Anda di halaman 1dari 107

OTITIS MEDIA AKUT

Definisi dan Klasifikasi


• Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius,antrum mastoid,
dan sel-sel mastoid.
• Klasifikasi :
• Gejala
1. otitis media supuratif
2. otitis media non supuratif ( otitis media serosa, otitis media
efusi, otitis media musinosa, otitis media sekretoria).
• Waktu
1. akut
2. kronis
• Jenis otitis media spesifik : otitis media tuberkulosa, otitis
media sifilitika, otitis media adhesive.
Skema pembagian otitis media
• Otitis media akut (OMA) adalah peradangan
telinga tengah kurang dari 3 minggu dengan
gejala dan tanda-tanda yang bersifat lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau
sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah,
mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah
terjadi perforasi membran timpani.
• 1. Bakteri
ETIOLOGI
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang
paling sering. Seperti : Streptococcus
pneumoniae (40%), Haemophilus influenzae (25-
30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira
5% seperti Streptococcus pyogenes (group A
beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan
organisme gram negatif.
• 2. Virus
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus,
atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-
15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau
enterovirus.
Faktor resiko
• Umur
• Jenis kelamin
• Ras
• Faktor genetic
• Status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air
susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan
merokok
• Abnormalitas kraniofasialis kongenital
• Status imunologi
• Infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas
• disfungsi tuba Eustachius
Gejala Klinis

• Rasa nyeri di dalam telinga


• Sekret mengalir ke liang telinga
• Gangguan pendengaran berupa rasa penuh di
telinga atau rasa kurang mendengar.
• Suhu tubuh yang tinggi 39,5°C
• Riwayat batuk pilek sebelumnya
• Gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang.
Patogenesis
STADIUM OMA
• 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
• Ditandai oleh retraksi membran timpani akibat
tekanan negatif di dalam telinga tengah, dengan
adanya absorpsi udara. posisi malleus menjadi lebih
horizontal, refleks cahaya juga berkurang. membran
timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya
berwarna keruh pucat.
2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi
Terjadi pelebaran pembuluh darah di membran
timpani yang ditandai oleh membran timpani
mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
3. Stadium Supurasi
Terbentuknya sekret eksudat purulen di telinga tengah dan di sel-
sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah
menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.
menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging. Pasien
gelisah, tampak sakit, suhu meningkat dan rasa nyeri yang
semakin hebat. Tekanan yang semakin meningkat akan
menyebabkan nekrosis yang berwarna kuning dan lebih lembek.
• 4. Stadium perforasi
• Ditandai oleh ruptur membran timpani
sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya
banyak akan mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran
sekret bersifat pulsasi (berdenyut).
• 5. Stadium Resolusi
• Ditandai oleh perforasi membran timpani menutup kembali
dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering.
Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung
walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih
utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.
• Apabila stadium resolusi gagal maka akan berlanjut menjadi
otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa
perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang
keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
DIAGNOSIS
Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi
tiga hal berikut, yaitu:
• 1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
• 2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan
cairan di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani
atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani,
terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat
cairan yang keluar dari telinga.
• 3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang
dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau
otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
PENATALAKSANAAN
• Stadium oklusi tuba : obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam
larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1
% dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun
pada orang dewasa. Mengobati sumber infeksi lokal dengan
antibiotika bila penyebabnya kuman.
• Stadium hiperemis : amoksisilin 50 mg/kgBB/hari 3X1 selama 7 hari,
HCl efedrin 0,5 %/1% dalam larutan fisiologik, parasetamol 3x500mg
• Stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk
untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh.
• Stadium perforasi : ear toilet H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5
hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret
akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai
dengan 10 hari.
Miringotomi
KOMPLIKASI

• Menurut Shambough (2003) komplikasi OMA terbagi


kepada
• komplikasi intratemporal (perforasi membran
timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis,
labirinitis, petrositis),
• ekstratemporal (abses subperiosteal), dan
intracranial (abses otak, tromboflebitis).
PENCEGAHAN
• Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak
• Menjaga kebersihan cuci tangan dan mainan.
• Pemberian ASI minimal 6 bulan
• Hindari dari pajanan asap rokok,
• Biasakan untuk tidak sering mengorek-ngorek liang
telinga
PROGNOSIS
• Ad vitam : Ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK)
Anatomi
Telinga bagian tengah terdiri dari :
1. Membrana timpani
Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan
bagian dalam diliputi oleh mukosa dari cavum
timpani.
2. Cavum timpani
Disini terdapat tulang-tulang pendengaran (malleus,
incus, stapes)
3. Processus mastoideus dengan cellulae mastoisea
yang berhubungan dengan cavum timpani
4. Tuba eustachius yang menghubungkan cavum
timpani dengan nafosaring.
Otitis Media Supuratif Kronis
Definisi
Otitis media supuratif kronik merupakan
radang telinga tengah dengan perforasi
membrana timpani disertai keluarnya sekret
yang terus menerus atau hilang timbul, sekret
mungkin encer, bening atau berupa nanah,
dan biasanya dijumpai adanya gangguan
pendengaran.
Epidemiologi
• Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara
umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosio-ekonomi
• Lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul
oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik
Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik
• Survei prevalensi di seluruh dunia, menunjukkan beban
dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang
dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta)
menderita kurang pendengaran yang signifikan
• Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah
3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-
pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia
Etiologi
• Mukosa yang tidak normal
• Penyakit-penyakit telinga yang timbul
waktu masih bayi
• Tuba yang tertutup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
otitis media supuratif kronik :
1. Sifat dan hebatnya peradangan
2. Keadaan tuba auditiva
3. Infeksi sekunder melalui perforasi
4. Daya tahan tubuh individu
5. Adanya adenoid
6. Bronkhitis kronik, sinusitis, rhinitis
7. Palatoschisis juga faktor penting mengapa
penyakitnya menjadi kronik
Patogenesis
Klasifikasi OMSK
• OMSK tipe benigna/tipe aman
– Proses peradangan terbatas pada mukosa saja
– Biasanya tidak mengenai tulang
– Perforasi terletak di sentral
– Umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya
– Tidak terdapat kolesteatoma
• OMSK tipe maligna
– Disertai kolesteatoma
– Letak perforasi di marginal atau di atik
– Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal
– Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau
fatal
Kolesteatoma
• Kolesteatoma adalah suatu
kista epiterial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus
lalu menumpuk sehingga
kolesteatomnya bertambah
besar
• Jenis
– Kolesteatoma kongenital
– Kolesteatoma akuisital
• Kolesteatoma akuisital primer
(Teori Invaginasi)
• Kolesteatoma akuisital
sekunder
(Teori migrasi & Teori metaplasi)
Gejala Klinik
• Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau
khas.
• Vertigo.
• Tinitus.
• Perforasi membrana timpani.
• Rasa penuh di telinga.
• Cholesteatoma.
• Fistel atau abses.
• Gangguan pendengaran
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna

• Adanya Abses atau fistel retroaurikular


• Jaringan granulasi atau polip diliang telinga
yang berasal dari kavum timpani
• Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (
aroma kolesteatom)
• Foto rontgen mastoid adanya gambaran
kolesteatom
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Bakteriologi
Diagnosis
Diagnosis otitis media supuratif kronik
ditegakkan dari anamnesa, gejala dan hasil
pemeriksaan klinik pada telinga dengan
otoskop dan dibantu oleh pemeriksaan
radiologi atau rontgen mastoid atau CT scan
kepala dilakukan untuk mengetahui adanya
penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling
telinga. Pemeriksaan bakteriologi dan tes
pendengaran diperlukan untuk evaluasi
Penatalaksanaan
• Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan
luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas:
– Konservatif
– Operasi

• OMSK beningna tenang


– tidak memerlukan pengobatan,
– Edukasi jangan mengorek telinga
air jangan masuk ke telinga
segera berobat
bila menderita infeksi saluran nafas.
– fasilitas memungkinkan  Operasi rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi
berulang serta gangguan pendengaran.
• OMSK beningna aktif
1. Membersihkan liang telinga dan kavum
timpani
2. Pemberian antibiotika
• Topikal
• Sistemik
• OMSK maligna
– Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adala
h operasi
– Pengobatan konservatif dengan medikamentosa
(terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan)

– Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi


yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis
kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
• Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
• Mastoidektomi radikal
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
• Miringoplasti
• Timpanoplasti
• Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach
tympanoplasty)
KOMPLIKASI

1. Komplikasi ditelinga tengah :


• Perforasi persisten.
• Erosi tulang pendengaran.
• Paralisis nervus facialis.
2. Komplikasi ditelinga dalam :
• Fistel labirin.
• Labirinitis.
• Tuli syaraf (sensorineural).
3. Komplikasi di ekstradural :
• Abses ekstradural.
• Trombosis sinus lateralis.
SERUMEN PROP
Anatomi telinga
DEFINISI
•Serumen adalah hasil produksi kelenjar
sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu.

•Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga


terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi
kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada
duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen.
• Dalam keadaan normal serumen terdapat di
sepertiga luar liang telinga karena kelenjar
tersebut hanya ditemukan di daerah ini.
Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-
kadang kering.
• Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia
dan keadaan lingkungan.
• Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga
akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah membran timpani menuju ke luar serta
dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.
Fungsi serumen
• Serumen mempunyai efek proteksi. Serumen mengikat
kotoran.
• Sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk
dikeluarkan dari membran timpani.
• Pelumas untuk mencegah kekeringan dan pembentukan fisura
pada epidermis.
• Efek bakterisidal, diduga berasal dari komponen asam lemak,
lisozim dan imunoglobulin dalam serumen.
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul
dan mengeras di liang telinga

1). Obstruksi kanalis akustikus eksternus


2). Liang telinga sempit
3). Produksi serumen banyak dan kental
4). Adanya eksostosis liang telinga
5). Serumen terdorong oleh jari tangan atau
kebiasaan mengorek telinga
Tipe Serumen
• Tipe Basah
• Tipe Kering :
– Lunak dan keras

Serumen tipe lunak dan tipe keras


• Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan
serumen tipe lunak dan serumen tipe kering :
• Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras
lebih sering pada orang dewasa.
• Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan
bersisik.
• Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada
serumen tipe keras.
• Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling
sering kita temukan di tempat praktek.
SERUMEN PROP
• Serumen prop merupakan akumulasi abnormal
dari serumen. Penyebabnya dapat karena
kerusakan saat memproduksi atau kerusakan
pada saat pembersihan. Hasil produksi serumen
mungkin berhubungan dengan infeksi, walaupun
kebanyakan etiolologinya tidak jelas. Sumbatan
yang terjadi pada pasien dengan efek serumen
menunjukkan adanya lapisan keratin berlebihan
yang menyerupai stratum korneum kulit kanalis
profunda.
ETIOLOGI
Gumpalan serumen yang menumpuk di liang
telinga akan menimbulkan gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif.

Terutama bila telinga masuk air sewaktu mandi


atau berenang, serumen mengembang sehingga
menimbulkan rasa tertekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat
mengganggu.
GEJALA KLINIS
• Pendengaran berkurang.
• Rasa nyeri timbul apabila serumen keras
membatu dan menekan dinding liang telinga.
• Telinga berdengung (tinitus)
• Pusing (vertigo) bila serumen telah menekan
membrane timpani
Diagnosis banding
• Serumen harus dibedakan dengan penglepasan kulit yang
biasanya terdapat pada orang tua maupun dengan
kolesteatoma atau keratosis obturans.
PENATALAKSANAAN

• ekstraksi serumen.
– Irigasi atau dengan alat-alat
• Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan
konsistensinya.
• Zat serumenolisis
• Serumen yang lunak dibersihkan dengan kapas yang dililitkan
pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak
dapat dikeluarkan maka serumen harus dilunakkan lebih
dahulu dengan tetes hidrogen peroksida 3%.
Metode Kuretase untuk mengambil Serumen
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam
liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan
trauma pada membran timpani sewaktu
mengeluarkannya dikeluarkan dengan mengalirkan
(irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu
tubuh. Sebelum melakukan irigasi telinga harus
dipastikan tidak ada perforasi pada membran
timpani.
Gangguan Keseimbangan
Definisi
• Adalah gangguan yang menyebabkan
seseorang merasa goyah, pusing, atau
memiliki sensasi gerakan berputar atau
mengambang.
• Keseimbangan diatur oleh 3 sistem sensoris:
1. Penglihatan
2. Somatosensoris terutama propioseptir
3. Telinga dalam (Sistem Vestibular), yang terdiri
dari 3 kanalis semisirkularis yang bereaksi
terhadap rotasi kepala dan di dekat kanalis
semisirkularis terdapat utrikulus dan sakulus
yang mendeteksi gravitasi dan maju mundur
Keseimbangan yang baik tergantung minimal 2 dari
3 sistem sensoris yang baik.
• Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap
lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari
reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif.
Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh
pada saat itu.
• Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan
menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan
selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga
ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan
terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya
akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke
pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong
ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
• Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang
mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan
gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi
energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier
atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi
informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang
berlangsung.
• Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang
lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada
sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat
berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung
berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat dingin.
Vertigo
Definisi
• Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan
sekitar srasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi
lingkungan sekitar.
Epidemiologi
• Merupakan gejala yang sering didapatkan
pada individu dengan prevalensi 7%
• Vertigo sentral lebih sering diderita orang tua
karena adanya faktor resiko yang berkaitan
diantaranya hipertensi, dm, dan stroke.
Etiologi
• Merupakan suatu gejala
• Keadaan lingkungan
• Obat-obatan
• Kelainan telinga
• Infeksi telinga dalam
• Peradangan saraf vestibuler
• Kelainan neurologis
• Kelainan sirkularis
Patofisiologi
Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
• Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang
yang berlebihan menyebabkan hiperemi
kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo,
nistagmus, mual dan muntah.
Teori konflik sensorik
• Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik
yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu
antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau
ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons
yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang
berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.
Teori neural mismatch
• Teori ini merupakan pengembangan teori
konflik sensorik; menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola
gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan,
timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika
pola gerakan yang baru tersebut dilakukan
berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi
timbul gejala.
Gejala klinis
• Gejala primer: vertigo, impulsi, oscilopsia,
ataksia, gejala pendengaran
• Gejala sekunder: mual, gejala otonom,
kelelahan, sakit kepala
• Gejala non spesifik: giddiness dan light
headness
Diagnosis

Karakteristik

Keparahan

Onset dan durasi


Nistagmus
• Nistagmus adalah gerakan bola mata yang
bersifat involunter, bolak balik, timis dengan
frekuensi tertentu. Nistagmus merupakan bentuk
reaksi dari refleks vestibulookuler terhadap aksi
tertentu.
• Pada pasien bisa tidak dirasakan vertigo
meskipun nistagmus ada, dan nistagmus
merupakan parameter penting untuk tes kalori. Ia
dapat menentukan normal tidaknya sistem
vestibuler dan dapat juga mendeteksi adanya
kelainan vestibuler sentral
Pemeriksaan Keseimbangan
• Uji Romberg : berdiri, tangan dilipat di dada, mata
ditutup, dapat dipertajam (Sharp Romberg)
dengan memposisikan kaki tandem depan
belakang, lengan dilipat di dada, mata tertutup.
Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30
detik.
• Uji berjalan (stepping test) : berjalan di tempat 50
langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1
meter dan badan berputar lebih dari 30° berarti
sudah terdapat gangguan kesimbangan.
• Pemeriksaan fungsi serebelum : past pointing
test, dilakukan dengan merentangkan tangan
diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh
telunjuk yang lain dengan mata tertutup. Tes
jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk,
pasien diminta menunjuk hidung dengan jari
dalam keadaan mata terbuka dan tertutup
Posturografi
• Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai
secara obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural
seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang
gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input
visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif
dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil.
Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun
tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu
berpegangan.
• Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang
terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform,
komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk
mengganggu input proprioseptif, disket data digunakan untuk
menyimpan data hasil pengukuran.
Teknik pemeriksaan :
• Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat,
mata memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan
perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik. (1)
Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu,
dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama, (2) Berdiri
di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual
diganggu, (3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka,
memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif
diganggu, (4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata
tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu,
jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat
pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan keseimbangan.
Tes kalori bitermal
• Dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air
dingin adalah 30 derajat C, sedangkan suhu air
panas adalah 44 derajat C. volume air yang
dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing
250 ml, dalam waktu 40 detik.setelah air
dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul.
Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin,
diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga.
Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telingan kanan. Pada tiap-tiap pemeriksaan
telinga kiri atau kanan, dingin atau panas, telinga
diistirahatkan selama 5 menit.
• Hasil tes kalori dihitung dengan menggunakan
rumus:
sensitivitas L-R: (a+c)-(b+d)=<40 detik
Dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan,
bila selisih kurang dari 40 detik maka kedua
fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang. Jika
lebih dari 40 detik, maka mempunyai waktu
nistagmus lebih kecil mengalami paresis kanal.
Tatalaksana
• Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise)
dengan metode Brand Daroff.
• Pasien duduk tegak dipinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan
tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama
30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik,
baringkan dengan cepat ke sisi lain. pertahankan selama 30
detik, lalu duduk kembali.
• Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari
masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2
minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari
• Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
• Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per
oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan
dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
• Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
• Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
– Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
– Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
• Kalsium Antagonis
• Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan
dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier.
Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.
Meniere
Definisi
• Penyakit Meniere adalah suatu kelainan pada
telinga bagian dalam yang mengakibatkan
gangguan pada pendengaran dan
keseimbangan. Hal ini ditandai dengan
adanya episode vertigo dan tinnitus dan
penurunan pendengaran secara progresif,
bisaanya unilateral. Hal ini disebabkan oleh
dilatasi sistem limfatik yang berakibat terjadi
drainase endolimfa.
Epidemiologi
 - salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam
 - sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-
20% kasus bersifat bilateral
 - insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan
Swedia.
 -sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau
perempuan usia dewasa (usia 20 -50 tahun)
 - komponen genetik berperan karena ada riwayat keluarga
yang positif sekitar 21 % pada pasien dengan penyakit
Meniere
 - resiko besar : riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan
alkoholisme dan pasien yang rutin mengkonsumsi Aspirin.
Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere adalah
tidak diketahui / idiopatik
Penambahan volume endolimfa diperkirakan
oleh:
adanya gangguan biokimia cairan endolimfa
 gangguan klinik pada membran labirin
Patofisiologi
Gejala & tanda klinis

Vertigo
Tinitus

tuli
sensorineural
terutama
pada nada
rendah

Trias Meniere
Gejala & tanda klinis
• 1.gejala penurunan pendengaran yang
fluktuatif

Typical • 2.fluktuatif vertigo


• 3.fluktuatif tinnitus
• 4.sensani penuh pada telinga yang
fluktuatif.
• Pada penyakit meniere cochlear gejalanya adalah :
• 1.penurunan pendengaran yang fluktuatif
• 2.fluktuatif tinnitus
• 3.sensasi rasa penuh pada telinga yang fluktuatif

Atypical •
• Pada penyakit meniere vestibular gejalanya adalah :
• 1.fluktuatif vertigo
• 2.fluktuatif tinnitus
• 3.sensasi rasa penuh pada telinga yang fluktuatif.
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang
Diagnosis

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG

• 1.Vertigo hilang timbul yang • Diperlukan hanya untuk • audiometri


makin mereda pada menguatkan diagnosis • ENG
serangan berikutnya penyakit ini. • BERA
• 2.Fluktuasi gangguan • Bila dalam anamnesis • Electrocochleography
pendengaran berupa tuli terdapat riwayat fluktuasi
• MRI kepala
saraf pendengaran, sedangkan
pada pemeriksaan ternyata • tes gliserin
• 3.Pendengaran membaik
setelah serangan berakhir terdapat tuli saraf, maka kita • timpanometri
• 4.Tinnitus sudah dapat mendiagnosis
penyakit Meniere, sebab
• 5.Rasa penuh di telinga
tidak ada penyakit lain yang
• 6.Menyingkirkan bisa menyebabkan adanya
kemungkinan penyebab dari perbaikan dalam tuli saraf,
sentral kecuali pada penyakit
Meniere.
• Pada sebagian kasus dapat
ditemukan nystagmus
DIAGNOSIS BANDING

tumor N.VIII sclerosis multiple

vertigo posisi
neuritis vestibuler paroksisimal jinak
( VPPJ ) / BPPV
TATALAKSANA
Diet dan perubahan gaya hidup Farmakologi

• diet rendah • vasodilator perifer, anti histamin,


garam antikolinergik, steroid dan diuretik :
• Pemakaian rokok untuk mengurangi tekanan pada
endolimfe.
alkohol, coklat,
• Obat antiiskemia dapat pula diberikan
Kafein dan nikotin harus dihentikan.
sebagai obat alternatif dan neurotonik
• Olahraga rutinOlahraga rutin untuk menguatkan sarafnya
• diazepam: pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo
• Anti emetik seperti prometazin: untuk
mengurangi mual, muntah, dan
vertigonya

• Diuretik seperti thiazide: menurunkan


tekanan dalam sistem endolimfe
TATALAKSANA
Latihan (rehabilitasi) Penatalaksanaan bedah

• Canalit Reposition • Operasi yang


Treatment (CRT) direkomendasikan bila
serangan vertigo tidak
terkontrol:
• Dekompresi sakus
endolimfatikus
• Labirinektomi
• Brand - Darroff
• Neurektomi vestibuler
• Labirinektomi dengan zat
kimia
• Endolymphe shunt
Prognosis
• ad vitam: ad bonam
• ad fungsionam: ad bonam
• ad sanationam: dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai