OLEH KELOMPOK 5A
ANGGOTA :
IHSIANI NADHIFA
PINGKI RATNASARI
IRFAN H PUTA
FAIZ CHALIDZAR
GUSTIA ANUGRAHWATI
WINDA YULISTIAWATI
RIRIN PUTRINALDI
AMINULLAH A IKHSAN
FIRHOD PURBA
NURUL AHDIAH
SKENARIO
BATUK YANG DIDERITA ADI
Adi, seorang mahasiswa berumur 20 tahun, sudah hampir tiga minggu ini menderita batuk
dengan dahak berwarna kuning, demam, dan pilek. Sejak tiga hari yang lalu suhu tubuhnya makin
tinggi. Ayah Adi sangat khawatir sehingga membawanya ke dokter keluarga. Dari anamnesis oleh
dokter diketahui bahwa Adi sering menderita batuk dan pilek yang hilang timbul. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum Adi baik, napas 20 kali/ menit, nadi 110 kali / menit,
suhu tubuh 38,30 C. Pemeriksaan toraks didapatkan adanya kelainan pada hemi toraks sinistra
yaitu fremitus meningkat. Pada perkusi didapatkan redup dan pada auskultasi terdengar ronkhi
basah halus nyaring di bagian tengah dan di basal paru, sedangkan pada hemitoraks dextra masih
dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan Hb 13,7 gr/dl, leukosit 13.500mm3,
hematokrit41,2 % dan trombosit 210.000/mm3. Foto toraks PA menunjukkan adanya infiltrat di
bagian tengah dan basal paru kiri. Kepada Adi dan ayahnya, dokter menerangkan beberapa
kemungkinan penyakit paru yang diderita oleh Adi. Dokter juga menjelaskan kondisi yang
menyebabkan timbulnya penyakit tersebut dan hal lain yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita Adi.
Dokter memberikan obat berupa antibiotik, mukolitikserta antipiretik. Adi dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kultur kuman banal dan uji kepekaan terhadap antibiotik dari sputum
serta pemeriksaan BTA sputum SPS. Dokter juga menganjurkan pemeriksaan penunjang lainnya.
Bila tidak ada perbaikan secara klinis, maka Adi akan dirujuk ke RS terdekat untuk dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut. Menurut dokter bila tidak dilakukan penatalaksanaan yang tepat
penyakitnya akan bertambah parah dan dapat timbul hal lain yang tidak diinginkan.
Bagaimana anda menerangkan apa yang dialami oleh Adi?
TERMINOLOGI
1. Fremitus : getaran yang dihantarkan pada dinding dada yg meningkatn
pada keadaan pasien infiltrate paru
2. Ronkhi basah halus nyaring : suara nafas yang terputus putus yang
terdengar saat inspirasi akibat udara yang melalui cairan pd sal. Nafas yg
kecil
3. Hemithorax sinistra : bagian dada sebelah kiri
4. Hemithorax dextra : bagian dada sebelah kanan
5. Antipiretik : obat yg berfungsi menurunkan suhu tubuh
6. Kuman Banal : mikroorganisme bakteri yg menyerang tubuh
7.Sputum SPS :sputum yang dikumnpulkan pada 3 waktu, sewaktu pagi
sewaktu
RUMUSAN MASALAH
BRAINSTORMING
1. mengapa terjadi batuk dg dahak kuning dan pilek pada adi dan hubungan nya dg
umur dan jenis kelamin dg penyakit tsb ?
2. mengapa suhu tubuh nya semakin tinggi sejak 3 hari yg lalu ?
3. mengapa adi menderita batuk pilek yg hilang timbul ?
4. apa interpretasi dari pemeriksaan fisik adi ?
5. apa interpretasi dari pemeriksaan thorax adi ?
6. apa interpretasi dari pemeriksaan labor dan foto thorax adi ?
7. apa saja kemungkinan penyakit paru yg di derita oleh adi dan penyebab
timbulnya penyakit tsb ?
8. mengapa dokter memberikan antibiotic,mukolitik dan anti piretik pada adi ?
9. mengapa adi dianjurkan pemeriksaan kultur kuman banal, uji kepekaan
antibiotic dan sputum SPS ?
1. mengapa terjadi batuk dg dahak kuning dan
pilek pada adi dan hubungan nya dg umur dan
jenis kelamin dg penyakit tsb ?
Akibat terjadi infeksi apabila ada benda asing yang masuk ketubuh dan bisa
menyebabkan terjadinya inflamasi. Serta dapat menyerang system pertahanan
tubuh dan menyerang system metabolism sehingga dpt menyebab demam.
Reseptor batuk : laring, diafragma, dll
Inf.saluran nafas hipersekresi mucus (normal nya bisa dibersihkan) mukus
bertumpuk ada reflex batuk untuk mengeluarkan mucus
Inf oleh bakteri sputum berwarna
demam : karna ada interleukin 1 sbg respon inflamasi dan suhu meningkat
Pilek :inflamasi pada hidung dan menyebabkan hidung tersumbat dan bersin2
2. mengapa suhu tubuh nya semakin tinggi
sejak 3 hari yg lalu ?
Akibat tidak diobati atau dibiarkan saja, akibat ada benda asing yg bisa
menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler dan bisa menghasilkan
ingus
4. apa interpretasi dari pemeriksaan fisik adi ?
RR : normal
Nadi : tinggi/takikardi
Suhu : tiunggi/demam
5. apa interpretasi dari pemeriksaan thorax adi ?
Hemithorax sinistra : fremitus meningkatinfiltrat paru, karna ada
kepadatan pada paru, sehingga taktil meningkat sehingga getaran terasa
pada dinding paru
Hemithorax dextra : normal
Perkusi : redup ada infiltrate paru dimana pada parenkim paru itu bersifat
solid
Auskultasi : akibat suara yg masuk ke sal nafas melalu cairan yg ada sis al
nafas, halus berarti pada sal nafas kecil,nyaring akibat infiltrate pada kasus
pneumonia
6. apa interpretasi dari pemeriksaan labor dan foto
thorax adi ?
Hb : normal
Leukosit :meningkat
Hematokrit : niormal
Trombosit : normal
7. apa saja kemungkinan penyakit paru yg di derita
oleh adi dan penyebab timbulnya penyakit tsb ?
Trakeobronkolitis : karna gejala nya batuk, namun berbeda, biasanya kering
dahulu lalu berdahak, biasa di sertai demam, (tidak tinggi)
Bronkiolitis : batuk, pilek, demam (berdahak) tapi pada hemithorax
harusnya masi normal,perkusi harusnya masi sonor,biasanya di derita anak
anak
Pneumonia : di iringi demam dan ronkhi nyaring, namun perkusi harus
pekak, dan radiologi nya ada infiltrate abses paru,karna infeksi bakteri dan
jamur,karna pem lab, lalu ada ronkhi karna infeksi pada alveolus
TB : infilrat nya biasanya di apex atau bawah,sebelumnya udah pernah
terkena tb
Bronchitis kronis : karna ada infiltrate paru, namun masi 3 minggu harusnya
minimal 3 bulan
1. M3 BRONKITIS
2. M3TRAKEITIS
3. M3 PNEUMONIA
4. M3 SARS
5. M3 TUBERKULOSIS
6. M3 ABSES PARU
LO 1 : BRONKITIS
DEFINISI
Angka kejadian bronkitis di Indonesaia sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan dari keduanya (PDPI, 2013). Menurut Rinaldi (2013) di Indonesia
diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%.
ETIOLOGI
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru
dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
Sinusitis kronis
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
Berbagai jenis debu
Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida dan bromin
Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
Tembakau dan rokok lainnya.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.
PRINSIP DIAGNOSIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan asetaminofen. Dianjurkan untuk beristirahat dan
minum banyak cairan.
Bronkitis akut Bronkitis kronis
Antitusif : DMP (dekstromethorfan) 15 mg,
diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg,
Edukasi: Sedapat mungkin
diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, menghindari paparan faktor-
diminum 3 kali sehari. faktor pencetus.
Ekspektorant: yang lazim digunakan
diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), Mengoptimalkan fungsi
bromhexine, ambroxol, dan lain-lain. pernapasan dan mencegah
Antipiretik: parasetamol (asetaminofen), kekambuhan, diantaranya
dan sejenisnya., digunakan jika penderita
demam. dengan olah raga, istirahat yang
Bronkodilator, diantaranya: salbutamol, cukup, makan makanan bergizi.
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-
lain. Digunakan pada penderita yang disertai Oksigenasi
sesak napas atau rasa berat bernapas. Efek
samping obat bronkodilator yang mungkin
dialami oleh penderita, yakni: berdebar,
Obat: Bronkodilator dan
lemas, gemetar dan keringat dingin. mukolitik
Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai
tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan
Antibiotika(jika disebabkan
pemeriksaan dokter bakteri, misalnya: H. influenzae,
S. pneumoniae, M. catarrhalis.
LO 2 : TRAKEITIS
Trakeitis
Croup (laringotrakeobronkitis)
epiglotitis
Tatalaksana
Antivirus
Antibiotik
Ekspektoran dan obat Antitusif
Antipiretik
LO 3 : PNEUMONIA
Definisi
WHO : 1 juta kematian disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih
dari 90% terjadi di negara berkembang.
Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir.
Lansia juga berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait penyakit
lainnya
Inggris: kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang
untuk kelompok usia 18-39.
Bagi mereka 75 tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000
orang
Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%.
Etiologi
Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme Gram Positif atau Gram
Negatif seperti: Streptococcus pneumoniae (pnemokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumonia, Legionella, Haemophilus
influenza.
Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air),
Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus.
Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis, Histoplasma
kapsulatum.
Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
Faktor Risiko
Beberapa kelompok-kelompok mempunyai faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena
pneumonia, yaitu antara:
Usia lebih dari 65 tahun.
Merokok.
Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan penyakit kronis lain.
Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, dan emfisema.
Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan penyakit jantung.
Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi
organ, kemoterapi atau penggunaan steroid lama.
Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-
obatan sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.
Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh
virus
Patogenesis
Pemeriksaan fisik:
1. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas
2. Pada palpasi fremitus dapat mengeras
3. Pada perkusi redup
4. Pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus,
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
A. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti.
b. Pemeriksaan labolatorium
Peningkatan jumlah leukosit > 10.000/ul (kadang >30.000/ul)
Peningkatan LED
Kultur darah (+) pada 20-25% pasien tidak diobati
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
C. Pemeriksaan untuk mengetahui etiologi
Pulasan gram dan biakan sputum
Kultur darah
-> Hanya 5-14% biakan darah pasien yang dirawat inap
dengan CAP menunjukkan hasil positif.
Tes antigen
-> Digunakan untuk mendeteksi antigen mikroorganisme
penyebab pneumonia.
PCR
Serologi
Tatalaksana
Demam
Keluhan pernapasan : batuk, sesak, kesulitan bernapas
Disertai : kontak dg penderita sars atau org yang didiagnosis suspek, riwayat
perjalanan ke tempat yang terkena sars atau pernah tinggal di daerah yg terkena sars
dalam 10 hari terakhir.
hematologi : limfopenia
foto toraks : tanda pneumonia atau respiratory distress sindrom
Uji sandwich elisa
PEMERIKSAAN LAB :
Pada waktu permulaan penyakit, jumlah absolut limfosit seringkali
menurun.
jumlah leukosit normal atau sedikit menurun.
trombositopenia
Fase respiratorik : peningkatan kadar kreatin fosfokinase (sampaisetinggi
3.000 IU/L) dan hepatik transaminase (2-6 kali lebih tinggi dari normal).
Umumnya fungsi ginjal tetap normal.
Tes molekuler [PCR]
Test anti bodi: Elisa dan IFA
GAMBARAN RADIOLOGIS
3-4 hari setelah timbulnya gejala penyakit : infiltrat interstisial lokal yang
kemudian berkembang menjadi infiltrat interstisial umum.
Secara radiologis tampak daerah-daerah paru yang berawan.
Tatalaksana
Komplikasi
Pneumotoraks,
Prognosis
LO 5 :TUBERKULOSIS
Tuberkulosis Paru
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
3. Kasus Setelah Putus Berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
4. Kasus Setelah Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus Lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
Epidemiologi
A. Personal
1. Umur
Tb Paru Menyerang siapa saja: tua, muda bahkan anak-anak.
Penelitian pada tahun 2008 menunjukkan jumlah penderita baru Tb Paru
positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 %
terjadi pada usia lanjut (> 55 tahun).
2. Jenis Kelamin
Penyakit Tb Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak, laki- laki dan
perempuan.
Tb paru menyerang sebagian besar laki-laki usia produktif.
3. Stasus gizi
Penyakit Tb paru Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi
rendah karena sistem imun yang lemah sehingga memudahkan kuman Tb
Masuk dan berkembang biak.
B. Tempat
1. Lingkungan
Penderita Tb Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat yang
menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor.
2. Kondisi sosial ekonomi
Sebagai penderita Tb paru adalah dari kalangan miskin.
Data WHO pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa angka
kematian akibat Tb paru sebagaian besar berada di negara yang
relatif miskin.
Etiologi: Mycobakterium Tuberkulosis
Gejala Klinis
Mikrobiologi
Radiologi
Patologi Klinik
Gejala & Tanda
batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
batuk dapat diikuti gejala tambahan seperti dahak bercampur darah
maupun batuk darah
sesak napas,
badan lemas,
nafsu makan menurun, BB menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan
Gejala khusus :
Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Tanda
Resistensi Primer :
Resistensi yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan OAT
atau kurang dari 1 bulan
Resistensi Inisial:
Resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada
riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah
Resistensi Sekunder
Resistensi yang terjadi pada pasien yang sudah ada riwayat pengobatan OAT minimal
1 bulan.
Suspek Pasien MDR-TB
1. Kasus TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori 2
2. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 2
3. Pasien TB yang pernah diobati di fasilitas non DOTS termasuk
yang mendapatkan OAT lini ke dua seperti kuinolon dan
kanamisin
4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan kategori 1
6. TB paru kasus kambuh
7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/ default pada pengobatan
kategori 1 atau kategori 2
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB
MDR kofirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di
bangsal TB MDR
9. TB -HIV
Alur Diagnostik : 2 kelompok risiko
(Suspek TB-MDR dan TB-HIV)
Drugs in MDR TB Management
Pemberian antibiotik oral pada pasien HIV (+) suspek TB paru sebagai alat
bantu diagnosis TB paru tidak direkomendasi, karena :
diagnosis TB menjadi terlambat pengobatan TB terlambat
meningkatkan risiko kematian
Penggunaan antibiotik quinolon sebagai terapi infeksi sekunder pada TB
dengan HIV positif harus dihindari :
respon terhadap mikobakterium TB
menghilangkan gejala sementara
kemungkinan timbulnya resistensi
Antibiotik golongan quinolon ini dicadangkan sebagai OAT lini kedua
Gambaran mikroskopik dan biakan sputum
ISTC 1 --> sputum BTA langsung dianjurkan 3 kali dimana salah satu
diantaranya dahak diambil pagi hari (SPS).
Pada ISTC 3 sputum BTA dilakukan 2 kali pada laboratorium yang
kualitasnya terjamin.
Spesimen dahak pasien TB dengan HIV (+) umumnya BTA negatif
Pada pasien TB dengan HIV (+) yang pemeriksaan mikroskopik dahaknya
BTA negatif, pemeriksaan biakan dahak sangat dianjurkan dapat
membantu diagnosis TB
Pemeriksaan biakan dahak merupakan baku emas untuk mendiagnosis TB
Bagian bawah,
beberapa
Infiltrat Bagian atas CD4 : 375
tempat, atau
milier
Kaviti Umum Tidak umum
Adenopati Tidak umum Umum
Efusi Tidak umum Lebih umum CD4 : 50
PENGOBATAN TB PADA PASIEN HIV
Semua pasien (termasuk mereka yg terinfeksi HIV) yg belum pernah diobati harus
diberi paduan obat lini pertama :
Fase awal: 2 bulan INH, RIF, PZA, dan EMB
Fase lanjutan: 4 bulan INH dan RIF, atau
Semua pasien TB pada pasien HIV seharusnya :
Mendapat obat KDT setiap hari pada fase inisial, pemberian secara intermitten ( 3 kali 1
minggu) tidak dianjurkan.
Mendapat obat KDT setiap hari pada fase lanjutan atau 3 kali seminggu .
Nelfinavir PI Nelvex
Efavirenz/EFZ NNRTI Evafir
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun
pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis
yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
Panduan obat TB pada anak
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB
adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB
berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa
pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu
Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis
Dosis
INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
Streptomisin: 1540 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap
= KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:
1. Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
2. Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat BERAT BADAN 2 BULAN TIAP 4 BULAN TIAP
badan anak dan komposisi dari tablet KDT tersebut. (KG) HARIRHZ HARIRH (75/50)
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi (75/50/150)
tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan 5-9 1 tablet 1 tablet
komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg, 10-14 2 tablet 2 tablet
Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak 15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke
rumah sakitAnak dengan BB 33 kg , disesuaikan dengan dosis
dewasaObat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelahOAT
KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT
Kombipak Anak. Dosisnya seperti pada tabel berikut ini. Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak
Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak
JENIS OBAT BB<10 KG BB 10-20 BB 20-32 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 10-20 BB 20-32 KG KG(KOMBIPAK)
KG(KOMBIPAK) Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal
seperti TB milier, meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH,
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol atau Streptomisin).
Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10
bulan.
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB
diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 12 mg/kg
BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid
adalah 24 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off
dalam jangka waktu 26 minggu. Tujuan pemberian steroid ini
untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan
jaringan.
Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila
memungkinkan, karena penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi
kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat risiko
penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat
suntikan.
KOMPLIKASI
Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena sumbatan jalan napas, atau syok hipovolemik,
Kolaps lobus akibat sumbatan bronkus,
Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru,
Pneumotoraks (pnemotorak/ udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
bula/ blep yang pecah,
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal dan sebagainya,
Insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).
LO 6 : ABSES PARU
Abses Paru
Abses paru merupakan infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan
paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus)
dalam parenkim paru.
Epidemiologi
Abses paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dan sering
terjadi pada usia tua karena insiden periodontal dan aspirasi meningkat.
Etiologi
Abses paru umumnya lebih banyak terjadi karena aspirasi. Selain itu juga
karena penyebaran bakteri secara hematogen.
Adanya aspirasi akan menyebakan bakteri masuk dan menginfeksi daerah
tertentu pada paru
Septikemia/septic emboli menyebar melalui hematogen kedaerah paru.
Abses hepar bacterial/amubik ang rupture akan menembusb diagragma
dan akan terjadi abses pada bagian lobus bawah paru.
Abses paru terbagi atas:
Abses primer: infeksi yang disebabkan aspirasi pada orang normal
Abses sekunder : Infeksi yang terjadi pada orang yang sebelumnya sudah
menderita gangguan lain, seperti gangguan obstruksi pernafasan,
gangguan imunitas.
Gambaran klinis
Abses akut terjadi 4-6 minggu. Gejala awal berupa: badan lemah, tidak
nafsu makan, berat badan turun, batuk, keringat malam disertai menggigil.
Batuk pada awal berupa berupa batuk kering lalu menjadi batuk purulen
hingga batuk darah.
Diagnostik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Suhu 40 oC
Nyeri tekan local pada dada
Perkusi redup dengan suara nafas bronchial. Bila abses luas akan
terdengar suara amforik
Laboratorium
Leukosit: 10.000-20.000/mm3 dengan netrofil paling banyak
Pemeriksaan dahak hendaknya diperoleh dari aspirasii transkeal,
transtorakal karena bila lewat batuk akan terkontaminasi dengan bakteri
mulut
Radiologii
Hari pertama dengan gambaran opak selanjutnya radiolusen dengan
gambaran infiltrate.
Abses rupture terjadi drainase abses ke bronkus akan terbentuk kavitas
ireguler dengan batas cairan dan permukaan udara (air fluid level)
CT Scan dapat menunjukkan lokasi
Tatalaksana
Pasien berbaring miring dengan bagian abses berada sebelah atas supaya gravitasi
drainase baik
Obat-obatan:
Klindamisin dosi 3X600mg IV . Maintenance: 4X300mg/hari oral
Penisilin G 2-10 juta unit/hari + streptomisin
Tindakan operasi jika:
Abses tidak ada perbaikan dengan antibiotic
Terdapat komplikasi