Anda di halaman 1dari 27

REFARAT

PNEUMONIA
Pembimbing :
dr. Irma Tabrani Sp.P

Disusun Oleh :
Fitratul Azni ( 102119010)
Neni Nurhaliza (102119062)
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan akut parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.

Klasifikasi
Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia dibedakan atas pneumonia
komunitas/Community-Aquaired Pneumonia (CAP), dan Pneumonia Nosokomial
Pneumonia Komunitas
Definisi
• Pneumonia Komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru yang
didapat di masyarakat.

Epidemiologi
• Resiko kematian lebih meningkat pada pasien umur ≥ 65 tahun, laki-laki, dan
ada komorbid.
Fisiologi
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilang oksigen dan eliminasi karbondioksida.
Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas ( O2 dan CO2 ) antara darah dan atmosfer

sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas ( O 2 dan CO2 ) antara sirkulasi darah
dan sel jaringan.
Ada 4 Proses :
- Ventilasi
- Distribusi
- Perkusi
- Difusi
Etiologi
TIPE PASIEN ETIOLOGI
Rawat jalan Streptococcus pneumonia Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia tahun 2012
Mycoplasma pneumonia menunjukkan bahwa penyebab terbanyak pneumonia
Haemophilus influenza
Chlamidophila pneumonia komunitas di ruang rawat inap dari bahan sputum adalah
Virus respirasi
kuman gram negatif seperti Klebsiella pneumonia,
Rawat inap (non ICU) Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia Acinetobacter baumanii, Pseudomonas aeruginosa sedangkan
Haemophilus influenza
Chlamidophila pneumonia
gram positif seperti Streptococcus pneumonia, Streptococcus
Virus respirasi viridans, Staphylococcus aureus ditemukan dlam jumlah
Legionella spp
Aspirasi sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir
Rawat ICU Streptococcus pneumonia terjadi perubahan pola kuman pada pneumonia komunitas di
Haemophilus influenza
Legionella spp Indonesia sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Sthaphylococcus aureus
Basil gram negatif
Patofisiologi
Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat
cara masuknya mikroba ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
• Aspirasi, merupakan cara terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti neurologis
dan usia lanjut.
• Inhalasi.
• Hematogenik
• Penyebaran langsung
Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke saluran napas bagian
bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat
menimbulkan ploriferasi dan inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor
pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi
bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan.
Penegakkan Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
- Batuk • Laboratorium
- Nyeri Dada • Leukosit ≥ 10.000 atau < 4.500
- Sesak • Sputum purulen
- Riwayat demam • Foto thoraks
• Terdapat infiltrat / air bronchogram pada
Pemeriksaan Fisik lapang paru
- Suhu tubuh aksila ≥ 38˚C
- Suara napas bronkial dan ronki
Diagnosa pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika ada infiltrat /
air bronchogram pada foto thoraks ditambah dengan beberapa gejala di
atas.
Penatalaksanaan
Penilaian derajat keparahan penyakit :
- CURB 65 - Pneumonia Severity Index (PSI)
Skor : Indikasi rawat inap pada pneumonia komunitas menurut
0-1 : Resiko kematian rendah, Berobat jalan PPDI :
2 : Resiko kematian sedang, Rawat inap - Skor PSI >70
>3 : Resiko kematian tinggi, dirawat dengan - Bila skor PSI <70 dan ada satu dari kriteria :
tatalaksana pneumonia berat - RR >30x/menit
4-5 : Rawat Intensif - PaO2/FiO2 <250 mmHg
- Terdapat infiltrat multilobus pada foto thoraks
- Tekanan sistolik <90 mmHg
- Tekanan diastolik <60 mmHg
- Pneumonia pada pengguna NAPZA
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia komunitas dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Pasien rawat jalan 2. Pasien rawat inap di ruang rawat biasa
Perawatan suportif/simptomatik Perawatan suportif/simptomatik
- Istirahat di tempat tidur - Pemberian terapi oksigen
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi
- Bila panans tinggi perlu dikompres atau minum obat - Pemberian obat simptomatik seperti
penurun panas antipiretik, mukolitik
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera
Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin mungkin
3. Pasien rawat inap di ruang rawat intensif
Perawatan suportif/simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi
- Pemberian obat simptomatik seperti antipiretik, mukolitik
Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin
Bila ada indikasi pasien di pasang ventilasi mekanik
Rawat Jalan Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik 3 buan sebelumnya
 Golongan β lactam atau β lactam ditambah anti β lactamase
ATAU
 Makrolid baru (klaritromisin / azitromisin)
Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya
 Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin)
ATAU
 Golongan β lactam ditambah anti β lactamase
ATAU
 β lactam ditambah makrolid

Rawat Inap Non ICU  Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin)
ATAU
 β lactam ditambah makrolid
Rawat Inap Intensif Tidak ada faktor resiko terjadi pseudomonas
 β lactam (cefotaxim, ceftriaxone, atau ampisilin sulbaktam) ditambah makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi
intravena.
Pertimbangan Khusus Bila ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
 Antipneumokokal, antipseudomonas β lactam (piperacilin-tazobaktam, sefepime, imipenem, atau meropenem)
ditambah levofloksasin 750 mg.
ATAU
β lactam seperti disebut diatas ditambah aminoglikosida dan azitromisin
ATAU
 β lactam seperti disebut diatas ditambah aminoglikosida dan antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang
alergi penisilin, β lactam diganti dengan aztreonam)
Bila curiga disertai infeksi MRSA
 Tambahkan vankomisin atau linezolid
Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor pasien,


bakteri penyebab, dan penggunaan antibiotik tang tepat serta adekuat.

  CURB 65 PSI
Skor 0-1 2 >2 <70 71-90 91-130 >130

Angka 1,5 % 9,2 % 22 % 0,6 % 2,8 % 8,2 % 29,2 %


Kematian
Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada pneumonia komunitas adalah sebagai berikut :

- Vaksinasi ( Pneumokok dan Influenza).

- Berhenti merokok.

- Menjaga kebersihan tangan,penggunaan masker, menerapkan etika batuk.

- Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi pada kasus khusus.


PNEUMONIA NASOKOMIAL
Definisi

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan
disingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi sebelum masuk rumah sakit.

Etiologi

Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug resistance (MDR) misalnya S.
pneumonia, H. influenza, Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA), dan kuman MDR misalnya
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp dan Gram positif seperti
Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia nosokomial yang disebabkan jamur, kuman
anaerob dan virus jarang terjadi.
Epidemiologi

Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia nosokomial di Indonesia tidak diketahui disebabkan

antara lain data nasional tidak ada dan data yang ada hanya berasal dari beberapa rumah sakit swasta

dan pemerintah serta angkanya sangat bervariasi.


Patogenesis
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi
apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat cara masuknya mikroba ke dalam saluran napas
bagian bawah yaitu :

1. Aspirasi, merupakan cara terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti neurologis dan usia lanjut.

2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien.

3. Hematogenik

4. Penyebaran langsung
Pasien yang mempunyai faktor predisposisi aspirasi, mempunya risiko mengalami pneumonia nosokomial.

Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke saluran napas bagian bawah yang steril, maka

pertahanan pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan ploriferasi dan inflamasi sehingga

terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan

menyebabkan kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atau pencernaan. Patogen penyebab pneumonia

nosokomial adalah bakteri gram negative dan Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak

<5%. Kolonisasi di saluran napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal yang penting

untuk terjadi pneumonia.


Faktor risiko

1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh Faktor risiko kuman MDR penyebab pneumonia

2. Faktor Eksogen nosokomial :

- Pembedahan  Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir

- Penggunaan antibiotik
 Dirawat di rumah sakit ≥5 hari
- Peralatan terapi pernapasan
 Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau
- Lingkungan rumah sakit
di rumah sakit tersebut

 Penyakit imunosupresi dan atau pemberian imunoterapi


Diagnosis

Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC- Atlanta), diagnosis
pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :

1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan
semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit.

2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas :

 Foto toraks terdapat infiltrate baru atau progresif

 Ditambah 2 diantara criteria berikut : suhu tubuh >38̊ C, secret purulen, dan leukositosis.
Diagnosis
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS :
1. Dirawat di ruang intensif.

2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O 2 > 35 untuk memperthankan saturasi O2 > 90%.

3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau kaviti dari infiltrate paru.

4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan atau disfungsi organ yaitu :

 Syok (tekanan sistolik <90 mmHg atau diastolic <60 mmHg)

 Memerlukan vasopresor >4 jam

 Jumlah urin <20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam

 Gagal ginjal akut yang memerlukan dialysis


Terapi
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial adalah :
a) Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotic yang harus mampu mencakup sekurang-kurangnya
90% dari patogen yang mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat.

b) Terapi awal antibiotic secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk
menjamin efektiviti yang maksimal.

c) Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada hasil kultur yang berasal dari saluran napas
bawah dan ada perbaikan respons klinis.

d) Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi kuman MDR.

e) Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis memburuk.

f) Data mikroba dan sensitivity dapat digunakan untuk mengubah pilihan empirik apabila respons klinik awal tidak
memuaskan
Prognosis
Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah - Penyakit yang mendasarinya berat
satu dari criteria di bawah ini, yaitu :
- Pengobatan awal tidak tepat
- Umur > 60 tahun - Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten
(P. aeruginosa, S. malthophilia, Acinetobacter
- Koma waktu masuk rumah sakit
spp atau MRSA)
- Syok
- Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang
- Pemakaian alat bantu napas yang lama sangat virulen
- Pada foto toraks terlihat gambaran abnormal - Gagal multiorgan
bilateral
- Pengobatan obat penyekat H2 yang dapat
- Kreatinin serum >1,5 mg/dl meningkatkan pH pada pencegahan
perdarahan usus.
TERIMAKASIH
Pembimbing :
dr. Irma Tabrani Sp.P

Anda mungkin juga menyukai