Anda di halaman 1dari 17

Skabies

DISUSUN OLEH
ROHMAH YENI SAPUTRI
19360032

PEMBIMBING
Dr. Hj. HERVINA, Sp. KK, FINSDV, MKM

PROGRAM KKS SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2020
1. Definisi
Skabies dari
bahasa latin scabere,
yang artinya to scratch,
dulu dikenal sebagai
gatal 7 tahun, yaitu
penyakit kulit menular
yang menyerang
manusia dan binatang.
2. etiologi
Sarcoptes scabiei

parasit manusia obligat yang


termasuk filum Arthopoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarima, superfamili
Sarcoptes. Bentuknya lonjong, bagian
chepal depan kecil dan bagian belakang
torakoabdominal dengan penonjolan seperti
rambut yang keluar dari dasar kaki.
3. epidemiologi
Menurut Departemen
Kesehatan RI prevalensi skabies di
Indonesia sebesar 4,60 – 12,95%
dan scabies menduduki urutan ke 3
dari 12 penyakit kulit tersering.
4. Faktor Resiko
• Jenis kelamin (laki-laki lebih
sering)
• Pengetahuan
• Personal hygiene
• Riwayat kontak
5. diagnosis
5.1 ANAMNESA
Pasien sering mengeluhkan
gatal yang berlebih pada saat malam
hari, Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan
penderita menjadi gelisah, terdapat
penularan dari satu orang ke orang
lain dalam 1 keluarga yang terkena
skabies.
5.2 Pemeriksaan Dermatologi

Lesi yang timbul berupa eritema,


krusta, ekskoriasi papul dan
nodul. Bila ada infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
Lesi yang khas adalah
terowongan yang tipis dan kecil
seperti benang, berstruktur linear
kurang lebih 1 hingga 10 mm,
berwarna putih abu-abu.
5.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Kerokan kulit

2.Mengambil tungau dengan jarum bila


menemukan terowongan

3.Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

4.Membuat biopsi irisan (epidermal shave


biopsy) dengan pewarnaan HE

5. Uji tetrasiklin
5.4 Pemeriksaan Histopatologi

Proses inflamasi ringan serta edema


lapisan Malphigi dan sedikit infiltrasi
perivaskular. Pada lesi papupolovesikuler
tampak berbagai sel infiltrat, terdiri dari
limfosit, histiosit dan eosinofil yang
terdapat di sekitar pembuluh darah.
6. PATOGENESIS
7. PATOFISIOLOGI
Reaksi alergi Akan terjadi ketika melakukan
yang sensitif perkembangan lesi penetrasi ke dalam
terhadap tungau
( S.scabies) dan timbulnya gatal kulit

sehingga reaksi
hipersensitivitas
pada sel mast yang tipe IV ( gejala
Reaksi tubuh
berlangsung di sekitar 10-30 hari) mengeluarkan
epidermis menyebabkan hipersensitivitas
degranulasi sel-sel mast dan tipe I yaitu
(peningkatan ig-E) pertemuan antigen
tungau dengan
Imunoglobulin-E

akan memproduksi Kelainan kulit


Papul-papul dan (efloresensi) yang
nodul inflamasi. disebabkan oleh
tungau (S. Scabies)
8. Diagnosis Banding
Etiologi Subjek Lokasi Efloresensi

Skabies Sarcoptes, Gatal Sela jari, Papul dan


scabie var. bokong, pusat, vesikel miliar
hominis paha bagian sampai
dalam lentikular,
kanalikuli

Creeping Ancylostoma Gatal dan Punggung Papul


Eruption braziliense, panas tangan, kaki, eritematosa
Ancylostoma bokong, paha polisiklik,
caninum telapak kaki serpiginosa,
kanalikuli

Pedikulosis Pedikulus Gatal Pinggang, Papul-papul


korporis humanus var. ketiak, miliar
corporis inguinal
9. Penatalaksanaan
9.1 NON-FARMAKOLOGI
Tidak ada

9.2 FARMAKOLOGI

1. Permethrin krim 5%, selama 8-12jam

2. Presipitat Sulfur 2-10% salep selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut

3. Emulsi enzil benzoate 25% selama 24 jam

4. Gamma benzene heksaklorida (Lindane) 1% krim atau lotion selama 24 jam

5. Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion selama 24

jam

6. Ivermectin oral dosis tunggal, 200 ug/kgBB

7. Sulfur presipitatum salep atau krim 2-5%. Obat ini lebih efektif dicampur dengan asam

salisilat 2% dioleskan di seluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari berturut-turut
10. Edukasi
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan
2. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan
tangan.
3. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan,
selalu cuci dengan teratur dan bila perlu
direndam dengan air panas
4. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya
mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut
menjaga kebersihan.
11. Komplikasi
• Infeksi sekunder akibat garukan

• Limfangitis

• Septiksemia

• Post-streptococcal glomerulonephritis
12. Prognosis
Prognosis baik jika diobati
dengan benar dan menjaga
kebersihan lingkungan
13. Profesionalisme

Jika masih terdapat


keluhan, segera
konsultasikan kepada
dokter spesialis kulit dan
kelamin.

Anda mungkin juga menyukai