PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
BAB 2
2
PEMBAHASAN
3
1. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli
paru
2.3 Etiologi
4
2.3.1 Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronik yaitu
rokok, infeksi, dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor
keturunan dan status sosial.
a. Rokok
b. Infeksi
Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya pun lebih
berat. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronkitis
kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru
bertambah.
c. Polusi
d. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai peranan pada penyakit paru kronik, terbukti pada
survei terakhir didapatkan bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok
mempunyai kecenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih sering dan
lebih berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup tersebut lebih
tinggi.
5
Bronkitis kronik lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin karena perbedaan pola merokok, dan lebih banyak terpapar faktor
risiko lain. Kematian pada penderita bronkitis kronik ternyata lebih banyak
pada golongan sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan
dan ekonomi yang lebih buruk.
f. Lingkungan Kerja
Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpapar zat inorganik,
debu organik atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpapar zat tersebut
mempunyai kemungkinan bronkitis kronik 2-4 kali daripada pekerja yang
tidak terpapar. Secara epidemiologi didapatkan penurunan fungsi paru pada
pekerja-pekerja tersebut, seperti pekerja pabrik plastik yang terpapar toluene
diisocyanate, pabrik katun dan lain-lain.
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2.5 Patofisiologi
6
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih
rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi
sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya
mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan
emfisema dan bronkiektasis.
1. Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak
makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut
(eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah.
5. Produksi lendir (dahak), baik yang jelas atau putih, abu-abu atau kekuning-
kuningan atau berwarna hijau. Dahak tidak selalu muncul baik pada bronkitis
akut maupun kronik.
6. Sering menderita infeksi saluran pernafasan (seperti pilek atau flu ) dengan
batuk yang produktif dan memburuk
2.7 Komplikasi
Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik:
a. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
b. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
c. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
2. Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
7
3. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru
total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
4. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat
5. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
6. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
7. Pemeriksaan sputum :
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Pengobatan:
8
1. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali
gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
2.11 Pencegahan
9
usia gestasi, sehigga pencegahan primer waktu ini adalah belum
mungkin. Walau penelitian ke arah itu terus berlangsung dan
menjanjikan.
10
Beberapa bahan kimia yang paling umum pada parfum adalah etanol,
asetaldehida, benzaldehida, benzil asetat, a-pinene, aseton, benzil alkohol, kapur
barus, limonene dan lain-lain, beberapa bahan kimia tersebut dapat memberikan
efek pada kesehatan yaitu mudah tersinggung, kekaburan mental, nyeri otot,
asma, kembung, nyeri sendi, nyeri sinus, kelelahan, sakit tenggorokan, iritasi
mata, masalah pencernaan, bronkitis, sakit kepala, bengkak kelenjar getah
bening, peningkatan tekanan darah, batuk, gatal, dan iritasi kulit.
11
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-
anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa,
pilihannya sering kali kurang jelas.
g. Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut
menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-
determination, perlakuan adil dan integritas diri.
Tujuan :
12
1) Pot sputum berisi desinfektan.
2) Kertas tisu.
4) Satu bantal.
5) Stetoskop.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi :
13
7) Posisi tandelenburg dengan sudut 45 atau dengan menaikkan kaki
tempat tidur 45-50 cm ke samping kanan, apabila yang akan
didrainase bronkus medial.
2) Cuci tangan.
14
d) Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai medianterior
dada apabila yang akan di-clapping / vibrasi adalah daeran lobus tengah
( bronkus lateral dan medial).
e) Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang akan di-clapping
/ vibrasi adalah daeran brokus superior dan inferior.
f) Sepertiga di bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan di-
clapping / vibrasi adalah daeran brokus apikal.
g) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan di-
clapping / vibrasi adalah daeran brokus medial.
i) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan di-
clapping / vibrasi adalah daeran brokus posterior.
Nafas Dalam
Prosedur Pelaksanaan :
15
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk di
tempat tidur atau dikursi atau dengan lying position (posisi berbaring)
di tempat tidur dengan satu bantal.
c. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang
iga.
d. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup, hitung
sampai 3 selama inspirasi.
h. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas pendek dan tingkatkan
secara bertahap selama 5-10 menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur
akan membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat dilakukan
dalam posisi duduk tegap, berdiri dan berjalan.
4. Batuk efektif
Alat :
3) Sputum pot
4) Lysol 2-3%
5) Handuk
16
6) Peniti
8) Tissue
9) Bengkok
Prosedur :
5) Istirahat.
5. Terapi Oksigen
a. Pengisapan Lendir
Tujuan :
17
Alat dan Bahan :
3) Pinset steril.
5) Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan desinfektan.
6) Kasa steril.
7) Kertas tisu.
8) Stetoskop.
Prosedur Kerja :
2) Cuci tangan.
10) Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik.
18
11) Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
13) Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respons
pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
6. Nebulasi
adalah memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan
udara.
1. Oksigen set
2. Nebulizer set
6. Bengkok
7. Tisu
Lingkungan :
Petugas :
19
1 orang
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan
nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh
obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam
beberapa kali (teknik batuk efektif).
20
21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dan
produktif dengan sputum purulen, deman dengan suhu tubuh dapat mencapai
>40oC dan sesak nafas.
a. Riwayat Penyakit Saat ini
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis bervariasi
tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja,
hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda-
tanda terjadinya toksemia, klien dengan bronkhitis sering mengeluh
malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat, takikardia, dan
takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri
atas batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret dan rasa sakit di
bawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai obat-obat
yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya
dan mengkaji kembali apakah obat-obat tersebut masih relevan untuk
dipakai kembali.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu sering kali klien
mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
adanya riwayat alergi pada pernafasan atas.
c. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan
klien sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang
dialaminya dimana adanya keluhan batuk, sesak nafas dan demam
merupakan stresor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu
memberikan dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan informasi
dengan tim medis untuk pemenuhan informasi mengenai prognosis
penyakit dari klien.
22
d. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan
(nama, cara kerja, frekuensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya
kelebihan dosis). Pengobatan nonfarmakologi (nonmedicinal
interventions) seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak
dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), sistem
pendukung (support system), kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga.
3.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan bronkhitis biasanya
didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, frekuensi
nafas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, serta biasanya
tidak ada masalah dengan tekanan darah.
b. B1 (Breathing)
Inspeksi :Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. Pada kasus
bronkhitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan
pernafasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien
juga mengalami batuk produktif dengan sputum purulen berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palpasi : Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi : Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan
pada seluruh lapang paru.
c. B2 (Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
d. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada
komplikasi penyakit yang serius.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
f. B5 (Bowel)
23
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
g. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien
memerlukan bantuian orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
24
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/
faringeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien.
Keriteria hasil :
Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya a. beberapa derajat spasme bronkus terjadi
bunyi napas misalnya mengi, krekels, dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
ronki. dimanifestasikan dengan bunyi nafas
b. Kaji/ pantau frekuensi
tambahan.
pernafasan.Catat rasio inspirasi/ b. takipnea biasanya ada pada beberapa
ekspirasi. derajat dan dapat ditemukan pada pasien
c. Catat adanya/ derajat dispnea, misal
cemas dan adanya proses infeksi akut.
keluhan “lapar udara”, gelisah, c. disfungsi pernafasan adalah variable
ansietas, distres pernafasan dan yang tergantung pada tahap proses kronis
penggunaan otot bantu pernafasan. selain proses akut yang menimbulkan
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
perawatan di ruimah sakit.
misal peninggian kepala tempat tidur, d. peninggian kepala tempat tidur
duduk pada sandaran tempat tidur. mempermudah fungsi pernafasan dengan
e. Pertahankan polusi lingkungan
menggunakan gravitasi.
minimum, misal debu, asap, dan bulu e. pencetus tipe reaksi alergi pernafasan
bantal yang berhubungan dengan yang dapat meningkatkan episode akut.
f. memberikan pasien beberapa cara untuk
kondisi individu.
f. Dorong/ bantu latihan napas dalam. mengatasi dan mengontrol dispnea dan
g. Observasi karakteristik batuk misal
menurunkan jebakan udara.
menetap, batuk pendek, atau basah. g. batuk paling efektif pada posisi duduk
Bantutindakan untuk memperbaiki tinggi atau kepala di bawah setelah
keefektifan upaya batuk. perkusi dada.
h. Tingkatkan masukan cairan sampai h. Hidrasi membantu menurunkan
25
3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. kekentalan sekret, mempermudah
Memberikan air hangat. Anjurkan pengeluaran.
i. merilekskan otot halus dan menurunkan
masukan cairan antara, sebagai
kongesti lokal, menurunkan
pengganti makan.
j. batuk menetap yang melelahkan perlu
i. Kolaborasi dengan dokter untuk
ditekan untuk menghemat energi dan
pemberian obat :
Bronkodilator (misal epinefrin, memungkinkan pasien istirahat.
k. drainase postural dan perkusi penting
albutenol, terbutalin)
j. spasme jalan nafas, mengi, dan untuk membuang
produksi mukosa. Analgesik, penekan banyaknyasekresi/kental dan
batuk/ antitusif (misal dextrometorfan) memperbaiki ventilasi segmen dasar
k. Kolaborasi dalam pengobatan
paru.
pernafasan misal IPPB, fisioterapi.
26
2 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder
terhadap demam.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan peningkatan berat badan menuju
tujuan yang tepat
Intervensi Rasional
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan a. Pasien distres pernafasan akut sering
saat ini. Catat derajat kesulitan makan. anoreksia karena dispnea, produksi
Evaluasi berat badan dan ukuran sputum dan obat.
b. penurunan bising usus menunjukkan
tubuh.
b. Auskultasi bunyi usus. penurunan motilitas gaster dan
c. Berikan perawatan oral sering, buamg
konstipasi.
sekret, berikan wadah khusus untuk c. Rasa tak enak, bau dan penampilan
sekali pakai dan tisue. adalah pencegah utama terhadap nafsu
d. Dorong periode istirahat selama 1 jam
makan dan dapat membuat mual dan
sebelum dan sesudah makan. Berikan
muntah dengan peningkatan kesulitan
makan porsi kecil tapi sering.
nafas.
e. Hindari makanan penghasil gas dan
d. membantu menurunkan kelemahan
minuman karbonat.
selama waktu makan dan memberikan
f. Hindari makanan yang sangat panas
kesempatan untuk meningkatkan
atau sangat dingin.
g. Timbang berat badan sesuai indikasi. masukan kalori total.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk e. dapat menghasilkan distensi abdomen
memberikan makanan yang mudah yang menggangu napas abdomen dan
dicerna. gerakan diafragma dan dapat
meningkatkan dispnea.
f. suhu ekstrem dapat mencetuskan/
meningkatkan spasme batuk.
g. berguna untuk menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan berat badan, dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
h. meminimalkan pasien dalam penggunaan
energi.
27
3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
a. Awasi suhu. a. Demam dapat terjadi karena infeksi atau
dehidrasi.
b. Observasi warna, bau sputum.
b. Sekret berbau, kuning dan kehijauan
c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang menunjukkan adanya infeksi
pembuangan sputum. c. mencegah penyebaran patogen
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi
d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi kesehatan umum dan menurunkan
adekuat. tekanan darah terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus
a. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
yang teridentifikasi dengan kultur.
Intervensi Rasional
a. Dukung pasien dalam menegakkan a. Otot-otot yang mengalami kontaminasi
latihan teratur dengan menggunakan membutuhkan lebih banyak O2.
28
exercise, berjalan perlahan atau latihan
yang sesuai.
kriteria Hasil :
• Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
• Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan
bronchitis kronis
• Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian
• Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, a. Dengan mengetahui tingkat kecemasan
sedang, berat). klien, sehingga memudahkan tindakan
selanjutnya.
b. Berikan dorongan emosional.
b. Dukungan yang baik memberikan
c. Beri dorongan mengungkapkan semangat tinggi untuk menerima
ketakutan/masalah keadaan penyakit yang dialami.
c. Mengungkapkan masalah yang dirasakan
d. Jelaskan jenis prosedur dari
akan mengurangi beban pikiran yang
pengobatan
dirasakan
e. Beri dorongan spiritual
d. Penjelasan yang tepat dan memahami
penyakitnya sehingga mau bekerjasama
dalam tindakan perawatan dan
pengobatan.
29
3.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi,
mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan
informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan
Keperawatan)
30
3.5 Evaluasi
31
BAB 4
KESIMPULAN/SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI,
Jakarta.
33