NPM : 2006599392
- Hipoksemia → cedera pada paru, defisiensi oksigen dalam arteri pembuluh darah, oksigen
rendah
- Hipoksia → kekurangan oksigen di jaringan, gejalanya sianosis
BRONKITIS KRONIK
Bronkitis kronik (chronic bronchitis) secara klinis terjadi bila terdapat batuk produktif yang
persisten minimal selama tiga bulan berturutturut sampai dua tahun. Pada bronkitis kronik
terjadi inflamasi pada saluran pernapasan yang dalam waktu lama dapat menyebabkan
perubahan struktur saluran napas sehingga terjadi penyempitan lumen.
Patofisiologi
Benda asing → Gangguan mekanisme “Mucocilliary Clearance” → Inflamasi →
Peningkatan sel goblet, hiperekskresi mucus, obstruksi jalan napas → Bronkitis kronik
Klasifikasi
Simple chronic bronchitis → - Batuk berdahak - Keluhan lain yang ringan
Chronic mucupurulent bronchitis → - Batuk berdahak kental - Purulen berwarna kekuningan
Chronic bronchitis with obstruction → Batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas
berat dan suara mengi
Manifestasi Klinis
• Batuk berdahak (3 bulan dalam setahun minimal selama 2 tahun
• Dyspnea
• Pola napas abnormal (cepat)
• Lemas
• Rasa tidak nyaman di dada
• Kebiruan pada ujung kuku/bibir
• Hipertrofi kelenjar mukosa bronkus
• Peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet
• Hipersekresi mucus
• Infiltrasi sel-sel radang
• Penyempitan jalan napas
Prognosis
• Prognosis tergantung pada usia dan gejala klinisnya. Serta usaha untuk menghindari
pantangan (merokok, polusi udara, dsb).
• Prevalensi kesembuhan selama 5-10 tahun mencapai 40%
Komplikasi
• Otitis medis akut
• Sinusitis maksilaris
• Pneumonia
• Gagal jantung
EMFISEMA
Emfisema merupan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran
alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal serta destruksi dinding alveolar.
Klasifikasi
1) Centrilobular (acinar) emphysema
2) Panobular (acinar) emphysema
3) Paraseptal emphysema
ASMA BRONKHIAL
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan oleh hipersensivitas cabang
trakeobrankial terhadap berbagaia jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan jalan napas secara periodik dan reversibel akibat bronkospasme.
Etiologi
• Zat Alergen
• Polusi Udara
• Stress Psikologik
• Polutan
• Olahraga
• Infeksi saluran napas
Klasifikasi
Asma Intrinsik
• Non-Alergen
• Idiopatik
• Cth: Latihan fisik, infeksi saluran nafas, stress psikologik
Asma Ekstrinsik
• Zat Alergik
• Cth: serbuk sari, bulu halus, spora jamur, debu, serat kain, makanan (susu, coklat, dll)
Patologi
Prognosis
Patofisiologi
• Perubahan Akibat Penyakit Restriktif Paru-paru
• Pengembangan paru-paru menurun akibat: Inflamasi kronik dan fibrosis (penebalan
alveoli, bronchioles atau pleura)
• Mobilitas thorax menurun
• Volume dan kapasitas paru-paru abnormal
• Kerja pernapasan meningkat
• Menurunnya arteria blood gas (hypoksemia)
• Pulmonary congestion
PNEUMONIA
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri patogen pada alveolus atau pada
lower respiratory tract (saluran nafas bawah) yang mengakibatkan radang paru-paru. Biasanya
alveoli berisi cairan dan sel darah merah.
TB Paru (Tuberculosis Paru)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ditandai oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang
diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity)
Patofisiologi
Penyebaran bakteri TBC perantara udara masuk melalui saluran pernapasan → Menetap di
paru-paru (ada yang dormant, dan ada yang aktif) → menyebar ke kelenjar getah bening dan
saluran kemih → Paru-paru, kulit, pencernaan, otak
Manifestasi Klinis
• Demam
• Batuk
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Malaise
Prognosis
Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun akan (Depkes,2005):
1) 50% meninggal
2) 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
3) 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru
stadium lanjut yaitu :
• Hemoptisis berat.
• Atelektasis atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
• Bronkiektasis dan fibrosis pada paru.
• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Pengobatan
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep
dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu
yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:
• Isoniazid
• Rifampicin
• Pyrazinamide
• Ethambutol
Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi pertimbangan, sehingga
Anda tidak perlu dipusingkan dengan tanggungan biaya saat berobat nanti
Pencegahan
TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
• Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
• Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
• Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
KESIMPULAN