Anda di halaman 1dari 48

MODUL 3

INFEKSI / INFLAMASI SISTEM RESPIRASI BAGIAN BAWAH

SKENARIO 3

 Batuk berdarah
 
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak
sudah sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan tambahan yang dirasakan oleh pasien yaitu sesak
napas dan nyeri dada.
Pemeriksaan fisik pada pasien dijumpai nadi 80 x/menit, respiratory rate 28x/menit.
Dokter menemukan hemoptysis, dan pada pemeriksaan auskultasi paru didapatkan
crackles. Pemeriksaan makroskopis sputum didapatkan sputum 3 lapisan, yaitu mukoid,
mukopurulen dan viskosa. Dokter melakukan tatalaksana awal dan selanjutnya merujuk
ke poliklinik paru RS untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa bronchoscopy dan
Ro dada. Hasil pemeriksaan didapatkan adanya pelebaran saluran napas bawah dengan
penimbunan mucous seperti honey combs appearance. Pemeriksaan spirometri
menunjukkan penurunan ratio FEV1/FVC. Dokter mencurigai adanya infeksi di saluran
nafas bawah dan berencana memberikan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebabnya
agar mencegah komplikasi.
 
Bagaimana anda menjelaskan penyakit yang diderita pasien tersebut?
 
 
JUMP 1
 Batuk darah atau hemoptisis : keadaan ketika seseorang mengalami batuk
yang disertai darah. 
 Crackles : adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan
pembukaan kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama :
inspirasi.
 Mukoid : keadaan sputum dalam keadaaan berlendir dan kental.
 Mukopurulen : sekret yang mengandung mukus dan purulen (nanah),
berwarna kuning kehijauan.
 Viskosa: sputum lengket yang memiliki derajat viskositas tinggi
 Bronkoskopi : prosedur yang digunakan untuk memvisualisasikan bagian
dalam saluran pernapasan, untuk mencari tahu apakah ada masalah di
saluran pernapasan.
 Honeycomb appearance : gambaran sarang tawon pad Ro thorax
JUMP 2 & 3
1.Kenapa terjadi batuk berdahak , sesak nafas
dan nyeri pada dada?
karena saluran nafas melebar , sehingga
paru susah untuk membersihkan lendir >
penumpukan lender > batuk berdahak > sesak
nafas > peradangan pada paru > infeksi
pathogen > menyerang alveoli > O2 kedarah
terganggu > nyeri dada > intensitas batuk
tinggi
2.Bagaimana vital sign pasien ?
nadi : 80x/menit > normal
RR > takpineu
Hemoptysis > nekrosis mukosa bronkus
Crackles > jalan nafas tiba tiba terbuka
3. Apa saja suara napas ?
*normal
- Vesikuler > inspirasi lebih panjang
- Bronkial > ekspirasi lebih panjang
- bronkovesikuler > ekspirasi dan inspirasi jelas
*Patologi
- wheezing
- Ronkhi basah,kering
- Pleura fraction rub
- Crackles
4. Apa penyebab hemoptisis?
- bronchitis - bronkopneumonia
- TBC - bronkiektasis
- masuknya benda asing - emboli paru
 ca paru - kelainan jantung

5.Apa penyebab infeksi saluran pernapasan bawah?


infeksi saluran nafas bawah > masuk pathogen melalui proses
inhalasi, aspirasi , hematogen >inflamasi.
6.Bagaimana membedakan hemopthisis dan
pseudohemopthisis?
hemopthysis > darah yg berasal dari saluran nafas bawah dan
parenkim paru, darahnya dibatukkan dan rasa panas ditenggorokan.

7.Apa dx dan dd pada pasien?


Dx : bronkiektasis > batuk kronik , sesak nafas , sputum 3
lapisan , dan seperti sarang lebah pada paru
Dd : TB , pneumonia , bronchitis kronik , dan ca paru.

8.Px apa saja yg dapat dilakukan pada pasien ?


bronkoskopi : untuk indikasi terapeutik

9.Bagaimana komplikasi penyakit pasien tersebut?


-kesulitan melakukan inkubasi
-cedera pada trakea dan bronkus
10.Bagaimana tatalaksana yang dapat diberikan
untuk pasien ?
- Pemberian antibiotic
- Terapi o2
- Menurunkan reaksi inflamasi
- Fisioterapi pernafasan

11.Apa saja indikasi bronkoskopi?


Tujuan: untuk melihat benda asing pada paru yang
menyebabkan inflamasi pada saluran nafas.

12.Px penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?


- Test dahak - Tes keringat
- tes darah rutin
- Bronchography - px kultur
JUMP 4
Inflamasi sal. Mikroorganisme
Nafas bawah penyebab

Saluran Organ

Bronkus Paru

Pneumonia
Bronkitis Efusi Abses
Bronkiolitis bronkopneumo
akut pleura paru nia
Px fisik
dan
penunjang
Dx dan
DD

Terapi

farmak Non Ruju


ologi farma kan
kologi
Prognosis
penyakit
JUMP 5
 1. bronkiolitis
 2.bronkitis akut

 3.pneumonia

 4. bronkopneumonia

 5. abses paru

 6.efusi pleura
LO 1 : BRONKIOLITIS
BRONKIOLITIS
infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan
virus, Penyebab paling sering adalah Respiratory
syncytial virus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan
biasa terjadi pada keadaan tertentu. Penatalaksanaan
bronkiolitis, yang disertai dengan napas cepat atau
tanda lain distres pernapasan, sama dengan pneumonia.
Episode wheezing bisa terjadi beberapa bulan setelah
serangan bronkiolitis, namun akhirnya akan berhenti.
PATOFISIOLOGI

- PENGHANCURAN CELL OLEH RSV MENARIK PERHATIAN NATURAL


CELL KILLER, BERTUGAS MEMBUNUH CELL YANG TERINFEKSI
- IMMUNE CELL MELEPASKAN SEJUMLAH CHEMOKINES, YANG
MEMICU PENGHASILAN MUCUS LEBIH BANYAK DAN MENIPISKAN
PEMBULUH DARAH MEMPERMUDAH CAIRAN LEPAS. CAIRAN
TERSEBUT MEMBUAT DINDING LEBIH TEBAL DAN JALUR
PERNAFASAN JADI SEMPIT
- SEL YANG MATI TADI BERCAMPUR MUCUS TURUN KE DEPAN
ALVEOLI DAN MEMBUAT GUMPALAN/ PLUG. YANG MEMBUAT
UDARA TERJEBAK

2 MEKANISME YANG TERJADI KETIKA ALVEOLI


TERSUMBAT :
1.ATELECTASIS -> SEIRING WAKTU UDARA YANG TERJEBAK
AKAN BERDIFUSI KE PEMBULUH DARAH DAN ALVEOLI MENJADI
COLAPSE
2.OVERINFLATION -> KETIKA PLUG BERTINDAK SEBAGAI ONE
WAY VALVE, MENYEBABKAN AIR TRAPING DIMANA UDARA BISA
MASUK NAMUN TIDAK BISA KELUAR
- KEDUNYA DAPAT DITEMUKAN BERSAMAAN DI REGIO YANG
BERBEDA
ETIOLOGI
- VIRUS: RESPIRATORY SYNCYTICAL VIRUS /RSV, ADENOVIRUS,
HUMAN BOCAVIRUS, HUMAN META PNEUMOVIRUS
- BAKTERI: MYCOPLASMA PNEUMONIAE
- BIASA JUGA PENYEBABNYA LEBIH DARI SATU DAN MUNCUL
SECARA BERSAMAAN

MANIFESTASI KLINIK
- UMUM: TAMPAK SEPERTI FLU BIASA DENGAN NYERI
TENGGOROKAN
- SEIRING WAKTU: SULIT BERNAFAS, WHEEZING, DEMAM, HYPOXIA
SEHINGA TUBUH MENINGKATKAN TEKANAN DARAH DAN
FREKUENSI NAPAS, MENYEBABKAN PASIEN MUDAH LELAH
- PADA INFANTS: CENTRAL APNEA/ HENTI NAPAS SESAAN

FAKTOR RESIKO
- TIDAK DISUSUI
- LAHIR PREMATUR
- NEUROMUSCULAR DISORDER -> TIDAK BISA BATUK UNTUK
MEMBERSIHKAN JALUR NAFAS
- PUNYA PENYAKIT PULMONARY YANG LAIN, SEPERTI
BRONCHOPULMONARY AYSPLASIA, COGENITAL HEART DISEASE
Tatalaksana
• Antibiotik
- Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan
dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali
sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari,
selama 3 hari.
- Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia
berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
 Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM
atau IV sekali sehari).

• Oksigen
 Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres
pernapasan berat.
 Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen
adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga
menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen
terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.
 Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.
LO 2 : BRONKITIS AKUT
Bronkitis akut adalah diagnosis klinis yang
ditandai oleh batuk akut, dengan atau tanpa
produksi sputum, dan tanda-tanda infeksi saluran
pernapasan bawah tanpa adanya penyakit paru-
paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif
kronik, atau penyebab yang dapat diidentifikasi,
seperti pneumonia atau sinusitis
ETIOLOGI
 Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus.
 Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan
dengan Mycoplasma pneumoniae, Bordetella
pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.

Bronkitis akut paling sering disebabkan oleh


• infeksi virus.
Virus yang paling sering diidentifikasi adalah rhinovirus,
enterovirus, influenza A dan B, parainfluenza,
coronavirus, metapneumovirus manusia, dan virus
syncytial pernapasan.
• Bakteri hanya terdeteksi pada 1% hingga 10% dari
kasus bronkitis akut.
Bakteri atypi, (seperti Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydophila pneumoniae, dan Bordetella pertussis)
DIAGNOSIS
Anamnesis ( Riwayat penyakit )
 Batuk adalah gejala utama dan bersifat akut
 Diagnosis yang paling mendekati dengan bronkitis akut adalah
infeksi saluran pernapasan atas (flu) dan pneumonia.
 Bronkitis akut dan flu biasa adalah penyakit self-limited yang tidak
memerlukan pengobatan antibiotik •
 Pneumonia, terapi standarnya adalah antibiotik

 Gejala bronkitis akut yang lain


o produksi sputum,
o dyspnea,
o hidung tersumbat,
o sakit kepala, dan
o demam. (> 37,8 C pertimbangkan influenza atau pneumonia.)
o nyeri dada di dinding atau dada saat batuk
o Sputum purulen ( tidak berkolerasi dengan infeksi bakteri)
Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan bronkitis akut :


• Tampak sakit ringan
• Demam pada sepertiga pasien.
• Auskultasi paru:
 Biasanya suara napas normal
 kadang mengi, serta ronki yang biasanya
membaik dengan batuk.
Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak diindikasikan dalam


evaluasi bronkitis akut.
 Leukositosis ditemukan pada sekitar 20% pasien;

 leukositosis lebih menunjukan adanya infeksi bakteri dibandingkan


dengan bronkitis.
 Pemeriksaan identifikasi untuk influenza dan pertusis ( kecurigaan
tinggi)
Biomarker :
•Pemeriksaan C-reaktif protein :
- untuk memandu penggunaan antibiotik pada pasien dengan
infeksi saluran pernafasan tidak dapat disimpulkan, meskipun
peningkatan kadar protein C-reaktif dikaitkan dengan peningkatan
kemungkinan pneumonia
- pneumonia dapat dikesampingkan pada pasien dengan tingkat
protein C-reaktif kurang dari 50 mcg per mL dan tidak ada dyspnea
atau demam
• Pemeriksaan prokalsitonin:
- berguna dalam diferensiasi pneumonia dan bronkitis akut
TATALAKSANA
 Penatalakasanaan suportif dan simtomatis adalah
tatalaksana prioritas untuk bronkitis akut.
 Peran antibiotik terbatas.

Penatalaksanaan antibiotik diindikasikan hanya:


 jika pasien dalam kondisi umum yang buruk: malnutrisi,
campak, rakhitis, anemia berat, penyakit jantung, pasien
lanjut usia, dll.
 jika pasien mengalami dyspnoea, demam > 38,5 ° C dan
sputum purulen: kemungkinan infeksi sekunder dengan
Haemophilus influenzae atau dengan pneumokokus.

Amoxicillin (Oral )
Anak-anak : 100 mg / kg / hari dalam 3 dosis terbagi selama
5 hari Dewasa : 3 g / hari dalam 3 dosis terbagi selama 5 hari
FARMAKOLOGI
1. Antitusiv
Dextromethorphan adalah turunan sintetis morfin nonopioid
yang bekerja sentral untuk menurunkan batuk.
Tiga uji coba terkontrol plasebo menunjukkan bahwa
dextromethorphan, 30 mg, menurunkan jumlah batuk
sebesar 19% hingga 36% dibandingkan dengan plasebo,
yang setara dengan delapan hingga 10 kali serangan batuk
lebih sedikit per 30 menit.
Benzonatate adalah obat antitusif perifer yang diduga
menekan batuk melalui anestesi respirasi reseptor
peregangan.

2. Ekspektoran
Guaifenesin adalah ekspektoran yang umum digunakan.
merangsang sekresi saluran pernapasan, sehingga
meningkatkan volume cairan pernafasan dan penurunan
3. Beta 2 agonis
 Banyak pasien dengan bronkitis akut memiliki
hiperreaktivitas bronkus, yang menyebabkan gangguan
aliran udara dalam mekanisme yang mirip dengan asma.
 Studi pada orang dewasa memiliki hasil yang beragam,
temuan menunjukkan bahwa beta2 agonis harus
dihindari jika tidak ada riwayat penyakit paru yang
mendasari
 Beta2 agonis mungkin memiliki manfaat pada orang
dewasa tertentu, terutama mereka yang mengi pada
saat evaluasi yang tidak memiliki diagnosis asma atau
chroni sebelumnya.
LO 3 : PNEUMONIA
.DEFINISI
 Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi
bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
.
ETIOLOGI
 Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari
kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan
dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
PATOFISIOLOGII
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum
terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan
alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada
waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan
Tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis
yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan
perdarahan 'Gray hepatization' ialahkonsolodasi yang luas.
DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
a.Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapatmelebihi 40C, batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas
dan nyeri dada.

b.Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru.
Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi
redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Tatalaksana
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan
tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai
penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris. Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri
penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
Terapi Antibiotik

 Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6


jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama.
Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5
hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit
dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5
hari berikutnya.
 Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat
keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan,
atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
 Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan
oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau
ampisilin-gentamisin.
 Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV
sekali sehari).
 Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan
buat foto dada.
Terapi Oksigen

 Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat


 Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk
terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen <
90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji
coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil.
Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%.
Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna
 Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.
Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk
menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau
masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia
secara terus-menerus setiap waktu. Perbandingan terhadap
berbagai metode pemberian oksigen yang berbeda dan diagram
yang menunjukkan penggunaannya terdapat pada bagian 10.7
 Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau
napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
• Efusi pleura.
• Empiema.
• Abses Paru.
• Pneumotoraks.
• Gagal napas.
• Sepsis
LO 4 : BRONCOPNEUMONIA
DEFINISI
adalah suatu peradangan pada parenkim paru atau alveoli yang disebabkan oleh
virus,bakteri, jamur dan benda asing lainnya yang mengakibatkan tersumbatnya
alveolus dan bronkeolus oleh eksudat.

ETIOLOGI
Bronchopneumonia disebabkan oleh
 1. Stphylococcus.
 2. Streptococcus.
 3. Pneumococcus.
 4.Haemophilus.
 5. Influenza.
 6. Pseudomonas aeruginosa.
 7. Bakteri koliform
Manifestasi klinik
 1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
 2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
 3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
 4. Nadi cepat dan bersambung
 5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mycoplasma atau spesies
legionella.
 6 Sputumm purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap preparat etiologis.
 7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar

PATOFISIOLOGI
Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat inhalasi mikroba yang ada diudara, aspirasi organisme dari
nasofaring atau penyebaran hematogen. Selain itu juga berhasilnya kuman pathogen seperti virus,
bakteri, jamur, mycoplasma dan benda asing masuk kesaluran pernafasan 3 yaitu ke bronkus sehingga
terserap ke paru perifer yang menyebabkan reaksi jaringan berupa udema, yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian par u yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya
serbukan sel PMN (poli morfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini
termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel
makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibr in, serta menghilangnya kuman.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 1.Fotoo thoraks.
 2. Laboratorium rutin:DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum, creatinine,
SGOT, SGPT.
 3. Analisa gas darah, elektrolit.
 4. Pewarnaan gram sputum.
 5. Kultur sputum.
 6. Kultur darah.
 7. Pemeriksaan serologi.
 8. Pemeriksaan antigen.
 9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi)
a. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi:
 Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.
C. pemeriksaann mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau aspirasi
paru.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis: Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu secepatnya, maka biasanya yang diberikan antara lain:
 a. Pennicillin 50000 unit/kg/BB/hari ditambah klorqmfenikol 80-90 mg/kg/BB/hari atau
diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti ampicillin, pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
 b. Berikan oksigen dan cairan intravena.
 c. Diberikan korelasi, sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
2. Penatalaksanaan terapeutik
 a. Menjaga kelancaran pernafasan.
 b. Istirahat.
 c. Nutrisi dan cairan.
 d. Mengontrol suhu.
 e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman
3. Penatalaksanaan medis umum.
 a. Farmakoterapi - Antibiotik (diberikan secara intravena) - Ekspektoran. - Antipiretik. -
Analgetik.
 b. Terapi O2 dan nebulisasi aerosol.
 c. Fisioterapi dada dengan postural.
LO 5 : ABSES PARU
Defenisi
Abses paru adalah infeksi bakteri yang menyebabkan
munculnya nanah di jaringan paru-paru. Penanganan perlu
segera dilakukan terhadap kondisi ini. Jika tidak, abses paru
dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan
berpotensi membahayakan nyawa.

Manifestasi klinik
Abses paru dapat menimbulkan gejala berupa batuk berdahak
dengan dahak berbau busuk, batuk berdarah, demam, sesak
napas, nyeri dada, berkeringat di malam hari, bau mulut,
hingga penurunan berat badan.
Seseorang berisiko lebih tinggi untuk terkena abses paru
apabila memiliki faktor risiko, berikut:

 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya


akibat efek samping kemoterapi, penyakit autoimun, dan
infeksi HIV/AIDS.
 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
 Menyalahgunakan obat-obatan.
 Menderita infeksi gigi dan mulut, diabetes melitus, penyakit
jantung kongenital, stroke, atau cerebral palsy
 Memiliki riwayat operasi transplantasi organ
 Tersedak atau terdapat benda asing di saluran pernapasan
 Berada dalam kondisi tidak sadar atau koma dalam waktu
lama
Pemberian antibiotik

 Karena sebagian besar abses paru disebabkan oleh infeksi


bakteri, maka penyakit ini perlu diobati dengan obat
antibiotik. Dokter biasanya akan memberikan antibiotik
melalui suntikan infus selama Anda dirawat. Setelah
diperbolehkan pulang, dokter akan meresepkan antibiotik
oral (obat minum) selama beberapa minggu hingga abses
paru sembuh.
 Beberapa pilihan obat antibiotik yang dapat digunakan oleh
dokter untuk mengatasi abses paru adalah clindamycin,
penisilin, meropenem, vancomycin, azythromycin, atau
ciproflixacin, metronidazole, atau kombinasi beberapa jenis
antibiotik, tergantung jenis bakteri yang menyebabkan
abses paru.
operasi
 Operasi atau tindakan pembedahan menjadi pilihan
pengobatan untuk kasus abses paru yang sudah parah.
Operasi biasanya dilakukan apabila pengobatan dengan
antibiotik, fisioterapi, dan prosedur drainase tidak berhasil
mengatasi abses paru.
Jika tidak segera diobati, abses paru dapat menyebabkan
komplikasi berat dan kerusakan paru permanen.
 Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya abses
paru dengan cara menjalani gaya hidup sehat yang meliputi
rutin cuci tangan, menggosok gigi setidaknya 2 kali sehari,
hindari merokok atau menghirup asap rokok, serta
menggunakan masker ketika bepergian ke tempat yang
udaranya kotor atau mengunjungi orang sakit.
LO 6 : EFUSI PLEURA
EFUSI PLEURA
 Keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan di
dalam rongga pleura.
Etiologi
 Efusi pleura transudatif → gagal jantung, dialisis
peritoneal, hipoalbuminemia, dan gangguan yang
menimbulkan peningkatan volume intravaskuler
secara berlebihan.
 Efusi pleura eksudatif → neoplasma, TB, abses
subfrenikus, pneumonitis, emboli paru, dan trauma
dada.
Manifestasi Klinik
Sesak napas (dispnea), batuk, nyeri dada, demam,
kesulitan bernapas saat berbaring.
Pemeriksaan fisik & penunjang
 Auskultasi dada → penurunan bunyi napas

 Melalui perkusi → ditemukan bunyi pekak di daerah efusi yang


tidak berubah ketika pasien bernapas.
 Foto rontgen toraks memperlihatkan cairan radiopaque pada
daerah-daerah yang terletak paling rendah (dependent areas).
Tatalaksana
 Bergantung pada jumlah cairan yang ada, efusi simptomatik
dapat memerlukan torakosentesis untuk mengeluarkan cairan.
 Chest tube → pemasangan selang plastik khusus ke dalam
rongga pleura.
 Pemasangan kateter ke dalam ruang pleura (pleura drain)
untuk efusi pleura yang terus muncul.
 Pleurodesis → penyuntikan zat pemicu iritasi ke dalam ruang
pleura melalui selang khusus guna untuk mengikat kedua
lapisan pleura sehingga rongga pleura tertutup.

Anda mungkin juga menyukai