Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian bronkitis

2.2 Klasifikasi bronkitis

2.3 Anatomi dan fisiologi

2.4 Patologi dan Patofisiologi

2.5 Etiologi

2.6 Pengobatan

2.7 Gejala umum bronkitis

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Analisa jurnal

3.2 PICO

3.3 Hasil telaah jurnal

3.4 Lampiran jurnal

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronchitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang


menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungan nya banyak polutan, misalnya orang tua yang meroko di rumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang
menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang
setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian
penyakit bronchitis sangat tinggi (Marni, 2014).

Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi


saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup
tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronchitis sekitar 1,6 juta orang.
Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trachea
(saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki
penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan
usia lanjut, bronchitis bisa menjadi masalah serius, (Arif, 2008).

Untuk bronchitis, jumlah anak yang terdiagnosa bronchitis pada tahun


2007 di amerika serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat
menderita penyakit bronchitis adalah infeksi saluran nafas yang berat dan
sering, penyempitan dan penyumbatan bronkus, sulit bernafas, hingga
kematian (Puspita sari, 2009).

Menurut Amerikan Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien


bronchitis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor
lain yang sedikit kontribusi nya menyebabkan bronchitis yaitu infeksi virus
atau bakteri, volusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2),terpapar iritan di
tempat kerja dll. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini di
antaranya uap logam (fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida
(SO2), hydrogen sulfida (H2S), bromine (Br), ammonia (NH3), asam kuat,
beberapa organic solvent, dan klorin (CI). Debu juga dapat menyebabkan
bronchitis, seperti debu batu bara (Puspita sari,2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan bronchitis?
2. Bagaimana klasifikasi bronchitis?
3. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi bronchitis?
4. Bagaimana patologi dan patofisiologi?
5. Bagaimana etiologi bronchitis?
6. Bagaimana cara pengobatan bronchitis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu bronchitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis
3. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisioloigi bronchitis
4. Untuk mengetahui patologi dan patofisiologi bronchitis
5. Untuk mengetahui etiologi bronchitis
6. Untuk mengetahu cara pengobatan bronchitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian bronkitis


Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya infalamasi bronkus
(Ngastiyah,2003). Bronchitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trakea
dan bronkus) karena infeksi virus atau bakteri (Catzel dan Robert,1998).
Bronchitis adalah inflamasi pada saluran nafas yang luas (Trakea dan bronchi) yang
kebanyakan selalu berhubungan dengan infeksi respirator atas (Wong, 2003). Dari ketiga
pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bronchitis adalah suatu
penyakit infeksi akut saluran besar paru yang ditandai oleh inflamasi bronkus.

2.2 Klasifikasi Bronkitis


Bronkitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut atau kronik, penjelasannya
sebagai berikut :
1. Bronkitis akut adalah serangan bronkitis dengan perjalanan penyakit yang
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.
Bronkitis akut pada umumnya ringan. Meski ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan. Disebabkan oleh karena terkena dingin (musim dingin),
hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti rhinovirus, influenza A dan
B, coronavirus, parainfluenza dan respiratory synctial virus, infeksi akut, dan
ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan
batuk (Depkes RI, 2005).
2. Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturutturut, tidak disebabkan penyakit lainnya (PDPI, 2003). Sekresi
yang menumpuk dalam bronchioles mengganggu pernapasan yang efektif.
Merokok atau pemejanan terhadap terhadap polusi adalah penyebab utama
bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
dan mikroplasma dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara
yang dingin dapat menyebabkan bronchospasme bagi mereka yang rentan
(Smeltzer dan Bare, 2001).

2.3 Anatomi dan Fisiologi


Struktur utama sistem pernapasan terdiri dari saluran pernapasan bagian atas
(jalan napas) dan saluran pernapasan bagian bawah (saluran napas). Batas antara
saluran pernapasan bagian atas dan bawah adalah pinggir bawah kartilago
krikoidea. Saluran udara pernapasan bagian bawah dimulai dari ujung bawah
trakea (kartilago krikoidea) sampai bronkiolus terminalis. Trakea yang panjangnya
antara 10-12 cm, dibentuk oleh sekitar 20 lapis kartilago berbentuk huruf C dan
berakhir ketika bercabang menjadi dua di karina (Djojodibroto, 2009).Disebutkan
pula dalam bukunya, Respirologi (Respiratory Medicine), 2009, bagian yang tidak
berkartilago di sebelah posterior daripada trakea disebut trakea membranosa. Pada
ketinggian vertebra torakalis ke-4 atau setinggi sambungan antara manubrium
dengan tulang iga ke-2, trakea bercabang dua di karina menjadi brokus utama
kanan dan bronkus utama kiri. Pada tempat masuknya bronkus utama, kedua
ujung kartilago bertemu membentuk cincin kartilago yang sempurna, namun tidak
lagi berbentuk huruf C melainkan berbentuk huruf O. Bronkus utama kanan lebih
pendek dibandingkan dengan bronkus utama kiri serta sudut yang dibentuk oleh
bronkus utama kanan terhadap trakea lebih tajam daripada sudut yang dibentuk
oleh bronkus utama kiri terhadap trakea (Djojodibroto, 2009).

Lempeng-lempeng kartilago pada dinding trakea dan bronkus utama berfungsi


untuk mencegah kolaps selama perubahan tekanan udara dalam paru-paru.
Cabang-cabang dari trakea dilapisi dengan silia dan epitel yang menghasilkan
mukus. Apabila ada benda asing atau debu yang masuk akan terperangkap di
mukosa kemudian disapukan oleh silia ke laring dan dibatukkan keluar (Gibson,
2003). Bronkus bercabang-cabang lagi dan seterusnya menjadi semakin kecil,
membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong kartilago, melainkan
memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk menyempitkan saluran
pernapasan (Gibson, 2003). (Paulsen, 2013)
Gambar 2.1Anatomi Trakea-Bronkus dan percabangannyaPotongan Sagittal

2.4 Patologi dan Patofisiologi


Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas oleh
virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus influenza.
Adanya bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu
juga dengan menghisap rokok. Anak menampilkan batuk-batuk yang sering kering
tidak produktif dan dimulai berkembang berangsur-angsur mulai hari 3-4 setelah
terjadinya rhinitis . penderita dganggu oleh suara-suara meniup selama bernapas
(ronki) rasa sakit pada dada dan kadang-kadang terdapat napas pendek. Batuk-batuk
proksimal dan penyumbatan oleh sekresi kadang-kadang berkaitan dengan terjadinya
muntah-muntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut akan poduktif dan dahak akan
dikeluarkan penderita dari jernih dan bernanah.
2.5 Etiologi
1. Bronchitis Akut
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus respiratory
syncytial virus (RSV), virus influenza , virus pada influenza dan coxsakie virus
2. Bronkitis Kronis
Penyebab-penyebab bronchitis kronis misalnya asma atau infeksi kronik saluran nafas
dan sebagainya. Factor-faktor predisposisi dari bronchitis adalah alergi, perubahan
cuaca, populasi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik (Ngastiyah,2003).

2.6 Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya
hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan banyak minum
cairan.
Cara lain untuk pengobatan pleurisy adalah dengan terapi herbal. Berikut bahan-
bahan dan cara pemakaiannya.

Bahan-bahan :
1. Sambiloto 10 gr
2. Patikan kebo 10 gr
3. Meniran 10 gr
Cara pemakaian:

1. Campurkan semua bahan diatas


2. Tambahkan 4 gelas belimbing air bersih
3. Rebus dengan api kecil hingga air tersisa 2 gelas
4. Saring hasil rebusan herbal di atas
5. Diminum pagi dan sore hari.
Catatan:

Untuk satu gelas ramuan yang akan dikonsumsi sore hari, air rebusan ramuan dipanaskan
kembali sampai mendidih, setelah dingin baru dikonsumsi.

2.7 Gejala Umum Bronkitis


Gejala umum bronkitis adalah:
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktivitas ringan
3. Seing menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
4. Napas berat
5. Mudah lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki, dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan, atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
Ada beberapa gejala yang membedakan seorang menderita bronkitis akut atau
bronkitis kronis.

Pada bronkitis akut, yaitu:

1. Terasa sakit pada sendi-sendi


2. Lemas seperti saat flu
3. Demam ringan atau demam tinggi
4. Dada terasa tidak nyeri terutama dibelakang tulang dada
5. Napas berbunyi: adanya lendir di saluran pernapasan sehingga udara harus
bergesekan dengan lendir
6. Sering diiringi batuk keras dan kering yang hampir terus menerus
7. Terdapat lendir kental/ludah dalam tenggorokan. Apabila ludah yang
dikeluarkan berwarna kuning ketika batuk, hal tersebut menandakan adanya
infeksi; dan
8. Kulit mungkin menjadi tampak kebiruan karena kekurangan suplai oksigen

Penderita bronkitis akut harus lebih banyak istirahat dan menghindari kelelahan.
Serta mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hindarkan debu dan zat-zat
kimia yang merangsang. Hentikan menghisap rokok. Dan gunakan antibiotic
untuk memberantas infeksi bakteria.
Bronkitis kronis tidak selalu memperlihatkan gejala. Dan baru terasa setelah usia
setengah baya, yaitu :

1. Ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan secara kronis. Terjadi


secara lamban dan lama-lama menjadi parah.
2. Nafas pendek-pendek dan berbunyi
3. Penurunan stamina
4. Sering batuk-batuk
5. Keadaan satu dan dua akan semakin parah sejlan dengan bertambahnya
usia dan perkembangan penyakit sehingga menyebabkan kesukaran
bernafas, kuragnya oksigen dalam darah, dan kelainan fungsi paru-paru
6. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
jantung, kelumpuhan, kegagalan pernapasan yang parah, serta kematian.
Oleh karena itu, untuk mengurangi berlanjutnya penyakit agar tidak
menjadi parah dan sebelum kerusakan paru-paru semakin meluas, perlu
menghentikan merokok danhal-hal yang mengganggu pernapasan,
menghindari cuaca yang terkena polusi menjaga agar ruangan tetap hangat
dan tidak pengap atau lembab. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan
diet yang seimbang, istirahat yang cukup, gunakan antibiotic untuk mengobati
infeksi bakteria.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis jurnal


No Nama Peneliti Judul Metode pilihan Tujuan penelitian Waktu dan
tempat
1 Hengzhao He Clinical effect of 83 kasus dari Membahas Advanced
ambroxol Hydrochloride pasien dengan pengaruh Emergency
injection on 83 patients eksaserbasi ambroxol Medicine china
with acute exacerbation akut bronitis hydroklorida 2018
of chronic bronchitis kronis dibagi injeksi pada
secara acak eksaserbasi akut
kedalam bronitis kronis
kelompok
pengamatan
dan kelompok
control dengan
menambahkan
injeksi
ambroxol
hydroklorida
2 Variandini Evaluasi Kesesuaian Rancangan Pemilihan dan Agustus 2017,
Aldhila Kharis, Dosis pada Pasien studi cross- penggunaan obat- di Rumah
Rise Desnita, Pediatri Bronkitis Akut sectional obatan yang Sakit Tentara
Hariyanto di Rumah Sakit Tentara tepat dan rasional Kartika Husada
Kartika Husada Kubu akan menentukan Kubu Raya
Raya keberhasilan
pengobatan
dalam mencapai
efek terapi yang
diharapkan,
terutama pada
pasien pediatric
3 Slamet Riyanto PENATALAKSANAAN Untuk Selasa, 4 Juli
Modalitas yang
FISIOTERAPI PADA mengetahui 2017 di Balai
BRONKITIS KRONIS digunakan apakah infra red besar
DI BALAI BESAR adalah berupa dan Forced kesehatan paru
KESEHATAN PARU Expiration Surakarta
Infra Red (IR)
MASYARAKAT Technique (FET)
SURAKARTA dan Forced dapat

Expiration memudahkan
dalam
Technique
pengeluaran
(FET) sputum serta
mengurangi sesak
nafas pada
penderita
bronkitis kronis.
4 Dela Oktavia PENGARUH TERAPI Pre Untuk Selasa, 14
Hapsari RELAKSASI Eksperimental mengetahui Maret 2017
JACOBSON DAN dengan desain pengaruh
MITCHELL UNTUK penelitian pre Relaksasi
MENURUNKAN test and post Jacobson dan
SESAK NAPAS PADA test two group Relaksasi
PENDERITA design Mitchell untuk
BRONKITIS KRONIS menurunkan
sesak napas pada
penderita
bronkitis kronis
serta untuk
mengetahui
perbedaan
pengaruh
keduanya dalam
menurunkan
sesak napas pada
penderita
bronkitis kronis.
5 Yopi Rikmasari, Hubungan Jumlah Jenis Kuantitatif Untuk Mei 2017,
Noprizon, dan Obat terhadap Kejadian yang bersifat memutuskan Rumah Sakit
Raymond Drug Related Problems analitis dengan dengan seksama Palembang
Hutagaol (DRPs) pada Pasien deskriptif dalam
Bronkitis Pediatri Rawat berupa studi mengindentifikasi
Jalan korelasi poli farmasi dan
menyatakan
bahwa
menggunakan
lebih dari jumlah
obat yang
seharusnya
merupakan resiko
potensial
terjadinya DRPs
suatu kondisi
klinis
6 Abraham sanni, Evaluasi kerasionalan penelitian ini Untuk Penelitian ini
Fatimawali penggunaan antibiotic merupakan memperoleh dilakukan di
Hamidah Sri pada pengobatan penelitian gambaran tentang bagian rekam
Supriati bronchitis kronik pasien deskriptif kerasionalan medik RSUP
rawat jalan di RSUP dengan dalam Prof.Dr.R.D.
Prof.DR. R.D. pengambilan penggunaan Kandou
KANDOU MANADO data secara antibiotic yang Manado pada
Periode Juni 2013- Juni retrospektif diterima pasien bulan
2014 yang selama menjalani November
didasarkan pada perawatan 2014- Februari
data Rekam 2015
Medik
3.2 PICO

No Judul tahun Penulis P I C O


1 Clinical effect 2018 Hengzhao Bronkitis terapi, seperti ekspektoran, inhalasi 1. Jurnal “Evaluasi 1. Hasil penelitian
of ambroxol He oksigen, infeksi dll, Kesesuaian Dosis pada menunjukan bahwa obat
Hydrochloride Pasien Pediatri Bronkitis yang digunakan untuk terapi
atas dasar ini, 30 mg injeksi
injection on 83 Akut di Rumah Sakit bronkitis akut antara lain
ambroxol hidroklorida dilarutkan
patients with Tentara Kartika Husada golongan mukolitik dan
dalam 250 mL injeksi glukosa 5%
acute Kubu Raya” ekspektoran, antibiotik,
diberikan, 2 kali sehari,
exacerbation of bronkodilator, multivitamin,
chronic infus intravena terus menerus dekongestan, analgesik, dan
bronchitis selama 14 hari. Kelompok kontrol antihistamin. Hasil evaluasi
diobati dengan injeksi bromhexine kesesuaian dosis
hidroklorida berdasarkan terapi menunjukkan jumlah item
rutin, 1 kali sehari, dan 10 mg setiap obat (R/) yang mengalami
kali. Efek pengobatan, indeks PaO2 dosis kurang sebesar 51%,
dan efek samping dari kedua dosis lebih sebesar 15%, dan
kelompok diamati dan dibandingkan tepat dosis sebesar 34%.
setelah 14 hari

2. Penatalaksanaan
2. Jurnal fisioterapi pada kasus
”PENATALAKSANAAN bronkitis kronis mendapat
FISIOTERAPI PADA hasil adanya penguranagan
BRONKITIS KRONIS DI penumpukan sputum pada
BALAI BESAR jalan nafas dan penurunan
KESEHATAN PARU derajat sesak dengan Borg
MASYARAKAT scale.
SURAKARTA”

3.Secara statistik terdapat


3. Jurnal “PENGARUH pengaruh terapi Relaksasi
TERAPI RELAKSASI Jacobson dan Relaksasi
JACOBSON DAN Mitchell untuk menurunkan
MITCHELL UNTUK sesak napas pada penderita
MENURUNKAN SESAK bronkitis kronis tetapi tidak
NAPAS PADA ada perbedaan pengaruh
PENDERITA BRONKITIS yang signifikan antara
KRONIS” keduanya.

4.Hasil penelitian
menunjukkan terdapat
hubungan (R = 0,473) antara
4. Jurnal” Hubungan
jumlah jenis obat dengan
Jumlah Jenis Obat
kejadian Drug Related
terhadap Kejadian Drug
Problems (DRPs) pada
Related Problems (DRPs)
kategori sedang dan terdapat
pada Pasien Bronkitis
korelasi positif diantara
Pediatri Rawat Jalan”
kedua variabel tersebut yaitu
semakin banyak jumlah obat
akan meningkatkan
kejadian Drug Related
Problems (DRP

5. Hasil penelitian
menunjukan evaluasi
penggunaan antibiotik yang
rasional berdasarkan kriteria
5.Jurnal “ Evaluasi
tepat pasien sebanyak 22
Kerasionalan penggunaan
pemberian antibiotik
antibiotic pada
pengobatan Bronkitis (100%), tepat indikasi
kronik pasien rawat jalan sebanyak 22 pemberian
di RSUP Prof.Dr. R.D. antibiotik (100%), tepat obat
Kandou Manado Periode sebanyak 10 pemberian
Juni 2013- Juni 2014” antibiotik (45,46 %), tepat
dosis sebanyak 22
pemberian antibiotik
(100%), dan tepat lama
pemberian sebanyak 20
pemberian antibiotik
(90,9%). Jenis antibiotik
yang paling banyak
digunakan untuk pengobatan
bronkitis kronik adalah
sefadroksil (44,45%).
3.3 Hasil telaah jurnal

3.3.1 Jurnal utama

Judul: Clinical effect of ambroxol Hydrochloride injection on 83 patients with


acute exacerbation of chronic bronchitis

Hasil: Ambroxol injeksi hidroklorida secara efektif dapat meringankan eksaserbasi


akut kronis bronkitis, meningkatkan indeks PaO2, dan memiliki efek samping
yang lebih sedikit, layak untuk dilakukan promosi.

3.3.2 Jurnal Pendamping

1. Evaluasi Kesesuaian Dosis pada Pasien Pediatri Bronkitis Akut di Rumah


Sakit Tentara Kartika Husada Kubu Raya

Hasil :

- Mukolitik dan ekspektoran berfungsi sebagai pengurangan sekresi mukosa


dengan presentasi 23,46 %

- penggunaan antibiotic penisilin jika digabungkan dengan antibiotic golongan


cephalosporin dan makrolida maka penggunaan antibiotic berada pada presentase
tertinggi yaitu 28,18% namun berdasarkan literature, penggunaan antibiotic
sebaiknya tidak dianjurkan.

- penggunaan antihistamin, bronkodilator, dekongestan dan analgetik berfungsi


untuk meredakan gejala yang ditimbulkan dan berfungsi sebagai terapi pendukung.

2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKITIS KRONIS DI


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

Hasil:

Setelah di berikan interfensi sebanyak 4 kali terapi, terlihat bahwa pada T0


terdengar adanya banyak penumpukan sputum, pada hari berikutnya setelah
dilakukan interfensi terapi pada T4 sudah tidak terdengar lagi adanya penumpukan
sputum pada jalan nafas pasien. Pada derajat sesak dengan menggunakan borg
scale Terlihat pada T0 mempunyai nilai infra red 4, yang berarti sesak berat dan
pada T4 mengalami penurunan derajat sesak yang cukup significant yaitu memiliki
nilai borg scale 2 yang berarti sesak ringan.
3. PENGARUH TERAPI RELAKSASI JACOBSON DAN MITCHELL
UNTUK MENURUNKAN SESAK NAPAS PADA PENDERITA
BRONKITIS KRONIS

Hasil :

Analisis statistik didapatkan hasil uji pengaruh Relaksasi Jacobson dalam


menurunkan sesak napas nilai (p = 0,001 < 0,05) dan Relaksasi Mitchell nilai (p =
0,003 < 0,05) yang berarti ada pengaruh namun hasil uji perbedaan pengaruh
kedua terapi nilai (p = 0,061 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara kedua terapi relaksasi tersebut.

4. Hubungan Jumlah Jenis Obat terhadap Kejadian Drug Related Problems


(DRPs) pada Pasien Bronkitis Pediatri Rawat Jalan

Hasil:

-Pasien bronkitis akut diketahui sebanyak 29 pasien (82,86%) dan pasien bronkitis
kronik sebanyak 6 pasien (17,14%). Pasien pediatri yang mendapatkan obat dalam
bentuk sediaan racikan sebanyak 25 pasien (71%) dan non racikan sebanyak 10
pasien (29%).

-Sediaan obat dalam bentuk obat racikan terdiri dari 2-4 macam obat dengan
komposisi yang berbeda-beda, dua komposisi terbanyak yang diresepkan adalah
kombinasi antara ambroksol, salbutamol, metilprednisolon dan kombinasi antara
ambroksol, salbutamol dan setirizin.

5. Evaluasi Kerasionalan penggunaan antibiotic pada pengobatan Bronkitis


kronik pasien rawat jalan di RSUP Prof.Dr. R.D. Kandou Manado Periode
Juni 2013- Juni 2014

Hasil :

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 18 data rekam medik
pasien yang menderita bronkitis kronik di Instalansi Rawat Jalan RSUP. Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Juni 2013 sampai Juni 2014, evaluasi penggunaan
antibiotik yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien sebesar 100%, tepat
indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 45,46 %, tepat dosis sebesar 100%, dan
tepat lama pemberian sebesar 90,9%. Jenis antibiotik yang paling banyak
digunakan untuk pengobatan bronkitis kronik ialah sefadroksil, yakni sebesar
44,45%.

3.4 Lampiran Jurnal


BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil telaah beberapa jurnal terutama jurnal utama “Clinical effect of
ambroxol Hydrochloride injection on 83 patients with acute exacerbation of
chronic bronchitis” kelompok kami setuju bahwa Ambroxol injeksi
hidroklorida secara efektif dapat meringankan eksaserbasi akut kronis
bronkitis, meningkatkan indeks PaO2, dan memiliki efek samping yang lebih
sedikit . Kelompok kami kurang setuju dengan penggunaan obat antibiotik
karena obat-obatan seperti ini tidak dapat membantu penyembuhan penyakit
bronkitis dan penyakit bronkitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Jika
antibiotik penisilin digabungkan dengan antibiotic golongan cephalosporin
dan makrolida maka penggunaan antibiotic berada pada presentase tertinggi
yaitu 28,18% namun berdasarkan literature, penggunaan antibiotic sebaiknya
tidak dianjurkan.

Untuk mendukung kesembuhan penyakit bronkitis kelompok kami setuju


dengan jurnal pendamping “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
BRONKITIS KRONIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
SURAKARTA” yang hasil penelitiannya cukup efektif berhasil karena adanya
penguranagan penumpukan sputum pada jalan nafas dan penurunan derajat
sesak dengan Borg scale.

4.2 Saran

Semoga para generasi muda di masa depan bisa menjadi peneliti yang
menemukan obat atau metode yang ampuh untuk penyakit bronkitis akut
dan kronis dengan efek samping negative yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar.2010.Penyakit paru dan saluran,PT.Bhuana llmu Populer, Jakarta

Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Iskandar, Junaidi. 2010.Penyakit Paru Dan Saluran, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.

Hengzhao He.2018. Clinical effect of ambroxol Hydrochloride injection on 83


patients with acute exacerbation of chronic bronchitis.Universe Sciensific
publishing. http://aem.usp-pl.com/index.php/aem/article/view/14 di akses 14
september 2019 pukul 14.00

Variandini & Resa .2017.” Evaluasi Kesesuaian Dosis pada Pasien Pediatri
Bronkitis Akut di Rumah Sakit Tentara Kartika Husada Kubu Raya” . Studi
Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

http://www.psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3672 di akses 14
september 2019 pukul 14.22

Riyanto, selamet.2017.” PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


BRONKITIS KRONIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
SURAKARTA”. Studi Fisioterapi,Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. https://onesearch.id/Record/IOS2728.38081 di akses
18 september pukul 23.53

Oktavia H,Dela.2017.” PENGARUH TERAPI RELAKSASI JACOBSON DAN


MITCHELL UNTUK MENURUNKAN SESAK NAPAS PADA PENDERITA
BRONKITIS KRONIS”. Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
https://onesearch.id/Record/IOS2728.50656 di akses 18 september pukul 00.30
Yopi dkk.2017.” Hubungan Jumlah Jenis Obat terhadap Kejadian Drug Related
Problems (DRPs) pada Pasien Bronkitis Pediatri Rawat JalanV Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi”.

http://www.ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/article/view/481 di akses 14
September 2019 pukul 14.39

sanni, Abraham dkk .2014.” Evaluasi Kerasionalan penggunaan antibiotic pada


pengobatan Bronkitis kronik pasien rawat jalan di RSUP Prof.Dr. R.D. Kandou
Manado Periode Juni 2013- Juni 2014”. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/8832 di akses 14
September 2019 pukul 15.00

Anda mungkin juga menyukai