Pengertian
Dilatasi jalan napas yang irreversible dan melibatkan paru paru yang local atau difus,
dengan gambaran pelebaran alveoli dapat berupa silindris atau tubularis, varicose atau kistik.
Anamnesis
Dapat ditemukan batuk yang produktif parsisten dengan sputum yang piirulen ( tidak ada
infeksi swkunder) atau mukoid ( jika tidak ada infeksi sekunder ) dengan jumlah yang banyak
pada pagi hari sesudah perubahan posisi tidur. Bu mulut yang tidak sedap ( fetox ex are)
ditemukan jika ada infeksi sekunder. Batuk darah, sesak napas, demam berulang dapat
dikeluhkan pasien. Pada kasus bronkiektasis harus dicari kemungkinan penyebabnya sperti
kelainan kongenital. Aspirasi cairan lambung, riwayat infeksi saluran napas bawah yang
disebabkan bakteri atau virus peneumonia, pertussis, atau tuberkuliosis kelainan imunitas.
Gejala
batuk produktif yang persisten terutama jika ada satu dari kriteria dibawah ini :
Usia muda
Riwayat keluhan selama beberapa tahun
Tidak ada riwayat merokok
Jumlah sputum yang banyak dan pirulen
Batuk darah
Pada sputum ditemukan kolonisasi p aeruginosa
Batuk darah yang tidak dapat dilepaskan penyebabnya atau batuk tidak produktif
Pasien yang dicurigai memepunyai penyakitv PPOK dapat terjadi pula bronkiektsis, dan
membiutuhkan pemerikasaan lanjutan jka
- Penyembuhan infeksi saluran napas yang lambat
- Eksersebasi rekuren
- Tidak ada riwayat merokok
Pemeriksaan fisik
Pada kasus bronkiektasis dapat ditemukan
- Sianosis
- Retraksi dinding dada
- Berkurangnya pergerakan dada daerah yang terkena yang disertai pergeseran
mediastinum akibat bagian paru yang terkena luas, ronki, mengi, jari tubuh, serta
dapat disertai dengan demam .
- Jika kasus berta dapat dijumpai tanda – tanda kor pulmonal kronik maupun gagal
jantung kanan
- Sindrom kartegener terdiri atas gejala : bronnkiektsis kongenital, sering disertai
dengan silia bronkus emotil, situs invertus, sinusitis paranasal, atau tidak terdapatnya
sinus frontalis.
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis banding
- Bronchitis kronik
- Tuberkulosis paru
- Abses paru
- Karsinoma paru
- Fistula bronkopleural dengan empyema
Tatalaksana:
- Antiinflamasi
- Glukortiroid oral/ sistemik jika disebabkan ABPA, kondisi autoimun
- Glukokortiroid inhalasi tidak dianjurkan secara rutin, kecuali pada pasien asma
- Antijamur
- Jika disebabkan ABPA : itrakonazol
- Antibiotik
- Eksaserbasi akut: pathogen terduga paling sering adalah haemophilus influenza dan
p. aeruginosa . antibiotic diberikan selam 7-10 hari
- Pada kasus infeksi MAC dan HIV negtif : makrolid dengan rifampisin, dan
etambutol
- Kombinasi antibiotic tidak diberikan jika infeksi disebabkan haemophilus
influenza, Moraxella cataralis, staphylococcus aureus, streptococcus peneumonia
- P auroginosa yang sensitive terhadap spirofloksasin dapat diberikan spirofloksasin
secar oral sebagai antibiotic lini pertama, dan diganti dengan ke intervena jjika tidak
membaik
- Nebulisasi dengan antibiotic : jjika eksersebasi > 3 kali setahun atau episode
ekseserbasi yang jarang tetepai diperkirakan menyebabkan morbiditas yang
signifikan. Antibiotic sesuai dengan hasiul kuktur.
- Operasi
Tujuan : mengangkat / reseksi segmen atu lobus paru yang terkena.
Indikasi :
- Bronkiektasis terbatas dapat tereseksi yang tidak berespon terhadap tindakan
tindakan konservatif yang adekuat
- Bronkiektasis terbatas trapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptysis
yang berasal dari daerah tersebut.
- Kontraindikasi
- Bronkiektasis dengan PPOK
- Bronkiektasis berat
- Bronkiektasis dengan kompilkasi kor pulmonal kronik dekompensata
- Jenis operasi : elektif dan paliatif ( pada keadaan gawat darurat dan tidak terdapat
kontraindikasi )
- Persiapan operasi
- Pemeriksaan faal paru : spirometri, AGD, bronkospirometri
- Ct scan atau USG
- Menilai ada tidaknya kontraindikasi operasi
- Memperbaiki keadaan umum pasien
- Ventilasi non invasif
- Meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gagal napas kronik akibat
bronkiektasis
- Pada kasus refrakter
- Ooperasi dengan reseksi bagian paru yang mengalami supurasi
- Traanspantasi paru : sesuai indikasi
- Pada kasus eksaserbasi ( 3 episode dalam setahun )
- Antibiotik oral : spirofloksasin selama 1-2 minggu/bulan
- Merotasi jadwal pemberian antibiotic untuk menurunkan resiko resistemnnsi
- Makrolid setiap hari atau 3 kali seminggu
- Inhalasi antibiotic : tobramycin inhalation solution,dengan jadwal rotasi 30 hari
pemakaian, 30 hari penghentian
- Antibiotic intervena intermeitten : pada kasus bronkiektasis berat dan/resistensi
kuman.
Prognosis
Prognosis tergatung etiologi penyebabnya dan frekuensi eksaserbasi. FEV1 menurun
50-55 ml/tahun, sedangkan pada orang sehat 20-30 ml/ tahun. Resiko infeksi berulang
dapat diturunkan dengan memberikan vaksinasi pada kasus infeksi pernapasan kronik
( seperti influenza, pneumokokkus). Pada kasus berat dan tidak diobati lama harapan
hidup < 5-15 tahun. Penyebab kematian dikarenakan peneumonia, empiema, gagal
jantung kanan, hemoptysis.
PNEUMONIA ATIPIK
Pengertian
Diagnosis
Anamnesis
pada pneumonia yang disebabkan oleh mikroba atipik, gejala system pernapasan
dapat tidsk khas ( umunya tampak seperti faringitis dan trakeobronkitis), sedangkan gejala
sistemik seperti sakit kepala, nyeri otot/ sendi dapat menonjol.
Pemeriksaan fisik
- tanda – tanda radang dan konsolidasi paru : suara naps bronkial, ronkhi
- efusi pleura, abses paru ( bila berat)
- gejala gangguan ekstra paru ( terutama oleh legionella dan mycoplasma)
- infeksi saluran napas atas: laryngitis, faringitis, rinnitis
- saluran gastrointestinal : diare, muntah, nyeri perut, hepato – splenomegaly, system
kardiovaskuler: bradikardi relative, miokarditis, pericarditis.
- Gangguan system saraf : gangguan kesedaran, ensefalitis, meniingismus, paralisis,
guillain barre, kelumpuhan saraf kranial, neuropati perifer.
- Gangguan darmato- muskuloskeletel: rash, eritema, myalgia, artritis,arthralgia
- Gangguan system urogenital: glomerulonefritis, gagal ginjnal akut, abses tubo-
ovarian
- Mata : bullous myringitis
- Telinga : otitits media
Laboratorium
Leukositosis ( jarang ), biasanya < 15.000/ml, trombositopenia, anemia hemolitik (
kadang – kadang), LED meningkat, SGOT, SGPT meningkat.
Foto thoraks
- lagionella : infiltrate pada lobus bawah paru, adenopati hilus
- mycoplasma : infiltral dapat uni/ bilateral, dapat multilobus, adenopati hilus
- chlamydia: infiltrat subsegmen
Diagnosis Banding
tatalaksana
Rawat jalan
rawat inap di RS
- oksigen, bila perlu dengan pemantuan saturasi oksigen dan konsentrasi oksigen
inspirasi. Tujuannya : mempertahankan PaO2>60 % mmhg dan SaO2 >90 %
- terapi oksigen pda pasien dengan penyakit dasar PPOK dengan komplikasi gagal
napas dituntut dnegan pengukuran AGDA berkala
- nutrisi
- nyeri pleuritik/demam diredakan dengan paracetamol
- ekspektoran/ mukolitik
- foto toraks di ulang pda pasien yang tidak menunjukkan perbaikan yang memuaskan
Rawat di ICU
Bronkoskopi dapat bermanfaat untuk retensi secret, mengambil sampel untuk kultur
guna penulusuran mikrobiologi lain dan menyingkirkan kelainan endobronkial.
Komplikasi
Efusi pleura, empiema, abses paru, atelectasis, gagal napas, kor pulmonal, pneumothoraks.
PNEUMONIA DIDAPAT DI RUMAH SAKIT
Pengertian
Pneumonia didapat dirumah sakit atau hospital acquired pneumonia ( HAP) adalah
pneumonia yang muncul > 48 jam setelah di rawat di Rumah Sakit ( RS) dan tidak diintibusi saat
masuk. HAP dapat dibagi menjadi : 1 onset dini muncul 4-5 hari setelah masuk RS, 2. Onset
lambat : muncul setelah > 5 hari dirawat di RS .
Klinis
Gambaran klinis HAP tidak begitu jelas dan tidak bisa dijadikan kriteria diagnosis HAP. dapat
ditemukan demam, sputum pirulen.
Suhu tubuh > 38,3 celcius pemeriksan paru dapaat ditemukan tanda tanda konsolidasi seperti
perkusi yang pekak
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
- suplementasi O2 jika perlu
- berikan terapi cairan yang adekuat
- jika ada nyeri pleuritik analgetik : diklofenk 3 x 80 mg
- terapi antibiotic seperti pada table 1. Atibiotik diberikan selama 8 hari
- tidak ada kriterua khusus untuk mengubah terapi antibiotic intervena mnjadi terapi
per oral, hal ini disesuaikan dengan kondisi perbaikan pasien yang diobservasi setiap
hari
- pada pasien yang imunokomprimise, terutama yang neutroprenoia ( hitung neutrophil
< 0,5 x 10 9/L selama > 2 minggu atau < 0,1 x 109/ L selama 1 minggu ) yang sering
mengunjungi RS secara teratur atau dirawat di RS, disarankan untuk diberikan
profilaksis anti jamur.
Rekomendasi terapi antibiotic pada HAP
Jenis :
onset dini tidak ada faktoe resiko multi drug resisten (MDR)
Patogen potensial :
Antibiotik :
Jenis :
Onset lambat, ada resiko MDR
Patogen potensial : \
Pseudomona aurooginosa , K pneumonia , Ancinetobacyter species, lagionella pneuumophila,
methicillin resistant staphylococcus aureus ( MRSA)
Antibiotik
- antipsiodomonal
cephalosporine 9cefepime 2x2 gram iv atau ceftrazidime 3 gram iv q8h
- antipseudomonal
carbapenenm ( imipenem 500 mg iv q6h atau 1 gram iv atau meropenem iv a8h
- b- lactam ( piperacilin –tazabactam 4,5 gram iv + antipseudomonal flouroquinolone (
ciprofloxacin atau levofloxacin ) + linezolid 600 mg iv
- varicomycin 15 mg/kgBB , sampai 1 gram iv ( jika ada factor resiko MRSA )
PROGNOSIS
Mortalitas yang berhubungan dengan HAP atau attributable mortality diperkirakan sebesar
33- 50 %. Rat rat mortalitas meningkat berkaitan dengan infeksi pseudomonas auraginosa atau
Acinobacter spesies, dan terapi yang tidak adekuat. Rata rat mortalitas pada pathogen resiko
tinggi, dapat dilihat pada table berikut :