Anda di halaman 1dari 15

“MIDTEST”

Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam menjalani kepanitraan klinik senior di
SMF Ilmu Paru RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

DISUSUN OLEH:

Wirdani Fadhila Br.Siregar (2008320027)

DOKTER PEMBIMBING

dr. Muhammad Zainul Akbar M.Ked(paru) Sp.P (k)

SMF ILMU PARU RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
1. Sebutkan pembagian dan definisi pneumonia berdasarkan klinis epidemiologi, etiologi,
dan predileksi!
a. Berdasarkan Epidemiologis:
- CAP (Community Acquired Pneumonia), pneumonia yang didapat di masyarakat,
yaitu infeksinya diluar RS
- HAP (Hospital Acquired Pneumonia), nosocomial pneumonia dirawat di RS >48
jam
- VAP (Ventilator Acquired Pneumonia), pada pasien rawat intubasi >48 jam
- Pneumonia aspirasi
- Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan Etiologi:
- Pneumonia tipikal (bakterial). Disebabkan bakteri gram (+); S.pneumoniae,
S.aureus, S.viridans, dan bakteri gram (-); P.aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,
Acinetobacter baumanii
- Pneumonia atipikal (bakterial). Disebabkan Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, Legionella
- Pneumonia viral. Disebabkan virus influenza, adenovirus, respiratory synctical
virus (paling umum), SARS Cov-2
- Pada infeksi COVID-19
- Pneumonia fungal. Disebabkan oleh infeksi jamur
c. Berdasarkan Predileksi:
- Pneumonia lobaris, hanya satu lobus
- Bronkopneumonia, pada anak-anak
- Pneumonia interstital
2. Sebutkan skoring pneumonia yang anda ketahui!

Interpretasi:
Skor 0-1 Rawat jalan (Mortality 1,5%)
Skor 2 Dianjurkan rawat inap (Mortality
9,2%)
Skor 3 Wajib rawat inap (Mortality 22%)
Skor 4-5 Rawat ICU

3. Sebutkan gejala dan pemeriksaan penunjang dalam mendukung diagnosa pneumonia!


a. Manifestasi Klinis
TRIAS: DEMAM, BATUK, SESAK NAPAS
- Sering didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari
- Perubahan karakteristik sputum mukoid/purulen kadang disertai darah
- Sesak napas
- Suhu tubuh >38 C (demam/riwayat demam)
- Nyeri dada
- Menggigil
- Nyeri tenggorokan
- Malaise (nyeri otot dan sendi)
b. Pemeriksaan Penunjang
- Biakan sputum/kultur (menentukan mikroorganisme)
- Pewarnaan gram
- Pemeriksaan darag, prokalsitonin
• Leukositosis >10.000/mm3, LED meningkat, AGDA hipoksemia
• Prokalsitonin >0,05
• CRP >5
- Radiologi (foto toraks PA)
• Konsolidasi (klebsiela) dan infiltrat (pseudomonas)
• Air bronchogram (S.pneumoniae)
• Sillhouette sign
Volume paru tidak berubah, tidak tampak deviasi trakea, septum, fissure
4. Sebutkan tahapan terjadinya pneumonia (contoh tahap kongesti)!
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumococcus terbagi menjadi beberapa stadium,
diantaranya adalah:
a. Kongesti (4-12 jam pertama), eksudat serosa masuk ke dalam alveolus dari
pembuluh darah yang bocor
b. Hepatisasi kelabu (3-8 jam) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang
c. Resolusi (7-11 hari), eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali kepada struktur semula
5. Sebutkan terapi pneumonia rawat inap dan rawat jalan!
a. Rawat inap:
- Simptomatik: antipiretik (paracetamol) dan mukolitik
- Terapi oksigen, bila perlu dengan pemantauan saturasi oksigen dan konsentrasi
oksigen inspirasi
- Cairan IV untuk rehidrasi dan elektrolit
- Antibiotik sesegera mungkin
- Levofloxacin 750mg IV/P.O, atau
- Ceftriaxon 1-2gr IV (dibagi 4x1 hari) + Azithromycin 500mg P.O
- Foto toraks diulang bila pasien tidak menunjukkan perbaikan yang memuaskan
setelah terapi
b. Rawat jalan:
- Dianjurkan tidak merokok, bed rest, dan minum secukupnya
- Simptomatik: antipiretik (paracetamol) dan mukolitik
- Antibiotik sesegera mungkin
- (-) penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir: makrolide, azithromycin 500mg/hari
P.O
- (+) penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir: floroquinolon (levofloxacin
750mg/hari P.O) atau amox-clavulanate 2gr (2x1 hari)
- Kontrol setelah 48 jam atau lebih awal bila diperlukan
Bila tidak membaik dalam 48 jam, pertimbangkan untuk dirawat di RS atau foto toraks
6. Sebutkan patofisiologi tb paru!
Disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui aerosol
dari membran mukosa paru-paru individu yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan
tb paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika
terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan organisme
akan berkembang dalam waktu 2-12 minggu.
Kontak pertama bakteri mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal tb, yaitu kompleks
ghon. Kompleks ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di bagian
tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru.
Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi
bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Nodul
fibrokaseosa ini sering kali mengandug mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer tb dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen dan
mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru.
Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sisten imun, infeksi tb
dapat menjadi infeksi laten.
Individu denfan infeksi tb laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten dapat
teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi tb
sekunder. Lesi tb sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.
7. Sebutkan dosis pengobatan tb paru dosis terbagi dan fixed doses combination!

Fixed-doses combination:
8. Sebutkan gejala klinis dan pemeriksaan tb paru!
a. Manifestasi Klinis
- Batuk >2 minggu
- Batuk berdahak/dengan darah\
- Sesak napas, nyeri dada
b. Gejala Sistemik
- Demam (subfebris, karena infeksi kronik)
- BB menurun
- Keringat malam
- Nafsu makan menurun, badan lemas, malaise, meriang
- Anoreksia
c. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : konjungtiva anemis, kurus, gerak dada normal/tertinggal
- Palpasi : suara napas bronkovesikuler/bronkial
- Perkusi : redup
- Auskultasi : ronki basah, suara napas melemah
d. Pemeriksaan Lab
- TCM (kriteria tb resisten wajib)
• Menilai kuman (+) atau (-)
• Test untuk resistensi rifampicin
• Kalau resisten pada rifampicin, diagnosis TB RR (resis. Rif)
- Foto Toraks (PA)
TB aktif
• Bayangan berawan/nodular (konsolidasi) pada lapangan paru atas
• Infiltrat
• Kavitas >1
• Opasitas
• Bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya)
TB inaktif
• Fibrosis
• Kalsifikasi
Penebalan pleura
9. Sebutkan efek samping Obat TB !
Jawaban : - Rifampisin : Yang perlu diberitahukan pada pasien adalah bahwa rifampisin
meyebabkan urin, keringat dan air mata menjadi berwarna merah muda. Efek samping utama
jika obat diberikan setiap hari adalah efek mengenai saluran gastro-intestinal, seperti mual,
hilang selera makan dan sakit perut ringan, kadang timbul diare. Sering kali masalah ini dapat
diatasi jika diminum sebelum tidur malam. Reaksi pada kulit, seperti rasa panas pada muka,
gatal-gatal dan kadang ruam pada kulit. Reaksi ini sering kali begitu ringan, sehingga pasien
dapat melakukan desensitisasi sendiri tanpa harus menghentikan minum obat. Hepatitis sangat
jarang terjadi, kecuali bila pasien mempunyai riwayat penyakit hati atau pecandu alkohol. Jika
memungkinkan, mengadakan pemeriksaan fungsi hati sewaktu-waktu. Peningkatan bilirubin
yang berarti dapat timbul pada pasien gagal jantung.

- Isoniazid : Efek-efek lain yang lebih jarang dijumpai antara lain: pening, kejang,
neuritis optik, gejala mental, anemi hemolitik, agranulositosis, reaksi lupus, artralgia dan
ginekomasti. Isoniazid berinteraksi dengan obat-obat epilepsi (anti kejang), dosis obat ini perlu
dikurangi selama kemoterapi.

- Ethambutol : Efek samping yang paling serius adalah kehilangan pengelihatan yang
progresif karena neuritis retrobulbar. Ketika memulai pengobatan, peringatkan pasien tentang
kemungkinan berkurangnya pengelihatan. Pasien sudah mengetahui adanya gangguan
pengelihatan sebelum tampak kerusakan mata apapun jika kita memeriksanya dengan
oftalmoskop. Obat harus dihentikan dengan segera. Jika hal ini dilakukan, kemungkinan besar
pengelihatan dapat pulih kembali. Jika pengobatan tetap diteruskan pasien akan mengalami
buta total, kerusakan pada mata lebih sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal.

- Pyrazinamide : Efek samping yang paling sering dijumpai adalah kerusakan hati
(hepatotoksik) dan sakit persendian (artralgia). Keadaan hepatotoksik mungkin hanya bisa
ditemukan jika dilakukan tes biokimia rutin. Mual, demam ringan, pembesaran hati dan limpa
agak nyeri mungkin diikuti dengan ikterus. Jika timbul hepatitis berat jangan diberikan obat
ini lagi. Terjadinya artralgia adalah biasa dan sering kali sering. Rasa sakit mengenai sendi baik
besar maupun kecil dibahu, lutut, dan terutama jari-jari tangan. Kadar asam urat meningkat dan
encok mungkin muncul. Pengobatan sederhana biasanya cukup dengan aspirin; alopurinol
perlu untuk pengobatan gout.

10. Apa yang dimaksud dengan MDR TB dan 9 kriteria kategori MDR TB ?
Jawaban : MDR TB adalah kondisi dimana Multiple Drug Resistance Tuberculosis (MDR-TB)
adalah suatu keadan dimana M. tuberculosis telah resisten terhadap INH dan rifampisin saja
atau resisten terhadap INH dan rifampisin serta OAT lini pertama.

1. Kriteria kategori MDR TB : Pasien TB gagal dengan pengobatan kategori 2

2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan

3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta


menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama satu bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal

5. PasienTB pengobatan kategori 1yang tetap positif setelah 3 bulan pengobatan

6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) kategori 1 dan kategori 2

7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/ default)

8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR

9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara baik klinis maupun bakteriologis
dengan pemberian OAT (bila penegakkan diagnosis awal tidak menggunakan
GeneXpert).

11. Apa perbedaan asma dan ppok serta terapinya ?

Jawaban:

Asma adalah inflamasi kronik pada saluran nafas yang berhubungan dengan reaksi alergi dan
bersifat reversibel.

Pengobatan : Pada pasien asma diberikan pengontrol yaitu kortikosteroid inhalasi, metilsantin,
agonis beta-2 kerja lama, dan diberi pelega agonis beta 2 kerja singkat.

PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya keterbatasan aliran
udara yang persisten dan progresif, dan bersifat ireversibel atau reversibel parsial.

Pasien ppok diberikan pengobatan bronkodilator bronchodilator dose-respone (perubahan


FEV1) kurang memberikan respon relatif pada setiap kelas bronkodilator. Peningkatan dosis
beta2-agonist atau antikolinergik, khususnya yang diberikan dengan nebulizer, menunjukkan
efek positif pada episode akut, namun tidak terlalu membantu pada kondisi stabil.

Kemudian beta2-adrenergik Prinsip kerja obat ini adalah relaksasi otot polos pada
saluran pernafasan dengan menstimulasi reseptor beta2-adrenergik, dimana akan
meningkatkan siklus AMP dan memproduksi efek fungsional yang berlawanan dengan
bronkokonstriksi.

Long acting muscarinic antagonist (LAMAS) seperti tiotropium, aclidinium,


glycopyrronium bromide dan umeclidinium, mempunyai ikatan dengan reseptor muskarinik
M3 dengan disosiasi yang lebih cepat dibandingkan reseptor muskarinik M2 yang
memperpanjang durasi efek bronkodilator. Theophylline merupakan jenis methylxantine
yang paling sering digunakan, dimana dimetabolisme oleh cytochrome P450 dengan fungsi
oksidase. Efek yang ditimbulkan berupa peningkatan fungsi otot skeletal respirasi.

Penambahan theophylline dengan salmeterol memberikan efek perbaikan pada FEV1


dan gejala sesak dibandingan hanya pemberian salmeterol saja Kombinasi bronkodilator
SABAs dan SAMAs memberikan efek perbaikan FEV1 dan gejala dibandingkan diberikan
secara tunggal. Pengobatan dengan formoterol dan tiotropium inhaler memberikan efek yang
lebih besar terhadap FEV1, memperbaiki fungsi paru dan status kesehatan pada pasien PPOK.

12. Apakah yang dimaksud dengan kanker paru ?

Jawaban : Kanker paru ialah tumor ganas pada paru umumnya dibagi menjadi dua kategori
besar, yakni kanker paru sel kecil (small cell lung cancer-SCLC) dan kanker paru non-sel kecil
(non-small cell lung cancer-NSCLC). Kategori NSCLC terbagi lagi menjadi adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.

SCLC memiliki gambaran histologi khas adalah dominasi sel kecil yang hampir
semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit nukleoli. Jenis ini disebut juga
oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Karsinoma sel kecil
cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel
yang bermitosis banyak ditemukan disertai gambaran nekrosis. Komponen DNA yang terlepas
menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh darah.

Kategori NSCLC terbagi lagi menjadi adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan
karsinoma sel besar.
• Adenokarsinoma kanker khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan ke
arah pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin dan sering tumbuh
dari jaringan fibrosis paru. Dengan penanda tumor carcinoma embrionic antigen
(CEA), karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma.
• Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik karsinoma sel skuamosa memiliki
ciri khas yaituadanya proses keratinisasi dan pembentukan jembatan intraselular. Studi
sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma
insitu.

• Karsinoma bronkoalveolar kanker ini merupakan subtipe dari adenokarsinoma yang


mengikuti permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.

• Karsinoma sel besar jenis ini merupakan suatu subtipe dengan gambaran histologis
yang dibuat secara ekslusi. Karsinoma sel besar tidak memberikan gambaran
diferensiasi skuamosa atau glandular dengan sel bersifat anaplastik, tidak
berdiferensiasi, dan biasanya disertai infiltrasi sel neutrofil.

13. Sebutkan definisi dan terapi efusi pleura, empiema, hemothorax, pneumothorax,
hidropneumothorax dan chylothorax !

Jawaban : - Efusi Pleura merupakan suatu akumulasi cairan yang abnormal didalam kavum
pleura yang disebabkan karena adanya gangguan homeostatik berupa adanya produksi cairan
yang berlebihan atau karena adanya penurunan absorpsi cairan .

Terapi : Torakosintesis

• Pemasangan toraks drain atau wsd (water seated drainage)


• Kortikosteroid
• Terapi penyakit yang mendasari TB.

- Empiema adalah kumpulan cairan eksudatif di rongga pleura yang berhubungan


dengan terjadinya infeksi paru. Empiema sering disebabkan karena komplikasi dari pneumonia
tetapi dapat juga disebabkan karena adanya infeksi dari tempat lain.

Terapi : Antibiotik, pemberian fibrinolitik, tindakan draine.

- Hemothorax adalah kondisi Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura.
Sumber perdarahan dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru-paru, jantung atau
pembuluh darah besar. Jumlah perdarahan pada hematotoraks dapat mencapai 1500 ml, apabila
jumlah perdarahan lebih dari 1500 ml disebut hematotoraks masif.

Terapi : Prinsip penatalaksanaan hematotoraks adalah stabilisasi hemodinamik pasien,


menghentikan sumber perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura.
Langkah pertama stabilisasi hemodinamik adalah dengan melakukan resusitasi yaitu dengan
pemberian oksigenasi, rehidrasi cairan, serta dapat dilanjutkan dengan pemberian analgesik
serta antibiotik. Setelah hemodinamik pasien stabil dapat direncanakan untuk pengeluaran
cairan (darah) dari rongga pleura dengan pemasangan chest tube yang disambungkan dengan
water shield drainage dan didapatkan cairan (darah). Pemasangannya selama beberapa hari
untuk mengembangkan paru ke ukuran normal.

- Pneumothoraks adalah kumpulan udara di luar paru-paru tetapi di dalam rongga


pleura. Ini terjadi ketika udara terakumulasi antara pleura parietal dan visceral di dalam dada.
Akumulasi udara dapat memberikan tekanan pada paru-paru dan membuatnya kolaps.
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai sederhana, tegang, atau terbuka.
Pneumotoraks sederhana tidak menggeser struktur mediastinum, seperti halnya tension
pneumotoraks.

Terapi : Dekompresi jarum adalah pengobatan pneumotoraks. Ini biasanya dilakukan dengan
angiokateter berukuran 14 sampai 16 dan panjang 4,5 cm, tepat di atas tulang rusuk di ruang
interkostal kedua di garis midklavikula. Setelah dekompresi jarum atau untuk pneumotoraks
stabil, perawatannya adalah penyisipan tabung thoracostomy. Ini biasanya ditempatkan di atas
tulang rusuk di ruang interkostal kelima anterior garis midaksilaris.

- Hydropneumotoraks adah terdapatnya pneumotoraks disertai adanya cairan yang


abnormal pada kavum pleura ( efusi pleura atau hydrotoraks ).Penyebab paling banyak karena
trauma atau pembedahan.Bronchopleural fistula adalah salah satu penyebabnya bisa karena
pembedahan dan trauma ,adanya hubungan yang abnormal anatara bronkus dan kavum pleura
menyebabkan timbulnya udara dan cairan pada cavum pleura. Gambaran hydropneumotoraks
yang khas adalah adanya air fluid level.

Terapi : Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya permukaan


hidropneumotoraks. Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura, sehingga paru!paru bisa kembali mengembang. Pada hidropneumotoraks yang
kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah
pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.
• Observasi dan pemberian tambahan oksigen
• Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa
pleurodesis.

- Chylothorax Sebuah chylothorax adalah akumulasi chyle di ruang pleura. Ini paling
sering terlihat setelah gangguan traumatis pada saluran napas dan biasanya didiagnosis
berdasarkan penampakan cairan seperti susu karena kandungan lemak yang tinggi.
Kebanyakan pasien dengan chylothoraces akan memerlukan eksplorasi bedah duktus toraks.

Terapi : Penatalaksanaan chylothorax yang tepat tergantung pada penyebabnya dan mencakup
satu atau lebih dari banyak intervensi seperti modifikasi diet, pleurodesis, dan ligasi duktus
toraks. Baru-baru ini, penggunaan somatostatin/octreotide, midodrine, dan sirolimus untuk
mencegah pembentukan chyle telah digunakan. Teknik bedah baru seperti pleurovenous atau
pleuroperitoneal shunting dan embolisasi duktus toraks telah digunakan dengan sukses.
Sebagian besar pasien mendapat manfaat dari rencana perawatan bertahap, dari opsi yang
paling tidak invasif hingga teknik yang lebih invasif.

14. Apakah yang dimaksud dengan ARDS, patofisiologi dan terapinya ?

Jawaban : ARDS Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) merupakan suatu kondisi
kegawat daruratan di bidang pulmonology yang terjadi karena adanya akumulasi cairan di
alveoli yang menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga distribusi oksigen ke
jaringan menjadi berkurang.

Patofisiologi ARDS : Akibat injury pada endotel kapiler paru akan terjadi kebocoran cairan
kapiler yang kaya protein dan mengakibatkan gangguan pada surfaktan mengakibatkan sembab
interstisial dan alveolar. Selanjutnya dinding alveoli menjadi lebih tebal karena dinding sel
alveoli yang sudah rusak yaitu sel-sel alveoli tipe I diganti oleh sel kuboid mikrovillius tipe II.
Jaringan interstitial terisi sel radang dan sel-sel yang lain sementara itu banyak alveoli yang
terisi oleh debris-debris, cairan protein dan darah. Keadaan yang sering dijumpai adalah adanya
membrane hialin, focal atelectasis dan mikroemboli pada kapiler sehingga tampak jaringan
paru yang fibrosis dan obliterasi, termasuk mikrovaskulernya. Perubahan ini mengakibatkan
penurunan kapasitas fungsional residu paru, kenaikan shunt dan penurunan compliance paru
serta hipoksemia berat. Sehingga pada ARDS yang telah lanjut, meski dengan pemberian
oksigen 100% tidak akan memperbaiki status hipoksemianya.
Penatalaksanaan ARDS : ditujukan untuk memperbaiki ventilasi, perfusi jaringan,
keseimbangan cairan dan asam basa, serta mengatasi faktor pencetus.

• Ventilasi mekanik
• Farmakoterapi : Anti-endotoxin immunotherapy, kortikosteroid, Mediator
(Prostaglandin E1 dan E2), antioksidan, inhaled pulmonary vasodilators, ssurfactant
replacement therapy.
• General supportif care : terapi cairan, terapi nutrisi, fisioterapi.

15. Apakah yang dimaksud dengan COVID 19 pembagian derajat dan terpinya ?

Jawaban : Covid (corona virus disease) merupakan penyakit yang disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 atau (SARS-CoV-2, yaitu virus yang dapat menyerang
sistem pernapasan dimulai dari gejala ringan hinggga gejala yang berat pada sistem pernapasan
manusia.

Derajat keparahan Covid-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan
kritis.

• Tanpa gejala

Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.

• Ringan

Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul
seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya
seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu
(anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan
juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue,
penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada
demam. Status oksigenasi : SpO2 > 95% dengan udara ruangan.

• Sedang

Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak,
napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara
ruangan ATAU Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit
bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

• Berat /Pneumonia Berat

Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak,
napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau
SpO2 < 93% pada udara ruangan.

ATAU

Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas),
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

Sianosis sentral atau SpO2 < 93%;

Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat
berat);

Tanda bahaya umum: ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.

Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea: usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan,
≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

• Kritis

Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis, atau
kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup seperti ventilasi mekanik atau terapi
vasopresor.
Terapi farmakologi :

• Isolasi dan pemantauan


• Vitamin C
• Anti virus : oseltamivir, favipiravis
• Antipiretik
• Pengobatan simptomatis lain

Terapi Non farmakologi :

• Memakai masker
• Cuci tangan
• Jaga jarak
• Menerapkan etika batuk
• Berjemur minimal 10-15 menit

Anda mungkin juga menyukai