Anda di halaman 1dari 6

1

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pneumonia Komunitas


3.2.1. Definisi
Pneumonia komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru akibat
infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri maupun virus yang
didapat di masyarakat.5

3.2.2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam jamur dan protozoa.
Penelitian di beberapa negara melaporkan bahwa bakteri Gram positif penyebab
utama pneumonia komunitas. 5
Tabel 3.4 Etiologi pneumonia komunitas
Tipe pasien Etiologi
Rawat jalan Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenza
Chlamidophila pneumoniae
Virus respirasi
Rawat inap (non ICU) Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenza
Legionella spp
Aspirasi
Virus respirasi
Rawat ICU Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Legionella spp
Basil Gram Negatif
Haemophilus influenza

3.2.3. Klasifikasi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan jika
menggunakan PSI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komunitas adalah Skor PSI > 70. 5
Tabel 3.5 Pneumonia Severity Index
Karakteristik pasien Nilai
Faktor demografik
Umur
Laki-laki Umur (tahun)
Perempuan Umur (tahun) - 10
2

Penghuni panti werda +10


Penyakit komorbid
Keganasan +30
Penyakit hati +20
Penyakit jantung kongestif +10
Penyakit serebrovaskular +10
Penyakit ginjal +10
Pemeriksaan fisik
Gangguan kesadaran +20
Frekuensi napas > 30 kali/menit +20
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg +20
Suhu tubuh >35ºC atau tubuh >40ºC +15
Frekuensi nadi >125 kali/menit +10
Hasil laboratorium
pH < 7,35 +30
BUN > 10,7 mmol/L +20
Natrium < 130 mEq/L +20
Glukosa > 13,9 mmoL/L +10
Hematokrit <30% +10
Tekanan O2 darah arteri <60 mmHg +10
Efusi pleura +10

Total poin yang didapatkan dari PSI dapat digunakan untuk menentukan
resiko, kelas resiko, angka kematian dan jenis perawatan. 5
Tabel 3.6 Derajat Skor Resiko PSI
Total poin Risiko Kelas risiko Angka kematian Perawatan
Tidak diprediksi Rendah I 0,1% Rawat jalan
≤ 70 II 0,6% Rawat jalan
71 – 90 III 2,8% Rawat inap/jalan
91 – 130 Sedang IV 8,2% Rawat inap
> 130 Berat V 29,2% Rawat inap

Bila skor PSI < 70 Pasien tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini: 5
1. Frekuensi napas > 30 kali/menit
2. PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
3. Foto thorax menunjukkan infiltrat multilobus
4. Tekanan sistolik < 90 mmHg
5. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Menurut IDSA/ATS 2007 kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah
satu atau lebih kriteria di bawah ini. 5
Kriteria mayor:
1. Membutuhkan ventilasi mekanis
2. Syok septik yang membutuhkan vasopresor
3

Kriteria minor:
1. Frekuensi napas ≥ 30 kali/menit
2. PaO2/FiO2 ≤ 250 mmHg
3. Foto thorax menunjukkan infiltrat multilobus
4. Kesadaran menurun/disorientasi
5. Uremia (BUN ≥ 20 mg/dl)
6. Leukopenia (leukosit < 4000 se1/mm3)
7. Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3)
8. Hipotermia (suhu < 36ºC)
9. Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan agresif
3.2.4. Diagnosis
Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, foto
thorax dan laboratorium. Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika
pada foto thorax terdapat infiltrat / air bronchogram ditambah dengan beberapa
gejala di bawah ini: 5
1. Batuk
2. Perubahan karakteristik sputum/purulen
3. Suhu tubuh > 38ºC (aksila) riwayat demam
4. Nyeri dada
5. Sesak
6. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara
napas bronkial dan ronki
7. Leukosit ≥10.000 atau < 4500
Pemeriksaan biakan diperlukan untuk menentukan kuman penyebab
menggunakan bahan sputum, darah, atau aspirat endotrakeal, aspirat jaringan paru
dan bilasan bronkus. Pemeriksaan invasif hanya dilakukan pada pneumonia berat
dan pneumonia yang tidak respons dengan pemberian antibiotik. Penyebab
pneumonia sulit ditemukan dan rnemerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila
tidak segera diobati, maka pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotik secara
empiris. 5
4

3.2.5. Tatalaksana
Penatalaksanaan pneumonia komunitas dibagi menjadi: 5
1. Pasien rawat jalan
a. Istirahat di tempat tidur
b. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
c. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
d. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
2. Pasien rawat inap di ruang rawat biasa
a. Pemberian terapi oksigen
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
c. Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
3. Pasien rawat inap di ruang rawat intensif
a. Pemberian terapi oksigen
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
c. Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
Pengobatan antibiotik diberikan sesegera mungkin, bila ada indikasi
pasien dipasang ventilasi mekanis. Pemberian antibiotik dievaluasi secara klinis
dalam 72 jam pertama. Jika didapatkan perbaikan klinis terapi dapat dilanjutkan,
jika perburukan maka antibiotik harus diganti sesuai hasil biakan atau pedoman
empiris.5
Tabel 3.7 Petunjuk terapi empiris untuk pneumonia komunitas menurut PDPI5
Tipe pasien Petunjuk terapi empiris
Rawat jalan • Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik 3
bulan sebelumnya
- Golongan beta laktam atau beta laktam ditambah anti beta laktamase
ATAU
- Makrolid baru (klaritromisisn, azitromisin)
• Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakain antibiotik 3
bulan sebelumnya
- Fluorokuinolon respirasi (levofloksasain 750 mg, moksifloksasin)
ATAU
- Golongan beta laktam ditambah anti beta laktamase
ATAU
- Beta laktam ditambah makrolid
Rawat inap non • Fluorokuinolon respirasi, levofloksasin 750 mg, moksifloksasin
ICU ATAU
• Beta laktam ditambah makrolid
Ruang rawat Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:
intensif • Beta laktam (cefotaxime, ceftriaxone atau ampicilin sulbactam) ditambah
5

makrolid baru atau florokuinolon respirasi intravena (IV)


Pertimbangan Bila ada faktor risiko infeksi pseudomonas:
khusus • Antipneumukokal, antripseudomonas beta laktam (piperacilin-
tazobactam, cefepime, imipenem atau meropenem) ditambah
levofloksasin 750 mg
ATAU
• Beta laktam seperti tersebut di atas ditambah aminoglikosida dan
azitromisin
ATAU
• Beta laktam seperti tersebut di atas ditambah aminoglikosida dan
antipneumukokal flurorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisislin,
beta laktam deigan aztreonam)
Bila curiaga disertai MRSA
• Tambahkan vankomisin atau linezolid
6

DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor


1023/menkes/sk/xi/2008 tentang Pedoman pengendalian penyakit asma
2. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. ISSN 2442-7659. You
can control your asthma
3. Global Initiative for Asthma (GINA)., 2018. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention.
4. Dahlan Z. Pneumonia in: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et all, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI, Jakarta. Interna
Publishing. 2014 ; 1610-20.
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas in :
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di Indonesia Edisi II. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. 2014 ; 1-37.

Anda mungkin juga menyukai