Anda di halaman 1dari 53

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

EKSASERBASI AKUT TIPE II

Pembimbing :
dr. I Dewa Made Artika Sp.P

Gusti Ayu Ria Widiani (0802005083)


Hemawathi Shummugham (0802005192)
PENDAHULUAN
Pendahuluan

Epidemiologi

Amerika Serikat
•Peringkat 6 sebagai penyebab Destruksi jaringan parenkimal
kematian dan fibrosis saluran kecil
•Biaya akibat penyakit$24 milyar per
tahun

Indonesia
•Peringkat 6 sebagai penyebab Sesak nafas dan gejala khas
kematian PPOK
•Peringkat 1 menyumbang angka
kesakitan pada penyakit tidak menular
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau
juga dikenali sebagai Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan
obstruksi saluran pernafasan yang progresif
dan ireversibel yang terjadi bersamaan dengan
:
bronkitis kronik,
emfisema atau
kedua-duanya.
Faktor Risiko
Tabel 2. 1. Faktor Risiko COPD1
1. Gen
2. Paparan terhadap partikel
- Asap rokok
- Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun
- Polusi di dalam ruangan dari asap kompor, pemanas ruangan dan ventilasi rumah
yang kurang baik
- Populasi di luar ruangan
1. Tumbuh kembang paru
2. Stress oksidatif
3. Gender
4. Umur
5. Infeksi saluran nafas
6. Riwayat tuberculosis dan asma
7. Status sosioekonomi
8. Nutrisi
Faktor Risiko
• Faktor risiko meliputi faktor pejamu, faktor perilaku
merokok, dan faktor lingkungan.
• Faktor pejamu meliputi genetik, hiperesponsif jalan
napas dan pertumbuhan paru.
• Faktor genetik yang utama adalah kurangnya alfa 1
antitripsin, yaitu suatu serin protease inhibitor.
Hiperesponsif jalan napas juga dapat terjadi akibat
pajanan asap rokok atau polusi.
• Pertumbuhan paru dikaitan dengan masa kehamilan,
berat lahir dan pajanan semasa anak-anak.
• Penurunan fungsi paru akibat gangguan pertumbuhan
paru diduga berkaitan dengan risiko mendapatkan
PPOK.
Patogenesis
Keterbasan aliran udara dan air trapping
• Luasnya inflamasi, fibrosis dan eksudat pada
lumen saluran nafas kecil berkorelasi dengan
reduksi VEP1 dan VEP1/KVP. Selama ekspirasi
udara terperangkap akibat adanya obstruksi
saluran nafas perifer secara progresif sehingga
mengakibatkan hiperinflasi.
Patogenesis
Abnormalitas pertukaran gas
• Peradangan merupakan elemen kunci terhadap
patogenesis PPOK. Inhalasi asap rokok atau gas
berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel
epitel

Hipersekresi Mukus
• Hipersekresi mucus mengakibatkan batuk kronis
yang produktif yang merupakan manifestasi dari
brokitis kronis.
Patogenesis
Eksaserbasi
• Eksaserbasi dapat disebabkan oleh infeksi atau
faktor – faktor lain seperti polusi udara,
kelelahan atau timbulnya komplikasi dan
sepertiga dari eksersebasi akut penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi.
Diagnosis
• Diagnosis PPOK dimulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. (foto toraks dan spirometry)
Diagnosis
Anamnesis & Faktor Resiko
Gejala Keterangan
Sesak  Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu)
 Bertambah berat dengan aktivitas
 Persisten (menetap sepanjang hari)
 Pasien mengeluh berupa, “Perlu usaha bernafas, berat, sukar
bernafas, terengah-engah
Batuk Kronis Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak
Batuk Kronis Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK
Berdahak
Riwayat  Asap rokok
Terpajan  Debu
Faktor  Bahan kimia di tempat kerja
Risiko  Asap dapur
Diagnosis
• Inspeksi
» Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
» Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
» Penggunaan otot bantu napas
» Hipertropi otot bantu napas
» Pelebaran sela iga
» Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema
tungkai
» Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

• Auskultasi
» Suara napas vesikuler normal, atau melemah
» Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
• Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan WBC
dalam batas normal atas dan penurunan jumlah sel
darah merah, hemoglobin, dan hematokrit yang
sangat sedikit.
Analisis Gas Darah (AGD)
• Adanya hipoventilasi pada banyak alveoli dan
kerusakan dinding alveolus mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar pCO2 dalam darah
dan penurunan kadar pO2 dalam darah.
Diagnosis
Chest X-Ray
• Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
kelainan paru berupa gambaran hiperinflasi atau
hiperlusen, diafragma mendatar, peningkatan
corakan bronkovaskuler, jantung pendulum dan
ruang retrosternal melebar.
Spirometry
• Pada pasien dengan PPOK biasanya menunjukkan
penurunan nilai FEV1 dan KVP. Tingkat abnormalitas
dari nilai spirometri dapat menunjukkan derajat
keparahan dari PPOK
Klasifikasi PPOK12
Derajat Klinis Faal paru
Derajat I: PPOK Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada -VEP1/KVP < 70%
Ringan tapi tidak sering. -VEP1 ≥ 80% prediksi

Derajat II: PPOK Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan -VEP1/KVP < 70%
Sedang kadang ditemukan gejala batuk dan produksi -50 < VEP1 < 80% prediksi
sputum.

Derajat III: PPOK Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, - VEP1/KVP < 70%
Berat rasa lelah dan serangan eksaserbasi makin -30 < VEP1 < 50% prediksi
sering

Derajat IV: PPOK Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal - VEP1/KVP < 70%
Sangat Berat napas atau gagal jantung kanan dan - VEP1<30% prediksi atau
ketergantungan oksigen. VEP1 < 50% disertai gagal
napas kronik.
Tabel 2.3 Diagnosis Banding PPOK1,4
Diagnosis Gambaran Klinis
Asma 1. Onset usia dini
2. Gejala bervariasi dari hari ke hari
3. Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
4. Ditemukan riwayat alergi, rinitis, atau eczema
5. Ada riwayat asma dalam keluarga
6. Hambatan aliran udara umumnya reversibel
Gagal jantung 1. Adanya riwayat hipertensi
kongestif 2. Ditemukan ronkhi basah pada basal paru
3. Gambaran foto thoraks berupa pembesaran jantung dan edema paru
4. Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi

Bronkiektasis 1. Sputum purulen dalam jumlah yang banyak


2. Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
3. Ronkhi basah kasar
4. Gambaran foto thoraks tampak honeycomb appearance dengan penebalan
dinding bronkus.
Tabel 2.3 Diagnosis Banding PPOK1,4
Diagnosis Gambaran Klinis
Tuberkulosis 1. Onset semua usia
2. Gambaran foto thoraks berupa infiltrat
3. Ditemukan BTA pada pemeriksaan mikrobiologi

Bronkiolitis 1. Usia muda


obliterasi 2. Tidak merokok
3. Dapat ditemukan riwayat adanya artritis reumatoid
4. CT paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens

Diffuse 1. Sering pada perempuan tidak merokok


panbronchiolitis 2. Seringkali berhubungan dengan sinusitis
3. Pada foto rontgen dan CT paru resolusi tinggi
memperlihatkan bayangan diffuse nodul opak
sentrilobular dan hiperinflasi.
Eksaserbasi Akut
• Gejala eksaserbasi utama berupa peningkatan sesak,
produksi sputum meningkat, dan adanya perubahan
konsistensi atau warna sputum.
• Eksaserbasi akut dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
Tipe I (eksaserbasi berat) apabila memiliki 3 gejala
utama,
Tipe II (eksaserbasi sedang) apabila hanya memiliki 2
gejala utama,
Tipe III (eksaserbasi ringan) apabila memiliki 1 gejala
utama ditambah adanya infeksi saluran napas atas
lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan
batuk
PENATALAKSANAAN
Bronkodilator
• Bronkodilator yang lebih dipilih pada terapi eksaserbasi
PPOK adalah short-acting inhaled B2-agonists.
Kortikosteroid
• Kortikosteroid oral/intravena direkomendasikan sebagai
tambahan terapi pada penanganan eksaserbasi PPOK.
• Dosis prednisolon oral sebesar 30-40 mg/hari selama 7-
10 hari adalah efektif dan aman (GOLD, 2009).
PENATALAKSANAAN
Antibiotik
Berdasarkan bukti terkini yang ada, antibiotik harus
diberikan kepada:
a. Pasien eksaserbasi yang mempunyai tiga gejala
kardinal, yaitu peningkatan volume sputum,
sputum menjadi semakin purulen, dan
peningkatan sesak
b. Pasien eksaserbasi yang mempunyai dua gejala
kardinal, jika peningkatan purulensi merupakan
salah satu dari dua gejala tersebut
c. Pasien eksaserbasi yang memerlukan ventilasi
mekanik.
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
• Pada eksaserbasi akut terapi oksigen
merupakan hal yang pertama dan utama,
bertujuan untuk memperbaiki hipoksemia dan
mencegah keadaan yang mengancam jiwa.
Ventilasi Mekanik
• Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik
pada PPOK eksaserbasi berat adalah
mengurangi mortalitas dan morbiditas, serta
memperbaiki gejala.
KOMPLIKASI
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : NKG
Umur : 78 tahun
Gender : Perempuan
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Tidak Tamat SD
St.Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Nusantara No.9 Tuban Kuta
Badung
Tgl MRS : 22 Februari 2013 pukul 14:26 WITA
Tgl Pemeriksaan: 23 Februari 2013 pukul 14:00 WITA
ANAMNESIS
ANAMNESIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Tanda Vital :
KU : Sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6 /Compos mentis
Gizi : Baik
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 33 kali/menit, iregular, ekspirasi memanjang
Suhu aksila : 36,7ºC
VAS : 0/10
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 40 kg
BMI : 16,6 kg/m2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+
isokor, edema palpebra -/-
THT
Telinga : Sekret -/-, hiperemis -/-
Hidung : Sekret (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Lidah : Papil atrofi (-)
Leher: JVP 0 cmH2O, kelenjar tiroid normal,
pembesaran kelenjar getah bening (-),
penggunaan otot bantu nafas(+)
Pemeriksaan Fisik
Thorax :
Cor
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tampak pada ICS V
MCL S
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V MCL S,
kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas jantung ICS II
Batas kanan jantung PSL kanan
Batas kiri jantung MCL kiri ICS V
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pemeriksaan Fisik
Lungs :
 Insp. : symmetrical, Barrel chest (+), tampak
pelebaran celah iga
↓ ↓
 Palp. : tactile fremitus
↓ ↓
↓ ↓

 Perc. : hypersonor hypersonor


hypersonor hypersonor
sonor sonor
+ + - - - -
Ausc. : vesicular + + rh - - wh - -
+ + - - - -
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
• Inspeksi : Distensi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Hepar/lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
• Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas :
+ + - - - -
Hangat + + Tremor - - Edema - -
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (22/02/2013)
Parameter Nilai Unit Remarks Nilai Normal
WBC 8,463 103/μL Normal 4,10-11,00
#Ne 7,344 103/μL Normal 2,50 -7.50
#Lym 0,70 103/μL Normal 1,00- 4,00
#Mo 0,34 103/μL Normal 0,10-1,20
#Eo 0,02 103/μL Normal 0,00 – 0,50
#Ba 0,04 103/μL Normal 0,00 – 0,10
RBC 4,389 103/μL Rendah 4,50 – 5,90
HGB 12,18 g/dl Rendah 13,50 – 17,50
HCT 36,91 % Rendah 41,00 – 53,00
MCV 84,08 fl Normal 80,00 – 97,00
MCH 27,76 pg Normal 27,00 – 31,20
MCHC 33,01 9.79 g/dl Normal 31,80 – 35,40
RDW 14,14 % Normal 11,60-14,80
PLT 256,60 K/ul Normal 140,00 – 440,00
MPV 9,314 fL Normal 6,80-10,00
Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik(22/02/2013)
Parameter Nilai Remarks Nilai Normal
SGOT 41,27 Tinggi 11,00 – 33,00
SGPT 20,31 Normal 11,00 – 50,00
Albumin 3,167 Rendah 3,40 – 4,80
BUN 12,60 Normal 8,00 – 23,00
Creatinin 0,70 Normal 0,50 – 0,90
GDS 92,85 Normal 70,00 – 140,00
Pemeriksaan Penunjang
Analisa Gas Darah
Para Nilai Nilai Nilai Unit Nilai Normal
meter (22/02/2013) (23/02/2013) (24/02/2013)
pH 7.47 7,43 7,33 - 7,35 – 7,45
pCO2 51.00 ↑ 45,00 51,00↑ mmHg 35,00 – 45,00
pO2 65.00 ↓ 82,00 97,00 MmHg 80,00-100,00
HCO3- 37.1 ↑ 29,90↑ 26,90↑ mmol/L 22,00-26,00
TCO2 38.7 ↑ 31,30↑ 28,50 mmol/L 24,00-30,00
SO2 100.00 96 97 % 95,00 – 100,00
Beecf 13.40 ↑ 5,60↑ 1,00 mmol/L -2,00 - 2,00
Natrium 140 135↓ 140 mmol/L 136,00-145,00
Kalium 2,50↓ 3,80 3,50 mmol/L 3,5 – 5,10
Pemeriksaan Penunjang
Foto X-Ray PA (22/02/2013)

Cor : Bentuk normal dengan bentuk tear


drop, tampak klasifikasi aortic knob
Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal.
Tampak hyperaereted lung pada
kedua lapang paru
Diafragma kanan dan kiri mendatar
Sinus pleural kanan dan kiri tajam
Tulang-tulang : tidak tampak kelainan

Kesan : Emphysematous lung


Atherosclerosis aorta
Pemeriksaan Penunjang
BOF (22/02/2013)
Tak tampak bayangan radioopaque sepanjang
traktus urinarius
Kontur ginjal kanan dan kiri tak tampak jelas.
Psoas line kanan kiri simetris.
Tampak peningkatan distribusi gas usus tanpa
disertai dilatasi. Masih tampak gas usus di
cavum pelvis.
Bayangan hepar dan lien tak tampak
membesar.
Tampak osteophyte VL3,4,5, pedicle dan
spatium intervertebralis di luar lesi baik

Kesan
Meteorismus
Spondylosis lumbalis
Tak tampak batu opaque sepanjang traktus
urinarius
Pemeriksaan Penunjang

Elektrokardiografi (EKG)

Irama Sinus, HR 94 x/menit, Axis normal, gelombang P normal, QRS


kompleks normal, ST change (-).
 
PEMBAHASAAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai