Anda di halaman 1dari 50

Lima Penyakit tersering pada

Balita
Pneumonia
Infeksi respiratorik akut
1. infeksi respiratorik atas akut (IRAA): rinitis,
faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan otitis media
2. infeksi respiratorik bawah akut (IRBA):
terbagi atas croup (epiglotitis dan laringo-
trakeo-bronkitis), bronkitis yang paling utama
Pneumonia dan bronkiolitis
Kasus IRBA (sebagian besar pneumonia)
menyebabkan kematian sekitar 4 juta anak
pertahun, kira-kira 1/3 dari seluruh kematian
anak di negara berkembang.

Definisi:
Penyakit respiratorik yang ditandai dengan
batuk, sesak napas, demam, ronki basah,
dengan gambaran infiltrat pada foto rontgen
toraks.
Etiologi
Penyebab tersering adalah bakteri, namun
seringkali diawali oleh infeksi virus yang
kemudian mengalami komplikasi infeksi
bakteri.
Faktor Risiko
Gangguan nutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi,
kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi
Zinc (Zn), dan faktor lingkungan (polusi udara, Rokok)
Pada keadaan malnutrisi terjadinya
• Penurunan imunitas seluler,
• Defisiensi Zn merupakan hal utama sebagai faktor
risiko pneumonia.
Pemberian vitamin A pada anak dapat menurunkan
risiko kematian karena pneumonia.
Patogenesis
• aspirasi kuman atau penyebaran langsung
kuman dari saluran respiratorik atas.
• Sebagian kecil merupakan akibat sekunder
dari viremia / bakteremia atau
• penyebaran dari infeksi intraabdomen
Manifestasi Klinis
Penunjang
Foto torak antero proterior (AP) & lateral:
• lokasi anatomik,
• luasnya kelainan, dan
• kemungkinan adanya komplikasi:
pneumotoraks, Pneumomediastinum, dan
efusi pleura.
Pembesaran kelenjar hilus:
sering pada H. influenzae dan S. aureus, tapi
jarang pada pneumonia S. pneumoniae.
Gambaran pneumatokel & usia < 1 tahun
 S. aureus.
Foto rontgen toraks umumnya akan normal
kembali dalam 3-4 minggu.
Pemeriksaan radiologis tidak perlu diulang secara
rutin kecuali jika ada pneumatokel, abses, efusi
pleura, pneumotoraks atau komplikasi lain.
gambaran butterfly di sekitar
jantung/parakardial maka kemungkinan
infeksi oleh virus.
Bakteri:
Leukositosis sd >15.000/ul.
Dominasi neutrofil atau pergeseran ke kiri
Streptokokus Leukosit >30.000/ul dengan
dominasi neutrofil
Diagnosis
Pemeriksaan Mikrobiologi
Tatalaksana
Terapi suportif :
• pemberian makanan atau cairan
• koreksi asam-basa dan elektrolit
• Terapi oksigen diberikan secara rutin.
• Alat bantu napas
Terapi Etiologi
Pneumonia adalah pemberian antibiotik.
Diare
Definisi
buang air besar yang frekuesinya lebih sering
dan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya
Etiologi
• Virus, terutama Rotavirus merupakan
penyebab utama (60-70%)
• Bakteri sekitar 10-20%
• Parasit kurang dari 10%
Darah di dalam tinja  infeksi usus oleh bakteri
patogen.
Peningkatan jumlah leukosit dalam tinja 
infeksi bakteri.
• Terapi rehidrasi
 mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi
 mengganti kehilangan cairan yang sedang
berlangsung
 pemberian cairan rumatan.
Cairan rehidrasi oral (CRO) atau yang dikenal
dengan nama ORALIT
• Tanpa dehidrasi
Klinis: buang air kecil masih seperti biasa.
Tatalaksana:
 ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau
mengganti makanan, termasuk susu formula.
 Diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air besar cair.
• Dehidrasi ringan-sedang
Klinis:
Anak terlihat haus dan buang air kecil mulai berkurang.
Mata terlihat agak cekung,
kekenyalan kulit menurun, dan bibir kering. 
Tatalaksana:
cairan rehidrasi dibawah pengawsan tenaga medis (RS)
CRO diberikan sebanyak 15-20 ml/kgBB/jam.
Setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum.
ASI diteruskan.
Pemberian terapi CRO cukup dilaksanakan pada ruang observasi di
UGD atau Ruang Rawat Sehari.
• Dehidrasi Berat
Klinis:
 gejala klinis yang terlihat pada dehidrasi ringan-
sedang,
 napas yang cepat dan dalam, sangat lemas,
 kesadaran menurun, denyut nadi cepat, dan
kekenyalan kulit sangat menurun.
Tatalaksana:
Anak harus dibawa segera ke Rumah Sakit untuk
mendapat cairan rehidrasi melalui infus.
Edukasi:
 cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga (sports
drink)
 kadar karbohidrat & osmolaritas yang tinggi (diare osmotik
yang lebih berat)
 Kadar Na yang rendah (menyebabkan hiponatremia)
 Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai cairan rehidrasi 
kadar Na yang rendah.
 Makanan tidak perlu dibatasi  mempercepat penyembuhan.
 Muntah bukan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus
diberikan secara perlahan-lahan dan konstan untuk
mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin
direevaluasi
• ASI diteruskan pemberiannya.
• formula bebas laktosa 
– dehidrasi berat
– bayi yang secara klinis memperlihatkan intoleransi
laktosa berat
– diarenya bertambah pada saat diberikan susu. 
Susu tersebut  dapat diberikan selama 1 minggu.
Gejala intoleransi laktosa (defisiensi laktase akibat
kerusakan mukosa usus):
diare cair profus,
kembung, sering flatus, sakit perut,
kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau asam.
Lintas diare
• Berikan oralit
• Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-
turut
• Teruskan ASI-makan
• Berikan antibiotik secara selektif
• Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Demam
Definisi
keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius.
Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang
dapat diukur lewat oral, rektal, dan aksila.
Patofisiologi
Teoritis kenaikan suhu pada infeksi menguntungkan:
 karena aliran darah makin cepatsehingga makanan
dan oksigenasi makin lancar.
 Suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC)
• merasa tidak nyaman,
• aliran darah cepat  jumlah darah untuk mengaliri
organ vital (otak, jantung, paru) bertambah  volume
darah ke ekstremitas dikurangi ujung kaki/tangan
teraba dingin.
• Demam yang tinggi  metabolisme yang sangat Cepat -
> jantung dipompa lebih kuat dan cepat  frekuensi
napas lebih cepat.
Dehidrasi -> akibat penguapan kulit & paru,
disertai ketidakseimbangan elektrolit,  suhu
makin tinggi.
Suhu > 41 C terutama pada jaringan otak dan
otot yang bersifat permanen. Kerusakan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan
batang otak, terjadinya kejang, koma sampai
kelumpuhan.
Kerusakan otot yang terjadi berupa rabdomiolisis
dengan akibat terjadinya mioglobinemia
Tidak untuk daerah endemik
Malaria dan demam berdarah
Tatalaksana:
Usia < 2 bulan:
Yale Acute Illness Observation Scale
• Laboratorium  tanda infeksi
leukosit darah <5.000 atau >15.000,
hitung neutrofil darah >1500,
leukosit urin di atas 10/lpb,
leukosit tinja >5/lpb,
 anak segera masuk RS + antimikrobial
empirik.
Pada kelompok yang tidak memenuhi kriteria ini,
maka ada 2 pilihan yaitu:
1.melakukan kultur urin, kultur darah, kultur
cairan serebro spinalis, diberikan ceftriaxon
dan diminta kontrol kembali setelah 24 jam.
2. melakukan kultur urin dan observasi dulu
Usia < 28 Hari :
• lebih agresif masukan ke RS untuk
mendapatkan terapi antimikrobial secara
empirik.
Pada kelompok usia 3-36 bulan
risiko adanya bakteriemia pada anak dengan demam sekitar
3-11%.
Bakteriemia tidak terjadi
• leukosit <15.000 dengan suhu >39 C
Sedang kemungkinan bakteriemia akan 5 kali lipat bila:
• lekosit >15.000.

langsung dilakukan kultur darah dan pemberian ceftriaxon


Pada kelompok anak di atas 36 bulan
• pengobatan secara etiologik,
• Perhatikan adanya kegawatan.
Infeksi Telinga
Definisi
meliputi:
•infeksi saluran telinga luar (otitis eksterna)
•saluran telinga tengah (otitis media)
•mastoid (mastoiditis)
•telinga bagian dalam (labyrinthitis)
Epidemiologi
• Hampir 85% anak memiliki episode otitis
media akut minimal 1x dalam 3 tahun
pertama kehidupan & 50% anak mengalami 2
episode atau lebih.
• Anak yang menderita otitis media pada tahun
pertama, mempunyai kenaikan risiko otitis
media kronis ataupun otitis media berulang
• Insiden penyakit akan cenderung menurun
setelah usia 6 tahun.
Patogenesis
Faktor risiko otitis lebih sering terjadi pada anak
dibandingkan dewasa.
• Tuba eustakius anak lebih horizontal
• lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh
folikel limfoid yang banyak jumlahnya.
• Adenoid pada anak dapat mengisi nasofaring,
sehingga secara mekanik dapat menyumbat
lubang hidung
• tuba eustakius serta dapat berperan sebagai
fokus infeksi pada tuba
• Kuman yang sering menyebabkan otitis media
diantaranya Streptococcus pneumonia,
Haemophilus influenzae, dan Moraxella
catarrhalis.
• Otitis media akut paling sering terjadi pada
anak-anak dan termasuk diagnosis yang paling
sering pada anak dengan gejala panas.
Manifestasi klinis
• Gejala dapat diawali dengan infeksi saluran
nafas yang kemudian disertai keluhan nyeri
telinga, demam, dan gangguan pendengaran.
• Pada bayi gejala ini dapat tidak khas, sehingga
gejala yang timbul seperti iritabel, diare,
muntah, malas minum dan sering menangis.
• Pada anak yang lebih besar keluhan biasanya
rasa nyeri dan tidak nyaman pada telinga
Diagnosis
• berdasarkan pada pemeriksaan membran
timpani.
Pengobatan
Terapi tergantung dari kuman dan hasil uji
sensitivitas
Sebelum didapatkannya hasil uji sensitivitas,
amoksisilin oral merupakan antibiotik pilihan
awal. Amoksisilin diberi dengan dosis 40
mg/kgbb/24 jam, 3 kali sehari selama 10 hari.
Pilihan obat lainnya:
• Eritromisin (50 mg/kgbb/24 jam) dengan sulfonamid
(100mg/kgbb/24 jam trisulfa atau 150 mg mg/kgbb/24
jam sulfisoksazol) 4x/hari.
• trimetroprim-sulfametoksasol (8 dan 40 mg/kgbb/24 jam)
2x/hari,
• sefaklor (40 mg/kgbb/24 jam), 3 kali sehari,
• amoksisilin-klavulanat 40 mg/kgbb/24 jam, 3 kali sehari,
atau
• sefiksim 8 mg/kgbb/24 jam sekali atau 2 kali sehari.
Terapi suportif lain dapat diberikan, antara lain analgetik,
antipiretik, dekongestan.
Pada penderita dengan nyeri telinga berat, miringotomi
dapat dilakukan untuk memberi kelegaan.
Malnutrisi
Definisi
Menurut Depatemen Kesehatan (2008) gizi buruk:
keadaan kekurangan gizi menahun yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari
makanan sehari-hari.
Kekurangan gizi tingkat berat pada anak balita
berdasarkan pada indeks berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan
tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor,
Tipe kwashiorkor
Ditandai dengan gejala tampak sangat kurus dan atau edema
pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh, perubahan
status mental, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, wajah
membulat dan sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati,
kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas,
cengeng dan rewel.
Tipe marasmus
ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah
seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga
tampak jelas, pantat kendur dan keriput.
Tipe marasmik"kwashiorkor
merupakan gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor
– marasmus
Penyebab Gizi Buruk pada Balita
1. Anak tidak cukup mendapat makanan yang bergizi
seimbang
2. Anak tidak mendapatkan asuhan gizi yang
memadai
3. Anak menderita penyakit infeksi
Diagnosis
Klinis
Antropometri
3 parameter yang biasa digunakan, yaitu
• berat dibandingkan dengan umur anak,
• tinggi dibandingkan dengan umur anak dan
• berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak.
lalu dibandingkan dengan tabel standar yang ada.
Pemeriksaan laboratorium
• pemeriksaan kadar hemoglobin darah merah (Hb)
• kadar protein (albumin/globulin) darah.
Tatalaksana
Pengaturan Diet

Fase Stabilisasi
memberikan makanan awal
supaya anak dalam kondisi
stabil.
 Formula 75
 Fase Transisi
anak mulai stabil dan
memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak
(cath-up).
Diberikan F100,
 Fase Rehabilitasi
mengejar pertumbuhan
anak. Diberikan setelah
anak sudah bisa makan.
BB< 7kg: MP-ASI
BB≥ 7kg: Makanan Balita
Formula 135
 Fase Tindak lanjut
dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh,
• BB/TB atau BB/PB ≥ "2 SD
• tidak ada gejala klinis
• memenuhi kriteria selera makan sudah baik,
• makanan yang diberikan dapat dihabiskan,
• Ada perbaikan kondisi mental
• anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau
berjalan sesuai umurnya,
• suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37, 7 oC,
• tidak muntah atau diare,
• tidak ada edema
• terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2
minggu berturut-turut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai