pada aliran kecil air
keran.
9. Letakkan kaca objek pada standarnya dan genangi dengan larutan zat
warna latar belakang (counter stain), Methylen Blue. Biarkan selama 1
menit.
10. Buang larutan zat warna Methylen Blue tersebut kemudian cuci dengan
aliran kecil air keran sampi tidak ada lagi zat warna biru mengalir.
11. Keringkan kaca objek yang telah siap diwarnai tersebut dengan kertas
saring dan lihat dengan mikroskop sebagaimana pada pada pewarnaan
Gram di atas.
12. Tunjukkan mana bakteri yang Basil Tahan Asam tersebut mana yang
bukan.

G. HASIL PENGAMATAN
Interpretasi hasil :
Pewarnaan BTA :
• BTA (+) : tampak kuman berwarna merah, berbentuk batang halus
kadangkadang bergranul disertai kuman-kuman lain non BTA dan sel
leukosit yang berwarna biru.
• BTA (-) : tidak ditemukan kuman batang berwarna merah, hanya
terlihat kuman-kuman non BTA dan sel leukosit yang berwarna biru
Hasil dilihat dibawah lensa objektif 100 x (+ minyak emersi). Minimum
diperiksa sebanyak 300 LP, sebelum dinyatakan negatif (–).
Intepretasi BTA (quantitative report) menurut Kemenkes / Union Against
Tuberculosis and Lung Diseases ( IUATLD ) :
• Tidak ada BTA : 0 / 100 LP
• Meragukan = 1-9/100 LP
• 1 + = 10-99/100 LP
• 2 + = 1-10/LP
• 3 + = > 10 BTA dalam 1 LP, periksa minimal 20 LP
H. PEMBAHASAN

Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang


mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat
warna,namun jika bakteri diberi zat warna dan akan tahan diikat tampa mampu
dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun dengan asam alkohol. Karena itu
bakteri itu di sebut bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan
untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberculosys yaitu mycobacterium
tuberculosis. (Dewi Ayu,2013)
Dari pewarnaan BTA dapat di bedakan menjadi 2 yaitu golongan bakteri tahan
asam yang akan mengikat zat warna primer (carbol fuchsin) dan tidak akan dilepas
pada pencucian alkohol asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder (metilen
biru), sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada
pencucian lakohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder. Ada beberapa cara
mewarnai bakteri tahan asam yaitu, menurut Ziehl Neelseen, menurut Tan Thiam
Hok (1957) yang disebut juga pewarnaan kinyoun gabbelt, serta pewarnaan dengan
Auramen-Phenol Flourcrhome. (Karuniawati, 2005)

I. KESIMPULAN

Dari hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan BTA


positif pada pasien dengan diagnosis klinis tuberkulosis paru lebih banyak ditemukan
pada laki-laki, usia tersering ialah usia produktif, dan hasil pemeriksaan sputum yang
BTA positif lebih sedikit daripada BTA negatif.(Velma, 2014)

J. DAFTAR PUSTAKA

1. Buntuan,Velma. 2014. Gambaran Basil Tahan Asam (BTA) Positif Pada


Penderita Diagnosa Klinis Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Islam Sitti Maryam
Manado Periode Januari 2014 S/D Juni 2014. Jurnal e-Biomedik (eBM) Vol 2,
No 2.
2. Elmer W. Koneman Stephen D. Allen. William M Janda. Paul-C.
Schreckenberger Washington C. Winn, Jr. 1992. Diagnostic Microbiology

3. Fujiki A. 2015. Mikroskopis TB Untuk Program Tuberkulosis Nasional

4. Kementerian Kesehatan .2017. Materi Inti 2 Pengumpulan Contoh Uji Dahak.

5. Kanisius. Lestari E.P. 2008. Teknik Sentrifugasi Untuk Meningkatkan Penemuan


Basil Tahan Asam Dari Sputum Suspek Tuberkulosis.

6. JICA. 1987. The RIT ( Reseacrh Institute of Tuberculosis) Japan Anti


Tuberculosis Association: Minimum Essentials of Laboratory – Procedure for
Tuberculosis Contro\

7. Karuniawati, A., Risdiyani, E., Nilawati, S., Prawoto, Rosana, Y., Alisyahbana,
B., Parwati, I., Melia, Wia, Sudiro, T.M. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok,
Ziehl Neelsen dan FluorokromSebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam
untuk PemeriksaanMikroskopik Sputum. Makara, Kesehatan, Vol. 9, No. 1 : 29-
33

Anda mungkin juga menyukai