Anamnesis
Identitas: Bp. Andi, usia 55 tahun, pekerjaan: supir, alamat: Condong Catur
Keluhan Utama:
o Batuk 1 minggu, terus menerus, bertambah parah saat aktivitas. Batuk berdahak,
kental, hijau-kekuningan. Agak membaik jika minum yang hangat. Pernah diobati
dengan obat Komix, namun tidak berefek.
Batuk telah terjadi 1 minggu, masih ada banyak kemungkinan diagnosis
penyakit respirasi. Namun, diceritakan bahwa batuknya berdahak dan
dahaknya kental berwarna hijau-kekuningan mengarah ke infeksi
bakteri. Karena itu, tidak mempan hanya dengan obat batuk biasa.
Keluhan Penyerta:
o Nafsu makan menurun, namun belum terasa jika BB turun.
o Sesak nafas
o Terasa panas di dada
Tidak ada pilek ataupun gangguan di saluran nafas atas sebelumnya, hal
ini berarti penyakit ini tidak masuk dari atas, berarti perkembangannya
di bawah (paru).
Nafsu makan menurun, belum pasti mengapa terjadi namun ada yang
mengatakan penurunan nafsu makan pada penyakit respirasi karena
paru bekerja keras untuk bernafas, dan menggunakan banyak energi.
Sesak nafas karena bakteri Pneumonia menyempitkan saluran bronkus,
sehingga membuat pasien sulit bernafas. Oleh karena hal itu, pernafasan
menjadi lebih cepat (takipnea) untuk memenuhi kebutuhan oksigen
jaringan.
Terasa panas di dada karena infeksi bakteri yang ada dalam parunya.
RPD:
o Pernah mengalami hal yang sama 2 tahun yang lalu, sudah sembuh namun
kambuh-kambuhan, dan tidak pernah periksa ke dokter.
o Tidak ada riwayat mondok
Hal yang sama pernah terjadi 2 tahun sebelumnya, bisa saja relaps dari
penyakit dahulu, dan memungkinkan juga ini adalah gejala TB paru.
Namun TB paru sudah tersingkirkan karena dijelaskan bahwa
penyakitnya sembuh sendiri tanpa mengkonsumsi obat TB bahkan tanpa
memeriksakan diri ke dokter.
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign:
o TD 110/80
o Suhu 38,4oC (demam)
o Nadi 110x/menit (takikardi)
o Nafas 24x/menit (takipnea)
Tekanan darah normal; suhunya agak tinggi (demam) dikarenakan
infeksi bakteri yang terjadi; takikardi naik dikarenakan kenaikan suhu
yang terjadi (setiap kenaikan 1oC meningkatkan nadi sebesar 10x/menit).
Takipnea terjadi karena sesak nafas yang diakibatkan penyempitan
saluran bronkus akibat bakteri Pneumonia tersebut.
Tidak tampak anemia yang bisa terjadi jika ada perdarahan jika
ditemukan anemia, mengarah ke TB, hematotorax, dsb. Ini berarti tidak
terjadi perdarahan masif sehingga anemia.
Tidak bernafas dengan cuping hidung masih mampu bernafas dengan
baik.
Pemeriksaan paru:
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
: Normal
: Fremitus meningkat pada regio kiri bawah
: Redup pada region kiri bawah
: Terdengar crackles pada basal paru kiri
Inspeksi tampak normal, tidak ada ketinggalan gerakan nafas dada, tidak
ada tanda penggunaan otot bantu nafas maupun retraksi sela iga yang
mungkin terjadi dalam pneumonia yang lebih berat.
Pada bagian bawah dari paru kiri, fremitus meningkat, pada perkusi
terdengar redup, dan pada auskultasi terdengar crackles. Ini berarti pada
lobus inferior sinistra paru terdapat inflamasi pada jaringan paru. Hal ini
dikarenakan peradangan parenkim paru yang disebabkan bakteri.
Bunyi crackles merupakan bunyi abnormal paru non kontinyu yang
terjadi akibat pembukaan kembali jalan napas yang menutup, dan
terdengar selama inspirasi.(udara melewati cairan)
- Crackles halus: meletup, terpatah-patah. Seperti rambut
yang digesekkan. Penyebabnya: udara melewati daerah
lembab di alveoli atau bronkiolus.
- Creckes kasar: parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan
terpotong. Penyebab: aliran udara melewati cairan atau
sekresi pada jalan nafas yang besar.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan sesuai dengan indikasi adalah:
Darah rutin
Kultur dahak
Rontgen Toraks
Darah rutin ini untuk melihat tanda-tanda infeksi dari peningkatan leukosit
Hasilnya terjadi leukositosis yang merupakan tanda dari infeksi
bakteri
Kultur dahak perlu dilakukan karena pasien mengeluhkan adanya dahak
berwarna hijau kekuningan, yang mengindikasikan adanya infeksi bakteri
yang menghasilkan eksudat seperti itu, selain itu dari kultur dahak dokter
dapat mengetahui mikroorganisme penyebab penyakit pasien.
Hasilnya ditemukan bakteri S. pneumonia, hal ini menunjukkan
bahwa penyebab penyakit ini adalah bakteri S. pneumonia tersebut,
menguatkan diagnosis pneumonia.
Rontgen toraks, dilakukan karena adanya keluhan sesak serta dari
auskultasi suara paru ditemukan suara crakcles, sehingga terdapat
kecurigaan mengarah ke pneumonia karena terdapat cairan di dalam
alveolus pasien.
Hasilnya corakan bronchovaskular menebal, terlihat infiltrat pada
basal paru kiri.
Corakan bronchovaskular yang menebal menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah ke paru paru, sedangkan infiltrat pada
basal paru kiri ini merupakan akibat dari kolonisasi bakteri
Diagnosis Banding
TB Paru
Bronkitis
Diagnosis Kerja:
Diagnosis banding seperti yang disebutkan diatas karena keluhan pada
awalnya adalah batuk berdahak, dan adanya riwayat batuk seperti ini
sebelumnya kemungkinan TB Paru
Karena batuk merupakan salah satu keluhannya, ditambah dengan infeksi
bakteri yang bisa mengarah ke bronkitis.
BRONKITIS (4A)
Anamnesis :
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah rutin untuk melihat ada tidaknya leukositosis yang
menandakan adanya infeksi
2. Foto rontgen paru, untuk menyingkirkan diagnosis. Di dapati hasil paru - paru
tidak ada kelainan dan hanya di temukan corak bronchovascular ringan di sekitar
bronkus akibat dari proses peradangan bronkus.
3. Pemeriksaan sputum (BTA) untuk menyingkirkan TBC
Terapi:
Edukasi
2.
1. Menggunakan masker selama masa penyembuhan agar tidak menular pada keluarga dan
orang-orang disekitar. Karena bronchitis yang disebabkan oleh infeksi virus maupun
bakteri dapat menular.
2. Pasien disarankan untuk tidak meludah sembarangan karena juga dapat menjadi sumber
penularan.
3. Pasien diminta untuk cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi agar kondisi
fisiknya cukup kuat untuk melawan bakteri yang menginfeksi. Daya tahan yang kuat
akan menghindari kita terserang infeksi.
4. Antibiotik harus dihabiskan dan diminum sesuai aturan agar tidak terjadi resistensi
antibiotik.
1. Anamnesis
Bapak Bambang (40th) datang dengan keluhan utama, sesak napas. Keluhan mulai sejak tadi
malam. Pasien bercerita sesak sering dirasakan ketika malam hari dan pagi hari ketika cuaca
dingin dan ketika pasien kelelahan. Pada saat sesak pasien sering disertai dengan suara nafas
berbunyi ngik-ngik , merasa nafas jadi lebih berat. Dalam seminggu, dapat mengalami
sesak > 1 kali dan dalam sebulan dapat mengalami 3 kali sesak pada malam hari. Keluhan
penyerta, pasien mengalami batuk berdahak warna putih yang timbul bersamaan dengan
sesak napasnya. Untuk memepringan gejala, pasien merasa lebih baikan pada saat istirahat
dengan posisi duduk daripada berbaring, dengan tanpa minum obat atau tanpa diterapi.
Sebelumnya belum pernah pergi ke dokter untuk diperiksa sesaknya. Riwayat penyakit
dahulu, pasien bercerita sering mengalami hal serupa sejak pasien masih muda dan dirasa
bertambah berat akhir- akhir ini. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada yang mengalami
gejala yang serupa. Gejala ini membuat pasien merasa terganggu apabila dengan aktivitas
berat, sesak mulai muncul. Tentang gaya hidup, pasien tidak merokok maupun minum
minuman beralkohol,jarang berolahraga. Riwayat alegi, pasien mengalami alergi dingin.
Dan pasien tidak sedang mengalami penyakit yang terkait jantung.
2. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : sedang, tampak sesak, tidak anemis
Kesdaran: Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 120/80
Frek.denyut nadi: 124x/menit, regular
Frek. Napas: 28x/ menit
Suhu: 37,1 C
Pemriksaan Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, bentuk normochest, tidak ada pelebaran sela ig,
Hiperinflasi paru tampak adanya radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis
diagfragma yang menurun
Laboratorium
Lab darah rutin
Pemeriksaan sputum
4. Diagnosis Kerja
Asma bronchial persisten serangan sedang
5. Different diagnosis
PPOK
Bronkitis akut
6. Terapi
Terapi gawat darurat
O2 2L/menit via nasal canul
Nebulisasi dengan Combivent (agonis 2 ipatropium bromide) selama 60menit
dengan penilaian ulangsetelah 1-2 jam.
Terapi rawat jalan
Salbutamol tab 3x2 mg
Ambroxol tab 3x30 mg
Prednison tab 3x5 mg atau dexamethason 3x1 mg
7. Edukasi
Menghindari faktor pencetus
Apakah merokok ?
Jika ia , sejak kapan ?
Berapa batang rokok sehari ?
Apakah sudah pernah berusaha menghentikanya ?
Apakah semenjak sakit ada usaha berhenti merokok?
Apakah sering berolohraga ?
Berapa kali seminggu ?
Olahraga apa yang sering di lakukan ?
Sekali olahraga berapa lama ?
Apakah makan 3 kali sehari ?
Makanan apa yang sering di konsumsi? Apakah sering makan buah dan sayur ?
Pemeriksaan fisik
Vital sign ( pada kasus PPOK biasanya suhu dan tekanan darah normal tapi
nandi dan pernafasan meningkat :
Pemeriksaan head to toe ( lihat keadaan umum pasien, lihat apakah ada
konjungtiva anemis ?
Pemeriksaan fisik paru
Inspeksi : bentuk dada barrel chest (bentuk dada seperti tong ), hipertrofi
TUBERKULOSIS PARU
Kompetensi : 4A
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.Indonesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari
22 negara di dunia dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul
kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/
MDR).
Hasil Anamnesis
Keluhan Pasien datang dengan batuk berdahak 2 minggu.Batuk disertai dahak, dapat
bercampur darah atau batuk darah. Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic
chest pain (bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari 1
bulan.
Pemeriksaan Fisik
Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi
meningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5).
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah,
fremitus meningkat di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.
b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) atau kultur kuman dari
specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
c. Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan penunjang utama untuk membantu
menegakkan Diagnosis TB pada anak.
d. Pembacaan hasil uji tuberkulin yang dilakukan dengan cara Mantoux (intrakutan) dilakukan
48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur diameter transversal. Uji tuberkulin dinyatakan
positif yaitu:
1. Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan riwayat imunisasi BCG
diameter indurasinya > 10 mm.
2. Pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV, gizi buruk, keganasan dan lainnya)
diameter indurasinya > 5mm.
e. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan dengan batas yang
tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat
menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura),
efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).
Contoh gambaran TB paru dilihat dari gambaran radiologi :
Anak dinyatakan probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau lebih. Namun demikian, jika
anak yang kontak dengan pasien BTA positif dan uji tuberkulinnya positif namun tidak
didapatkan gejala, maka anak cukup diberikan profilaksis INH terutama anak balita
Catatan:
a. Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 bulan.
b. Demam (> 2 minggu) dan batuk (> 3 minggu) yang tidak membaik setelah diberikan
pengobatan sesuai baku terapi di Puskesmas
c. Gambaran foto toraks mengarah ke TB berupa: pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat,
tuberkuloma.
d. Semua bayi dengan reaksi cepat (< 2 minggu) saat imunisasi BCG harus dievaluasi dengan
sistem skoring TB anak.
Differential Diagnosis
- Pneumonia
- Abses Paru
- Bronkitis Kronis
Komplikasi
a. Komplikasi paru: atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks, gagal napas.
b. TB ekstraparu: pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB kelenjar limfe.
c. Kor Pulmonal
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Prinsip-prinsip terapi
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah diterapi sebelumnya
harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini pertama sesuai ISTC (Tabel 2). 1. Fase Awal
selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi internasional, sangat
dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang
terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA,
EMB).
Atau dapat menggunakan kombinasi dosis FDC untuk TB kategori 1 berdasar berat badan :
R/ FDC no XXX
S 1 dd tab III
Untuk pasien dewasa :
< 38 kg = 2 tab/hari
38-54 kg = 3 tab/hari
55-70 kg = 4 tab/hari
> 70 kg = 5 tab/hari
Untuk pasien anak :
5-9 kg = 1 tab/hari
10-14 kg = 2 tab/hari
15-19 kg = 3 tab/hari
20-32 = 4 tab/hari
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan: 1.
Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian cara mendapatkan
obat serta kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow-up mikroskopis dahak
(2 spesimen) pada saat: 1. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
2. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
3. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi dianggap
gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
4. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follow up TB paru.
e. Catatan tertulis harus ada mengenai: 1. Semua pengobatan yang telah diberikan,
2. Respon hasil mikrobiologi
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
Rujuk pada keadaan :
- TB dengan komplikasi, seperti pada ODHA, TB dengan komorbid penyakit metabolik,
TB anak dengan BB 33 kg, bayi dengan BB < 5 kg.
- Suspek MDR.