Anda di halaman 1dari 13

FAKULTAS KEDOKTERAN UKDW

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA


Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta 55224
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Bethesda Yogayakarta

Nama
: Andre reynaldo
Nim
: 42150037
Dokter Pembimbing : dr. Trianto Susetyo, Sp.OG

I.

IDENTITAS
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal MRS

: Ny. W
: 31 Januari 1979
: 36 tahun
: Perempuan
: Jlagran GT 11/341 RT 11/03 Yogyakarta
: 03 November 2015

No RM

: 01-12-05-27 (15-11-03-19)

II. ANAMNESIS
Anamnesis tanggal
Keluhan utama
rasa

: 03 November 2015
: Keluar darah merah segar dari vagina tanpa disertai
nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang pasien berusia 36 tahun G3 P2 A0 dengan usia kehamilan 37
minggu (aterm) datang pada tanggal 03 november 2015, dengan keluhan keluar
darah merah segar dari vagina tanpa disertai rasa nyeri. Pasien telah
memeriksakan diri pada dokter praktek swasta dan dikatakan mengalami plasenta
previa. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat merokok dan konsumsi
alkohol disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Alergi (-), Asthma (-), Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Bapak dan ibu dari pasien menderita diabetes melitus. Riwayat tekanan darah tinggi,
asma dan riwayat alergi pada keluarga disangkal pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
: Normocephali.
Wajah
: Oedem (-)
Tekanan darah
: 120/90
Nadi
: 86
Suhu
: 36,7 C
RR
: 20
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

Hb
AL
Trombosit
GDS
Gol darah
HBsAG

: 13,0 g/dl
: 8,18 ribu
: 191 ribu
: 98,8 mg/dl
: AB
: Non-reaktif

V. DIAGNOSA
Plasenta previa
VI. RENCANA TERAPI
- Pemeriksaan Hb dan Golongan darah untuk persiapan tranfusi jika Hb
rendah
- Persiapan untuk tindakan (intervensi SC)
- Melakukan prosedur SC
- Observasi perdarahan dan vital sign
- Inspeksi luka dan rawat luka
VII. PROGNOSIS
dubia ad bonam.

PLASENTA PREVIA

DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Saat
segmen bawah rahim mulai terbentuk maka memungkinkan plasenta untuk dapat
berimplantasi pada segmen bawah rahim seiring dengan perluasan segmen bawah
rahim. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala
satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena
ini mempengaruhi derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika dilakukan
pemeriksaan dalam kehamilan. Pemeriksaan dengan menggunakan USG penting
untuk dilakukan agar dapat mengetahui secara dini letak implantasi dari plasenta.1
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
1) Plasenta previa totalis
Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2) Plaenta previa parsialis
Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh plasenta.
3) Plasenta previa marginalis
Plasenta tertanam pada tepi Ostium uteri internum.
4) Plasenta previa letak rendah
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.

ETIOLOGI

Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun


kejadian (insidensi) plasenta previa meningkat seiring dengan usia Ibu. Pada usia >35
tahun resiko untuk mengalami adalah lebih tinggi 2 kali lipat dibandingkan dengan
usia ibu <35 tahun. Pada multigravida 1,5 kali lebih tinggi sedangkan pada pasien
dengan riwayat abortus resiko 4 kali lebih tinggi untuk terjadi plasenta previa. 1,5
GAMBARAN KLINIS
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melaui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester
kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setetah beberapa waktu
kemudian. Pada plasenta letak rendah baru terjadi perdarahan pada waktu persalinan.
Perdarahan diperberat segmen bawah rahim yang tidak mampu berkontraksi sekuat
segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca
persalinan.1
Berkaitan dengan letak plasenta yang berada pada bagian bawah rahim, maka
pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terendah janin masih tinggi (di atas
simpisis). Pada palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri.1
DIAGNOSIS
1) Anamnesis
Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,
apakah

ada rasa nyeri, warna dan kapan saja munculnya pendarahan ,

frekuensi serta banyaknya perdarahan.


Perdarahan

jalan

lahir

pada

kehamilan

setelah

22

minggu

berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.2

2) Pemeriksaan luar

Inspek
si

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,


darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.2

Palpa
si

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,
sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating)
di atas pintu atas panggul. 2
3) Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata
sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan
tidak rasa nyeri .2
USG abdomen selama trimester
plasenta

previa.

Transvaginal

kedua

Ultrasonografi

menunjukkan

penempatan

dengan keakuratan

dapat

mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal ultrasonografi


dengan keakuratan berkisar 95% .1,2
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta
letak rendah. Bila

tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan

inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain.2


4) Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal


dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks

dan

vagina.

Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta


previa harus dicurigai.2
PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
perlekatan plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya istmus uteri
menjadi segamen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan tersebut. Demikian pula pada saat
serviks mendatar dan membuka ada bagian plasenta yang terlepas. Pada tempat
laserasi itu akan terjadi perubahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari
ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah
rahim itu perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi (unavoidable bleeding ).
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan lebih lama dan
banyak. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap maka akan terjadi perdarahan ulang. Demikianlah perdarahan
akan berulang tanpa suatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah
segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah
erahim terbentuk lebih dulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum.
Sebaliknya pada plasenta previa partialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit
dan cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama dapat
terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih dari separuh kejadiannya
pada usia kehamilan diatas 34 minggu. Terkait dengan letak perdarahan dekat dengan

ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
terbentuk hematoma retroplasenta.1,3

KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, diantaranya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan
fatal.1
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak bisa dicegah sehingga
penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen inbi yang tipis mudah terjadi invasi trofoblas menerobos ke dalam
miometrium bahakan sampai perineum dan menjadi sebab plasenta inkrata
dan plasenta prakerta.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak.

4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memakssa

lebih

sering

diambil

tindakan

operasi

dengan

segala

konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm.
PENANGANAN
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua atau
trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan Pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh. Jika
kemudian perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan
masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan
dengan syarat telah mendapat konsultasi cukup dengan pihak ekluarga agar dengan
segera kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya
tidak mencemaskan. Pada kehamilan antara 24 34 minggu diberikan steroid dalam
perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Dengan rawat jalan pasien lebih
bebas dan kurang stres serta biaya ditekan, rawat inap kembali bila keadaan menjadi
lebih serius.1
Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan terhadap pasien
dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal yang ketat
berhubung tidak bisa diramalkan pada pasien mana dan bilamana perdarahan ulang
terjadi. Perdarahn plasenta previa berasal dari ibu karenanya keadaan janin tidak
sampai membahayakan. Sebuah laporan menjurkan pemeriksaan maternal serum alfa
feto protein (MSAFP) dalam trimestr kedua sebagai upaya mendeteksi pasien yang
perlu diawasi dengan ketat. Bila kadar MSAFP naik tinggi lebih dari 2 kali median
pasien tersebut memilki peluang 50% untuk memerlukan rawatandalam rumah sakit
karena perdarahan sebelum usia kehamilan 30 minggu, harus dilahirkan prematur

sebelum 34 minggu hamil, dan harus dilahirkan atas indikasi hipertensi dalam
kehamilan sebelum 34 minggu. 1,3,4
Perdarahan pada trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat
baring yang lebuh lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup
alasan untuk merawatnya smapai melahirkan. Jika pada waktu masuk terjadi
perdarahan yang banyak perlu segera dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah
viabel. Bila perdarahannya tidak sampai demikian banyak pasien diistirahatkan
sampai usia kehamilan 36 minggu dan bila pada amniosintesis menunjukkan paru
janin telah matang terminasi dapat dilakukan dan jika perlu melalui seksio sesaria.
Pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam kehamilan trimester kjetiga
yang dideteksi dengan ultrasonografi transvaginal belum adea pembukaan pada
serviuks persalinannya dilakukan melalui seksio sesaria. Seksio sesaria juga
dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.

TERAPI
Terapi dalam plasenta previa dibedakan menjadi:3
1.

Terapi observatif

Tujuan terapi ini ialah supaya fetus tidak lahir prematur. Penderita dirawat tanpa
melakukan pemneriksaan dalam melalui kanalis servisis dan diawasi sebaik-baiknya.
Syarat-syarat melakukan terapi observatif adalah:

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit

Belum ada tanda-tanda inpartu

Keadaan umum baik dengan kadar hemoglobin normal.


2.

Fetus masih hidup


Tindakan segera

Seksio sesaria

Seksio sesaria dikerjakan terutama untuk keselamatan ibu, meskipun fetus telah
meninggal, atau fetus tidak mempunyai harapan hidup.
Tujuan:
a) Melahirkan fetus dengan segera sehingga uterus berkontraksi dan dapat
menghentikan perdarahan
b) Mengurangi robekan serviks uteri, yang dapat terjadi bila fetus dilahirkan
secara pervaginam.
Pada plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi pada tempat implantasi plasenta
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim mudah robek, terutama pada plasenta
previa totalis dan plasenta previa lateralis
Pada umumnya seksio sesaria dikerjakan pada kasus-kasus dengan perdarahan
banyak, pada plasenta previa totalis dan pada derajat plasenta lainnya dengan
pembukaan serviks yang masih kecil (kurang dari 5 cm)

Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Supaya plasenta
mendapat penekanan dilakukan cara:

Memecah ketuban

Dengan memecah ketuban plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim pada waktu
pembukaan sehingga tidak ada bagian plasenta yang terlepas.

Pemecahan ketuban dilakukan pada kasus plasenta previa marginalis. Setelah ketuban
dipecahkan kepala fetus akan menekan plasenta dan segmen bawah rahim. Jika his
lemah atau his belum ada, ibu diberikan oksitosin + RL IV.

PROGNOSIS
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada
hampir disemua rumah sakit kabupaten. Namun, nasib janin masih belum terlepas
dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi
seksio sesaria.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :


Penerbitan PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. 2008
2. Oylese and Smulian JC. Placenta previa, placenta acreta. And vasa previa.
Florida: Guernsey Press Co Ltd. 2006
3. Supono.1985. Ilmu Kebidanan Bagian Patologi Edisi Pertama. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Rumah sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya: Palembang
4. MedlinePlus.

2012.

Placenta

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000900.htm

Previa.
(diakses

tanggal 2 Oktober 2012)


5. Wardana, GA dan Karkata, MK., 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa .CDK
34:

229-32.

Available

From:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/158_05Faktorrisikoplasentaprevia.pd
f/158_05Faktorrisikoplasentaprevia.html (diakses tanggal 10 november 201

Anda mungkin juga menyukai