Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN SCABIES

DI PUSKESMAS KOTA

OLEH KELOMPOK 2:

1. REINILDIS MALA
2. LUDGARDIS EHOL
3. ADELINA SIA
4. FRANSISKUS SOLANDUS HAMBUR
5. ANASTASIA IFONA AJENG
6. ANKARIA LUNUM
7. MARIA YUNITA ASUNG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
SANTU PAULUS RUTENG
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
SCABIES

I. DEFINISI
Scabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Pada
penyakit ini terdapat keluhan gatal-gatal yang hebat karena kutu tersebut menggali kulit
dan membuat terowongan dalam kulit, khususnya diantara jari-jari tangan, pada alat
genitalia serta bokong (Sunderkötter et al., 2021).
Skabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. homini dan
produknya. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabies dan produknya (Widayati, 2019).
Seluruh siklus hidup Sarcoptes Scabies mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari yang jantan mati setelah kopulasi yang betina
menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur. Setelah 3-5 hari menetas
menjadi larva dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa berkaki 8 (jantan dan betina) waktu
yang diperlukan sejak menetasnya telur sampai menjadi bentuk dewasa adalah 7-8 hari,
diluar tubuh penderita parasit hanya dapat hidup selama 2-3 hari pada suhu kamar
(Widayati, 2019).
Perkembangan skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keadaan
sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang
tinggi, sering berganti pasangan seksual, minimnya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit skabies, kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya (Rahmatia & Ernawati,
2020).
https://klinikkulitkelamin.com/penyakit-scabies/
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia adalah
sebagai berikut:(Chandler & Fuller, 2019)
1. Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang dengan tingkat
kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat
mandi secara teratur.
2. Skabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada
bayi, lesi terdapat di muka.
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan
gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi
terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
4. Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering
dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap
beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun
telah mendapat pengobatan anti skabies.
5. Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala
dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan
steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun selular.
6. Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis dan orang
tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang
lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa (Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi,
yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat
banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei di bawahnya.
Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan
gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, kadang diagnosisnya
baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang
banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan
tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes),
dan penderita imunosupresif.

II. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah Sarcoptes Scabies
1) Klasifikasi
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Akrarima,
super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var Hominis.
Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
2) Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan
daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki,
muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
3) Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati setelah
membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali terowongan
dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk betina yang dibuhai
dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki
didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar
antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240
mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Kurang lebih 10% telur yang dapat
menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan penyakitnya.

III. PATOFISIOLOGI
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka
bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah melalui
kontak langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu Scabies dapat
bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur
atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis
manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur
menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari
10% dari telur dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang
tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan
kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan
motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk
untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat
oleh kutu betina. (Sunderkötter et al., 2021).
IV. PATHWAY
Agen transmitter
sarcoptes scabies

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Scabies atau Kudis


Gangguan
body image

Sensitivitas terhadap sekret

Timbul papul, vesikel, urtika


Manifestasi klinis:
Membentuk kanakuli
(terowogan) di sela jari, Gangguan pola
Timbul rasa gatal tidur
tangan, siku, pegelangan
tangan
Timbul keinginan untuk
menggaruk

Gangguan integritas Pelepasan mediator


kulit Ulkus dan erosi prostaglandin

Risiko infeksi
Hipotalamus

Demam dan menggigil

Hipertermi
V. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Chandler & Fuller, (2019) tanda dan gejala yang muncul yaitu:
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2) Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok
pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang bewarna
putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-
lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian
sluar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong,
genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
5) Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan lipatan paha,
dan muncul gelembung berair pada kulit.
6) Erupsi kulit tergantung pada derajat sensitasi, lama infestasi,hygiene
perorangan, dan pengobatan sebelumnya, erupsi kulit. Batognomatik berupa
terowongan halu dengan ukuran 0,3-0,5 milimeter, sedikit meninggi, berkelok-
kelok, putih keabuan dengan panjang 10 milimeter sampai 3 centimeter dan
bergelombang
VI. DIAGNOSIS SCABIES
Kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan disertai papula, vesikula, urtika,
dan lain-lain. Garukan tangan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus scabies terinfeksi sekunder oleh
streptococcus aureus atau staphylococcus pyogenes:
Menurut Engelman et al., (2020) diagnosis ditegakkan atas dasar:
1) Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-
kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya
tampak vesikula, papula, atau pustula.
2) Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus,
bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka
dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi
dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.
3) Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang efektif.
4) Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga
menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari
disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu
meningkat.
Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya
dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan
kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati
dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali. Cara lain adalah dengan
meneteskan minyak immesi pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara
perlahan-lahan.
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower
dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan).
Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik
dari zat kimia organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan
kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan
sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan
antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat
kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada
daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies. Selain
itu, obat tradisional juga berkhasiat dalam menangani pengobatan Skabies.
Misalnya, khasiat tanaman obat permot (Passiflora foeltida) melalui aplikasi secara
topical atau dengan menggosok-gosokkan pada kulit yang terserang skabies,
mengakibatkan terjadinya pembesaran pori-pori kulit, sehingga bahan aktif yang
terkandung dalam tanaman permot akan diabsorbsi ke dalam kulit dan beraktivitas
terhadap tungau. Diduga khasiat yang memberikan pengaruh terhadap kematian
sarcoptes scabiei adalah asam hidrosianat dan alkaloid (Trasia, 2020).

VIII. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul:
1) Dermatitis akibat garukan
2) Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan
furunkel.
3) Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul
komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
4) Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.
Hal yang penting diperhatikan dalam pencegahan penyebaran penyakit scabies yang
bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit scabies kulit antara lain :
1. Menghindari kontak fisik dengan penderita atau menyentuh benda yang
sekiranya telah terpapar tungau, melalui sentuhan kulit kudis / scabies mudah
menular.
2. Usahakan untuk mencuci pakain, handuk, maupun seprai bekas pakai penderita
kudis / scabies menggunakan detergen dan air panas dan dijemur dibawah
matahari atau dry cleaned untuk membunuh tungau yang menepel.
3. Usahakan untuk rutin membersihkan rumah karena kondisi lingkungan yang
kotor bisa menjadi pemicu penyakit akibat tungau ini.seperti hal rutin
memvakum lantai, permukaan kursi, seprai dan sebagainya hingga bersih agar
tungau yang mungkin tertinggal bisa ditumpas.
IX. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan
diagnosa medis.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan saat didata.
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat
gatal yang dirasakan,kulit klien tampak kemerahan, pasien mengalami
demam, terdapat ulkus dan erosi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine
yang buruk)
3) Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi hubungan
dengan masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat
penyakit yang diderita.
d. Data biologis
1) Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.
2) Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
3) Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
4) Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
5) Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
2) Kesadaran: composmetis
3) Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya
ada papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.
4) Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa
kasar.
5) Badan: pada penderita scabies terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-
perubahan urtikaria, papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
2. Risiko infeksi ditandai dengan pertahanan primer yang tidak baik.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas/gatal.
4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI (SIKI)


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
(SDKI) (SLKI)
1 Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564)
kulit berhubungan intervensi keperawatan
Observasi
dengan adanya erosi diharapkan integritas
 Monitor karakteristik luka (mis:
kulit meningkat, dengan
drainase, warna, ukuran , bau)
kriteria hasil:
 Monitor tanda-tanda infeksi
a) Kerusakan
Terapeutik
lapisan kulit  Lepaskan balutan dan plester secara
menurun perlahan
b) Kerusakan  Bersihkan dengan cairan NaCl atau
jaringan pembersih nontoksik, sesuai
menurun kebutuhan
c) Nyeri menurun  Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke
d) Kemerahan
kulit/lesi, jika perlu
menurun  Pasang balutan sesuai jenis luka
e) Nekrosis  Pertahankan Teknik steril saat
menurun melakukan perawatan luka
f) Suhu kulit  Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
membaik dan drainase
g) Sensasi  Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi pasien
membaik  Berikan diet dengan kalori 30 – 35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 –
1,5 g/kgBB/hari
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
(mis: enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
2 Gangguan body image Setelah dilakukan Promosi Koping (I.09312)
berhubungan dengan intervensi keperawatan
Observasi
perubahan dalam maka citra tubuh
 Identifikasi kegiatan jangka pendek
meningkat, dengan
penampilan sekunder. dan Panjang sesuai tujuan
kriteria hasil:
 Identifikasi kemampuan yang
1. Melihat bagian
dimiliki
tubuh membaik
 Identifikasi sumber daya yang
2. Menyentuh bagian
tersedia untuk memenuhi tujuan
tubuh membaik
 Identifikasi pemahaman proses
3. Verbalisasi
penyakit
kecacatan bagian
 Identifikasi dampak situasi terhadap
tubuh membaik
peran dan hubungan
4. Verbalisasi
 Identifikasi metode penyelesaian
kehilangan bagian
masalah
tubuh membaik
 Identifikasi kebutuhan dan
5. Hubungan sosial
keinginan terhadap dukungan sosial
membaik
Terapeutik
 Diskusikan perubahan peran yang
dialami
 Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
 Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
 Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
 Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
 Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam
perawatan
 Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
 Tinjau Kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
 Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
 Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
 Damping saat berduka (mis:
penyakit kronis, kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
 Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan
yang mengancam
Edukasi
 Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan
sama
 Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
 Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
 Latih penggunaan Teknik relaksasi
 Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
 Latih mengembangkan penilaian
obyektif

3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas dan Istirahat


berhubungan dengan intervensi keperawatan
(I.12362)
ruritus/gatal. maka pola tidur
membaik, dengan Observasi
kriteria hasil:  Identifikasi kesiapan dan
1. Keluhan sulit tidur kemampuan menerima informasi
menurun Terapeutik
1. Keluhan sering  sediakan materi dan media
terjaga menurun pengaturan aktivitas dan istirahat
2. Keluhan tidak puas  Jadwalkan pemberian Pendidikan
tidur menurun Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Keluhan pola tidur  Berikan kesempatan kepada pasien
berubah menurun dan keluarga untuk bertanya
4. Keluhan istirahat Edukasi
tidak cukup  Jelaskan pentingnya melakukan
menurun aktivitas fisik/olahraga secara rutin
5. Keluhan sulit tidur  Anjurkan terlibat dalam aktivitas
menurun kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis: kelelahan,
sesak napas saat aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
4 Risiko infeksi ditandai Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
dengan pertahanan intervensi keperawatan
Observasi
primer yang tidak baik maka tingkat infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi
menurun, dengan
lokal dan sistemik
kriteria hasil:
Terapeutik
1. Demam menurun
 Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan
 Berikan perawatan kulit pada area
menurun
edema
3. Nyeri menurun
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
4. Bengkak menurun
kontak dengan pasien dan
5. Kadar sel darah
lingkungan pasien
putih membaik
 Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik

5. Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan Intervensi utama :


asuhan keperawatan Manajemen hipertermia
diharapkan Tindakan
termoregulasi a. Observasi
Ekspektasi: Membaik  Identifikasi penyebab
KH: hipertermia
 Menggigil menurun  Monitor suhu tubuh
 Kulit merah  Monitor kadar elektrolit
menurun
 Monitor haluaran urine
 Kejang menurun
 Monitor komplikasi akibat
 Pucat menurun
hipertermia
 Takikardi menurun b. Terapeutik
 Takipnea menurun  Sediakan lingkungan yang
 Bradikardi menurun dingin
 Hipoksi menurun  Longgarkan atau lepaskan
 Suhu tubuh pakaian
membaik  Basahi dan kipasi permukaan
 Ventilasi membaik tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
yperhidrosis
 Lakukan pendinginan
eksternal
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
 Ajarkan tirah baring
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

D. IMPLEMENTASI
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan disebut dengan implementasi
keperawatan. Implementasi dalam pelaksanaannya harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang memengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti dan
Mulyanti, 2017).
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang telah
disusun pada tahap perencanaan dan mengakhiri tahap implementasi denganS
mendokumentasikan tindakan keperawatan serta respon klien terhadap tindakan
yang telah diberikan. Tindakan keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan – tindakan pada intervensi keparawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Dokumentasi pada tahap
ini adalah dengan membandingkan secara sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang didapat dari
klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya (Dinarti dan Mulyanti, 2017).
Proses evaluasi keperawatan biasanya menggunakan komponen format
dengan formula SOAP, yaitu :
 S (data subjektif ), data berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien
atau keluarga yang masih dirasakan oleh pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan (Budiono, 2016).
 O (data objektif), data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan (Budiono, 2016).
 A (Analisis), interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru akibat perubahan status kesehatan klien
yang telah teridentifiksasi datanya dalam data subjektif dan objektif
(Budiono, 2016).
 P (Planning) Perencanaan keperawatan yang akan anda lanjutkan, anda
hentikan, anda modifikasi, atau anda tambahkan dari rencana tindakan
keperawatan. Tindakan yang telah menunjukan hasil yang memuaskan dan
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan. Tindakan yang
perlu dilakukan adalah tindakan kompeten untuk menyelesaikan masalah
klien dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya. Tindakan
yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang dirasa dapat membantu
menyelesaikan masalah klien (Budiono, 2016).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S.T DENGAN SCABIES
DI PUSKESMAS KOTA

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Kelompok 2

Tanggal Masuk : Selasa, 19-12-2023sSGGGGH7 Jam Masuk : 10.0030 WIB


Maret 2014
No. RM: XXXXX-36-XX
Tanggal Pengkajian: 19-12-20231 Maret 2014
Diagnosis medis: Scabies
Ruangan: Manajemen Terpadu Balita Saki saluran k
(MTBS)2.4/III
Identitas Anak Identitas Orang Tua
Nama : An.S.T Nama Ayah : Tn. N
Usia : 4 Tahun Nama Ibu : Ny. B
Jenis : laki-laki Pekerjaan ayah/ibu : Petani
Identitas

Kelamin Pendidikan ayah/ibu : SD


Anak ke : Kedua Agama : Katolik
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Pitak
Keluhan Utama: gatal-gatal pada seluruh badan, luka bernanah pada kedua tangan

An. E mengunkapkan nyeri pada daerah operasi diperut bagian bawah


Riwayat penyakit sekarang: Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami gatal-gatal pada
seluruh badan sejak 1 minggu yang lalu dan demam sejak 2 hari yang lalu. Ibu nya
mengatakan selama dirumah anak tersebut diberi obat antibiotik(amoxcilin) untuk mengurangi
gatal-gatal pada tubuh anaknya dan diberikan kompres hangat untuk menurunkan panas.
Namun, setelah minum obat tidak ada perubahan akhirnya orang tua anak tersebut diantar ke
puskesmas kota untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya.
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat alergi
Riwayat Alergi : (√ ) tidak ( ) ya
Jenis Alergi :
Obat : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
dll :-
Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu pasien mengatakan semua anggota keluarga yang tinggal
serumah juga memilki penyakit seperti yang dialami pasien.
Imunisasi
Hepatitis B: √ I
Polio :√ I √ II II √ III √ IV
DPT :√ I √ II √ III
BCG :√ I
Campak : √
Lain-lain : 3x
Keadaan Umum : Baik
RR: 22x/menit
Nadi: 120x/menit
TD: -
TTV

Suhu: 38,5 ˚c
Kesadaran: ( √ ) Alert ( ) Verbal ( ) Pain ( ) Unresponsive

Pertumbuhan
Antropometri

BB saat ini : 135 kg , Tb: 98 cm


Interpretasi status gizi (BB/U): Berat Badan Normal
Interpretasi status tinggi badan (TB/U): Tinggi Badan Normal
Waktu tempuhdarirumahkepuskesmas
 <15 menit
 15-30 menit
√30 menit – 1 jam
 >1 jam
Sumber air minum:
√PDAM
 Sungai
 Mata air
 Bak penampungan air
Dara barrier perawatan

 Dan lain-lain

Tempatpembuangansampah
 Selokan/got
 Lubang pembuangan sampah buatan sendiri
√Tempat pembuangan sampah umum dari RT dan lurah
 Tidak tahu/sembarangan

Pendapatan per bulan:


√<1.975.000
 >1.975.000

Terapi medis (medikasi/pengobatan):


1. Paracetamol 500 mg (tab 1,5)
2. CTM 4 mg (tab 1,5)
3. Vitamin C 1 tab
Pemeriksaan penunjang: -

PemeriksaanFokus
Data Subyektif Data Obyektif
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya 1. Kulit merah dan terasa gatal
mengalami gatal-gatal pada seluruh 2. Kerusakan jaringan/lapisan kulit
badan sejak 1 minggu yang lalu. 3. Tampak luka bernanah pada sela-sela jari tangan, sela-
sela jari kaki, dan selangkangan

DS: DO:
Ibu pasien mengatakan sejak 2 hari - Suhu tubuh diatas nilai normal
yang lalu anaknya mengalami demam - Kulit terasa hangat

ANALISIS DATA

Inisial pasien : By. Ny.B


Usia : 4 Tahun
No. RM : XXXXX
N Tanggal Data Etiologi Masalah
o
1. 19/12/2 DS: Kurang terpapar informasi Gangguan
3 Ibu pasien tentang upaya intergritas
mengatakan anaknya mempertahankan/melindungi kulit/jaringan
mengalami gatal- integritas jaringan
gatal pada seluruh
badan sejak 1
minggu yang lalu.

DO :
1. Kulit merah
dan terasa
gatal
2. Kerusakan
jaringan/lapis
an kulit
3. Tampak luka
bernanah
pada sela-sela
jari tangan,
sela-sela jari
kaki, dan
selangkangan
2. 19/12/2 DS: Proses penyakit (infeksi) Hipertermia
3 Ibu pasien
mengatakan sejak 2
hari yang lalu
anaknya mengalami
demam
DO:
- Suhu tubuh
diatas nilai
normal
- Kulit terasa
hangat

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Inisial pasien : By.Ny.B


Usia : 4 Tahun
No. RM : XXXXX
No Tanggal Diagnosis keperawatan
1. 19/12/23 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan
2. 19/12/23 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Inisial pasien : By.Ny.B


Usia : 4 Tahun
No. RM : XXXXX
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan & Intervensi Rasional
Tgl Keperawata
Kriteria hasil
n
(SMART)
1. Gangguan Setelah Perawatan integritas kulit 1. Mengidentifikasi
integritas dilakukan Observasi : penyebab gangguan
kulit/jaringa asuhan 1. Identifikasi intergritas kulit (mis,
n keperawatan penyebab gangguan perubahan sirkulasi)
berhubunga selama 1x20 integritas kulit (mis, 2. Menggunakan produk
n dengan menit perubahan sirkulasi, berbahan petrolium atau
kurang diharapkan perubahan status minyak pada kulit kering
terpapar integritas kulit nutrisi) 3. Menggunakan produk
informasi dan jaringan Terapeutik : berbahan ringan/alami
tentang ekspetasi 2. Gunakan produk hipoalergik pada kulit
upaya meningkat berbahan petrolium sensitif
mempertaha dengan kriteria atau minyak pada 4. Menganjurkan
nkan/melind hasil: kulit kering menggunakan pelembab
ungi Ibu mengerti 3. Gunakan produk 5. Menganjurkan minum
integritas tentang berbahan air yang cukup
jaringan pengobatan ringan/alami 6. Menganjurkan mandi
scabies hipoalergik pada dan menggunakan sabun
kulit sensitif secukupnya

Edukasi :
4. Anjurkan
menggunakan
pelembab
5. Anjurkan minum air
yang cukup
6. Menganjurkan
kepada orang tua
pasien untuk
menjaga kebersihan
dirumah dan
menjemur semua
barang (kasur,
bantal, dan selimut).

2 Hipertermia Setelah Manajemen hipertermia a. Observasi


berhubunga dilakukan Tindakan 1. Untuk mengetahui
n dengan asuhan e. Observasi penyebab hipertermi
proses keperawatan 1. Identifikasi penyebab 2. Untuk mengetahui
penyakit selama 1x20 hipertermia peningkatan suhu
(infeksi) menit 2. Monitor suhu tubuh yang dialami pasien
diharapkan f. Terapeutik b. Terapeutik
Termoregulasi 1. Longgarkan atau 1. Untuk mengurangi
Membaik lepaskan pakaian peningkatan suhu
Dengan KH: anak
Ibu mengerti g. Kolaborasi c. Kolaborasi
tentang 1. Kolaborasi 1. Untuk menurunkan
pengobatan pemberian demam
demam antipiretik

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial pasien : By.Ny.B


Usia : 4 Tahun
No. RM : XXXXX
Tgl Jam Evaluasi
Implementasi SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment,
Perencanaan)
19/12/23 10.00 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami gatal-
gatal pada seluruh badan sejak 1 minggu yang
lalu.
Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan
1. Mengidentifikasi
tentang pengobatan scabies
penyebab gangguan
intergritas kulit (mis,
O:
perubahan sirkulasi)
1. Kulit merah dan terasa gatal
2. Menganjurkan minum
2. Kerusakan jaringan/lapisan kulit
air yang cukup
3. Tampak luka bernanah pada sela-sela jari
3. Menganjurkan mandi
tangan, sela-sela jari kaki, dan
dan menggunakan
selangkangan
sabun secukupnya
A : masalah teratasi tujuan tercapai
serta menjaga
P: Lanjutkan intervensi
kebersihan dirumah
4. Menganjurkan menggunakan pelembab
dan menjemur semua
5. Menganjurkan minum air yang cukup.
barang (kasur, bantal,
6. Menganjurkan mandi dan menggunakan
dan selimut).
sabun secukupnya
7. Menganjurkan kepada orang tua pasien
untuk menjaga kebersihan dirumah dan
menjemur semua barang (kasur, bantal,
dan selimut).

19/12/ 10.00 1. Mengidentifikasi S:


23 penyebab hipertermi - Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Mengukur suhu mengalami demam dan flu, demam dan flu
tubuh bayi sudah berlangsung 2 hari
3. Menganjurkan ibu - Ibu mengatakan mengerti dengan
pasien untuk penjelasan tentang demam
melonggarkan O:
pakaian anak - Suhu tubuh di atas nilai normal (Suhu: 38 ˚c)
4. Memberikan edukasi - Kulit terasa hangat
tentang pengobatan A: masalah teratasi tujuan tercapai
untuk mengatasi P:
demam Lanjutkan intervensi no. C di rumah
(pemberian analgetik dirumah)
- Menganjurkan orang tua pasien agar
anaknya tetap diberi minum obat secara
teratur

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 desember 2023


didapatkan seorang anak dengan umur 4 tahun mengalami gatal-gatal seluruh badan.
Gatal-gatal tersebut sudah dialami selama 1 minggu yang lalu, kemudian orang tua
pasien memutuskan untuk mengantarkan anaknya ke puskesmas kota. Sampai di
puskesmas kota dokter memberitahukan bahwa anaknya mengalami penyakit skabies
atau yang disebut kudis. Setelah melakukan pemeriksaan dokter menyarankan kepada
orang tuanya untuk menjemur kasur dan mendapatkan salep serta pengobatan.
Berdasarkan teori scabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei (Widayati, 2019). Pada penyakit ini terdapat keluhan gatal-gatal yang hebat
karena kutu tersebut menggali kulit dan membuat terowongan dalam kulit, khususnya
diantara jari-jari tangan, pada alat genitalia serta bokong (Sunderkötter et al., 2021).
Adapun faktor risiko terjadinya scabies yaitu rendahnya personal hygiene. Dari teori
dan fakta yang telah diurai diatas bahwa scabies merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Sarcoptes scabiei (Widayati, 2019). Penyakit tersebut dapat
diatasi jika kita menjaga kebersihan diri serta lingkungan sekitar (Rahmatia & Ernawati,
2020).
Untuk diagnosis yang diangkat untuk penyakit skabies pada teori yaitu: Gangguan
integritas kulit, Risiko infeksi, Gangguan pola tidur, Gangguan body image, dan
Hipertermi. Sedangkan, pada saat pengkajian hanya diangkat diagnosis gangguan
integritas kulit dan hipertermi karena pada saat pengkajian yang kami temukan
dilapangan hanya menemukan data-data yang merujuk ke kedua diagnosis tersebut.
Diagnosis yang lain tidak diangkat karena jika kedua diagnosis tersebut dapat diatasi
dengan baik maka masalah yang lain juga dapat teratasi.
Untuk diagnosis gangguan integritas kulit dilakukan intervensi
menganjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya. Karena berdasarkan
artikel bahwa PHBS yang baik dapat menurunkan penyakit skabies ( Theresiana
Yunita, 2023). Intervensi yang kedua adalah menganjurkan ibu pasien
menggunakan pelembab. Pada disfungsi barier kulit oleh karena adanya defisiensi
filagrin dan penurunan lipid alami kulit, bermanifestasi terjadinya peningkatan
penetrasi alergen dan agen infeksi. Pelembap harus menjadi bagian penting pada
perawatan dan pemeliharaan kulit oleh karena risikonya yang rendah dan
kemampuannya untuk meningkatkan hidrasi kulit yang diukur dengan parameter
subjektif dan objektif. Pelembab mengembalikan kemampuan lapisan lipid
bilayers antar sel untuk menyerap, menahan dan mendistribusikan kembali air
(Nadeak & Made Birawan, 2022).
Intervensi yang ketiga yaitu menganjurkan ibu pasien ntuk menjemur semua
barang yaitu (kasur, bantal dan selimut) dapat mengurangi kejadian scabies
(Prayogi & Kurniawan, 2018). Diagnosis yang kedua yaitu hipertermi. Intervensi
yang dilakukan untuk diagnosis hipertermi adalah Intervensi yang pertama yaitu
identifikasi penyebab hipertermi. Berdasarkan artikel yang ditemukan bahwa
intervensi identifikasi penyebab hipertermi adalah kondisi dimana terjadinya
peningkatan suhu tubuh dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Penyebab hipertermia yaitu
dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (mis.infeksi,kanker),
ketidaksesuaian pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon
trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan inkubator. Intervensi yang berikut
monitor suhu tubuh. Pengukuran fisiologis merupakan kunci untuk mengevaluasi
status fisik dan fungsi vital, salah satunya pengukuran suhu tubuh. Pengukuran
suhu aksila dianjurkan untuk anak yang sangat menolak untuk dilakukan
pengukuran suhu melalui rektal tetapi juga tidak mungkin dilakukan pengukuran
suhu melalui oral.
intervensi yang terakhir melonggarkan atau lepaskan pakaian anak ataupun
menganjurkan memakai pakaian tipis bisa mengurangi penguapan dan membantu
penyerapan keringat, karena ketika suhu tubuh tinggi maka tubuh akan merespon
dengan mengeluarkan keringat dan menguap, selain itu juga melindungi
permukaan tubuh terhadap lingkungan dengan suhu udara yang tinggi atau panas.
Pelepasan pakaian atau selimut akan meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk
menurunkan suhu tubuh (Dewi Silviana et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Chandler, D. J., & Fuller, L. C. (2019). A Review of Scabies: An Infestation More than
Skin Deep. Dermatology, 235(2), 79–80. https://doi.org/10.1159/000495290
Dewi Silviana, Siti Haryani, & Tri Susilo. (2020). Pengelolaan hipertermi pada an. A
dengan kejang demamsimpleks di ruang amarilis rsud ungaran.
D3_080117A016_Manuskrip - Dewi Silviana, 1–12.
http://repository2.unw.ac.id/1139/1/D3_080117A016_Manuskrip - Dewi Silviana.pdf
Engelman, D., Yoshizumi, J., Hay, R. J., Osti, M., Micali, G., Norton, S., Walton, S.,
Boralevi, F., Bernigaud, C., Bowen, A. C., Chang, A. Y., Chosidow, O., Estrada-
Chavez, G., Feldmeier, H., Ishii, N., Lacarrubba, F., Mahé, A., Maurer, T., Mahdi, M.
M. A., … Fuller, L. C. (2020). The 2020 International Alliance for the Control of
Scabies Consensus Criteria for the Diagnosis of Scabies. British Journal of
Dermatology, 183(5), 808–820. https://doi.org/10.1111/bjd.18943
Nadeak, B. Y., & Made Birawan, I. (2022). The selection of moisturizer for treatment of
atopic dermatitis. Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran, 5(1), 30–39.
Prayogi, S., & Kurniawan, B. (2016). Pengaruh personal hygiene dalam pencegahan
penyakit skabies. Jurnal Majority, 5(5), 140–143.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/939
Rahmatia, N., & Ernawati, T. (2020). Penatalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit. Majority, 9(1), 1–8.
Sunderkötter, C., Wohlrab, J., & Hamm, H. (2021). Epidemiologie, Diagnostik und
Therapie der Skabies. Deutsches Arzteblatt International, 118(41), 695–704.
https://doi.org/10.3238/arztebl.m2021.0296
Trasia, R. F. (2020). Pemilihan Skabisida dalam Pengobatan Skabies. Journal of
Pharmaceutical And Sciences, 3(2), 58–63. https://doi.org/10.36490/journal-
jps.com.v3i2.41
Widayati, R. I. (2019). Mengenai Pencegahan Skabies Pada Anak Binaan Sos Children ’ S
Village Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 8(1), 92–98.
Yunita theresiana, nimas ayu lestari nurjanah, w. (2023). Program ) as well as a healthy
environment with scabies. 11(2), 554–564.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai