Anda di halaman 1dari 24

RANGKUMAN SOCA

SKENARIO 1 BRONKITIS

Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Etiologi
Faktor lingkungan
1. polusi udara meliputi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
2. merokok
3. infeksi
Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis,
Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan
infeksi fungi (monilia).
Faktor penderita
1. usia
2. jenis kelamin
3. kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada
Klasifikasi bronkitis
a. Bronkitis infeksiosa
Infeksi bakteri atau virus, terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :
a. Sinusitis kronik
b. Bronkiektasis
c. Alergi
d. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronkitis iritatif
Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu
yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh :
Berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik
klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor
etiologi utama adalah zat polutan.
Patofisiologi

Faktor penyebab virus,polusi,bakteri

Penetrasi pathogen pada mukosa


saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan atas

Reaksi antibodi

Peradangan bronkus

Infiltrasi sel radang


Hipertrofi kelenjar mukosa Metaplasia sel goblet
bronkus dan peningkatan
jumlah goblet sel
Kerusakan sel

Penyempitan lumen
Aktivitas silia dan fagositosis sel
Aktivitas dan pelepasan pirogen
goblet lambat
endogen

Sesak napas
Peningkatan sekresi bronkus
Perangsangan pusat
termoregulasi di hipotalamus

Pola nafas tidak efektif


Penumpukan mukus

Bersihan jalan napas tidak efektif


Manifestasi klinis

1. Batuk dan produksi sputum


Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke
pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau kekuningan.
2. Dyspnea (sesak napas)
Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas
dan mulai batuk.
3. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala
dapat menyertai gejala utama
4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

Jenis bronkitis

Bronkitis akut

- batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus


- melibatkan jalan napas yang besar
- Bronkitis akut pada umumnya ringan
- Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari

Bronkitis kronik

- Eksaserbasi infeksi akut memperberat bronkitis kronik


- selama 1 tahun dengan frekuensi batuk produktif 3 bulan selama 2 tahun berturut-
turut.

Komplikasi bronktis

- bronkitis akut tidak ditangani bronkitis kronik


- anak dengan gizi kurang Otitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
- Bronkitis kronik mudah terserang infeksi
- Atelektasis
- Bronkiektasis

Epidemiologi bronkitis

Distribusi dan Frekuensi

a. Orang
b. Tempat dan waktu

Determinan

a. Host
b. Merokok
c. Infeksi
d. Polusi
e. Keturunan pada penderita defisiensi alfa-1 anti tripsin
f. Faktor sosial ekonomi

Penegakkan diagnosis

Anamnesis

Gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien
menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut.

Pemeriksaan fisik

- Denyut jantung > 100 kali per menit takikardi


- Frekuensi napas > 24 kali per menit takipnea
- Suhu badan > 38
- Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.
- Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk, wheezing dan krepitasi)

Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan dahak
- Rontgen
- tes C-reactive protein
- kultur darah
- tes fungsi paru
- gas darah arteri

Diagnosis banding

- bronkitis akut
- bronkitis kronik
- pneumonia

terapi

1. antibiotika
Penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin dosis?
Quinolon dosis?
TERAPI PENDUKUNG

- Stop rokok
- Bronkodilator Beta 2 agonist terbutalin,salmetrol, salbutamol, albuterol
- Antitusiv untuk menekan batuk

SKENARIO 2

Asma

Definisi

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.

Faktor pencetus

a. Terpajan asap rokok (aktif atau pasif).


b. Memiliki riwayat alergi atau anggota keluarga dengan alergi.
c. Riwayat berat badan lahir rendah.
d. Obesitas.-->?
e. Mengidap rinitis atau sinusitis.
f. Menggunakan obat dalam jangka panjang.
g. Terpajan bahan kimia di tempat kerja
Etiologi

- Faktor host genetik


- Faktor pemicu faktor lingkungan faktor emosional

Patofisiologi

Epidemiologi

Berdasarkan data US center for disease control and prevention CDC asthma
surveillance survey (2001-2003) prevalensi asma 6,7 % dewasa dan 8,5 % anak anak. Laki
laki dan perempuan 3 :1. Seimbang pada laki laki dan perempuan ketika remaja. Pada asma
anak paling sering menyerang usia 13- 14 tahun.
Eksaserbasi perburukan gejala asma ditandai dengan sesak napas, batuk, mengi, dada
terasa tertekan

Penegakkan diagnosis

RIWAYAT PENYAKIT / GEJALA :


Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
- hiperinflasi dada
- sesak napas
- penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi :
- Multiple small lymphe node teraba
Perkusi :
- Hipersonor
Auskultasi
- Ekspirasi memanjang
- Wheezing
- Ronkhi
Pemeriksaan penunjang
- Spirometeri VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% adanya obstruksi
Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% setelah uji bronkodilator
Nilai derajat serangan asma
- Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Manfaat APE dalam diagnosis asma :
Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons
terapi kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE
harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat
penyakit.
- Analisis gas darah terjadi asidosis respiratorik dan metabolik pada saat serangan.
- Pemeriksaan rontgen umumnya tampak hiperaerasi.
- Darah lengkap dan serum elektrolit menyingkirkan etiologi lain.
Uji Provokasi Bronkus
- Gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus
sensitivasi tinggi spesifisiti rendah hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain
seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti
PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.
Pengukuran status alergi pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum
kecil untuk diagnosis asma membantu mengidentifikasi faktor risiko/ pencetus.

DIAGNOSIS BANDING

Dewasa

Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Bronkitis kronik

Gagal Jantung Kongestif

Batuk kronik akibat lain-lain

Disfungsi larings

Obstruksi mekanis (misal tumor)

Emboli Paru

Anak

Benda asing di saluran napas

Laringotrakeomalasia

Pembesaran kelenjar limfe

Tumor

Stenosis trakea

Bronkiolitis
Klasifikasi asma

Lihat di kapsel untuk derajat serangan asma

Penatalaksanaan asma

Tujuan :

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin

4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise


5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma

7 komponen penatalaksanaan asma


1. Edukasi
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
SKENARIO 3 PNEUMONIA
Pneumonia
Definisi
- Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
- Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk
- peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) pneumonitis
ETIOLOGI
a) bakteri
b) virus
c) jamur
pneumonia komuniti bakteri gram positif contoh streptococcus pneumoniae
hospital acquired pneumonia bakteri gram negatif
pneumonia aspirasi bakteri anaerob
patologi
Basil masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli reaksi radang berupa edema
alveoli infiltrasi sel PMN dan diapedesis leukosit sel sel PMN mendesak bakteri ke
permukaan alveoli mengelilingi bakteri tersebut proses fagositosis
Terdapat empat tahap :
1. kongesti ( 4 sampai 12 jam) eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya ) paru tampak merah dan bergranula karena
sel sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Hepatisasi kelabu ( 3 sampai 8 hari ) paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (7-11 hari) : eksudat mengalami lisis dan di reabsorpsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya seperti semula.

Klasifikasi pneumonia

Berdasarkan klinis dan epidemiologis :


a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia) pneumonia yang terjadi di
masyarakat
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
pneumonia yang terjadi di rumah sakit
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Berdasarkan bakteri penyebab

a. Tipik kleibsiella pada penderita alkoholik , staphylococcus pada penderita


pasca infeksi influenza
b. Pneumonia atipikalMycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur pada penderita immunocompromised

Berdasarkan predileksi infeksi

a. Pneumonia lobaris - sering pada pneumonia bakterial, jarang pada anak dan
orangtua , mengenail satu lobus karena obsturksi atau keganasan.
b. Bronkopneumonia ditandai dengan bercak bercak infiltrat pada lapang paru,dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus, sering pada bayi dan orangtua
c. Pneumonia interstitial

DIAGNOSIS

Anamnesis

- Demam
- Menggigil
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Suhu tubuh>40
- Batuk dengan dahak mukoid / purulen

Pemeriksaan fisik

- Inspeksi bagian yang sakit tertinggal


- Palpasi fremitus dapat mengeras
- Perkusi redup
- Auskultasi suara napas bronkovesikuler sampai napas bronkial ronki basah halus
ronki basah kasar.

Pemeriksaan penunjang

Gambaran radiologis

- infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram"


pneumonia lobarisSteptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosainfiltrat
bilateral
Klebsiela pneumonia konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.
Pemeriksaan laboratorium
- Leukositosis > 10.000
- Shift to the left
- Darah
- Dahak
- Kultur
- AGD hipoksemia dan hikarbia tahap lanjut asidosis respiratorik.
Diagnosis banding
- Bronkitis akut
-

Tatalaksana
- Antibiotik dan terapi suportif
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP) : TMP-SMZ, Makrolid
Pseudomonas aeruginosa Aminoglikosid,Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin Karbapenem : Meropenem, Imipenem Siprofloksasin,
Levofloksasin. Dosis?
Legionella makrolid , fluorokuinolon, rifampisin
Mycoplasma pneumoniae, chlamydia pneumonia doksiklin, makrolid
SKENARIO 4 PPOK
Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya
Faktor risiko
1. Merokok penyebab kausal terpenting , perlu diperhatikan riwayat merokok dan
derajat merokok
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
Patogenesis

DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisis
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu) Gambaran yang khas pada
emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
tungkai
- Blue bloater Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
Palpasi
- Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
- Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
Pemeriksaan Penunjang
1. Faal paru
Spirometri obstruksi : VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
Uji bronkodilator pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit
Nilai perubahan VEP1 atau APE VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Pemeriksaan radiologi

Pada emfisema terdapat


- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance
4. Elektrokardiografi fungsi ventrikel kanan terdapat kelainan seperti cor
pulmonal
5. bakteriologi memilih antibiotik yang tepat
6. Kadar alfa-1 antitripsin
DIAGNOSIS BANDING
- Asma
- SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita
pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.
- Pneumotoraks
- Gagal jantung kronik
- Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed
lung.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
-Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualitas hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi

Edukasi meliputi :

1. Pengetahuan dasar tentang PPOK


2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktivitas
Terapi oksigen indikasi Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90% Pao2 diantara 55 - 59 mmHg
atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan pulmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru.
Algoritma penanganan PPOK lihat di PDPI
Komplikasi
1. Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
SKENARIO 5 TB PARU
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.
Epidemiologi
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan
bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem
sirkulasi.
Patogenesis
TB primer
Kuman dibatukkan atau dibersinkan droplet nuklei masuk ke dalam alveolar
menetap di jaringan paru berkembang biak dalam sitoplasma makrofag membentuk
kompleks Gohn peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal)
pembesaran kelenjar getah bening hilus( limfadenitis regional).
Terdapat tiga kemungkinan :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya
b. Penyebaran secara bronkogen
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen
TB pasca primer
Kuman yang dormant pada TB muncul bertahun tahun kemudian terbentuk sarang
dini terbentuk tuberkel terdiri dari sel histiosit, dati langhanz dikelilingi limfosit dan
banyak jaringan ikat.
Terdapat tiga kemungkinan
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas fibrosis dan kalsifikasi
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju(jaringan kaseosa).

Klasifikasi TB
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
Tuberkulosis Paru BTA (+)
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
Tuberkulosis Paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan
pemberian antibiotik spektrum luas.
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis
positif
c. Jika BTA belum diperiksa tulis belum diperiksa
Berdasarkan Tipe Penderita
a. Kasus baru pertama kali terkena TB , sudah pernah minum OAT < 1 bulan
b. Kasus kambuh (relaps) sudah dinyatakan sembuh tapi terkena TB kembali.
c. Kasus pindahan (Transfer In) penderita yang pindah dan dirujuk
d. Kasus lalai berobat penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, berhenti
selama dua minggu , datang dengan BTA +
e. Kasus Gagal BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif
pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya
perburukan
f. Kasus kronik datang dengan BTA + meskipun telah diobati dengan OAT kategori II
g. Kasus bekas TB
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
TB di luar paru ringan
- TB kelenjar limfe
- pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang)
- sendi
- kelenjar adrenal
TB diluar paru berat
- meningitis
- millier
- perikarditis
- peritonitis
- pleuritis eksudativa bilateral
- TB tulang belakang
- TB usus
- TB saluran kencing dan alat kelamin
DIAGNOSIS
Gejala klinik
Gejala respiratorik batuk 3 minggu,batuk darah,sesak napas,nyeri dada ,batuk
darah,sesak napas, nyeri dada.
Gejala sistemik Demam ,gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat
badan menurun
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : retraksi dinding dada
Palpasi : limfe nodi membesar
Perkusi
Auskultasi : suara napas bronkial, suara amforik, suara napas melemah, ronki basah
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan BTA gold standar S-P-S
- Pemeriksaan radiologik

- Terdapat cavitas di apex


- Terdapat infiltrat
- Efusi pleura umumnya unilateral
Inaktif fibrosis dan kalsifikasi
- Pemeriksaan PCR
- ELISA respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi
- Mycodot mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
- Pemeriksaan Cairan Pleura uji rivalta diagnosis efusi pleura
- Pemeriksaan darah LED sering meningkat pada proses aktif

- Uji tuberkulin
Pengobatan TB
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,
amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH

JENIS OAT DOSIS

Harian Lanjutan
(intermiten)
Izoniazid (H) 5 mg/Kg BB 10 mg/Kg BB
Rifampisin (R) 10 mg/Kg BB 10 mg/Kg BB
Streptomisin (S) 15 mg/Kg BB 15 mg/Kg BB
Pirazinamid (Z) 25 mg/Kg BB 35 mg/Kg BB
Etambutol (E) 15 mg/Kg BB 30 mg/Kg BB
Catatan :
(S) < 60 tahun : 0,75 gr/hari
> 60 tahun : 0,50 gr/hari
Efek samping OAT

Efek Samping Kemungkinan Tata Laksana


Penyebab
MINOR OAT diteruskan
Anoreksia,nausea,nyeri Rifampisin Tablet diminum malam hari
perut
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin
Rasa terbakar di kaki INH Piridoksin 1x100mg
Urin merah/jingga Rifampisin Berikan penjelasan
MAYOR Hentikan Obat Penyebab
Gatal/ruam Streptomisin Hentikan
Tuli [sekret (-)] Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
Gangguan keseimbangan Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
(vertigo & nistagmus)
Kuning (penyebab lain disingkirkan Sebagian besar OAT Stop OAT sampai kuning hilang*
Muntah & confusion Sebagian besar OAT Stop OAT, tes fungsu hati cito*
(suspected drug induced pre-
icteric hepatitis
Gangguan visual Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik,termasuk Rifampisin Hentikan rifampisin
syok dan purpura

Anda mungkin juga menyukai