Anda di halaman 1dari 29

PNEUMONIA

KELOMPOK 5
DISA AULIA JULIANA
NOVITA SITI NURJANAH
SOPIAWATI
WAFIK
YANWAR SIDIQ
Pendahuluan
- Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit).
• Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang
didapat di masyarakat.
• Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang
terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan
disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk
rumah sakit.

Definisi
Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia yaitu sekitar
15% - 20%. Pada usia lanjut angka kematian pneumonia
adalah 25-44 kasus per 1000 penduduk pertahun.
Di indonesia, kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar
4,5%. Selain itu pneumonia merupakan salah satu dari 10
besar penyakit rawat inap di RS, dengan proporsi kasus
53,95% laki-laki dan 46,05% wanita. Pneumonia memiliki
tingkat crude fatality rate yang tinggi yaitu 7,6%. Dan
berdasarkan Riskesdas prevalensi pneumonia pada usia
lanjut 15,5%.

Prevalensi
Klasifikasi
Klinis dan epideologis :
• Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
• Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia)
• Pneumonia aspirasi
• Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Bakteri penyebab
• Pneumonia bakterial / tipikal
• Pneumonia atipikal
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur

Predileksi infeksi
• Pneumonia lobaris
• Bronkopneumonia
• Pneumonia interstisial
CAP HAP
• Klebsiella pneumoniae 45,18% Kuman bukan multi drug
• Streptococcus pneumoniae resistance (MDR) misalnya
14,04% S.pneumoniae, H. Influenzae,
• Streptococcus viridans 9,21% Methicillin Sensitive
• Staphylococcus aureus 9% Staphylococcus aureus (MSSA)
dan kuman MDR misalnya
• Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa,
8,56%
Escherichia coli, Klebsiella
• Steptococcus hemolyticus pneumoniae, Acinetobacter spp
7,89% dan Gram positif seperti
• Enterobacter 5,26% Methicillin Resistance
• Pseudomonas spp 0,9% Staphylococcus aureus (MRSA).
Pneumonia nosokomial yang

Etiologi disebabkan jamur, kuman


anaerob dan virus jarang terjadi.
Faktor risiko pada
pneumonia dibagi
menjadi 2 bagian: Faktor risiko kuman MDR
penyebab HAP dan VAP
• Usia > 60 tahun (ATS/IDSA 2004)
• Merokok

• Pemakaian antibiotik pada
Alkoholisme
• Nutrisi 90 hari terakhir
• Faktor yang berhubungan dengan • Dirawat di rumah sakit ≥ 5
daya tahan tubuh hari
• Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan
• Tingginya frekuensi resisten
b. Penggunaan antibiotik antibiotik di masyarakat
c. Peralatan terapi pernapasan atau di rumah sakit tersebut
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, • Penyakit immunosupresi
e. Lingkungan rumah sakit dan atau pemberian

Faktor Resiko
imunoterapi
Patogenesis
• Orang dengan pneumonia,
batuk dapat disertai dengan
adanya darah, sakit kepala,
atau mengeluarkan banyak
keringat dan kulit
lembab.Gejala lain berupa
hilang nafsu makan,
kelelahan, kulit menjadi
pucat, mual, muntah, nyeri
sendi atau otot.

Gejala
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control
(CDC-Atlanta), diagnosis pneumonia nosokomial adalah
sebagai berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
• Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
- suhu tubuh > 38oC
- sekret purulen

Diagnosis : HAP
• Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1. Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan,
induksi sputum atau aspirasi sekret dari selang
endotrakeal atau trakeostomi.
2. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat
penyakit
3. Keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap
pengobatan maka dilakukan pemeriksaan secara
invasif. Bahan kultur dapat diambil melalui tindakan
bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan bronkus
dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar
lavage (BAL). Tindakan lain adalah aspirasi
transtorakal.
Dilihat dari anamnesis, gejala dan tanda klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologi, laboratorium, dan mikrobiologi.
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada
foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
• Suhu tubuh > 38C (aksila) / riwayat demam
• Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi,
suara napas bronkial dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4500

Diagnosis : CAP
Tingkat keparahan pneumonia
komuniti berdasarkan PORT

Kriteria minor:
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan
kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2
lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg
• Tekanan diastolik < 60 mmHg
Kriteria mayor :
• Membutuhkan ventilasi mekanik
• Infiltrat bertambah > 50%
• Membutuhkan vasopresor > 4 jam
(septik syok)
• Kreatinin serum > 2 mg/dl atau
peningkatan > 2 mg/dI, pada
penderita riwayat penyakit ginjal atau
gagal ginjal yang membutuhkan
dialisis
Kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia Kriteria perawatan intensif
komuniti adalah :
Penderita yang memerlukan
1. Skor PORT lebih dari 70 perawatan di Ruang Rawat
2. Bila skor PORT kurang < 70 Intensif adalah penderita yang
maka penderita tetap perlu dirawat mempunyai paling sedikit 1 dari 2
inap bila dijumpai salah satu dari gejala mayor tertentu
kriteria dibawah ini. (membutuhkan ventalasi mekanik
• Frekuensi napas > 30/menit dan membutuhkan vasopressor >
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3
mmHg gejala minor tertentu (Pa02/FiO2
• Foto toraks paru menunjukkan kurang dari 250 mmHg, foto
kelainan bilateral toraks paru menunjukkan
• Foto toraks paru melibatkan > 2 kelainan bilateral, dan tekanan
lobus sistolik < 90 mmHg). Kriteria
• Tekanan sistolik < 90 mmHg minor dan mayor yang lain bukan
• Tekanan diastolik < 60 mmHg merupakan indikasi untuk
3. Pneumonia pada pengguna perawatan Ruang Rawat Intensif.
NAPZA
Penderita rawat inap di ruang
Penderita rawat jalan rawat biasa
1. Pengobatan suportif / simptomatik a.Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur • Pemberian terapi oksigen
- Minum secukupnya untuk mengatasi • Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau
koreksi kalori dan elektrolit
minum obat penurun panas • Pemberian obat simptomatik antara
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan lain antipiretik, mukolitik
ekspektoran
b. Pengobatan antibiotik harus diberikan
2. Pemberian antiblotik harus diberikan
(sesuai bagan) kurang dari 8 jam
sesuai dengan etiologi kurang dari 8 jam

Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif


a. Pengobatan suportif / simptomatik
 Pemberian terapi oksigen
 Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
 Pemberian obatsimptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b. Pengobatan antibiotik sesuai dengan etiologi kurang dari 8 jam
c. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

Penatalaksanaan pneumonia komuniti


Petunjuk terapi
Empiris

Penatalaksaan pneumonia
terbaru dari ATS (2007)
dikatakan bahwa terapi
untuk pneumonia sesuai
dengan etiologi dari
pneumonia tersebut atau
lebih sering dikatakan terapi
defenitif
Masa perawatan di rumah
sakit sebaiknya Kriteria untuk perubahan obat
dipersingkat dengan suntik ke oral pada pneumonia
perubahan obat suntik ke komuniti :
oral dilanjutkan dengan • Tidak ada indikasi untuk
berobat jalan, hal ini untuk pemberian suntikan lagi
mengurangi biaya • Tidak ada kelainan pada
penyerapan saluran cerna
perawatan dan mencegah
infeksi nosokomial. • Penderita sudah tidak panas ±
8 jam
• Gejala klinik membaik (mis :
frekuensi pernapasan, batuk)
• Leukosit menuju
normal/normal

Terapi Sulih
Pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang harus
mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang mungkin sebagai
penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis dan
cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang maksimal. Pemberian
terapi emperis harus intravena dengan sulih terapi pada pasien yang terseleksi, dengan
respons klinis dan fungsi saluran cerna yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada hasil
kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi kuman
MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis memburuk
6. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan empirik
apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik
berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan mengubah mortaliti apabila
terapi empirik telah memberikan hasil yang memuaskan.

Terapi Obat HAP


Terapi Obat HAP
1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
bakteriemi.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal
jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
3. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
4. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
5. Sepsis
6. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
7. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
8. Abses paru
9. Efusi pleura

KOmPLikasi
Ny. R umur 25 tahun. Klien masuk RS pada tgl 30 september
2012 ruang paru kelas 1, klien msuk RS dengan keluhan
demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga mengatakan nyeri
dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. Pada
saat pengkajian klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk
skala nyeri 8, intesitas nyeri setiap 20 menit, hidung memerah,
retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan
timbul sianosis, badan lemas dan teraba panas, malaise, dari
hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C, nadi 100
x/menit, dari hasil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit
15000 ml. Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

Studi Kasus
• Aktifitas Istirahat
Gejala : Malaise
Tanda : Badan Lemas
• Sirkulasi
Pemeriksaan
Gejala : Sianosis
Tanda : Nadi 100x/menit, TD 130/90 mmHg Penunjang
• Makanan/Cairan • Darah rutin
Gejala : Kurang nafsu makan dan berat badan
turun Hb: 10,0 gr%
Tanda : Hb: 10,0 gr%, Leukosit 15.000 mL
• Nyeri/Kenyamanan
Leukosit: 15.000 mL
Gejala : Nyeri dada pleuritik, nyeri dada pada
saat batuk
Tanda : Skala Nyeri 8
• Pernafasan
Gejala : Penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi interkostal
Tanda : RR: 24x/i, batuk produktif, sputum
hijau, purulen sianosis
• Kenyamanan
Gejala :Menggigil, teraba panas , deman
sudah 5 hari, hidung memerah
Tanda :Suhu: 39̊̊C
Pengobatan
• Terapi Farmaka

Non Farmaka
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk
rehidrasi dan koreksi kalori
dan elektrolit.
- Istirahat yang banyak (Bed
rest)
- Obat Antipiretik
- Obat Batuk/Mukolitik
(persetujuan dokter)

Anda mungkin juga menyukai