SKENARIO 3
Batuk berdarah
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak
sudah sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan tambahan yang dirasakan oleh pasien yaitu sesak
napas dan nyeri dada.
Pemeriksaan fisik pada pasien dijumpai nadi 80 x/menit, respiratory rate 28x/menit.
Dokter menemukan hemoptysis, dan pada pemeriksaan auskultasi paru didapatkan
crackles. Pemeriksaan makroskopis sputum didapatkan sputum 3 lapisan, yaitu mukoid,
mukopurulen dan viskosa. Dokter melakukan tatalaksana awal dan selanjutnya merujuk
ke poliklinik paru RS untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa bronchoscopy dan
Ro dada. Hasil pemeriksaan didapatkan adanya pelebaran saluran napas bawah dengan
penimbunan mucous seperti honey combs appearance. Pemeriksaan spirometri
menunjukkan penurunan ratio FEV1/FVC. Dokter mencurigai adanya infeksi di saluran
nafas bawah dan berencana memberikan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebabnya
agar mencegah komplikasi.
Bagaimana anda menjelaskan penyakit yang diderita pasien tersebut?
JUMP 1
Batuk darah atau hemoptisis : keadaan ketika seseorang mengalami batuk
yang disertai darah.
Crackles : adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan
pembukaan kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama :
inspirasi.
Mukoid : keadaan sputum dalam keadaaan berlendir dan kental.
Mukopurulen : sekret yang mengandung mukus dan purulen (nanah),
berwarna kuning kehijauan.
Viskosa: sputum lengket yang memiliki derajat viskositas tinggi
Bronkoskopi : prosedur yang digunakan untuk memvisualisasikan bagian
dalam saluran pernapasan, untuk mencari tahu apakah ada masalah di
saluran pernapasan.
Honeycomb appearance : gambaran sarang tawon pad Ro thorax
JUMP 2 & 3
1.Kenapa terjadi batuk berdahak , sesak nafas
dan nyeri pada dada?
karena saluran nafas melebar , sehingga
paru susah untuk membersihkan lendir >
penumpukan lender > batuk berdahak > sesak
nafas > peradangan pada paru > infeksi
pathogen > menyerang alveoli > O2 kedarah
terganggu > nyeri dada > intensitas batuk
tinggi
2.Bagaimana vital sign pasien ?
nadi : 80x/menit > normal
RR > takpineu
Hemoptysis > nekrosis mukosa bronkus
Crackles > jalan nafas tiba tiba terbuka
3. Apa saja suara napas ?
*normal
- Vesikuler > inspirasi lebih panjang
- Bronkial > ekspirasi lebih panjang
- bronkovesikuler > ekspirasi dan inspirasi jelas
*Patologi
- wheezing
- Ronkhi basah,kering
- Pleura fraction rub
- Crackles
4. Apa penyebab hemoptisis?
- bronchitis - bronkopneumonia
- TBC - bronkiektasis
- masuknya benda asing - emboli paru
ca paru - kelainan jantung
Saluran Organ
Bronkus Paru
Pneumonia
Bronkitis Efusi Abses
Bronkiolitis bronkopneumo
akut pleura paru nia
Px fisik
dan
penunjang
Dx dan
DD
Terapi
3.pneumonia
4. bronkopneumonia
5. abses paru
6.efusi pleura
LO 1 : BRONKIOLITIS
BRONKIOLITIS
infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan
virus, Penyebab paling sering adalah Respiratory
syncytial virus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan
biasa terjadi pada keadaan tertentu. Penatalaksanaan
bronkiolitis, yang disertai dengan napas cepat atau
tanda lain distres pernapasan, sama dengan pneumonia.
Episode wheezing bisa terjadi beberapa bulan setelah
serangan bronkiolitis, namun akhirnya akan berhenti.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
- UMUM: TAMPAK SEPERTI FLU BIASA DENGAN NYERI
TENGGOROKAN
- SEIRING WAKTU: SULIT BERNAFAS, WHEEZING, DEMAM, HYPOXIA
SEHINGA TUBUH MENINGKATKAN TEKANAN DARAH DAN
FREKUENSI NAPAS, MENYEBABKAN PASIEN MUDAH LELAH
- PADA INFANTS: CENTRAL APNEA/ HENTI NAPAS SESAAN
FAKTOR RESIKO
- TIDAK DISUSUI
- LAHIR PREMATUR
- NEUROMUSCULAR DISORDER -> TIDAK BISA BATUK UNTUK
MEMBERSIHKAN JALUR NAFAS
- PUNYA PENYAKIT PULMONARY YANG LAIN, SEPERTI
BRONCHOPULMONARY AYSPLASIA, COGENITAL HEART DISEASE
Tatalaksana
• Antibiotik
- Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan
dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali
sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari,
selama 3 hari.
- Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia
berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM
atau IV sekali sehari).
• Oksigen
Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres
pernapasan berat.
Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen
adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga
menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen
terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.
Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.
LO 2 : BRONKITIS AKUT
Bronkitis akut adalah diagnosis klinis yang
ditandai oleh batuk akut, dengan atau tanpa
produksi sputum, dan tanda-tanda infeksi saluran
pernapasan bawah tanpa adanya penyakit paru-
paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif
kronik, atau penyebab yang dapat diidentifikasi,
seperti pneumonia atau sinusitis
ETIOLOGI
Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus.
Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan
dengan Mycoplasma pneumoniae, Bordetella
pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.
Amoxicillin (Oral )
Anak-anak : 100 mg / kg / hari dalam 3 dosis terbagi selama
5 hari Dewasa : 3 g / hari dalam 3 dosis terbagi selama 5 hari
FARMAKOLOGI
1. Antitusiv
Dextromethorphan adalah turunan sintetis morfin nonopioid
yang bekerja sentral untuk menurunkan batuk.
Tiga uji coba terkontrol plasebo menunjukkan bahwa
dextromethorphan, 30 mg, menurunkan jumlah batuk
sebesar 19% hingga 36% dibandingkan dengan plasebo,
yang setara dengan delapan hingga 10 kali serangan batuk
lebih sedikit per 30 menit.
Benzonatate adalah obat antitusif perifer yang diduga
menekan batuk melalui anestesi respirasi reseptor
peregangan.
2. Ekspektoran
Guaifenesin adalah ekspektoran yang umum digunakan.
merangsang sekresi saluran pernapasan, sehingga
meningkatkan volume cairan pernafasan dan penurunan
3. Beta 2 agonis
Banyak pasien dengan bronkitis akut memiliki
hiperreaktivitas bronkus, yang menyebabkan gangguan
aliran udara dalam mekanisme yang mirip dengan asma.
Studi pada orang dewasa memiliki hasil yang beragam,
temuan menunjukkan bahwa beta2 agonis harus
dihindari jika tidak ada riwayat penyakit paru yang
mendasari
Beta2 agonis mungkin memiliki manfaat pada orang
dewasa tertentu, terutama mereka yang mengi pada
saat evaluasi yang tidak memiliki diagnosis asma atau
chroni sebelumnya.
LO 3 : PNEUMONIA
.DEFINISI
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi
bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
.
ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari
kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan
dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
PATOFISIOLOGII
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum
terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan
alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada
waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan
Tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis
yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan
perdarahan 'Gray hepatization' ialahkonsolodasi yang luas.
DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
a.Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapatmelebihi 40C, batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas
dan nyeri dada.
b.Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru.
Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi
redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Tatalaksana
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan
tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai
penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris. Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri
penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
Terapi Antibiotik
ETIOLOGI
Bronchopneumonia disebabkan oleh
1. Stphylococcus.
2. Streptococcus.
3. Pneumococcus.
4.Haemophilus.
5. Influenza.
6. Pseudomonas aeruginosa.
7. Bakteri koliform
Manifestasi klinik
1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mycoplasma atau spesies
legionella.
6 Sputumm purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap preparat etiologis.
7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar
PATOFISIOLOGI
Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat inhalasi mikroba yang ada diudara, aspirasi organisme dari
nasofaring atau penyebaran hematogen. Selain itu juga berhasilnya kuman pathogen seperti virus,
bakteri, jamur, mycoplasma dan benda asing masuk kesaluran pernafasan 3 yaitu ke bronkus sehingga
terserap ke paru perifer yang menyebabkan reaksi jaringan berupa udema, yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian par u yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya
serbukan sel PMN (poli morfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini
termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel
makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibr in, serta menghilangnya kuman.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Fotoo thoraks.
2. Laboratorium rutin:DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum, creatinine,
SGOT, SGPT.
3. Analisa gas darah, elektrolit.
4. Pewarnaan gram sputum.
5. Kultur sputum.
6. Kultur darah.
7. Pemeriksaan serologi.
8. Pemeriksaan antigen.
9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi)
a. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi:
Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.
C. pemeriksaann mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau aspirasi
paru.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis: Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu secepatnya, maka biasanya yang diberikan antara lain:
a. Pennicillin 50000 unit/kg/BB/hari ditambah klorqmfenikol 80-90 mg/kg/BB/hari atau
diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti ampicillin, pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Berikan oksigen dan cairan intravena.
c. Diberikan korelasi, sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
2. Penatalaksanaan terapeutik
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Istirahat.
c. Nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman
3. Penatalaksanaan medis umum.
a. Farmakoterapi - Antibiotik (diberikan secara intravena) - Ekspektoran. - Antipiretik. -
Analgetik.
b. Terapi O2 dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan postural.
LO 5 : ABSES PARU
Defenisi
Abses paru adalah infeksi bakteri yang menyebabkan
munculnya nanah di jaringan paru-paru. Penanganan perlu
segera dilakukan terhadap kondisi ini. Jika tidak, abses paru
dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan
berpotensi membahayakan nyawa.
Manifestasi klinik
Abses paru dapat menimbulkan gejala berupa batuk berdahak
dengan dahak berbau busuk, batuk berdarah, demam, sesak
napas, nyeri dada, berkeringat di malam hari, bau mulut,
hingga penurunan berat badan.
Seseorang berisiko lebih tinggi untuk terkena abses paru
apabila memiliki faktor risiko, berikut: