Disusun Oleh :
Mohamad Judha
Biodata
Nama : Tn. As.
Usia : 73 tahun
Agama : Islam
Status : menikah
Alamat : Jl. Perdana no. 26 Rt 07/05 Petukangan Selatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan
No register : 403395
Pekerjaan : pensiunan PNS
Masuk tanggal ; 26 September 2008 pk. 17.00
Penanggung jawab : ade Firman, usia 35 tahun
Hubungan dengan pasien : anak
Alamat : idem
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 2 h MRS. Riwayat tambahan batuk-batuk berdahak.
2. RPS: 2HSMRS pasien mendadak sesak napas, sebelumnya pasien makan kemudoian timbul
batuk-batuk berdahak, namun dahak tidak dapat dikeluarkan. Pasien merassa di lehernya ada
yang menyangkut. Setelah itu pasien anfal. Pasien lalu dibawa ke RS Ramsay Intenasional,
keadaan TD drop 50/palpasi mmHg. Pasien diberi antibiotik inhalasi dan O2. Selama di RS
Ramsay TD turun naik, pasien sempat dirawat di ICU. Pasien didiagnosa sebagai
PPOK/Asma, old MCI, dan dehidrasi
3. RPD
4. riwayat makan kurang/menurun, pasien juga malasa minum. Pasien menyukai kopi dan
teh manis.
Keadaan Umum:
Kesadaran delirium, tanpak sakit berat.
TTV:
TD: 70/50 mmHg, N: 95 x/m, RR: 18x/m, T: 36.6 0C
BB: 45 kg, TB: 160 cm.
Pemeriksaan fisik :
Mata : konjungtiva anemis+/+, sklera ikterik -/-
Leher : JVP tidak diperiksa
Thorak : S1/ S2 reguler, murmur -, gallop –
Paru : Inspeksi : Simentris saat statis & dinamis
Tampak retraksi sela-sela iga
Palpasi : tidak dapat dilakukan pemeriksaan volar fremitus
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rh +/+, wh -/-, basal halus
Abdomen : datar, supel, BU + 10 x/menit, HT -, H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -
Laboratorium
a. Hematologi
- Hb 10.5 g/dl - Ht 31 %
- Eritrosit 3.900.000/ UL - Trombosit 205.000/ UL
b. Fungsi hati
- SGOT 118 U/I
- SGPT 294 U/I
c. Glukosa sewaktu 186 mg/dl
d. AGD
- PH 7,453 - PO2 122.8 mmHg
- PCO2 23.8 mmHg - HCO3 16,6 mmol/L
- BE -4,8 mmol/L - O2 saturasi 98,5 %
e. Pemeriksaan Elektrolit
- Natrium 128 - Cl 105 mmol/L
- Kalium 3,301 mmol/L
Terapi di RS Fatmawati
- Ciprofloxasin 2 x 400 mg
- Etambutol 2 x 500 mg
- INH 1 x 300 mg
- Rifampisin 1 x 300 mg
- Neurobion 1 x 1 tab
- Infus RL : Dextrose 10 % = 2 : 1 / 24 jam
- Diet DM 1900 kal
- Dobutamin
- GDS Sliding Scale RI sesuai GDS
Masalah :
- Tb Paru
- DM tipe II
- Alkalosis Respiratorik
Analisis
Penurunan Kesadaran ec; Shock Sepsis
Shock Sepsis ec Tb Paru
Alkalosis Respiratorik
DM Tipe II
Ulkus Dekubitus Grade I
Terapi:
- Sistenol 3 x 500 k/p
- Sucralfat 4 x CI
- HD pro 3 x 1 tab
- KSR 1 x 1 tab
- OMZ 1 x 1 Amp
- Ceftriaxon 1 x 2 gr
TBC
1. Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan
yang terinfeksi. Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.Penyakit
tuberculosis ini biasannya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
2. Patofisiologi
a. Tuberkulosis Primer
Infeksi tuberculosis ini kebanyakan terjadi melalui udara yakni melalui droplet yang
mengandung kuman kuman baksil tuberkel yang berasal dari organ infeksius. Droplet
mengkontaminasi paru dengan implantasi pada alveolus. Bila partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru. Bila kuman ini menetap di
jaringan paru maka akan tumbuh dan berkembang biak dalan sitoplasma makrofag dan
akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer. Dari
sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal) dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (linfadenitis regional). Sarang
primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional akan membentuk komplek primer.
Komplek primer selanjutnya :
- Sembuh tanpa cacat
- Sembuh dengan sedikit bekas berupa garis garis fibrotik, kalsifikasi ke hilus atau
komplek ghon.
- Komplikasi dan menyebar ke daerah sekitarnya secara bronkogen, limfogen dan
hematogen
b. Tuberkulosis post primer
Kuman yang dominan pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun kemudian
sebagai infeksi endogen. Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
regio atas paru paru, invasinya ke daerah parenkim paru. Dilihat dari jumlah kuman,
virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :
- direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa cacat
- sarang meluas dan mneyembuh dengan sebukan jarimham fibrosis
- meluas membentuk cavitas. Dari kavitas ini dapat :
a) meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru
b) memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberculosis
c) bersih dan menyembuh
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis.
Lokasi lesi tuberculosis umumnya didaerah apeks paru (segmen apical lobus atas atau segmen
apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah
hilus menyerupai tumor paru, misalnya pada tuberculosis endobronkhial. Pada awal penyakit
saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologist berupa bercak-bercak
seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin berdinding tipis. Lama-lama dinding menjadi sklerotik
dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi
bayangannya tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Gambaran tuberculosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologist lain yang sering menyertai
tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi
pleura/empiema), bayangan hitam radioluscent dipinggir paru/pleura (pneumothoraks).
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberculosis
yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, kalsifikasi, kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
CXR Primary TB
– May be active or inactive infection.
– Scarring and calcification (lung and lymph nodes) suggest inactive disease.
– Consolidation, small focal nodularity, lymphadenopathy and effusions suggest
active infection.
– A Ghon focus is a peripheral area of lung consolidation.
CXR Post primary
– Again may be active or inactive.
– Focal scarring and lung distortion _ cavitation. Usually in upper lobes.
– Adenopathy and effusions are much less common.
– Fungal infections may develop in active cavities (myecetomas).
CXR Miliary infection
– Multiple small discrete widespread pulmonary nodules.
– Reactivation of TB can be difficult to diagnose. Comparison with old films for
changes in appearance is helpful. Increased soft tissue and cavitation suggest
active infection.
Gb.1 Gb.2
Gb.
Gb.1 Right paratracheal and left hilar adenopathy.
Gb. 2 Post primary TB. Linear parenchymal streaking extending into both apices, with associated
retraction of both hila. The findings are of bilateral upper lobe fibrosis.
Gb 3. Miliary TB. Multiple tiny nodules scattered throughout both lungs.
SPIROMETRI
Spirometry is the gold standard for the diagnosis, assessment and monitoring of COPD,1 and
may assist the diagnosis of asthma.2 It can also contribute to the diagnosis of other causes of
dyspnoea.
Three types of spirometer are commonly used in primary care:
1. Small, hand held meters which provide digital readings. These are the cheapest option and
small enough to fit into a medical bag, but the lack of graphs can make it difficult to judge
when a blow is complete. Predicted charts and a calculator will be needed to interpret the
results.
2. Portable meters with integral printers. These are more expensive but they will undertake all
the calculations, including reversibility. Small displays of the volume time graph help
monitor the blow and the printout includes a flow volume loop.
3. Systems designed to work with a computer which will display a graph, calculate predicted
and reversibility and provide a print-out. Integral memories allow data to be recorded outside
the practice and uploaded when convenient.
Three satisfactory blows should be performed:
1. The blow should continue until a volume plateau is reached. This may take more than 12
seconds in people with severe COPD (in whom a slow, unforced manoeuvre may give a more
accurate assessment of vital capacity).
2. FVC and FEV1 readings should be within 5% or 100ml
3. The expiratory volume-time graph should be smooth and free from irregularities.
Preparation of the patient:
The patient's condition should be stable (ie at least 6 weeks since an exacerbation). Before a
bronchodilator reversibility test the patient should stop their short acting β2 agonist for 6 hours,
long acting bronchodilator for 12 hours and theophyllines for 24 hours.
Procedure
1. Perform baseline spirometry
2. Bronchodilator reversibility: Administer bronchodilator (at least 400mcg salbutamol, e.g.
5mg by nebuliser ). Perform post bronchodilator spirometry after 15 minutes.
3. Steroid reversibility: A steroid trial (30 - 40mg daily for 2 weeks or 1,000 μg of ICS for three
months) may be appropriate. An increase in FEV1 of >12% and >200mls is significant. An
increase >20% and >400mls suggests a diagnosis of asthma.
http://www.goldcopd.com
PENANGANAN NUTRISI
Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit kronis yang berkepanjangan dan
kerusakan status nutrisi. Jadual aktivitas progresif direncanakan, dengan memfokuskan pada
peningkatan toleransi aktivitas dan kekuatan otot. Anoreksia, penurunan berat badan dan
malnutrisi umum terjadi pada pasien dengan TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin
terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status
kelemahan yang umum. Rencana tentang nutrisi yang memungkinkan makan sering dalam
jumlah kecil mungkin diperlukan. Suplemen nutrisi cair, seperti ensure dan isocal dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dasar. Masukan nutrisi tidak adekuat dan
malnutrisi mungkin menjadi konsekuensi dari gaya hidup pasien, kurang pengetahuan tentang
nutrisi yang adekuat dan perannya dalam pemeliharaan kesehatan, kurangnya sumber-sumber,
keletihan atau kurang nafsu makan karena batuk dan pembentukan sputum. Untuk menghadapi
efek dari factor ini, perawat bekerja secara kolaborasi dengan ahli gizi, dokter, pekerja sosia dan
pasien untuk mengidentifikasi strategi memastikan masukan nutrisi yang adekuat dan untuk
memastikan keberadaan makanan yang bernutrisi. Identifikasi fasilitas (shelter, dapur) yang
menyediakan makanan dilingkungan pasien dapat meningkatkan kecenderungan bahwa pasien
dengan keterbatasan sumber-sumber akan mempunyai akses untuk masukan makanan yang lebih
bergizi. Penggunaan diit tambahan dapat disarankan sebagai strategi untuk meningkatkan
masukan diit.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Obat Pendidikan kesehatan
Isoniazid (INH, Laniazid, Nydrazid) • Obat harus diminum sesuai dengan jadual
dan dosis yang telah ditentukan untuk
menghindari eradikasi bakteri dan
resistensi
• Obat diminum saat perut kosong, jika
mual dan muntah minum obat bersama
dengan snack
• Jika anoreksia, mual, muntah, jaundice
(Kuning pada kulit dan putih pada mata)
berkembang maka hubungi dokter segera
• Berikan piridoksin sesuai dengan yang
diresepkan untuk mencegah neuropati
perifer
• Hindari alkohol dan agen yang lainnya
yang dapat membahayakan liver
• Beritahu dokter jika tanda-tanda dari
reaksi alergi muncul seperti bintik-bintik
merah, demam, pendarahan gusi atau
kelemahan
Selain obat, perawat mempunyai peran sangat penting dalam merawat pasien dengan TB dan
keluarganya. Termasuk mengkaji kemampuan pasien untuk melanjutkan terapi dirumah. Perawat
mengkaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan
lingkungan kerja pasien untuk mengidentifikasi individu lain yang mungkin telah kontak dengan
pasien selama tahap infeksius. Perawat menginstruksikan pasien dan keluarganya tentang
prosedur pengendalian infeksi, seperti membuang tissue basah dengan baik dan mencuci tangan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam • Kaji dan dokumentasikan hal-
b.d infeksi diharapkan pasien : hal berikut ini: Keefektifan
• Mendemonstrasikan bersihan pemberian oksigen dan
jalan nafas yang efektif, yang perawatan yang lain
dibuktikan dengan Status • Auskultasi bagian dada
pernafasan: pertukaran gas dan anterior dan posterior untuk
ventilasi tidak berbahaya, mengetahui adanya penurunan
perilaku mengontrol gejala- atau tidak adanya ventilasi dan
gejala secara konsisten adanya suara-suara tambahan
didemonstrasikan, dan • Tentukan kebutuhan saksion
Perilaku Perawatan: Penyakit oral dan/atau trakeal
atau Cedera secara
yang • Monitor status oksigen pasien
konsisten didemonstrasikan (tingkat SaO2 dan SvO2) dan
• Mendemonstrasikan Status status hemodinamik (tingkat
pernafasan: Pertukaran gas, MAP [mean areterial pressure]
yang ditandai dengan indikator dan irama jantung) segera
berbahaya sebagai berikut sebelum, selama dan setelah
(dengan ketentuan 1-5: saction
ekstrem, berat, sedang, ringan, • Perhatikan tipe dan jumlah
atau tidak): sekresi yang dikumpulkan
o Mudah untuk bernafas Teaching process
o Tidak dapat • Jelaskan penggunaan peralatan
beristirahat, sianosis, pendukung dengan benar
dan dispnea tidak ada (misalnya oksigen, saksion,
o Saturasi O2 dalam spirometer, inhaler,
batas normal intnermittent positive pressure
o Penemuan X-ray dada breathing [IPPB])
pada rentang yang • Informasikan pada pasien dan
diharapkan keluarga bahwa merokok
o Mempunyai jalan nafas merupakan kegiatan yang
yang paten dilarang di dalam ruangan
o Mengeluarkan sekresi perawatan
secara efektif • Instruksikan pada pasien dan
o Mempunyai irama dan keluarga dalam rencana
rata-rata pernafasan perawatan di rumah (misalnya
dalam rentang yang medikasi, hidrasi, nebulization,
normal peralatan, drainase postural,
o Mempunyai fungsi tanda dan gejala komplikasi,
paru dalam batas sumber-sumber di komunitas)
normal • Instruksikan pada pasien
o Mampu tentang batuk dan teknik nafas
mendeskripsikan dalam untuk memfasilitasi
rencana untuk keluarnya sekresi
perawatan di rumah • Ajarkan pada pasien/keluarga
tentang pentingnya perubahan
pada sputum, seperti warna,
karakteristik, jumlah dan bau
Saksion jalan nafas :
• Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga tentang
bagaimana mensaksion jalan
nafas, sesuai kebutuhan
• Anjurkan aktifitas fisik untuk
meningkatkan pergerakan
sekresi
• Jika pasien tidak mampu untuk
melakukan ambulasi,
pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat
tidur yang lain sekurangnya
tiap 2 jam sekali
• Informasikan pada pasien
sebelum memulai prosedur,
untuk menurunkan kecemasan
dan peningkatan kontrol diri
• Saksion nasofaring/orofaring
untuk memindahkan sekresi
tiap …..
• Lakukan saksion endotrakeal
atau nasotrakeal, sesuai
kebutuhan (hiperoksigenasi
dengan ambu bag sebelum dan
setelah suction ET Tube atau
trakeostomi)
• Pelihara keadekuatan hidrasi
untuk menurunkan viskositas
sekresi
Kerusakan Gangguan pertukaran gas akan Pengelolaan Asam-basa:
pertukaran gas b.d terkurangi, dibuktikan dengan Meningkatkan keseimbangan
Perubahan status pernafasan yang tidak asam-bsa dan mencegah
membrane kapiler- bermasalah: pertukaran gas dan komplikasi akibat dari
alveolar status pernafasan: Ventilasi ketidakseimbangan asam basa
• Status pernafasan: pertukaran • Kaji bunyi paru, frekuensi
gas tidak akan bermasalah nafas, kedalaman, dan usaha
dibuktikan dengan indikator- dan produksi sputum seuai
indikator sebagai berikut indikator dari penggunaan alat
(Membayahakan dengan penunjang yang efektif.
Ketentuan 1-5 : berat, • Monitor saturasi O2 dengan
substansial, sedang, ringan, denyut oksimeter
atau tidak membahayakan): • Monitor hasil gas darah
• Status neurologist dalam (misalnya: PaO2 yang rendah,
Ketentuan yang diharapkan PaCO2 yang meningkat,
• Dispneu pada saat istirahat dan kemunduran tingkat respirasi)
aktifitas tidak ada • Monitor kadar elektrolit
• Gelisah, sianosis, dan • Monitor status mental
kelelahan tidak ada (misalnya: tingkat kesadaran,
• PaO2, PaCO2, pH arteri, dan gelisah, dan bingung)
saturasi o2 dalam batas normal • Tingkatkan frekuensi
• End-tidal CO2 dalam pemantauan bila pasien tampak
Ketentuan yang diharapkan somnolen
• Observasi terhadap
sianosis, terutama
membrane mukosa
mulut
Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari o Mempertahankan berat badan o Tentukan motivasi pasien
kebutuhan tubuh o Menjelaskan komponen diet untuk mengubah pola makan
b.d adekuat bergizi o Monitor nilai laboratorium,
Ketidakmampuan o Menyatakan keinginana untuk khususnya transferin, albumin,
untuk menelan atau mengikuti diet dan elektrolit
mencerna makanan o B ertoleransi diet yang o Pastikan makanan kesukaan
atau menyerap terprogram klien
nutrisi yang o Mempertahankan massa tubuh o Tentukan kemampuan pasien
diakibatkan karena dan Berat badan dalam batas untuk memenuhi kebutuhan
Penyakit kronik normal nutrisi
(spesifik) o Nilai laboratorium (misal, o Monitor catatan asupan akan
transferin, albumin, dan kandungan nutrisi dan kalori
elektrolit) dalam batas normal o Timbang pasien pada interval
o Melaporkan tingkat energi yang tepat
adekuat o Ajarkan metode untuk
perencanaan makan
o Ajarkan pasien/keluarga
makanan yang bernutrisi, yang
tidak mahal
o Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memnuhinya
o Diskusikan dengan ahli gizi
untuk memnuhi kebutuhan
protein untuk pasien dengan
ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan protein
(misal, pasien dengan
anoreksia nervosa atau
penyakit glomerular/dialisis
peritoneal)
o Diskusikan dengan dokter
kebutuhan stimulasi nafsu
makan, makanan pelengkap,
pemberian makanan melalui
NGT, atau TPN agar Asupan
kalori yang adekuat dapat
dipertahankan
Pemeriksaan fisik tuberculosis
A. Diagnosis
1. Riwayat kesehatan
Kaji:
b. Nyeri dada
c. Hemoptisis
Gejala sistemik
a. Panas remitent
b. Menggigil
d. Kehilangan BB
e. Mudah lelah
Kaji riwayat kesehatan: riwayat terpapar TB, infeksi, pengobatan post TB, factor risiko
TB secara demografi, kondisi medic yang memperberat seperti infeksi HIV.
Kaji seseorang suspek TB apabila mengalami masalah respiratori tetapi tidak
memberikan respon dengan obat antibiotik
B. Pemeriksaan laboratorium/radiografi
Microbiological studies
Bronchoscopy
Dilakukan bila tidak ada produksi sputum dapat diambil dari gastric washings, apusan laryngeal,
bronchoscopy dengan lavase bronchoalveolar, aspirasi jarum.
Biopsy
PCR
Radiography
Chest X-ray
Tuberculosis creates cavities visible in x-rays like this one in the patient's right upper lobe.
Pada TB aktif akan didapatkan infiltrate atau konsolidasi dan atau kavitas pada paru bagian atas
dengan atau tanpa mediastinal atau hilar lymphadenopathy atau pleural effusions ( tuberculous
pleurisy). Tetapi bukan merupakan diagnosis pasti.
Variasi dari X ray dada. Merupakan radiographic image sederhana (MMR), dilakukan sebagai
skrining.
The Mantoux test for TB involves intradermally injecting PPD tuberculin and measuring the size
of induration 48-72 hours later.
Bila hasil tes Mantoux positif, maka skun tes lain tidak diperlukan.
Heaf test
The equivalent Mantoux test positive levels done with 10 TU (0.1 ml 100 TU/ml, 1:1000) are
Indurasi 5-15 mm sampai 10 unit Mantoux pada orang dengan risiko tinggi terkena TB.
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Adenosine deaminase
2. Nucleic acid amplification tests (NAAT)
3. Interferon-γ release assays
4. pemeriksaan darah lengkap
1. PATOFISIOLOGI TBC
a. Tuberkulosis Primer
Penularan Tb paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas
primer atau sarang (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran eseluruh bagian paru
menjadi Tb milier.
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
terjadi
lainnya
b. Tuberkulosis Sekunder
kuman yang dormant pada Tb primer akan muncul bertahun-
pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region
hiler paru.
kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu
granuloma yang terdiri dari sel-sel Histiosit dan sel Datia Langhans
(sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel lim foist
Tb pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia
jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat
menjadi:
protein lipid dan asam nuklet oleh enzim yang diproduksi oelh
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas
dapat:
kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi
pengobatan lagi
• Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang ini dapat
juga.
(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari
tersebut.
hari.
- Subjektif :
malam hari.
- Objektif :
• Pola nutrisi
- Subjektif :
- Objektif :
kutan.
• Respirasi
- Subjektif :
• Rasa nyaman/nyeri
- Subjektif :
- Obiektif :
• Integritas ego
- Subjektif :
- Objektif :
tersinggung.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
sakitnya.
penyakitnya.
jumlah penghasilan.
putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
• Riwayat lingkungan.
• Pola hidup.
kebersihan diri.
f. Pemeriksaan Diagnostik:
penyakit.
• Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini
karena TB paru.
• Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
trakeal/faringeal.
pengetahuan/kognitif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NIC & NOC)
5. Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pengobatan,
pencegahan
berhubungan dengan:
Tidak ada yang
menerangkan,
Interpretasi yang
salah, Informasi yang
didapat tidak
lengkap/tidak akurat,
Terbatasnya
pengetahuan/kognitif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Doengoes)
Kolaborasi:
- Berikan agen anti
infeksi sesuai indikasi - Kombinasi agen anti infeksi yang
( OAT ) digunakan cukup untuk
pengobatan TB Paru.
4 Intoleransi aktifitas Mandiri:
berhubungan dengan - Evaluasi respons pasien - Menetapkan
ketidakseimbangan terhadap aktifitas.Catat kemampuan/kebutuhan pasien
antara suplay dan laporan dispnea, dan memudahkan pilihan
kebutuhan oksigen. peningkatan kelemahan intervensi.
dan perubahan tanda-
Tujuan: tanda vital selama dan
Menunjukkan setelah aktifitas.
peningkatan toleransi
terhadap aktifitas yang - Berikan lingkungan - Menurunkan stres dan
dapat diukur dengan tenang dan batasi rangsangan berlebihan,
tidak adanya dispnea , pengunjung selam pase meningkatkan istirahat.
kelemahan berlebihan akut. Dorong
dan tanda-tanda vital penggunaan manajemen
dalam rentang normal stres
- Tirah baring dipertahankan selam
- Jelaskan pentingnya pase akut untuk menurunkan
istirahat dan rencana kebutuhan metabolik,
pengobatan dan menghemat energi untuk
perlunya keseimbangan penyembuhan. Pembatasan
aktifitas dan istirahat. aktivitas ditentukan dengan
respons individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan.
- Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk - Pasien mungkin nyaman dengan
istirahat. kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau
- Bantu aktifitas bantal.
perawatan diri yang
diperlukan. Berikan - Meminimalkan kelelahan dan
kemajuan peningkatan membantu keseimbangan suplay
aktifitas selama pase dan kebutuhan oksigen.
penyembuhan.
terdapat masalah dengan ventilasi gas, difusi gas atau keduanya. Terapinya
ada yang bersifat non invasive (terapi oksigen dan nebulizer, fisioterapi
b. Fisioterapi Dada
Tujuannya adalah:
• Drainase Postural
Teknik batuk:
- Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit kedepan
bantal.
nyeri
d. Intubasi endotracheal
trachea
e. Ventilasi mekanis
BERKELANJUTAN
reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan
telah kontak dengan pasien selama tahap infeksius. Skrining tindak lanjut
yang lain
• Makanan yang baik, diet yang seimbang dengan nutrisi yang adekuat
secara umum
• Pastikan bahwa keluarga atau orang yang serumah dengan klien yang
mengkonsumsi obat ini dan laporkan bila timbul mual, muntah, kuning,
perubahan warna BAK dan BAB atau nyeri pada kuadran kanan atas
• Rifampisin bisa menyebabkan perubahan warna saliva dan urine
bersifat ireversibel
penglihatan.
SPIROMETRI
Spirometri merupakan tes fungsi paru sederhana yang mengukur volume udara inspirasi atau
ekspirasi. Spirometri dapat memonitor pernapasan secara tepat sehingga dapat mengukur volume
tidal dan juga gambaran pernapasan dalam dan ekspirasi sehingga memberikan informasi mengenai
kapasitas vital. Spirometri dapat juga digunakan untuk mengukur kecepatan laju dan volume
ekspirasi unutk menentukan rasio FEV1/FVC.
Spirometri tidak dapat mengukur volume paru absolut karena tidak dapat mengukur jumlah udara di
paru, tetapi hanya menghitung jumlah udara yang masuk dan keluar (Johns Hopkins University, 1995).
Interpretasi pemeriksaan spirometri:
Spirometri intensif
Spirometri intensif memberikan umpan balik visual untuk memandu pasien menghirup dengan
lambat dan dalam sehingga memaksimalkan pengembangan paru. Pasien dapat diposisikan
semifowler atau fowler untuk mengoptimalkan gerakan diafragma, atau posisi apapun bisa.
Ada dua tipe spirometer intensif, yaitu volume dan aliran.
1. Tipe Volume
Pada tipe volume, VT spirometri diatur sesuai petunjuk pabrik pembuat. Tujuan alat ini adalah
untuk memastikna bahwa volume udara yang dihirup meningkat secara bertahap ketika pasien
napas dalam dan lebih dalam lagi. Pasien melakukan napas dalam melalui mouthpiece, berhenti
pada inflasi puncak, kemudian rileks dan menghembuskan napas kembali. Volume ditingkatkan
secara periodic sesuai toleransi. Sebaiknya sebelum bernapas menggunakan spirometri pasien
danjurkan berlatih napas biasa untuk menghindari keletihan.
2. Tipe aliran
Tujuan spirometri aliran sama dengan spirometri volume, hanya bedanya pada tipe aliran
volume tidak ditentukan terlebih dahulu. Pada spirometri ini terdapat bola yang dapat
digerakkan sesuai pernapasan pasien. Jumlah udara yang dihirup dan aliran udara ditentukan
oleh berapa lama dan berapa tinggi bola tertahan. Pada tipe ini pasien diinstruksikan menghirup
udara untuk mengevaluasi gerakan bola dan mempertahankannya tetap mengapung selama
mungkin. (Smeltzer & Bare, 2001)
Gambar 3: spirometri aliran (Smeltzer & Bare, 2001)
Indikasi:
1. pasca operatif bedah thoraks atau bedah abdomen untuk meningkatkan ekspansi alveoli dan
mencegah atau mengatasi atelektasis.
2. sebagai tindakan preventif mencegah atelektasis.
Tindakan dan Pendidikan kesehatan pada pasien yang menggunakan spirometri intensif:
1. Jelaskan alasan terapi
2. Kaji tingkat nyeri, minta pasien untuk melaporkan adanya nyeri
3. Posisikan pasien semifowler atau fowler
4. Ajarkan pasien melakukan pernapasan diafragma
5. Instruksikan pasien untuk menahan napas pada akhir inspirasi (selama 3 detik), kemudian
menghembuskannya secara perlahan.
6. Berikan dorongan pasien untuk bernapas kira-kira 10 kali per menit (per jam ???) Dengan
spirometer selama tidak tidur.
7. Atur volume dan ulangi tindakan sesuai toleransi pasien
8. Anjurkan pasien untuk batuk selama dan setiap selesai latihan.
9. Letakkan spirometer pada jangkauan pasien
10. Catat seberapa efektif pasien melakukan terapi dan jumlah napas yang dicapai dengan
spirometer setiap 2 jam.
11. Untuk pasien post operatif: mulai terapi dengan segera dan ajarkan untuk membebat insisi
ketika batuk.
DAFTAR PUSTAKA