Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fathia Dheanisa

NPM : 2006599392

Gangguan Sistem Neurologi


 SSP terdiri dari otak dan medulla spinalis
 SST terdiri dari 31 pasang saraf spinalis dan 12 pasang saraf kranialis
Etiologi
 Trauma
 Penyakit infeksi
 Kondisi sirkulasi
 Congenital defects
 Penyakit difisiensi
 Neolasma
 Zat beracun
 Degenerative
Patofisiologi
 Perubahan patologi dalam penyakit saraf biasanya karena inflamasi atau degenerative, kerusakan
langsung atau karena keduanya
 Dalam beberapa kasus cedera mungkin terdapat kerusakan langsung dari beberapa jaringan saraf,
tetapi biasanya ini disertai dengan perubahan inflamasi atau degeneratif, atau mungkin juga
keduanya, pada jaringan yg terkait
Inflammation and Degenerative
 Infllamation terjadi karena dilatasi pembuluh darah dan permeabilitas kapiler yang meningkat
diikuti oleh pengeluaran leukosit inti dan plasma pada jaringan sekitarnya
 Setiap neuron yang rusak tidak dapat diganti karena sel-sel yang sangat khusus seperti telah
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi → CNS adanya plastisitas
 Degeneratif, transformasi sel→ jaringan ikat
 Perubahan bisa disebabkan adanya mokroorganisme  kompreksi jaringan saraf
Motor Control
UMNL (Upper Motor Neuron Lession)
 Gejala: lumpuh, hipertoni, hiperefleksi, dan klonus, serta refleks patologis.
 Sindrom upper motor neuron yang dijumpai pada kerusakan sistem pyramidal (otak – cornu
anterior)
LMNL (Lower Motor Neuron Lession)
 Gejala: lumpuh, atoni, atrofi, dan arefleksi.
 Sindrom LMN didapatkan pada kerusakan di neuron motorik, neuraksis neuron motorik (misalnya
saraf spinal, pleksus, saraf perifer), alat penghubung neuraksis dan otot (myoneural junction) dan
otot
Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit sistem saraf dapat dilihat dari daerah yang mengalami lesi dan luasnya
 Keadaan mental
 lesi dapat mempengaruhi keadaan mental pasien, intelektual dan pola perilaku emosional pasien
 Disfungsi fisik
 Disfungsi terjadi sbg akibat dr lesi yang mempengaruhi sistem motorik somatik atau sistem
sensorik somatik ataupun keduanya.
 Inkoordinasi Gerakan
 Gerakan koordinasi membutuhkan aktivitas normal antara aferen somatik dan eferen
 Kelemahan beberapa otot akan mengakibatkan ketidakseimbangan aktivitas dan karena itu
gerakaannya akan menjadi inkoordinasi
 Paralysis otot
 Hal ini dapat terjadi jika impuls yang melalui LMN hilang, yang terjadi pada peripheral nerve
lesion
 Tonus otot hilang, kontraksi otot hilang. (Paralisis fleksid/lumpuh lemah)
 Kebalikanx → paralisis spastik/lumpuh tegang (kekuatan otot bagus, tp koordinasi hilang)
 Ataxia
 Terjadi karena lesi yang mempengaruhi jalur proprioseptif ke cerebellum atau lesi dalam
cerebellum.
 Gerakannya tidak mampu mengangkat dengan lembut dan tidak teratur serta tersentak- sentak.
 Spastisitas
 Merupakan hipereksitabilitas otot (peningkatan tonus).
 Spastisitas terjadi pada group otot dan bukan pada otot individual
 Spastisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk posisi pasien, keadaan emosional pasien,
aktivitas otonom, nyeri atau iritasi pada kulit dan sentuhan atau tekanan pada area tertentu.
 Rigiditas
 Berhubungan dengan hipereksitabilitas otot tetapi berbeda dari spastisitas dalam respon stretch
dan pengaruh grup otot. Resisten pada gerakan pasif terjadi hingga akhir gerakan atau disebut
jg fenomena roda pedati
 Gerakan involunter
 Athetosis: lesi pada ganglia basalis. Gerakan yang dihasilkan gerakan menggeliat dan lambat
termasuk gerakan kasar pada lengan dan kaki .
 Chorea: karakteristik gerakannya cepat daripada yg nampak pada pasien athetoid,tetapi
biasanya terjadi pd tungkai/lengan dan otot ekspresi wajah.
 Balismus : Keadaan ini dikarakteristikkan sebagai gerakan involunter akibat dr lesi pd thalamus
area. Gerakannya tiba- tiba dan luas,terjadi pd sendi- sendi proximal. Kondisinya dapat terjadi
hanya pada satu sisi dan disebut hemiballismus.
 Tremor
 Biasanya berupa gerakan getaran yang terus menerus dan terdapat beberapa macam . Tremor
yang bertambah buruk dr gerakan volunter disebut intention tremor
 Tremor: intention tremor & resting tremor
 Masalah sensoris
 Nyeri
 Gangguan pada sensasi kutaneus
 Perubahan aktivitas refleks
 Astereognosis
 Gangguan persepsi
 Lesi central mengakibatkan gangguan pada beberapa mekanisme sensorik, diantaranya
kesulitan persepsi lingkungan dimana dia berada.
 Cacat visual
 Cacat auditory
 Gangguan otonom
 Trophic Lession

Gangguan Sistem Neurologi


Sistem Saraf Pusat

STROKE

 Stroke = CVA (cerebrovascular accident) = CVD (cerebrovascular disease) = GPDO (gangguan


pembuluh darah otak)
 Istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda dan gejala neurologis, yang biasanya bersifat
focal dan akut, yang diakibatkan oleh penyakit/kelainan ataupun gangguan pada pembuluh darah
otak
Etiologi Stroke

 Ischemik atau infark otak


- 85% kasus stroke
- Paling banyak terjadi pada arteri cerebralis medialis
- Faktor penyebab paling lazim: proses atherosclerosis, thrombosis dan emboli yg terjadi pd
pembuluh otak atau berasal dari luar otak (paling sering cardiac emboli)
 Haemorrhage atau perdarahan otak (15%)
- Intracerebral haemorrhage 10%, dimana awal serangan sering fatal
- Subarachnoid haemorrhage 5%
- Faktor penyebab paling lazim: hipertensi atau aneurisma & arteriovenous malformation
(AVM)
- Perdarahan menyebabkan brain shift & distortion; dapat juga menyebabkan ischemik bila
hematoma menekan arteri di otak
Patologi Stroke

 Zona Oedematosa → 6 hari – 10 hari


 Zona Degenerasi → 6 – 8 bulan
 Zona Nekrotik → >8 bulan

Faktor resiko dari atherothrombosis

 Yang dapat di modifikasi


Yang paling penting ada 3
- Hipetensi & arteriosclerosis
- DM
- Penyakit jantung
Faktor resiko lainnya

- Diet, lemak, kolesterol


- Tembakau (merokok)
- Life style (gaya hidup)
- Latihan/olahraga
- Obesitas
- Hematokrit
- Pil kontrasepsi
- Stress
- Pekerjaan, dll
 Yang tidak dapat dimodifikasi
- Umur
- Ras
- Keturunan

Klasifikasi/Jenis Stroke

• Transient ischaemic attack (TIA)


- Gangguan pembuluh darah yang menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung kurang
dari 24 jam
- Tidak meninggalkan gejala sisa
- TIA mrpk tanda peringatan akan serangan stroke, jangan pernah diabaikan!!!
 Reversible ischaemic neurological deficits (RIND)
- Seperti TIA berlangsung lebih lama (maksimal 1 minggu) dan tak ada gejala sisa
 Complete stroke
- Gangguan pembuluh darah yang menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam
- Meninggalkan gejala sisa
- Sebab perdarahan atau infark
- 3-6 bln setelah TIA/RIND 5-10% pasien akan mengalami stroke infark, tp tak semua stroke
infark didahului TIA
 Stroke in evolution (progressive stroke)
- Labil, berubah-ubah, cenderung ke arah memburuk

Prognosis Stroke

 1/5 hingga 1/3 stroke fatal


 Perdarahan: 50 - 70% fatal
 Infark: 10 - 25% fatal, scr umum prognosis emboli lebih baik drpd thrombosis
 Kematian mendadak hampir pasti perdarahan
 Kematian dalam 1 hingga 3 hari disebabkan lesi otak, tp kematian setelah 1 minggu bisa
disebabkan komplikasi di luar otak (paru, jantung)
 Insiden infark berulang dlm 5 tahun pd pria 40% dan wanita 20%

TRAUMA HEAD INJURY

 TBI/HI/TC
- Cidera fisik pada otak
- Karena tekanan mekanika (trauma) dari luar (lokal atau blunt)
- Dengan akibat hilangnya kesadaran sampai koma (tidak membuka mata, tidak ada respon
motorik dan tidak ada respon verbal), amnesia pasca traumatik (PTA), defisit fungsi neurologi
 Sekarang ini TBI merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas di
masyarakat
Penyebab

 Trauma Blunt (masif)


- Kecelakaan lalu lintas (65%)
- Kecelakaan olahraga (Tinju)
- Kecelakaan kerja (Jatuh dari ketinggian)
- Percobaan bunuh diri
- Perkelahian, dll
 Truma lokal
- Luka tembakan
- Tertusuk pisau
- Lemparan batu, dll

Mekanisme Kerusakan Otak

 Mekanisme ekstra kranial


 Hypoxia
 Hypotension
 Mekanisme intra kranial
 Kerusakan otak primer
 Cidera axon yang diffuse
 Laserasi
 Concussion, contusion
 Kerusakan otak sekunder
 Perdarahan : ekstradural, intradural (sub dural, sub arachnoidea dan intra cerebral) •
Pembengkakan otak : kongesti vena, edema
 Infeksi : meningitis, abses

ALZHEIMER
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit degenerative otak yang bersifat progresif lambat. Penyakit
ini agak jarang ditemukan di Indonesia, tetapi sering dibahas karena berkaitan dengan demensia.
Gejala penyakit Alzheimer khas, antara lain gangguan memori, bingung, dan gangguan kognitif .
Penyakit ini paling sering terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Frekuensi laki- laki dan perempuan
sama. Insidensi kasus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup.
Epidemiologi alzheimer

 Insiden terjadinya penyakit Alzheimer meningkat sesuai umur antara 0,3% - 0,6% terjadi pada usia
65 – 69 tahun dan 5,3% - 7,5% terjadi pada usia 85 – 90 tahun
Etiologi Alzheimer
Beberapa faktor genetik, imunologik, infeksi virus , intoksikasi, familial, dan kelainan kromosom .
Tiga gen yang berhubungan dengan 90% kasus awitan dini (gejala timbul sebelum usia 65 tahun),
yaitu gen presenilin1 pada kromosom 14, gen presenilin-2 pada kromosom 1, dan gen protein
pembentuk amiloid pada kromosom 21
Patofisiologi Alzheimer

 Secara makroskopik, perubahan otak pada AD melibatkan kerusakan pada neuron korteks dan
hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial
Manifestasi Klinis

 Kehilangan memori yang mengganggu kehidupan sehari-hari.


 Kesulitan dalam perencanaan atau pemecahan masalah.
 Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas di rumah, di tempat kerja, atau di waktu luang.
 Kebingungan dengan waktu atau tempat.
 Kesulitan memahami gambar visual dan hubungan spasial.
 Masalah baru dengan kata-kata dalam berbicara atau menulis.
 Pengambilan keputusan buruk.
 Penarikan dari pekerjaan atau kegiatan sosial.
 Perubahan suasana hati dan kepribadian.

SPINA BIFIDA
Definisi Spina Bifida
• Spina bifida, sebuah defek tuba neuralis, hasil dari gagalnya penyatuan satu atau lebih lengkungan
vertebra posterior yang menghasilkan protrusio konten dari canal vertebra (Essentials of Orthopaedics
and Applied Physiotherapy. 2004) • Defek neural tube adalah sekelompok kelainan perkembangan di
mana tuba neuralis gagal untuk menyatukan suatu tempat sepanjang dari sumsum tulang belakang ke
otak (McCarthy 1992)
Etiologi Spina Bifida
Idiopathic

 Radiasi
 Obat
 Zat kimia
 Malnutrisi
 Determinan genetik
Neurulasi

 Pembentukan neural plate (Poliferasi lempeng saraf)


 Pembentukan neural fold (Lipatan Neural)
 Pembentukan Neural Groove
 Pembentukan Neural tube (penutupan lipatan neural)

Gejala Klinis
Paralisis pada Level Thoracal

 Loss of trunk control


 Paralisis kedua ekstremitas bawah
 Bladder and Bowel Incontinence
 Bladder and Bowel Incontinence >> tdk bisa mengatur buang air kecil dan buang air besar
Paralisis dibawah akar saraf L1-L2

 Komplit paralisis hip abduktor dan ekstensor


 Biasanya Hip dislokasi dan fleksor contractur
Paralisis dibawah akar saraf L3-L4

 Paralisis m. gluteus
 Paralisis m. Hamstring
 Paralisis m. gastrocnemius dan m. soleus
 Paralisis Fleksor Toe Calcanovarus deformity
Paralisis dibawah akar safar L5

 Limitasi plantar fleksi


 Kemungkinan kontraktur hip fleksion
 Aktivitas hamstring menurun
Paralisis dibawah akar saraf S1

 Kelemahan m. luteus maximus, m. biceps femoris, m. triceps surae


 Dapat menyebabkan flexion hip contractur, calcaneus deformity Limitasi plantar fleksi

Klasifikasi Spina Bifida

 Spina Bifida Okulta


Anomali dari lamina vertebra tanpa protrusi medulla spinalis atau meninges
 Meningokel
Meninges berherniasi melalui defek lengkung vertebra posterior
 Mielomeningokel
Medulla spinalis terbuka ke permukaan bersama dengan meninges

Gangguan Sistem Neurologi


Sistem Saraf Tepi

CEDERA SARAF TEPI


Etiologi

 Division (terbelah)
 Streching (terulur)
 Crushing
Normal Nerve Anatomy
 Axon
 Myelin sheath with schwann cell – Nodes of Ranvier (more Na+ channels) – Internodal region
 Connective tissue coverings
- Endoneurium (surrounds nerve axon fibers)
- Perineurium (surrounds fiber groups to form a fascicle)
- Epineural (binds fascicles into nerves)

Patofisiologi

 Ischemia & pressure will decrease intraneural flow


 Ischemia:
- 15-45 min causes neuropraxia (reversible)
- > 8 hrs is NOT reversible
 Stretch 5-10% leads to nerve elongation
 Mechanical pressure leads to structural changes
 Pressure:
- pressure 30mmHg blocks venous bl flow
- pressure 30-60mmHg blocks axonal transport
- pressure 60-120mmHg blocks intraneural blood flow

Classification of Nerve Injury

• Seddon’s Classification - based on amount of nerve injury


- Neuropraxia (mild conduction block)
- Axonotmesis (axon disruption with intact endoneurium)
- Neurotmesis (axon disruption with loss of endoneurium)

CEDERA PLEKSUS BRACHIALIS


Pengertian

 Cedera pleksus brachialis adalah cedera dari setiap bagian dari pleksus brachialis mulai akar saraf
sampai dengan cabang dari cord yang menghubungkan bahu sampai dengan jari-jari dapat
menyebabkan kelemahan ataupun kelumpuhan dari anggota gerak atas baik bahu, pergelangan
tangan, dan jari-jari
Etiologi
Trauma lahir
Faktor risiko:

 Ukuran panggul Ibu yang kecil


 Shoulder Dystocia
 Macrosomia
 Diabetes maternal
 Sungsang saat lahir
Trauma lainnya
Faktor risiko:

 Kecelakaan (utamanya: sepeda motor)


 Terjatuh
 Tumor
Patofisiologi
Faktor risiko

 Trauma lahir
 Trauma lainnya
 Overstretch/ Kompresi Cedera Plexus Brachialis
- Avulsion
- Rupture
- Neuropraxia
- Neuroma

Klasifikasi

 Erb-Duchenne Palsy
 Klumpke Palsy
 Total Brachial Plexus Injury

ERB PALSY

 Erb palsy adalah kelumpuhan pada ekstremitas atas yang disebabkan oleh kerusakan plexus
brachialis C5 – C6 yang mempersarafi lengan dan tangan.
 Kelainan ini paling sering ditemukan pada bayi atau anak-anak karena distosia bahu pada
kelahiran. Ataupun dapat pula ditemukan pada dewasa dengan riwayat trauma bahu.
 Cedera pada akar saraf C5-C6 / C5-C6-C7 (upper brachial plexus injury)
 Nervus yang dilibatkan : nerve musculotcuatneous, suprascapular nerve, axillary nerve

Etiologi

 Distosia
 Trauma
Patofisiologi
Faktor risiko  Trauma lahir/ terjatuh dari ketinggian  Ekstremitas tertahan dalam posisi: Adduksi
& endorotasi shoulder, ekstensi elbow, pronasi lengan bawah, fleksi wrist  Overstretch C5-C6 
Erb palsy
Manifestasi Klinis

 Lengan bergantung lemas dengan posisi abduksi shoulder, endorotasi shoulder, ekstensi elbow,
dan pronasi elbow. (waiters tip position)
 Adanya gangguan sensorik pada lateral deltoid, sisi lateral lengan atas dan lengan bawah hingga
ibu jari tangan.
 Gangguan pada perkembangan otot apabila berkurangnya aktivitas kontraksi otot atrofi otot dan
kontraktur siku.
 Refleks biceps dan brachioradialis menurun atau hilang.
 Paralisis m. serratus anterior akan memberikan gambaran “Winged scapula”.
 Tidak adanya reaksi refleks moro pada lengan yang mengalami cedera • Penurunan Spontanitas
refleks grasp
 Atropi otot lengan
 Kehilangan fungsi motorik dan sensorik pada lateral proximal lengan atas
 Kelemahan otot lengan

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


HNP dalah rupturnya nukleus pulposus sehingga menonjol melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis
spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf Pria dan wanita memiliki risiko yang sama untuk
mengalami HNP, dengan awitan paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab
paling umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun
4 Stadium Perkembangan HNP

 Degenerasi discus
Perubahan kimiawi yang disebabkan oleh proses degeneratif menyebabkan kelemahan discus
namun tanpa herniasi.
 Prolaps discus
Perubahan posisi discus dengan sedikit penonjolan kedalam kanalis spinalis.
 Extrusion
Penonjolan nucleus pulposus dalam anulus fibrosus
Nukleus pulposus sudah menembus annulus fibrosus tapi masih terletak didalam discus.
 Sekuestrasi discus
 Nukleus pulposus sudah terletak didalam kanalis spinalis

Etiologi
Pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk mengalami HNP, wanita paling sering antara usia
30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang
berusia dibawah 45 tahun.
Faktor resiko HNP adalah sebagai berikut :

- Berat badan yang berlebihan, gaya hidup bermalas-malasan, dan postur tubuh yang tidak
diposisikan secara benar.
- Perubahan degeneratif yang mengurangi kekuatan dan stabilitas tulang belakang, menyebabkan
tulang belakang rentan terhadap cidera.
- Teknik mengangkat dan memindahkan barang yang tidak benar
- Pergerakan tiba-tiba dan bertenaga atau traumatic, yang memindahkan gaya dalam jumlah besar ke
tulang belakang.
- Olahraga yang menempatkan gaya berputar pada tulang belakang seperti golf, baseball atau tennis.

Gejala Klinis

 Nyeri yang disebabkan oleh HNP dikenal sebagai ischialgia diskogenik atau sciatika, yaitu nyeri
sepanjang perjalanan nervus ischiadikus.
 Level segmen tulang belakang yang terkena akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi
dermatom. Umumnya nyeri jenis ini digambarkan sebagai nyeri yang tajam, berpangkal pada
bagian bawah pinggang dan menjalar kelipatan bokong tepat dipertengahan garis tersebut.
 Level segmen tulang belakang yang terkena akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi
dermatom.

CARPAL TUNNEL SYNDROME


Pengertian

 Neuropathy entrapment (neuropati akibat terjebak/terjepitnya saraf) yang paling lazim.


 N. medianus terjebak di terowongan karpal (diantara ligamentum carpi transversum dan tendon
grup fleksor tangan) di pergelangan tangan
Penyebab

 Tidak jelas
 Penebalan jaringan ikat: rheumatism (RA, OA, gout), gangguan metabolisme (DM, acromegali,
hypothyroidisme)
 Retensi cairan, seperti kegemukan, kehamilan
 Trauma atau trauma kronik pergelangan tangan, RSI (repetitive strain injury)
 Tumor
 Herediter, berupa sempitnya terowongan karpal
Proses Patologi

 Penyempitan terowongan karpal, biasanya oleh penebalan fleksor retinaculum (lig. Carpi
transversum)
- Akibat penekanan langsung pada n. medianus
- Akibat penekanan pada arteri dan vena (vaskuler) sehingga suplai arteri ke n. medianus
berkurang atau stasis vena yang menekan n. medianus
Tanda & Gejala
Gangguan sensorik

 Awal:
- Nyeri terutama pada malam hari
- Rasa tebal (hipoesthesia) dan paraesthesia
- Menghilang/berkurang jika tangan digoyang atau diposisikan tergantung
 Berlanjut:
- Nyeri spontan ujung jari-jari, nyeri menjalar hingga ke lengan, siku dan bahu
- Gangguan sensasi seperti terbakar sepanjang distribus n. medianus distal pergel tangan (jari 1, 2,
3)
Gangguan motorik

 Kelemahan otot-otot thenar (fleksor, abduktor dan opponen pollicis)


 Atrofi otot-otot thenar (gembos)

Anda mungkin juga menyukai