Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH OSTEOMIELITIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

Ellsa Nadila AK118053

Eneng deti sri rahayu AK118057

Fathunnisa Imarah N AK118060

Intan Novita Sari AK118080

Iseu Rahmawati AK118084

Khofi Indaka AK118088

Via Yulianengsih AK 118197

Tri ariyanto (sakit)

Kelas N

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.Tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah program
studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
makalah ini. Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua kritik dan saran
senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih
baik

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Osteomyelitis merupakan peradangan yang terjadi pada tulang dan
medulaspinalis. Osteomielitis dapat terjadi karena penyebaran bakteri
secara hematogendari suatu fokus infeksi yang jauh, biasanya dari kulit
dan paru-paru, ataupunmelalui ekspansi lokal dari infeksi jaringan
disekitarnya. Osteomielitis akut palingsering menyerang anak-anak,
terutama pada usia 5-15 tahun. Tulang panjang merupakan tulang yang
paling sering mengalami infeksi pada anak-anak, sedangkan pada dewasa,
tulang vertebrae menjadi tulang yang paling seringmengalami infeksi.
Osteomielitis dapat didiagnosis secara klinis. Namun,osteomielitis terkenal
sebagai “great pretender” karena sulitnya untuk menegakkan diagnosis.
karena manifestasi klinisnya yang dapat mirip dengan berbagai penyakit
lain, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya, termasuk pencitraan
radiologis. Diagnosis definitif osteomielitis membutuhkan biopsitulang
untuk pemeriksaan kultur dan histologis jaringan. Biopsi bedah dilakukan
bila hasil pencitraan masih meragukan atau agen etiologi tidak dapat
ditentukankarena pemberian antibiotik sebelumnya, atau hasil kultur yang
membingungkan.Foto polos tulang rutin dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosisosteomielitis, walaupun tidak terlalu sensitif bila
dibandingkan dengan scan tulangataupun MRI. Pecitraan foto polos pada
osteomielitis menjadi tantangan tersendiriuntuk membantu penegakan
diagnosis, hal ini disebabkan pada minggu pertamainfeksi, hanya terdapat
sedikit bahkan tidak ada perubahan yang terlihat padatulang, namun
adanya infeksi dapat dilihat melalui tanda tidak langsung, seperti
pembengkakan jaringan di sekitar tulang yang mengalami infeksi. Selain
itu,gambaran osteomielitis tahap lanjut dapat menyerupai sarkoma tulang
panjangyang maligna pada anak-anak, terutama sarkoma Ewing dan
osteosarkoma. Diagnosis osteomielitis sering kali terlambat ditegakkan
sehingga dapatmenyebabnya infeksi persisten dan kecacatan pada anak.
Terlalu percaya padahasil foto polos tanpa memeriksa pasien secara
cermat sering menjadi penyebabterlambatnya diagnosis osteomielitis
ditegakkan
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Definisi
1.2.2 Etiologi
1.2.3 Klasifikasi
1.2.4 Patofisiologi
1.2.5 Manifestasi klinis
1.2.6 Pemeriksaan penunjang
1.2.7 Komplikasi
1.2.8 Asuhan keperawatan teori dan kasus
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi odteomielitis
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi osteomielitis
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomielitis
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi osteomielitis
1.3.8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis teori dan
kasus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi serta ruksanya sebagian tulang tertentu.
Penyakit ini timbul mungkin karena kuman, terutama kuman
staphylococcus. Biasanya tulang yang rusak itu retak serta
mengeluarkan nanah. Tulang itu sendiri sama seperti bagian lain dari
tubuh, membutuhkan zat-zat organis atau yang hidup. Tanpa zat-zat
organis sel-sel tulang lemah, kotoran didalamnya menumpuk bahkan
tulang rusak.
Osteomyelitis adalah infeksi yang disebabkan oleh kontaminasi
staphylococcus aereus pada fraktur tulang pada luka terbuka, luka
penetrasi, luka prosedur pembedahan yang panjang.
2.2 Etiologi
Bisa disebabkan oleh bakteri, antara lain :
 Staphylococcus aureus sebanyakan 90%
 Haemophylus influenza 50%
 Streptococcus hemolitikus
 Pseudomonas aurenginosa
 Escherechia coli
 Clastridium perfringen
 Neisseria gonorhoeae
 Salmonella thyposa
Adapun bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara, yaitu :
a. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan ( pada anak-anak ) , dan ditulang belakang ( pada dewasa ).
b. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah
tulang terbuka, selama pembedahan tulang dari benda yang
tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan,
biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang
di dekatnya.
c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke
tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak
bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera,
terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan
oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes ( kencing manis ). Suatu
infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang
tengkorak.
2.3 Klasifikasi

Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:


 Osteomielitis Primer, yaitu penyebarannya secara hematogen
dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.

 Osteomielitis Sekunder, yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari


sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:


a. Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi
di dalam darah. (osteomielitis hematogen). Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2, yaitu:

 Osteomielitis hematogen, merupakan infeksi yang


penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen
akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-
anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah
yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan
thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada
tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat.

 Osteomielitis direk, disebabkan oleh kontak langsung dengan


jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

 Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam


1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.

b. Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan


atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur.

2.4 Patofisiologi

Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus


merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus,
pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut
fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 )
terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema,
setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,
kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah
mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum.
Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum
infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

2.5 Manifestasi klinis


2.5.1 Osteomielitis hematogenik akut pada anak, keluhan awal berupa
nyeri di ujung tulang panjang yang persisten dengan intensitas
yang semakin berat, diikuti oleh demam, rewel, malaise. Biasanya
anak memiliki kecenderungan untuk tidak menggunakan atau
menggerakan ekstremitas yang terinfeksi, dan tidak membiarkan
area yang terinfeksi disentuh. Bisa didapatkan adanya riwayat
cedera muskuloskeletal beberapa hari sebelumnya, sehingga
kadang keluarga pasien menyangka nyeri adalah sprain atau patah
tulang akibat cedera. Sesudah itu tanda peradangan mulai nampak
seperti edema, kemerahan, hangat, nyeri tekan pada jaringan
tulang sekitar sendi. Tanda- tanda lokal tersebut biasanya mereda
setelah 5 sampai 7 hari, sehingga kadang disangka infeksi sudah
membaik.
2.5.2 Pada osteomielitis hematogenik subakut, gambaran klinis yang
ditunjukkan bersifat lebih ringan, bisa diakibatkan virulensi
rendah dari patogen atau daya tahan tubuh pasien yang lebih
resisten atau kombinasi keduanya dengan lokasi predileksi yang
sama dengan osteomielitis hematogenik akut. Gambaran klinis
bisa berupa nyeri pada area mendekati sendi untuk beberapa
minggu. Dari pemeriksaan fisik bisa didapatkan terlihat lemas,
bengkak minimal, atrofi otot, dan nyeri tekan lokal. Suhu tubuh
biasanya normal.
2.5.3 Pada kasus yang mendekati kronis didapatkan pus yang keluar
dari kulit melalui lubang yang dinamakan sinus. Sejalan dengan
progresivitas menjadi kronis, terjadi perubahan bentuk tulang,
hiperpigmentasi kulit, jaringan parut pada sinus yang menutup.
Draining sinus berulang merupakan konfirmasi telah terjadi
proses kronik infeksi. Limfadenopati juga sering ditemukan
walaupun bersifat tidak spesifik pada osteomielitis. Perlu diingat
bahwa gambaran klinis ini dapat berubah bila pasien sudah
mendapatkan antibiotik.
2.5.4 Pada kasus osteomielitis pasca trauma dapat ditemukan
deformitas tulang atau non-union, sedangkan pada osteomielitis
akibat pemasangan prostesis atau implan biasanya tanda-tanda
infeksi baru akan mulai muncul antara 3 minggu – 1 tahun pasca
operasi. Pada awalnya, nyeri yang ditimbulkan sulit dibedakan
dengan nyeri akibat instabilitas atau loosening dari implant. Yang
memperkuat terjadinya infeksi adalah tanda-tanda peradangan
lokal dengan adanya cairan purulen saat diaspirasi, atau
terbentuknya sinus yang berhubungan denganprostesis.
2.5.5 Pada neonatus dan bayi, dapat ditemukan limitasi dari tungkai
atau ekstremitas yang terkena infeksi (pseudoparalisis), gangguan
konstitusional yang bersifat ringan, gangguan tumbuh kembang,
terlihat mengantuk dan gelisah. Namun perlu diwaspadai karena
demam belum tentu dapat ditemukan akibat dari sistem imun
yang belum matur, sehingga reaksi inflamasi tidak akan seberat
dari anak yang lebih tua atau orang dewasa. Pada orang tua
keluhan
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. DPL: hitung sel darah putih pada infeksi
b. D-dimer: pada kecurigaan DVT
c. Kultur darah: pada penyebaran selulitis
d. Pembekuan: pada DVT
e. Rontgen polos: trauma, osteomielitis, tumor tulang
f. MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomielitis.
Penilitian menunjukkan MRI lebih unggul dibanding denga foto
polos, CT, dan scanning radionuclide, dan dianggap sebagai
pencitraan pilihandengan sensitifitas berkisar 90-100%.
Gambaran khas osteomielitis akut pada MRI adalah terdapat
arealokal sumsum tulang yang abnormal dengan penurunan
intensitas sinyal pada pencitraan T1, dan peningkatan sinyal pada
pencitraan
g. Ultrasonografi dupleks
h. Venografi

2.7 Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit osteomielitis berisiko
menimbulkan komplikasi. Di antaranya:
 Septic arthritis, atau menyebarnya infeksi dari dalam tulang ke
sendi terdekat.
 Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi
darah di dalam tulang.
 Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak-anak.
 Kanker kulit. Kondisi ini terjadi saat luka terbuka mengeluarkan
nanah, sehingga kulit di sekitarnya berisiko tinggi mengalami
kanker jenis sel skuamosa.
2.8 Asuhan keperawatan teori dan kasus
2.8.1 Teori

A. Pengkajian

1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asusransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk
rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama
pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:

a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi


nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau
menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara
subjektif anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah


bertambah buruk pada malam hari atau siang hari

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan


gejala akut (misalnya: nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai
nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir


sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang
berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang,
fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan,


namun biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang
diturunkan.
3. Psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak
dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat
lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji
perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya
dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan


terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau
kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya
demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak
mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau
apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami
penurunan nafsu makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam
eliminasi karena pasien mengalami penurunan nafsu
makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis
mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia
rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami
susah tidur karena rasa nyeri yang ia rasakan pada
tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami
gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki
perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi
takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi
dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta adanya
tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga
tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami
gangguan dalam masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami
stress ysng berat karena kondisinya saat itu.

k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh


perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual klien data
dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan
klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam
beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan
abses tulang
4. DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.

C. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Untuk mengetahui
— Mengkaji karakteristik
keperawatan tingkat rasa nyeri
diharapkan nyeri nyeri : lokasi, durasi, sehingga dapat
dapat berkurang atau intensitas nyeri dengan menentukan jenis
terkontrol dan rasa menggunakan skala tindakannya.
nyaman meningkat. nyeri (0-10) — Mencegah pergeseran
— Mempertahankan im-
tulang dan penekanan
Kriteria hasil: mobilisasi (back slab) pada jaringan yang luka.
 Tidak terjadi — Peningkatan vena
nyeri — Berikan sokongan
return, menurunkan
 Napsu makan (support) pada edem, dan mengurangi
menjadi normal, ektremitas yang luka nyeri
 ekspresi wajah — Untuk mengetahui
rileks dan — Amati perubahan suhu
penyimpangan –
 suhu tubuh setiap 4 jam penyimpangan yang
normal terjadi
— Mengurangi rasa nyeri
— Kompres air hangat
dan memberikan rasa
Koaborasi nyaman
— Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-
obatan analgesik

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pertahankan tirah
— Agar gangguan
keperawatan baring dalam posisi
diharapkan yang di programkan mobilitas fisik dapat
Gangguan mobilitas — Tinggikan ekstremitas
berkurang
— Dapat meringankan
fisik dapat berkurang yang sakit,
instruksikan klien / masalah gangguan
Kriteria hasil: bantu dalam latihan mobilitas fisik yang
rentang gerak pada dialami klien
 Meningkatkan
mobilitas pada ekstremitas yang sakit
tingkat paling dan tak sakit
tinggi yang — Beri penyanggah pada
— Dapat meringankan
mungkin ekstremitas yang sakit
pada saat bergerak masalah gangguan
 Mempertahankan
mobilitas yang dialami
posisi fungsional klien
 Meningkatkan / — Jelaskan pandangan
— Agar klien tidak banyak
fungsi yang sakit dan keterbatasan
dalam aktivitas melakukan gerakan
 Menunjukkna
yang dapat
teknik mampu membahayakan
melakukan — Berikan dorongan
— Mengurangi terjadinya
aktivitas pada klien untuk
melakukan AKS penyimpangan –
dalam lingkup penyimpangan yang
keterbatasan dan beri dapat terjadi
bantuan sesuai
kebutuhan
— Ubah posisi secara
— Mengurangi gangguan
periodik
Kolabortasi mobilitas fisik
— Fisioterapi / aoakulasi
— Mengurangi gangguan
terapi
mobilitas fisik
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Pertahankan system — Mencegah pemasukan
keperawatan kateter steril; berikan bakteri dari infeksi/
diharapkan Tidak perawatan kateter sepsis lanjut.
2.8.2 Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN OSTEOMYELITIS

Seorang laki-laki usia 18 tahun dibawa ke Rumah Sakit X dengan keluhan


nyeri, demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y
didapatkan terdapat luka dan mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian
fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka
klien tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien
menyebar ke daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami
klien sangat mengganggunya apalagi klo digerakan dan berkurang apabila
klien sudah minum obat dan tertidur, sedangkan dari hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit 16.600 gr/dl , PCV 219, trombosit
450.000, GDS 260, staphilococuus aureus positif.
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :
Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Diagnosa medis : Osteomyelitis
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan masuk RS
Klien datang ke RS dengan keluhan nyeri, demam, anoreksia pada
kaki sebelah kiri
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri, demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri
c. Riwayat kesehatan sekarang
hasil pengkajian ners Y didapatkan terdapat luka dan
mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai pedis,
infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka klien
tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien
menyebar ke daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang
dialami klien sangat mengganggunya apalagi klo digerakan dan
berkurang apabila klien sudah minum obat dan tertidur.
d. Pemeriksaan fisik
skala nyeri: 7 (1-10)
e. Pemeriksaan penunjang
HB : 7gr/dl
Leukosit : 16.600 gr/dl
PCV : 219
Trombosit : 450.000
GDS : 260
Staphilococuus aureus : positif
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data subjektif: Luka Nyeri
̅ Klien mengeluh nyeri |
Data objektif: Infeksi
̅ hasil pengkajian ners Y |
didapatkan terdapat luka Nyeri
dan mengeluarkan pus di
kaki sebelah kiri bagian
fibula sampai pedis
̅ infeksi menyebar ke
diafisis serta terjadi
sekuester
̅ muka klien tampak
meringis
̅ skala nyeri 7 (1-10)
̅ nyeri yang dirasakan
klien menyebar ke daerah
paha bagian atas
2. Data subjektif: Nyeri Gangguan
̅ klien mengatakan nyeri | mobilisasi fisik
yang dialami klien sangat Terganggu
mengganggunya apalagi pergerakan
klo digerakan dan |
berkurang apabila klien Gangguan
sudah minum obat dan mobilisasi
tertidur fisik
Data objekti:
̅ Hasil pengkajian infeksi
menyebar ke diafisis serta
terjadi sekuester
̅ muka klien tampak
meringis
̅ skala nyeri 7 (1-10)
̅ nyeri yang dirasakan
klien menyebar ke daerah
paha bagian atas
3. Data subjektif : Luka Resiko
̅ Klien mengeluh demam | perluasan
̅ nyeri yang dirasakan Infeksi infeksi
klien menyebar ke daerah |
paha bagian atas Nyeri
Data objektif : |
̅ staphilococuus aureus Penyebaran
positif virus
̅ infeksi menyebar ke
diafisis serta terjadi
sekuester

C. Diagnosa Keperawatan
1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawata
n

1. Nyeri b.d Tujuan: Setelah — Mengkaji — Untuk


inflamasi dan diberikan karakteristik mengetahui
pembengkaka tindakan nyeri : lokasi, tingkat rasa
n keperawatan durasi, nyeri
diharapkan nyeri intensitas nyeri sehingga
dapat berkurang dengan dapat
atau terkontrol menggunakan menentukan
dan rasa nyaman skala nyeri (0- jenis
meningkat. 10) tindakannya.
— Mempertahank — Mencegah
Kriteria hasil:
an im- pergeseran
 Tidak terjadi mobilisasi tulang dan
nyeri (back slab) penekanan
 Napsu makan pada jaringan
menjadi — Berikan yang luka.
normal, sokongan — Peningkatan
 ekspresi (support) pada vena return,
wajah rileks ektremitas menurunkan
dan yang luka edem, dan
 suhu tubuh mengurangi
normal — Amati nyeri
perubahan — Untuk
suhu setiap 4 mengetahui
jam penyimpanga
n–
penyimpanga
— Kompres air n yang
hangat terjadi
Koaborasi — Mengurangi
rasa nyeri
— Pemberian dan
obat-obatan memberikan
analgesik rasa nyaman
— Mengurangi
rasa nyeri

2. Gangguan Tujuan: setelah 1. Pertahankan 1. Agar


mobilisasi diberikan tirah baring gangguan
fisik b.d tindakan dalam posisi mobilitas
nyeri, alat keperawatan yang di fisik dapat
imobilisasi diharapkan programkan berkurang
dan Gangguan 2. Tinggikan 2. Dapat
keterbatasan mobilitas fisik ekstremitas meringankan
menahan dapat berkurang yang sakit, masalah
beban berat instruksikan gangguan
badan. Kriteria hasil: klien / bantu mobilitas
 Meningkatka dalam latihan fisik yang
n mobilitas rentang gerak dialami klien
pada tingkat pada 3. Dapat
paling tinggi ekstremitas meringankan
yang yang sakit dan masalah
mungkin tak sakit gangguan
 Mempertaha 3. Beri mobilitas
nkan posisi penyanggah yang dialami
fungsional pada klien
 Meningkatka ekstremitas 4. Agar klien
n / fungsi yang sakit pada tidak banyak
yang sakit saat bergerak melakukan
 Menunjukkn 4. Jelaskan gerakan yang
a teknik pandangan dan dapat
mampu keterbatasan membahayak
melakukan dalam aktivitas an
aktivitas 5. Berikan 5. Mengurangi
dorongan pada terjadinya
klien untuk penyimpanga
melakukan n–
AKS dalam penyimpanga
lingkup n yang dapat
keterbatasan terjadi
dan beri 6. Mengurangi
bantuan sesuai gangguan
kebutuhan mobilitas
6. Ubah posisi fisik
secara periodik 7. Mengurangi
7. Fisioterapi / gangguan
aoakulasi terapi mobilitas
fisik

3. Resiko Tujuan: setelah — Pertahankan 1. Mencegah


terhadap diberikan system kateter pemasukan
perluasan tindakan steril; berikan bakteri dari
infeksi b.d keperawatan perawatan infeksi/ sepsis
pembentukan diharapkan kateter regular lanjut.
abses tulang Tidak terjadi dengan sabun 2. Menghindari
resiko perluasan dan air, refleks balik
infeksi yang berikan salep urine, yang
dialami antibiotic dapat
disekitar sisi memasukkan
Kriteria hasil: kateter. bakteri
 Mencapai — Ambulasi kedalam
waktu dengan kandung
penyembuha kantung kemih.
n drainase 3. Pasien yang
dependen. mengalami
— Awasi tanda sistoskopi/
vital, TUR prostate
perhatikan beresiko
demam ringan, untuk syok
menggigil, bedah/ septic
nadi dan sehubungan
pernapasan dengan
cepat, gelisah, manipulasi/
peka, instrumentasi
disorientasi. 4. Adanya drain,
— Observasi insisi
drainase dari suprapubik
luka, sekitar meningkatkan
kateter resiko untuk
suprapubik. infeksi, yang
— Ganti balutan diindikasikan
dengan sering dengan
(insisi supra/ eritema,
retropublik drainase
dan perineal), purulen.
pembersihan 5. Balutan basah
dan menyebabkan
pengeringan kulit iritasi
kulit sepanjang dan
waktu memberikan
— Gunakan media untuk
pelindung kulit pertumbuhan
tipe ostomi bakteri,
— Berikan peningkatan
antibiotic resiko infeksi
sesuai indikasi luka.
6. Memberikan
perlindungan
untuk kulit
sekitar,
mencegah
ekskoriasi dan
menurunkan
resiko infeksi.
7. Mungkin
diberikan
secara
profilaktik
sehubungan
dengan
peningkatan
resiko infeksi
pada
prostatektomi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Osteomyelitis adalah infeksi serta ruksanya sebagian tulang tertentu.
Penyakit ini timbul mungkin karena kuman, terutama kuman
staphylococcus. Biasanya tulang yang rusak itu retak serta mengeluarkan
nanah. Tulang itu sendiri sama seperti bagian lain dari tubuh,
membutuhkan zat-zat organis atau yang hidup. Tanpa zat-zat organis sel-
sel tulang lemah, kotoran didalamnya menumpuk bahkan tulang rusak.
Tulang panjang merupakan tulang yang paling sering mengalami infeksi
pada anak-anak, sedangkan pada dewasa, tulang vertebrae menjadi tulang
yang paling seringmengalami infeksi. Osteomielitis dapat didiagnosis
secara klinis. Namun,osteomielitis terkenal sebagai “great pretender”
karena sulitnya untuk menegakkan diagnosis. karena manifestasi klinisnya
yang dapat mirip dengan berbagai penyakit lain, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya, termasuk pencitraan radiologis. Diagnosis
definitif osteomielitis membutuhkan biopsitulang untuk pemeriksaan
kultur dan histologis jaringan
3.2 Saran

Sebagai perawat kita harus mengerti apa itu osteomielitis, aa penyebab,


bagaimana gejalanya dan yang terpenting kita harus tau tindakan apa yang
harus kita berikan untuk membantu proses penyembuhan klien. Maka kami
mengharapkan para pembaca dapat memahami dengan bai isi makalah ini
guna menambah sumber ilmu untuk melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, suddarth. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Penerbit ,

EGC: Jakarta

Nursalam, 200. Konsep dan metode keperawatan penyakit tulang dan

persendian. Jakarta : pustaka populer obor

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Maria, ana. 2008. Bertahan hidup dengan terapi jus. Yogyakarta: pustaka
anggrek

Anda mungkin juga menyukai