BRONKHITIS KRONIS
A. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru). Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyak dan
beberapa perubahan pada saluran pernafasan
1
respiratorik dengan gejala utama adalah batuk. Ini berarti bronchitis bukan
merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi juga penyakit lain dengan
bronchus sebagai pemegang peranan (Perawatan Anak Sakit, EGC, 1995)
B. ETIOLOGI
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat
pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu
problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim
ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan
dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
C. EPIDEMIOLOGI
Bronkitis kronik terjadi pada 20 - 25% laki - laki 40 - 65 tahun. Dinegara
barat, kejadian bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di
Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab
kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kejadian setinggi itu
ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai
antibiotik. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-
klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai
dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital. Penyakit dan gangguan
saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih menjadi masalah terbesar di
Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat penyakit saluran napas dan paru
seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma khususnya bronkitis kronik
masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi virus dan bakteri merupakan
penyebab yang sering terjadi.
D. PATOFISIOLOGI
5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan medis
a. Antimicrobial
b. Postural drainase
c. Bronchodilator
d. Aerosolized Nebulizer
e. Surgical Intervention
2. Pelaksanaan keperawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lendir :
a. Sering mengubah posisi dan banyak minum
b. Inhalasi dan nebulizer
c. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama :
Umur :
Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Penanggung :
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Batuk
C. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Bernafas
Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena
terdapat sekret.
3. Eliminasi
5. Istirahat tidur
6. Kebersihan diri
8. Rasa nyaman
Pada pasien bronkitis kronis terkadang mengeluh nyeri pada bagian dada.
9. Rasa aman
11. Ibadah
12. Produktivitas
13. Rekreasi
14. Pengetahuan
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tingkat keamanan
b. GCS
E. Data Penunjang
1. Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah
2. Sputum : Kultur untuk menentukan
adanya infeksi, mengidentifikasi patogen
3. Tes fungsi paru : Untuk menentukan
penyebab dispnoe, melihat obstruksi.
4. Foto sinar X rontgen
A. Analisa Data
Do:
Ds : Gangguan pertukaran
Pasien mengatakan Pasien tidak sesakgas
sesak napas nafas
Do :
Do :
Do :
Nafsu makan Nafsu makan baik
buruk/anoreksia
Berat badan ideal
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
III. INTERVENSI
N Diagnosa Intervensi Rasional
Tujuan dan
1. Setelah 1.
o Keperawatan
Ketidakef P Bebera
Kriteria Hasil ektifan dilakukan pa
engkajian
derajat
rsih
an
jala
n spasme
be bro
nku
sterj
adi
den
tindakan gan
1.
keperaw IM Auskultasi bunyi nafas
IV. atan
napas o
b.d b
3x24 st
r
jam u
ketidak k
si
efektifa j
n a
l
a
n
n
a
f
a
s
d
a
n
p dapat
bersihan jalan
e dimanifest
n nafas 2. Kaji/pantau asikan
i frekuensi
n
g
k
a
t
a
n
pr dengan
od t pernafas adanya
uk an. bunyi
si
se K nafas.
3.
kre Observa
t 2.
si
karakteri Tachipnoe
stik biasanya
batuk ada
4.
- Suara - Se
nafas(vesic (-):
ular):HE dan
nilai 3
ut atau a pasien dan keluarga
pada inf
beberapa ek kelemah n
6
derajat dan si memudahkan .
dapat ak informasi
ditemukan ut. m
s B
selama / e
adanya proses K r
- RR:
merupaka
24x i
4 n
kegiatan k
yang a
dilarang n
didalam
ruang3.
Batuk o
dapat b
menetap
a
tet
perawa t
ap
5.
i s
tid e
ak s
ef u
ek a
i
tif,
kh
i
us
n
us
d
ny i
a k
pa a
da s
la i
nsi
a,
pe
ny
ak
it
ak
: akit m
5.
pasien penyeb e
bronkod ab m
m
S p
e
an 7.
n e
d kelemb r
7.B
a aban m
p udara u
menuru d
A at
nkan a
k
kekent h
a
n alan
sekret,
v
pd
e 8.
ma
nt n
il d
as a
p
i a
y t
a menurunk
an/mence
n gah
g pembentukan
mukosa
a
d
e
k
u
at
6.me
gu
ra
ng
i
ef
ek
pe
ny
PLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah
pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges
Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
V. EVALUASI
19
DAFTAR PUSTAKA