Anda di halaman 1dari 36

BAB 4

OBAT SISTEM
PERNAFASAN
Mata Kuliah Farmakologi Organ
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh :
• Jalan atau saluran nafas
• Paru- paru beserta pembungkusnya (pleura)
• Rongga dada yang melindunginya.

• Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai


pleura visceral dan pleura parietal yang menempel
pada dinding rongga dada dalam.
• Diantara keduanya terdapat cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan
pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan
dinding dada.

A. ANATOMI DASAR SISTEM PERNAFASAN


Alat-alat pernapasan pada manusia meliputi :
1. Hidung
2. Saluran pernapasan :
• Faring
• Laring
• Trakea
• Bronkhus
• Bronkeolus
• Alveolus
3. Paru-paru

STRUKTUR ALAT-ALAT PERNAPASAN


Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara
O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2
dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

B. SISTEM RESPIRASI
Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan :
• Macam-macam peradangan pada sistem Pernafasan, seperti:
bronchitis, laringitis, faringitis, pleuritis, sinusitis.
• Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
• Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung
yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih
suka menggunakan mulut untuk bernapas.
• Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus
paru-paru atau disebut pleura.
• Bronkitis, adalah radang pada bronkus.
• Asma, merupakan penyakit penyumbatan saluran Pernafasan
yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu atau kotoran.

C. KELAINAN/GANGGUAN PADA SISTEM


PERNAPASAN
2. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus
A. Pnemonia Bakteri.
Pnemonia yaitu infeksi akut yang terjadi pada paru / saluran
napas bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri atau
jamur.
a). Berdasarkan luas lesi dapat dibedakan
Bronkopnemonia, Pnemonia segmental, Pnemonia lobar,
Pleropnemonia.
b). Berdasarkan mekanisme terjadinya, dibedakan atas :
• ” Hospital Acquired Pneumonia” Nosocomial
Pneumonia
• “Community Acquired Pneumonia”
• “Immunocompromized Pneumonia)
B. Tuberkolosis / TBC
 Merupakan penyakit yang disebabkan oleh baksil
yang mengakibatkan bintil-bintil pada dinding
alveolus.
 Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-
bintil atau peradangan pada dinding alveolus.
 Tuberkolosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat merusak
paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf
sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi
(miliary TB), sistem genitourinary, tulang dan sendi.
3. Kelainan/Gangguan Sistem Transportasi Udara
a. Kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida.
b. Kadar haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah
sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau
kurang darah alias anemia.

4. Kelainan Lain meliputi :


• Asfiksi, gangguan Pernafasan pada waktu pengangkutan dan
penggunaan oksigen oleh jaringan, akibat tenggelam,
pneumonia dan keracunan.
• Asidosis, kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat
dalam darah.
• Difteri, penyumbatan oleh lendir pada rongga faring yang
dihasilkan oleh infeksi kuman difteri.
a. Bronkitis : peradangan pada bronkus (saluran udara
ke paru-paru).
b. Laringitis : peradangan pada laring (pangkal
tenggorok/ radang pita suara)
c. Faringitis : radang tenggorokan
d. Pleurisis : radang pleura
e. Sinusitis : peradangan pada sinus
f. Asma
g. Pneumonia : radang paru
h. Penyakit tbc
i. Batuk dan pilek

D. PENYAKIT – PENYAKIT PADA SISTEM


PERNAFASAN
Tujuan umum dari pengelolaan penyakit pada sistem
respirasi adalah :
 mengurangi obstruksi dengan memperbaiki
diameter saluran napas,
 menghilangkan sekresi yang tertahan,
 memberantas infeksi
 mengoreksi ventilasi yang abnormal.

E. OBAT-OBAT SALURAN PERNAFASAN


Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari
bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma
dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.

Gejala Penyakit Asma


• Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan
hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu.
• Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita
suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh
alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa
menyebabkan timbulnya gejala.

A. OBAT ASMA
Asma
Pada serangan
Asma (asthma yang hebat,
bronchiale) atau penyaluran udara
bengek adalah suatu ke darah Pasien memiliki
penyakit alergi sedemikian lemah kepekaan terhadap
kronis yang berciri sehingga penderita infeksi saluran
serangan sesak
membiru kulitnya nafas, akibatnya
napas akut secara
berkala yang (cyanosis). adalah peradangan
disertai batuk dan Sebaliknya bronki yang dapat
hipersekresi dahak, pengeluaran nafas menimbulkan
dimana pasien tidak dipersulit dengan serangan asma
menunjukkan suatu meningkatnya
gejala. kadar CO2 dalam
darah
• Diagnosa Penyakit Asma
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang
khas. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan
pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga
digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan
saluran udara dan untuk memantau pengobatan.
• Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel
mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula
terjadinya penyempitan saluran nafas.
• Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:
 kontraksi otot polos
 peningkatan pembentukan lendir
 perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
• Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon
terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda
asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang
terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Faktor Pencetus Serangan Asma
• Faktor pada pasien
Aspek genetik
 Kemungkinan alergi, Jenis kelamin
 Saluran napas yang memang mudah terangsang Ras/etnik
• Faktor lingkungan
 Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah, Binatang, kecoa
 Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
 Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna
makanan
 Obat-obatan tertentu
 Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
 Ekspresi emosi yang berlebihan
 Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
 Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
 Infeksi saluran napas
 Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu
 Perubahan cuaca
• Pengobatan Asma
Tujuan pengobatan anti penyakit asma adalah membebaskan
penderita dari serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi atau
mencegah serangan penyakit asma jangan sampai terjadi.
• Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
1. Menjaga kesehatan
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma
4. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma

• Mengobati disini bukan berarti menyembuhkan penyakitnya,


melainkan menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk,
atau mengi. Keadaan yang sudah bebas gejala penyakit asma ini
selanjutnya harus dipertahankan agar serangan penyakit asma
jangan datang kembali.
Penatalaksanaan asma
1. Mencegah alergen IgE
Mencegah/ menghindari kontak dengan alergen atau dengan
hiposensitasi, yakni dilakukan dengan terapi menyuntikkan alergen
sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tubuh membentuk IgG,
sebagai blocking antibody yang mencegah ikatan antara IgE dengan
alergen yang bisa masuk ke tubuh kapan saja. Namun efek terapi ini
masih sangat diragukan.

2. Mencegah pelepasan mediator


Premedikasi dengan natrium kromolin dapat mencegah spasme
bronkus yang dicetuskan oleh alergen, yakni bekerja dengan
mencegah pengelepasan mediator mastosit. Obat ini tidak akan
mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi, oleh karena itu hanya
akan dipakai sebagai obat terapi pemeliharaan. Natrium kromalin
akan sangat efektif pada anak dengan asma alergi. Disamping itu
obat agonis β-2 maupun teofilin selain bersifat bronkodilator juga
dapat mencegah pelepasan mediator.
3. Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator
• Simpatomimetik: Agonis ß -2, (salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol)
merupakan obat-obat yang seringkali dipilih mengatasi serangan asma akut.
Dapat diberikan secara inhalasi melalui MDI (Metered Dosed Inhaler) atau
nebulizer. Epinefrin diberikan subkutan sebagai pengganti agonis β -2 dalam
serangan asma berat, dianjurkan untuk anak dan dewasa muda.
• Aminofilin dipakai waktu serangan asma akut, diberikan dosis awal dan
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan.
• Kortikosteroid sistemik, merupakan bronkodilator, akan tetapi melebarkan
saluran napas secara tidak langsung, dipakai saat serangan asma akut dan
controller pada pemeliharaan asma berat.
• Antikolinergik, terutama dipakai sebagai suplemen bronkodilator agonis ß -2
pada serangan.

4. Mengurangi respon dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas


Secara histopatologis, ada infiltrasi sel-sel radang serta mediator inflamasi.
Implikasi terapinya dengan meredam inflamasi dengan natrium kromolin, yang
lebih poten adalah dengan kortikosteroid oral, parenteral, atau inhalasi seperti
yang diberikan pada asma akut.
Sesuai dengan macam efek dan kegunaannya dalam klinik, obat anti-asma,
dibagi menjadi dua golongan utama yaitu:
1. Bronkodilator (reliever) termasuk agonis, xantin dan antikolinergik;
2. Anti inflamasi (controller) termasuk kortikosteroid & stabilizer sel mastosit.

1. Bronkodilator (reliever)
• Obat jenis ini merupakan penghilang gejala saat terjadi serangan, jadi obat
yang masuk klasifikasi reliever haruslah yang dapat merelaksasi bronkus
(bronkodilator) dan berbagai gejala akut yang menyertainya.
• Yang termasuk golongan ini yakni agonis ß -2 hirup kerja pendek,
kortikosteroid sistemik, antikolinergik sistemik, antikolinergik hirup, teofilin
kerja pendek, dan agonis ß -2 oral kerja pendek. Yang termasuk agonis ß-
2 hirup, yang biasa terkandung dalam MDI (meter-dossage inhaler), inhaler
dan nebulizer adalah feneterol, salbutamol, terbutalin, prokaterol,
merupakan obat terpilih untuk gejala asma akut. Bisa diberikan sebelum
kegiatan jasmani yang dikhawatirkan akan memicu terjadinya asma.
• Sedangkan dari golongan metil xantin yang paling sering digunakan
adalah teofilin dan aminofilin. Teofilin memilik sifat relaksasi otot polos
dan diuretik (lemah), merupakan bronkodilator potensi sedang.
Teofilin memiliki efek bronkodilatasi dengan memblok reseptor
adenosin.
• Dari golongan anti kolinergik, dikenal adanya ipatropium bromida
yang dikenalkan sebagai MDI, efek anti kolinergiknya digunakan
dalam pengobatan asma kronis. Ipatropium terbukti lebih kuat
daripada agonis ß -2 pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK).
2. Controller
Merupakan obat yang dapat dipakai setiap hari,
dengan tujuan agar gejala asma persisten
terkendali. Yang masuk dalam golongan controller
adalah anti-inflamasi dan bronkodilator long-
action, khususnya kortikosteroid hirup sebagai
obat paling efektif. Termasuk golongan obat
pencegahan adalah kortikosteroid hirup,
kortikosteroid sistemik, natrium nedokromil, teofilin
lepas lambat (TLL), dan obat anti-alergi.
Dosis dan Cara Penggunaan
Nama Obat Bentuk Dosis
Sediaan
Deksametason Tablet 0,75-9 mg dalam 2-4 dosis terbagi (Dewasa)
0,024 - 0,34 mg/kg berat badan dalam 4 dosis terbagi (Anak-anak)
Metil Prednisolon Tablet 2-60 mg dalam 2-4 dosis terbagi (Dewasa)
0,117 - 1,60 mg/kg berat badan setiap hari dalam 4 dosis terbagi (Anak-anak)
Prednison Tablet 5-60 mg dalam 2-4 dosis terbagi (Dewasa)
0,14 - 2 mg/kg berat badan setiap hari dalam 4 dosis terbagi (Anak-anak)
Triamsinolon Aerosol 2 inhalasi (kira-kira 200 mcg),3-4 kali sehari. Atau 4 inhalasi (400 mcg), 2 kali
Oral sehari. Dosis harian maksimu adalah 16 inhalasi/ 1600 mcg (Dewasa)
Dosis umum adalah 1-2 inhalasi (100-200 mcg), 3-4 kali sehari. Atau 2-4
inhalasi (200-400 mcg) 2 kali sehari. Dosis harian maksimum adalah 12
inhalasi/ 1200 mcg (Anak-anak 6-12 tahun)
Beklometason Aerosol Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja: 40-
Oral 80 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid inhalasi: 40-160 mcg sehari (Dewasa & Anak-anak >= 12 tahun)
Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja: 40
mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid inhalasi: 40 mcg sehari (Anak-anak 5-11 tahun)
Dosis dan Cara Penggunaan

Bentuk Sediaan Dosis

Aerosol Oral 2 inhalasi (36 mcg) 4 kali sehari. Pasien boleh menggunakan dosis
tambahan tetapi tidak boleh melebihi 12 inhalasi dalam sehari

Larutan Dosis yang umum 500 mcg (1 unit dosis dalam vial), digunakan dalam 3-4
kali sehari dengan menggunakan nebulizer oral, dengan interval pemberian
6-8 jam. Larutan dapat dicampurkan dalam nebulizer jika digunakan dalam
waktu 1 jam
B. Obat Batuk
 rangsangan
pada selaput 
Batuk : lendir mengeluarkan &
refleks fisiologi pernapasan yang membersihkan
yang dapat terletak di saluran
berlangsung baik beberapa bagian pernapasan dari
dalam keadaan dari tenggorokan zat- zat
sehat maupun dan cabang- perangsang itu,
sakit. cabangnya.

perlindungan
tubuh

1. Fisiologi Batuk
Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh
karena :
• radang (infeksi saluran pernapasan,
alergi)
• mekanis (debu)
• perubahan suhu yang mendadak
• rangsangan kimia (gas, bau-bauan).

2. Penyebab Batuk
Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh
infeksi virus, misal virus influenza dan bakteri.

Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim


pada penyakit tifus, radang paru- paru, tumor
saluran pernapasan, dekompensasi jantung,
asam atau dapat pula merupakan kebiasaan
Mencari dan  produktif
pengobatan
mengobati  batuk non
simptomatik
penyebabnya produktif.

3. Pengobatan
Batuk produktif : suatu mekanisme
perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat asing
(kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari
tenggorokan. Maka pada azasnya jenis batuk ini tidak
boleh ditekan.
 digunakan obat golongan ekspektoransia yang
berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan
mempermudah pengeluarannya dari saluran nafas.
Batuk yang tidak produktif : batuk
yang tidak berguna harus ditekan.
Untuk menekan batuk jenis ini digunakan
obat golongan pereda batuk, yang
berkhasiat menekan rangsangan batuk yang
bekerja sentral ataupun perifer.
Untuk batuk yang disebabkan alergi,
digunakan yang dikombinasi dengan
ekspektoransia.
Misalnya sirup Chlorphemin,
mengandung antihistaminika
Promethazine dan Diphenhidramin.
Kadang –kadang diperlukan
ekspektoransia dan pereda batuk dalam
suatu kombinasi, untuk maksud
mengurangi frekuensi batuk, dan tiap
kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak
yang kotor.
Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar :

A. Zat – zat yang bekerja sentral


Zat – zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di
sumsum lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan
efek menenangkan.

Zat ini terbagi atas :

• Zat – zat adiktif, yaitu Pulvis Opii, Pulvis Doveri dan Codein. Karena
dapat menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati – hati.
• Zat – zat non adiktif, yaitu Noskapin, Dekstrometorfan, Pentoksiverin,
Prometazin dan Diphenhidramin.

4. Penggolongan obat batuk


• Opioid, contohnya kodein. Bertindak secara sentral dengan meningkatkan
nilai ambang batuk. Kodein dilarang beredar dibeberapa negara karena
dianggap sebagai narkotik, dan untuk dokter yang akan meresepkan kodein
harus memberi tanda tangan pada resep. Untuk ukuran opioid, kodein adalah
yang paling sering dipakai. Dosis bagi dewasa adalah 10-20 mg dan diberikan
antara 4-6 jam, dengan catatan konsumsi tidak lebih dari 120 mg/24 jam. Efek
samping yang akan timbul yang paling sering ditemui adalah mual, muntah,
konstipasi, palpitasi, proritus, efek sedatif dan agutasi.
• Non-opioid, contoh obat yang paling banyak dipasaran dan dipakai adalah
dekstromethorpan, yang tidak berefek analgetik ataupun bersifat aditif. Zat
ini pada prinsipnya akan meningkatkan nilai ambang rangsang reflek batuk
dengan kekuatan kerja yang kurang lebih sama dengan kodein, namun akan
sangat jarang ditemukan keluhan berupa kantuk dan gangguan pencernaan.
Dalam dosis terapi biasanya tidak akan menghambat kerja silia bronkus,
dengan efek antiatusifnya akan bertahan 5-6 jam. Toksisitas obat ini rendah
sekali, namun penggunaan dalam dosis tinggi akan mungkin menimbulkan
depresi pernafasan. Sediaan yang ada berupa sirup dengan kadar 110-115
mg/5ml. Dosis untuk pengguna dewasa adalah 10-30 mg dan bisa diberikan 3-
4 kali perhari. Bisa dikombinasikan dengan dekongestan dan ekspektoran.
B. Zat – zat yang bekerja perifer

Obat ini bekerja di luar SSP, yaitu :


• Emolliensia : Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin
tenggorokan sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi.
Contohnya Syrup Thymi, zat – zat lendir (seperti infus carrageen), akar
manis.
• Ekspetoransia : Zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan
mengurangi kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan
batuk. Termasuk kedalamnya adalah Kalium Iodida, Amonium klorida,
Kreosot, Guaiakol, Ipeka dan minyak – minyak atsiri.
• Mukolitika : Zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak (mengencerkan
dahak) dan mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan untuk batuk dengan
dahak yang kental. Contohnya Asetilkarbosistein, Bromheksin, Mesna,
Ambroksol.
• Zat – zat pereda : Zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat
reseptor sensibel di saluran napas. Contohnya oksolamin dan Tipepidin.
Mukolitik
Bekerja dengan mengencerkan sekret pada saluran nafas dengan jalan memecah benang-
benang mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum. Efek perubahan akan timbul
melalui reaksi kimia yang akan merubah viskositas mukopolisakarida sputum.
• Bromheksin
Merupakan derifat sintetik vasicine dalam bentuk sinetis. Biasa diberikan untuk penderita
bronkhitis atau kelainan saluran nafas yang lain. Di UGD diberikan pada pasien dengan
gangguan bronkus agar dahak keluar. Dosis dewasa yang disarankan adalah 3 kali 4-8
mg/hari. Obat ini rasanya sangat pahit. Efek samping jika obat diberikan per-oral adalah mual
dan peningkatan transminase serum. Jadi obat ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati
pada pasien tukak lambung.
• Ambroxol
Merupakan metabolit bromheksin yang mekanisme kerjanya sama dengan bromheksin.
• Asetilsistein
Akan banyak diberikan pada pasien dengan bronkopulmonari kronis, pneumonia,
fibrosiskistik dan pada penyakit dengan mukus yang amat kental sebagai faktor penyakit.
Sediaannya akan diberikan melalui semprotan nebulizer ataupun tetes hidung. Kerja
utamanya adalah dengan memecah ikatan disulfida, yakni menurunkan viskositas sputum.
Namun tetap akan ada efek samping yang ditimbulkan, yakni spasme bronkus pada pasien
asma, mual, muntah, stomatitis,common-cold, dan sekret berlebih yang encer, sehingga perlu
dilakukan penyedotan.
Ekspektoran
Ekspektoran adalah golongan obat yang akan merangsang pengeluaran sekret
ataupun dahak dari saluran pernafasan. Mekanisme kerjanya diduga
berhubungan dengan stimulasi mukosa lambung yang selanjutnya akan timbul
reflek yang merangsang sekresi kelenjar saluran nafas melalui nervus vagus,
sehingga nantinya akan menurunkan viskositas sputum hingga dahak akan
mudah keluar.
• Amunium klorida
Obat ini sangat jarang ditemukan sebagai obat tunggal, lebih sering dicampurkan
dengan ekspektoran lainnya ataupun dicampurkan dengan antitusif. Apabila
dipakai dalam dosis besar akan dapat menimbulkan asidosis metabolik. Jadi jelas
harus hati - hati dipakai pada pasien insufisiensi hati, ginjal maupun paru.Dosis
dewasa 300mg dalam tiap 5ml tiap 2-4jam.
• Gliseril guaikolat
Menurut penelitian belum ada bukti manfaat obat dengan dosis tertentu akan baik
bagi pasien, hanya persepsi saja. Ada efek samping jika obat dikonsumsi dalam
dosis besar, yakni efek sedatif, mual dan muntah. Sediaan yang beredar di
pasaran adalah dalam bentuk sirup 100 mg/5 ml, dengan dosis dewasa yang
disarankan adalah 2-4 kali 200-400 mg per hari

Anda mungkin juga menyukai