Fitratul Azni
102119010
Pembimbing :
Dr. Hj. Hervina, Sp.KK, FINSDV, MKM
Gambar 5.2.2
Papul dan kunikulus pada area lateral punggung
tangan
5.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
• Kerokan Kulit : Positif jika teridentifikasi tungau atau bagian
dari tungau
• Mengambil Tungau dengan Jarum : tungau akan memegang
ujung jarum sehingga dapat diangkat keluar
• Usap (Swab) Kulit : Positif jika teridentifikasi tungau atau
bagian dari tungau
• Burrow Ink Test : positif apabila tinta masuk ke dalam
terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig zag.
kemudian
Langsung
(kulit ke kulit)
secara
melakukan
Gatal
menimbulkan
Respon imun seluler
Transmisi Beraktivitas di
dan humoral
Peningkatan IgE kulit kulit
Tidak langsung
(benda yg maupun serum
terkontaminasi)
Vasodilatasi dan
Perpindahan IV ke ↑ Permeabilitas Kapiler
IS sehingga
terbentuknya Merespon ujung-ujung saraf
Plak menimbulkan
papula
merah Gatal dan Gangguan pola tidur
memicu
Garukan
sehingga
akibatnya Resiko infeksi dan
Papula pecah
kerusakan integritas kulit
(Djuanda et al.,2016).
8. DIAGNOSIS BANDING
1. SKABIES
2. POMFOLIKS
3. DERMATITIS
KONTAK ALERGI
(DKA)
Etiologi Subjek Predileksi Efloresensi
SKABIES Sarcoptes scabiei Gatal, terutama Sela jari tangan, Papula dan vesikel miliar sampai
(var. hominis). pada malam hari. pergelangan tangan, lentikuler, terowongan
ketiak, sekitar pusat, (kanalikulus) miliar, ekskoriasi
paha bagian dalam, (scratch mark). Jika terjadi infeksi
genitalia pria, dan sekunder tampak pustula
bokong. Pada bayi: lentikuler.
kepala, telapak
tangan dan kaki.
POMFOLIKS Belum diketahui Gatal, Telapak tangan dan Fase akut: vesikel-vesikel dengan
secara pasti. Rasa terbakar, dan sisi lateral jari-jari. dasar dalam dengan warna
Diduga ada Nyeri. Dapat pula terjadi seperti tepung tapioka, bulla,
hubungannya erupsi pada telapak eritema
dengan eksim kaki. Fase kronis: eritema, likenifikasi
atopik dan alergi.
Dermatitis Kontak Bahan kimia Gatal Semua bagian tubuh Papulovesikel, vesikel, atau bula,
Alergi (DKA) sederhana dengan dapat terkena eritema numular sampai plakat.
berat molekul Vesikel atau bula dapat pecah
rendah (< 1000 menyebabkan erosi dan eksudasi
dallon) (basah).
9. PENATALAKSANAAN
9.1 NON-FARMAKOLOGI
Tea tree oil : Studi di Australia pada tungau Sarcoptes scabiei var hominis mendapatkan
bahwa produk tea tree oil mematikan tungau lebih banyak dibandingkan produk
permethrin atau ivermectin (85% tungau mati setelah kontak 1 jam dengan tea tree oil; 10%
tungau mati setelah kontak dengan permethrin dan ivermectin).
Pelembap emolient untuk mengurangi kulit kering dan gatal.
9.2 FARMAKOLOGI
1. Topikal
Krim Permetrin 5%. Tatalaksana lini pertama adalah agen topikal krim permetrin kadar 5%,
aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area kepala dan leher pada dewasa) dan dibersihkan
setelah 8 jam dengan mandi.
Krotamiton 10% dalam krim/lotion merupakan obat alternatif lini pertama untuk usia di
bawah 2 bulan.
(Kurniawan M, et al. 2020)
Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 5-10% dalam bentuk salep atau krim.
Digunakan 3 hari berturut-turut. merupakan pilihan paling aman untuk neonatus dan
wanita hamil
Lindane 1% dalam bentuk losion, efektif untuk semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
mengiritasi. Selain itu, obat ini tidak dianjurkan pada bayi, anak-anak, lanjut usia, individu
dengan berat kurang dari 50 kg
2. Sistemik
Ivermectin. Terapi lini ketiga pada usia lebih dari 5 tahun, terutama pada penderita persisten
atau resisten terhadap terapi topikal seperti permethrin. Dosis yang dianjurkan untuk skabies
adalah 200 μg/kg dengan pengulangan dosis 7-14 hari setelah dosis pertama.
Moxidectin merupakan terapi alternatif yang sedang dikembangkan. dosis terapeutik yang
bertahan di kulit antara 3-36 mg (sampai 0,6 m/kg). Penelitian toleransi dan keamanan belum
dilakukan pada wanita hamil, ibu menyusui, dan anak-anak 1
(Kurniawan M, et al. 2020)
10. EDUKASI DAN KOMUNIKASI
Menjelaskan kepada pasien tentang skabies berupa penyebab
penyakit, faktor predisposisi, serta mengenai minum obat
secara teratur.
Menjelaskan kepada pasien untuk mandi dengan air hangat
dan keringkan badan seperti ganti pakaian, handuk, sprei
yang digunakan, dan selalu cuci dengan teratur, bila perlu
direndam dengan air panas, karena tungau akan mati pada
suhu 130º.
Memberikan edukasi untuk menghindari menyentuh mulut
dan mata dengan tangan serta setiap anggota keluarga
serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan
ikut menjaga kebersihan.
(Mutiara H dan Firza Syailindra. 2016)
11. KOMPLIKASI
Kerusakan epidermis pada infeksi skabies, memudahkan infeksi Streptococcus pyogenes (Group A
Streptococcus [GAS]) atau Staphylococcus aureus. Keduanya dapat menyebabkan infeksi
seperti :
Impetigo,
Selulitis,
Limfadenitis dan
Septikemia
Post-streptococcalglomerulonephritis
Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi akibat inflamasi.
Pruritus pasca-skabies
(Kurniawan M, et al. 2020)
12. PROGNOSIS
Prognosis skabies baik jika diagnosis dan terapi tepat, namun pada
penderita immunocompromised atau penderita yang tinggal di panti
asuhan atau asrama, angka kejadian infestasi ulang tinggi khususnya
pada penderita yang kembali ke lingkungan asalnya yang belum
dilakukan eradikasi skabies.
Prognosis skabies sangat baik jika diagnosis dan terapi tepat, namun pada penderita
immunocompromised atau penderita yang tinggal di panti asuhan atau asrama, angka kejadian
6. Prognosis infestasi ulang tinggi khususnya pada penderita yang kembali ke lingkungan asalnya yang
belum dilakukan eradikasi skabies.
TERIMA KASIH