KASUS 1 : TUBERKOLUSIS
Kelompok 1 :
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2020
A. LATAR BELAKANG (KASUS)
Ny. W masuk UGD pada tanggal 1 Mei 2020, pukul 13.00 WIB dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak disertai darah (blood street) sejak pagi, batuk
tidak berhenti, mengeluh mual, muntah 2x, nyeri ulu hati, hasil tanda-tanda vital:
tekanan darah: 120/70mmHg, nadi: 80x/menit, suhu: 38°C, RR: 24x/menit. Dari IGD
terpasang O2 3liter/menit, infus RL/8jam, transamin 500mg (3x1), Vit.K 2mg (3x1),
dilakukan Ro. Thorax Ap/Lat. Berat Badan 39 kg, TB 157 cm.
Obat yang dibawa dari rumah adalah paket KDT-OAT kategori 1 telah
diminum 1 bulan.
Pemeriksaan pernafasan : terdapat sumbatan secret dan sesak, tidak adanya
penggunaan otot-otot bantu napas, frekuensi 24x/menit, irama tidak teratur, dengan
jenis pernapasan spontan, terdapat batuk yang produktif dengan konsistensi sputum
yang kental berwarna hijau terdapat darah ±4cc suara nafas ronchi, nyeri saat
bernapas dan tidak memakai penggunaan alat bantu nafas. Hasil 39 pemeriksaan
rontgen Kp Duplex, dan hasil pemeriksaan mikrobiologi BTA negative
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 mei 2020 adalah: Hb: 10 g/dl,
Leukosit: 18.10³μL, Ht: L 31%, J.Trombosit: 311 10³μL, Eritrosit: L 3.45 10³μL,
MCV/VER: 89fl, MCH/HER: 30pg, MCHC/KHER: 34g/dl, GDS: 250 mg/dl. Pucat
dan tidak ada tanda-tanda perdarahan.
Tanggal 4 Mei Pasien mengeluh pusing, tingkat kesadaran composmentis,
GCS: E: 4 M: 6 V: 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan
system persyarafan, pemeriksaan reflek patologis dan fisiologis normal.
Hasil pemeriksan foto thorax tanggal 2 Mei 2020 : Kesan : Kp Duplex -- Hasil
sputum BTA tanggal 2 Mei : BTA (-) negatif -- Hasil sputum BTA tanggal 3: BTA (-)
negatif -- Hasil sputum BTA tanggal 4: BTA (-) negative
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) dikenal sebagai pembunuh utama di antara penyakit
infeksi bakterial di dunia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah
atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu
penderita batuk butir-butir saliva beterbangan diudara dan terhisap oleh orang
yang sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan
penyakit tuberkulosis paru.
Pasien dapat dikatakan suspek TB jika terdapat gejala atau tanda TB yang
meliputi batuk produktif lebih dari 2 minggu dan disertai dengan gejala
pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan
meliputi tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah
lelah). Sedangkan yang dimaksud dengan kasus TB pasti adalah pasien TB
dengan ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi dari
spesimen klinik dan kultur.
2. Patofisiologi
Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian
kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap
asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara
mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan
kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.
Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif,Pada waktu
batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler
(percikan dahak).
1. Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB Paru. Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil ,sehingga dapat melewati
mukoliser bronkus,dan terus berjalan hingga sampai alveolus kemudian akan
menetap. Infeksi di mulai saat kumanTB Paru berhasil berkembang biak dengn
cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini di
sebut komplek primer.
Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah
sekitar 4-6 minggu, kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besranya respon daya tahan(Imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TB Paru. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persisten atau dormant (tidur), kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan
yang bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. Masa Inkubasi,yaitu waktu
yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6
bulan.
2. Infeksi pasca primer
TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misanya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk,Ciri khas dari TB Paru pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusipleura.Tanpa
pengobatan setelah 5 tahun ,50 % dari penderita TB Paru akan meninggal , 25 %
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus
kronik yang tetap menular.
3. Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama
kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Bakteri Mikobakterium tuberkulosa dapat menular lewat percikan dahak
yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara karena penularannya melalui udara
yang terhirup saat bernapas (Rachmawati, 2007). Diperkirakan, satu orang
menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang
setiap tahunnya.
4. Manifestasi klinik
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1) Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu atau lebih (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2) Gejala khusus
a. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c. Gejala-gejala tersebut di jumpai pula pada penyakit paru selain TB Paru,
Oleh karena itu setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan
dengan gejala diatas, harus dianggap sebagai seoarng “suspek TB Paru”
atau tersangka penderita TB Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis.
5. Klasifikasi Tuberkulosis
1. Letak anatomis penyakit
▪ Tuberkulosis paru, yaitu kasus TB yang mengenai parenkim paru. Tuberkulosis
milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya terletak di dalam paru.
▪ Tuberkulosis ekstraparu, yaitu kasus TB yang mengenai organ lain selain paru
seperti pleura, kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus),
abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
▪ Tuberkulosis paru BTA positif, yaitu apabila : Minimal satu dari sekurang-
kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada
laboratorium yang memenuhi syarat quality external assurance(EQA). Sebaiknya
satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari. Saat ini di
Indonesia sudah memiliki beberapa laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat EQA,
maka TB paru BTA positif adalah: Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA
positif, atau satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi,
atau satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif.
▪ Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila: Hasil pemeriksaan dahak
negatif tetapi hasil kultur positif. Sedikitnya dua hasil
pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium yang
memenuhi syarat EQA. Dianjurkan pemeriksaan kultur pada
hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan
diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV> 1%
atau pasien TB dengan kehamilan ≥ 5% ATAU
▪ Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negaif di daerah yang belum memiliki
fasilitas kultur M.tuberculosis.
▪ Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu di bawah
ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),
tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas
(kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida).
▪ Kasus Bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi
meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
3. Riwayat pengobatan sebelumnya
Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat risiko resistensi
obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji
kepekaan OAT. Tipe berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu
⮚ Pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan. Pasien
dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi penyakit di
manapun.
⮚ Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang sudah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal selama satu bulan, dengan hasil
dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun, terdiri
dari :
a. Kasus kambuhan (relaps) yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
b. Kasus setelah putus obat (default) yaitu pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
c. Kasus setelah gagal (failure) yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap
positif satu kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
d. Kasus pindahan (transfer in) yaitu pasien yang dipindahkan ke register lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
e. Kasus lain yaitu semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas, seperti
yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya, pernah diobati tetapi tidak
diketahui hasil pengobatannya, dan kembali diobati dengan BTA negatif.
6. Diagnosis
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum
secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2
dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif
maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang. Pada
orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam diagnosis, hal ini
disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang
bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tubeculosis. Selain itu,
hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita TB.
Misalnya pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), malnutrisi
berat, TB milier dan morbili.
Sementara diagnosis TB ekstra paru, tergantung pada organ yang terkena.
Misalnya nyeri dada terdapat pada TB pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan pembengkakan tulang belakang pada
Sponsdilitis TB. Seorang penderita TB ekstra paru kemungkinan besar jug
menderita TB paru, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak dan foto
rontgen dada. Secara umum diagnosis TB paru pada anak didasarkan pada:
1) Gambaran klinik
Meliputi gejala umum dan gejala khusus pada anak.
2) Gambaran foto rontgen dada
Gejala-gejala yang timbul adalah:
a. Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
b. Milier
c. Atelektasis/kolaps konsolidasi
d. Konsolidasi (lobus)
e. Reaksi pleura dan atau efusi pleura
f. Kalsifikasi
g. Bronkiektasis
h. Kavitas
i. Destroyed lung
3) Uji tuberkulin
Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara intra
kutan). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan
kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif
pada anak TB 22 berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat,
pemberian imunosupresif, dan lain-lain).
4) Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis.
5) Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis lansung pada anak biasanya
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
6) Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis, akan
menunjang atau memperkuat diagnosis TB.
7. Penatalaksanaan
⚫ Terapi farmakologi
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik
dan antiinfeksi sintetis untuk membunuh bakteri Mycobacterium secara paripurna.
Serangkaian obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Streptomisin. Regimen pengobatan TB mempunyai kode standar
yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian
atau selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau
2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai,
yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing
OAT (HRZE) diberikan setiap hari.
Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing masing OAT
(HR) diberikan 3 kali seminggu.
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
● Penderita baru TB Paru BTA Positif.
● Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
● Penderita TB Ekstra Paru berat
Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES
setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan
dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya pernah
diobati, yaitu:
● Penderita kambuh (relaps)
● Penderita gagal (failure)
● Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
● Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,
● Penderita TB ekstra paru ringan.
Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Tetap
Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix Dose
Combination (FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu
rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3
atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan. WHO sangat menganjurkan pemakaian
OAT-FDC karena beberapa keunggulan dan keuntungannya dibandingkan dengan
OAT dalam bentuk kombipak apalagi dalam bentuk lepas. Keuntungan penggunaan
OAT FDC:
a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu kombinasi tetap
dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan penderita.
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya dan
meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
penderita.
c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita tidak bisa
memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.
d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah pengelolaannya
dan lebih murah pembiayaannya.
C. DATA BASE PASIEN KE DALAM FORM PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Tanggal
● DM diobati
AOD
02-05-2020 ● S:
● O : Hasil pemeriksan foto
thorax: Kesan : Kp Duplex.
Hasil sputum BTA : BTA (-)
negative
● A:
● P:
03-05-2020 ▪ S : Pucat dan tidak ada tanda- Indikasi Tanpa Terapi: Anemia dan DM P
tanda perdarahan A
▪ O : Hb: 10 g/dl, Leukosit: D
E. ASSESSMENT
Z=pyrazinamide
E=ethambutol
Vit K
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI