TIM PENGAMPU:
PANDUAN PROFESI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) II
PAS FOTO
4X6
NAMA :
NPM :
TANGGAL ……………..s/d …………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa,
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga panduan praktik
profesi ners mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II pada
Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik
Indonesia Santu Paulus Ruteng tahun ajaran 2023/2024 ini telah
berhasil diterbitkan.Buku panduan praktik Keperawatan Medikal
Bedah II ini disusun untuk membantu mahasiswa mencapai
kompetensi klinik yang telah ditetapkan sehingga diharapkan
mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah sesuai aspek
legal dan etis.
Panduan praktik profesi keperawatan medikal bedah II ini
merupakan panduan standar sebagai arahan dalam melaksanakan
praktik profesi keperawatan medikal bedah II. Panduan ini berisi
informasi tentang keadaan umum, materi, area kompetensi
praktik, lampiran penilaian, dan format pembuatan laporan
praktik profesi keperawatan medikal bedah II. Buku panduan ini
juga diperuntukkan bagi pembimbing dari lahan praktik maupun
akademik sebagai pedoman selama pelaksanaan praktik profesi
keperawatan medikal bedah II dalam upaya mencapai tujuan
Profesi Ners yang unggul dan dapat bersaing secara nasional dan
global. Masukan dari berbagai pihak terkait dalam pencapaian
kompetensi dan evaluasi proses pembelajaran sangat kami
harapkan sehingga akan lebih meyempurnakan panduan ini
selanjutnya.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi serta mengedepankan inovasi terkini dalam
bidang kesehatan menuju luaran yang unggul dan berdaya
saing nasional.
2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif dan
berkelanjutan serta dapat dijadikan landasan praktik
keperawatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Menyelenggarakan tata kelola yang transparan dan
akuntabel berstandar nasional.
5. Meningkatkan kerja sama nasional dan internasional
dalam mendukung tridarma perguruan tinggi dan
penyerapan lulusan.
BAB I
PENDAHULUAN
Mata Ajar : KMB I (Keperawatan Medikal Bedah II)
Program studi: Ners
Beban studi : 4 SKS
Koordinator : TIM Pembimbing Program Ners UNIKA Santu
Paulus Ruteng dan Tim Pembimbing RS
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KLINIK
A. Metode Pembelajaran Klinik
1. Bed side teaching
2. Pre conference
3. Post conference
4. Presentasi Kasus
5. One-minute preceptorship
6. Laporan askep
7. Presentasi Jurnal
B. Ketentuan evaluasi
1. Proses evaluasi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Evaluasi kegiatan preconference dan post conference dilakukan
pada saat mahasiswa mengikuti kegiatan preconference dan
post conference bersama pembimbing
b. Evaluasi pendokumentasian laporan
1) Laporan pendahuluan dievaluasi pada hari praktik oleh
pembimbing klinik
2) Pembimbing klinik dapat meminta mahasiswa melakukan
perbaikan bila LP tidak sesuai
3) Laporan akhir askep dievaluasi diakhir minggu
c. Evaluasi kinerja klinik
d. Kinerja klinik terdiri dari komponen sikap dan teknik
komunikasi selama melaksanakan praktik klinik keperawatan
medikal bedah
e. Evaluasi seminar
f. Evaluasi hasil asuhan keperawatan kelompok dan presentasi
kasus kelolaan oleh kelompok di akhir stase
g. Evaluasi ketrampilan
Evaluasi hasil pencapaian kuanttitatif yang didapatkan oleh
mahasiswa di lahan praktik
h. Evaluasi ujian akhir stage
1) Ujian akhir stase dilakukan sebanyak 1 kali di akhir stase
keperawatan Medikal Bedah I
2) Ujian dilaksanakan secara komprehensif selama satu hari
dan dinilai oleh 2 penguji dari lahan praktik dan institusi
3) Jadwal dan teknis ujian diatur tersendiri
4) Nilai batas ujian 75 dan diberi kesempatan mengulang
sebanyak 1 kali
2. Nilai kelulusan praktik profesi mata ajar keperawatan Medikal
Bedah I adalah 75 (B).
BAB V
PERATURAN PROGRAM PROFESI NERS
A. TATA TERTIB
Berikut ini merupakan tata tertib klinik yang harus dipatuhi baik
oleh mahasiswa maupun pembimbing
1. Disiplin
a. Mahasiswa datang 15 menit sebelum praktik dimulai dan
mengisi absensi kehadiran waktu datang dan waktu pulang.
b. Kehadiran 100%
Mahasiswa wajib menjalankan praktik klinik keperawatan yang
telah ditentukan secara penuh. Bila sakit mahasiswa harus
menyertakan surat keterangan sakit dari dokter. Izin diberikan
untuk alasan kematian anggota keluarga inti. Ijin maksimal 3
hari.
c. Menggunakan jam istirahat dengan tepat, secara bergantian dan
memberitahukan kepada pembimbing lahan sebelum dan
sesudah istirahat.
d. Mahasiswa wajib memberitahukan kepada pembimbing dan
perawat di ruangan bila akan pulang.
e. Mahasiswa yang datang terlambat dianggap tidak hadir dan
mahasiswa yang tidak masuk tanpa alasan mengganti dua kali
lipat dari hari tidak masuk, apabila ijin atau sakit mengganti
sesuai hari ijinnya.
2. Sikap dan Tingkah Laku
a. Berperilaku sopan, ramah, dan memperhatikan tata susila serta
mencegah hubungan yang kurang harmonis dengan para
perawat, dokter, karyawan lainnya, pasien dan keluarga serta
pengunjung.
b. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam
praktik.
c. Menjaga ketertiban, ketenangan dan keamanan baik di unit
praktik maupun diluar unit praktik.
d. Menggunakan dan menjaga fasilitas serta sarana di tempat
praktik sesuai dengan ketentuan.
e. Bersikap jujur terhadap barang – barang milik lahan praktik dan
milik sesama.
3. Pelaksanaan Tugas
a. Mengikuti petunjuk pembimbing, kepala unit dan perawat
pembimbing yang ditunjuk.
b. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan pendampingan
perawat pembimbing sesuai dengan prosedur lahan praktik.
c. Membaca rekam medik pasien sesuai dengan keperluan dan
mengembalikan ke tempat penyimpanan semula sehingga tidak
menyulitkan orang lain yang memerlukan.
d. Ikut terlibat dalam kegiatan rutin di lahan praktik dan
menggunakan kesempatan sebanyak mungkin untuk praktik.
e. Menghormati hak-hak pasien, terutama hak kerahasiaan dan
privasi.
f. Efektif dan efisien dalam melakukan tindakan keperawatan.
g. Menggunakan alat-alat sesuai dengan pedoman operasional alat
yang tersedia di lahan praktik.
h. Membawa peralatan atau perlengkapan praktik sendiri berupa
stetoskop, alat tensi, termometer, masker, dan handscoon.
i. Mahasiswa dengan kuku tangan panjang wajib dipotong
pendek dan tidak diperkenankan memakai cat kuku dan
perhiasan, kecuali jam tangan.
j. Pemalsuan tanda tangan atau paraf pembimbing merupakan
pelanggaran etika berat, ketika diketahui pelanggaran tersebut
dilakukan mahasiswa maka mahasiswa yang bersangkutan
harus mengulang praktik pada semester berikutnya.
4. Seragam dan Penampilan
a. Memakai seragam lengkap dan rapi sesuai ketentuan Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
1) Pakaian sesuai dengan ketentuan Program Studi Pendidikan
Profesi Ners
2) Identitas papan nama dipasang pada tempatnya.
3) Sepatu: tertutup, bersih, tidak berbau, warna hitam dan
putih.
b. Rambut: bersih dan disisir rapi, untuk wanita menggunakan cap
dan hairnet, untuk pria rambut harus digunting pendek (panjang
maksimal 1 cm).
c. Tidak berjenggot dan berkumis.
d. Hanya boleh mengenakan jam tangan.
e. Menggunakan make up sederhana.
f. Mahasiswa dengan pakaian dan atribut yang tidak sesuai
dengan aturan yang telah ditentukan, tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan praktik dan mengganti 2 kali.
5. Larangan Terhadap Mahasiswa
Mahasiswa dilarang untuk :
a. Melakukan tindakan keperawatan tanpa pengawasan
pembimbing.
b. Melakukan tindakan yang bisa mengganggu kenyamanan
pasien.
c. Memberikan keterangan atau informasi medik pada pasien atau
keluarga.
d. Meningggalkan lahan praktik selama praktik, kecuali jam
istirahat.
e. Membuat keributan atau ikut serta dalam keributan yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan ketenangan.
f. Meminjam atau membawa pulang alat-alat milik unit praktik,
status pasien dan barang milik pasien.
g. Melakukan hal berikut selama praktik : merokok, minum
minuman keras, mabuk.
h. Menggunakan atau memperdagangkan segala jenis obat
golongan napza (Narkotika, Psikotropika dan zat aditif lainnya).
i. Membawa senjata tajam dan melakukan tindakan kriminal.
j. Menggunakan handphone selama praktik berlangsung.
6. Tata Tertib Selama Praktik
a. Pembimbing klinik berhak dan berkewajiban untuk
mengingatkan mahasiswa yang melalaikan tata tertib.
b. Setiap mahasiswa diharapkan mempertahankan kesehatan diri
sendiri sehingga kehadiran dalam praktik 100%.
c. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktik klinik wajib
melaporkan ketidakhadiran pada CI lahan dan CI institusi,
apabila sakit harus membawa surat keterangan sakit dari dokter
dan harus mengganti hari praktik atas persetujuan CI Lahan.
d. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan praktik
tanpa ijin dari CI lahan/kepala ruangan.
e. Mahasiswa wajib mentaati semua peraturan dan tata tertib di
lahan praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
NO KELOMPOK 3 NO KELOMPOK 4
1 ANDIKA PRATAMA 1 ANDRI SYAMSURRIZAL
2 YOHANES BERCHMANS EFRIN 2 FRANSISKUS SOLANDUS HAMBUR
3 MARIA ROSALIA RISTA 3 HESDIANA FATMAWATI MIUS
4 MARIA IVANY SURIATY 4 ANASTASIA IFONA AJENG
5 MARIA C. SAPUTRI 5 ANKARIA LUNUM
6 YUNITA EGE ATE 6 PATRISIA DIRNA
7 MARGARETA SALINA 7 MARIA YUNITA ASUNG
NO KELOMPOK 5 NO KELOMPOK 6
1 KAROLUS FRANSISKUS TONO 1 YOSEP KOPERTINO SESO
2 DOROTEA NASVIA 2 GREGORIUS GABUT
3 ADELA HELNES NONI 3 FELOMENA MURNI
4 DIDIANA NURHAYATI 4 SESILIA GRATIA HAMBUR
5 YULIANA SULASTRI AMBUT 5 AURELIA LIS
6 WALDETRUDIS WAHYUNI 6 MARIA SURIANTO SEDIA
7 LAURENSIUS DAMA 7 MELANIA ARLIANA MEO
Lampiran 2
DAFTAR HADIR MAHASISWA
Waktu Paraf
No Hari/tanggal
Dtg Plg Mahasiswa Pembimbi
(Jam) (jam) ng klinik
Lampiran 3
LOGBOOK PROFESI
1.1. Kontrak Pembelajaran
Tujuan Rencana Kegiatan Metode/ Alokasi
TT Preseptor
Belajar Media Waktu
1.2. LaporanKegiatan Harian/Daily Log
Nama Preseptee :
Nama Preceptor :
Ruang/Unit :
Departemen :
Hari/ Rencana Kegiatan Kegiatan yang TT
Tanggal Telah Preceptor
Dilakukan
1.3. Refleksi Integrasi
1) Perasaan positif dan negatif selama praktek
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………………………………………………
2) situasi yang dianggap bermakna / yang mengesankan
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………
3) situasi yang dianggap tidak bermakna / yang kurang
mengesankan
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………………………………………………
Lampiran 4
DAFTAR TOPIK DISKUSI
Ruangan : …………………………
Lahan Praktik : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Ruangan : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Ruangan : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Ruangan : …………………………
Ruangan : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Ruangan : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Ruangan : …………………………
Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing
Lampiran 5
KEGIATAN BIMBINGAN KEPERAWATAN (CI LAHAN)
Lampiran 6
KEGIATAN BIMBINGAN KEPERAWATAN (CI Institusi)
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji:
NIM:
Unit : …………………………………..
Autoanamnese : …………………………………..
Kamar : …………………………………..
Alloanamnese : …………………………………..
Tanggal masuk RS : ………………………….……….
Tanggal pengkajian : …………………………..............
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : ………………………………...
Umur : ………………………………..
Jenis kelamin : ……………………………….
Status perkawinan : ……………………………….
Jumlah anak : ………………………………..
Agama/ suku : ………………………………..
Warga negara : ………………………………..
Bahasa yang digunakan : ………………………………..
Pendidikan : ………………………………...
Pekerjaan : ……………………………….
Alamat rumah : ………………………………..
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : ………………………………..
Umur : ………………………………..
Alamat : ………………………………..
Hubungan dengan pasien : ……………………
B. TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): ………………………………
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik : …………………………..
b) Respon bicara : …………………
c) Respon membuka mata : …………………
Jumlah:
Kesimpulan : …………………………………………..
2. Tekanan darah :……………………..mmHg
MAP :………………………..mmHg
Kesimpulan : ………………………………………
3. Suhu :………..0C di Oral Axila Rectal
4. Pernapasan: ……….x/menit
Irama : Teratur Bradipnea Takipnea
Kusmaul Cheynes-stokes
Jenis : Dada Perut
5. Nadi : ………..x/menit
Irama : Teratur Bradikardi Takikardi
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : …………….cm
2. Tinggi badan : …………….cm
3. Berat badan : …………….kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) : …………...
Kesimpulan : ………………………………….
D. GENOGRAM
3 GENERASI
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
................................................................
Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Observasi :
..................................................................................................................
................................................................
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : …………….x/menit
b) Palpasi kandung kemih: Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal: Positif Negatif
d) Mulut uretra : ……………………………
e) Anus :
Peradangan : ………………………
Hemoroid : ………………………
Fistula : ………………………
Kaki
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan
sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak
mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi
tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit
gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak
mampu bergerak
Refleks fisiologi : …………………………..
Refleks patologi : …………………………
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : …………………
Varises tungkai : ………………
i) Columna vetebralis:
D. N V :
Sensorik : ..…………………………………………………
Motorik : ..…………………………………………………
E. N VII :
Sensorik : …..………………………………………………
Motorik : …..……………………………………………….
F. N VIII :
Vestibularis : ….……………………………………………
Akustikus : …..……………………………………………
G. N IX : ………………………………………………………
H. N X : ………………………………………………………
I. N XI : ………………………………………………………
J. N XII : ……………………………………………………..
(……………………………………………..)
RENCANA TINDAKAN
Nama klien :..…………………………….
No. Register :………………………..........
Umur :……………………………..
Diagnosa Medis :……………………………..
Ruang :……………………………..
Alamat :……………………………..
N Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisas
o Keperawata Kriteria i
n Hasil
*Pada kolom implementasi khusus pemberian obat dan cairan dituliskan lengkap
nama obat/cairan, dosis dan rute
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
..................................................................................................................................
.....................................................................
8. Kontra indikasi :
..................................................................................................................................
.....................................................................
*Pada kolom etiologi, disusun berupa pohon masalah s.d DP yang disimpulkan
berdasarkan SDKI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur :..................................................................
Ruang/Kamar:...................................................................
N
O DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. Perencanaan
2 Tingkat persiapan
pengetahuan/knowledge selama
diskusi
3 Kemampuan mendiskusikan
prinsip-prinsip dasar terhadap
skill/kasus yang didiskusikan
4 Performance mahasiswa: critical
thinking, attitude, dan logical
thingking dalam penyampaian
pendapat/pertanyaan
Skor= skor x 100%
Total nilai komponen CBL
RENTANG SKOR:
1 : Sangat Kurang
2 : Kurang
3 : Cukup
4 : Cukup Baik
5 : Baik
6 : Baik Sekali
Lampiran 13
1 Persiapan perawat
2 Persiapan pasien
3 Persiapan lingkungan
5 Teknik Asseptic
Keterampilan komunikasi terapeutik ;
mengidentifikasi masalah, memberikan respon
6 yg sesuai.
Keterampilan pemeriksaan fisik; kesesuaian
pemeriksaan dg masalag kesh yg ada,
7 kemampuan memberi penjelasan kpd pasien.
Profesionalisme; hormat, empati,
8 memperhatikan prinsip etik
Pelaksanaan intervensi ; intervensi terapeutik,
9 edukasi
10 Melakukan evaluasi
11 Pendokumentasian
SKOR D= (Skor/44)x100%
B. Kemampuan presentasi
8 Menguasai kasus
SKOR = (Skor/54)x100%
TOTAL SKOR KOMPONEN E= 30% X SKOR
E
LAMPIRAN 17
PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL
ASPEK YANG DINILAI Rentang skor
A. Integritas 1 2 3 4
Membuat laporan askep, tutorial, jurnal
1 dan/atau tugas lain secara tidak jujur/plagiat
Memalsukan dokumen/ data di buku
2 kegiatan
3 Memberi contekan atau mencontek
Memalsukan tanda tangan presensi
4 kehadiran
Memalsukan tanda tangan
5 dosen/pembimbing/perseptor/CI
Melakukan tindakan tercela (berkata
6 kasar/kotor,
7 Memalsukan tanda tangan presensi kehadiran
B. Responsibility
Melaksanakan tugas tidak sesuai dengan
8 waktu yang telah ditetapkan
Keterangan Skor:
4= tidak pernah
3=pernah 1 x
2= Pernah 2-3 x
1 = pernah lebih dari 3x
Skor:
LAMPIRAN 18
OLEH :
ROSALIA D. PADUT
NPM. 21203019
Menyetujui,
………………………………………… ……………………………………………….
NIDN. NIP.
Lampiran 21
TARGET KETERAMPILAN
PERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
A. Keterampilan prosedur dasar keperawatan medikal bedah
Bantuan Mandiri
No Kompetensi Observ.
Tempat Tanggal Paraf
1 1.
Memberikan kompres 2.
3.
2 Melakukan perawatan 1.
luka 2.
3.
3 Mengangkat jahitan 1.
luka operasi 2.
3.
4 Melakukan skin test 1.
2.
3.
5 Memberikan obat 1.
melalui injeksi (iv, im, 2.
sc, ic) 3.
6 Melakukan 1.
pemasangan infus 2.
3.
7 Memasang transfusi 1.
darah 2.
3.
8 Menghitung 1.
keseimbangan cairan 2.
3.
Menyiapkan 1.
2 peralatan
untuk 2.
lumbal
pungsi 3.
Mengukur 1.
3 GCS
2.
3.
Menyiapkan 1.
4 pasien
untuk 2.
pemeriksaa
n EEG 3.
Menyiapkan 1.
5 pasien
untukpemer 2.
iksaan CT
Scan 3.
Menyiapkan 1.
pasien untuk
2.
6 MRI
3.
Memeriksa 1.
syaraf kranial
2.
7
3.
8 Membantu 1.
pasien
latihan 2.
pasifdan aktif
membantu 3.
ambulasi
Melakukan 1.
pendidikan
2.
9 kesehatan
3.
LAMPIRAN 22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KETERAMPILAN
A. PENGERTIAN
Membersihkan luka atau insisi dan memasang penutup
pelindung steril dengan menggunakan teknik aseptik
B. TUJUAN
1) Melindung luka dari kontaminasi mikroorganisme
2) Merangsang granulasi dan penyembuhan luka
3) Menopang atau membidai lokasi luka
4) Merangsang insulasi termal pada permukaan luka
5) Menjaga kelembaban tinggi antara luka dan perban
6) Memberikan kenyamanan fisik, psikis dan aestetik
C. INDIKASI
Prosedur ini dilakukan untuk mengganti balutan luka
D. PROSEDUR
B PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
2. Memakai handschoen bersih
3. Menuangkan NaCl 0,9% ke dalam
kom steril
4. Mengambil kasa steril
secukupnya, kemudian masukan
ke dalam kom steril berisi
larutan NaCl 0,9%
5. Pasangkan perlak di bawah
luka klien
6. Buka balutan luka klien,
sebelumnya basahi dulu plester
atau hipafiks dengan NaCl atau
semprot dengan alkohol
7. Masukan balutan yang sudah
kotor ke dalam bengkok
8. Observasi keadaan luka klien,
jenis luka, luas luka, adanya pus
atau tidak dan kedalaman luka
9. Ganti handschoen bersih
dengan handschoen steril
10. Lakukan perawatan luka:
1) Bersihkan luka dengan kasa
yang sudah di beri larutan
NaCl 0,9%
2) Keluarkan pus/nanah
apabila area luka tampak
bengkak dan bernanah
3) Buang jaringan yang sudah
membusuk (jika ada)
menggunakan gunting
jaringan
4) Lakukan irigasi pada luka
11. Oleskan obat luka (jika ada)
12. Tutup luka dengan kasa kering
steril secukupnya
13. Fiksasi luka dengan hipafiks
14. Rapikan alat
15. Rapikan klien
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
Keterangan
0: Tidak dapat melakukan secara mandiri
1 : Dapat melakukan dengan bantuan
2 : Dapat melakukan secara mandiri
A. PENGERTIAN
Membersihkan luka bakar dengan Nacl 0,9 % menggunakan teknik
aseptik untuk mengangkat eksudat dan mengoleskan obat antibakteri
B. TUJUAN
1. Mempercepat penyembuhan luka
2. Mencegah komplikasi
3. Membersihkan luka
C. JENIS PERAWATAN LUKA BAKAR
1. Perawatan terbuka
Krim antimikroba dioleskan pada luka dengan menggunakan
sarung tangan dan luka dibiarkan terbuka terkena udara tanpa
ditutup kasa. Krim dioleskan ulang sesuai kebutuhan
Keuntungan :
Meningkatkan visibilitas luka
Kebebasan mobilitas sendi
Kerugian :
Meningkatkan risiko hipotermia
2. Perawatan tertutup
Pada metode tertutup, kasa diolesi krim antimikroba dan
dipasang pada luka
Keuntungan
Keterbatas mobilitas
Pemeriksaan luka yang terbatas
D. MENGHITUNG LUAS LUKA BAKAR
F. PROSEDUR
0 1 2
A. PERSIAPAN
1 Persiapan Perawat
Mengecek catatan medis
2 Mengkaji keadaan klien
Persiapan alat :
Troli bersisi :
1) Set Perban
2) Perban steril dalam wadah
3) Kasa steril dalam wadah
4) Perban vaselin steril
3 5) Sulfa diazin perak 1 %
6) Nacl, 0,9 % steril
7) Forseps bengkok
8) Plester dan gunting
9) Gunting steril
10) Kain steril
11) Kantong plastik untuk pembuangan
sampah
Persiapan Klien
Identifikasi klien
Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Memberikan kesempatan bertanya
Prosedur Pelaksanaan
1) Berikan analgesik sekitar 20 menit
sebelum prosedur sesuai instruksi
dokter
2) Basahi perban yang lama dengan Nacl
0,9 % dan lepaskan
3) Berikan hidroterapi/cuci luka.
Membantu membersihkan luka
4) Atur suhu ruangan pada 24 derajat
Celsius dan kelembaban pada 40-50 %
menggunakan pelembab ruangan
portable bila ada
5) Gunakan masker dan topi pelindung
6) Cuci tangan dan pakai baju pelindung
dan gunakan sarung tangan steril
7) Bersihkan dan lakukan debridement
luka dengan menggunakan gunting
steril dan forceps. Angkat jaringan mati
yang mengelupas dan kulit mati
8) Bersihkan luka dengan Nacl 0,9 % dan
keringkan
9) Inspeksi luka dan area sekitarnya
10) Oleskan obat topical pada luka
11) Jika memakai metode tertutup, tutup
luka dengan menggunakan perban
vaselin dan pasang kasa steril
12) Pasang perban di atas kasa
13) Bereskan peralatan dan lepaskan
sarung tangan serta baju pelindung
Evaluasi :
Respon klien
Kondisi luka terhadap jumlah, warna dan bau
secret, ukuran luka dan tanda epitelisasi
Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Cuci tangan
Dokumentasi :
Tanggal pergantian perban, lokasi luka , kondisi
luka bersih /kotor , jumlah seckret, warna dan
bau secret, ukuran luka tanda epitelisasi
Sikap :
Ramah
Menjaga privacy
Bertanggung jawab
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
Definisi
Tindakan latihan yang diberikan perawat kepada klien yang meliputi
latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif
Tujuan
(1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
(2). Memelihara mobilitas persendian,
(3) Merangsang sirkulasi darah,
(4). Mencegah kelainan bentuk
Indikasi
1. Klien yang mengalami hambatan mobilitas fisik
2. Klien yang mengalami keterbatasan rentang gerak
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN GIPS
A. PENGERTIAN
Gips adalah suatu kerangka yang keras yang terbuat dari plester,
fiberglas, atau materi plastic yang digunakan untuk mengimobilisasi
bagian tubuh yang mengalami fraktur.
B. TUJUAN
Mengimobilisaskan bagian tubuh dalam posisi tertentu
Memberikan penekanan / kompresi jaringan lunak
Mencegah memperbaiki deformitas
Menyokokng dan menstabilkan sendi yang lemah
C. PENGKAJIAN AWAL
Kaji status neurovascular dari ekstremitas yang terpasang gips :
nyeri, bengkak, warna (pucat/kebiruan), temperature (akral
dingin), rasa kesemutan dan baal, nyeri saat digerakkan, caplary
refille lambat, denyut nadi, kelumpuhan.
Kaji integritas kulit yang terpasang gisp: perhatikan adanya
nyeri, bau, dan cairan yang keluar dari gips.
Kaji posisi dan penekanan pada ekstermitas yang terpasang gips
Kaji status pernapasan, kardivaskular dan gastrointestinal
Kaji keluhan gatal atau iritasi di bagian dalam gips
Kaji aspek psikologis klien terhadap dampak penyakit, gips dan
imobilisasi
Kaji pengetahuan klien tentang perawatan gips
D. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Plester
B. Pena untuk menandai drainage
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Lapisi setiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 s.d 2
buah plester
8 Beri tahu dokter jika ada area gisp yang terlalu
kencang
10 Tinggikan ekstremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
11 Untuk klien yang terpasang gips yang luas,
tempatkan posisi tempat tidur dalam posisi
Trendelenburg untuk hari pertama atau kedua untuk
mencegah bengkak, kecuali ada kontraindikasi
dengan kondisi klein
12 Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu
sehingga semua permuakaan gips terpaparr udara
sehingga dapat kering
Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap 2jam
Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuai klien merasa tidak nyaman
Beri batuan pada klein sehingga daapt mencegah
injuri
13 Minta klien untuk tidak menggunakn pisau,pulpen
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit bawah permukaan gips
14 Cium/membaui tepi gips yang terbuka untuk
mengkaji adanya infeksi di bawah gips
TAHAP TERMINASI
15 Mengevaluasi reaksi klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Cuci tangan
18 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI
A. PENGERTIAN
Traksi adalah aplikasi dengan menggunakan kekuatan pada bagian
tubuh tertentu pada musculoskeletal dengan menggunakan tali,
beban,dan katrol
B. TUJUAN
1. Menuru
2. Mengem
trauma/fraktur
3. Mengur
4. Menceg
C. KOMPLIKASI
2. Infeksi pin traksi pada traksi skeletal
3. Kerusakan kulit dan dermatitis di bawah traksi
kulit
4. Komplikasi Akibat imobilisasi : statis
pneumonia, tromboplebitis, dan dekubitus
D. PRINSIP PENGGUNAAN TRAKSI
1. Pertahankan tegangan traksi dengan
menggunakan bebn bebas gantung
2. Pertahankan tali pada system control
dan pastikan tali dapat bergerak bebas dan simpul tidak
mempengaruhi pergerakan
3. Pertahankan posisi klien di tengah
tempat tidur
4. Pertahankan traksi secara kontinu atau
intermiten sesuai dengan instruksi dokter
E. KONTRA INDIKASI DAN PERHATIAN KHUSUS
1. Umur menjadi suatu batasan
untuk penggunaan satu atau lebih tipe traksi kulit atau skeletal.
Karena kurangnya massa atau kekuatan otot, untuk bayi baru
lahir atau orang lanjut usia tidak menggunakan traksi
2. Luka terbuka atau lesi juga
merupakan kontra indidkasi untuk penggunakan traksi skeletal
atau kulit karena dapat menyebabkan infeksi
3. Jumlah pemberat yang
digunakan ditentukan oleh dokter
F. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
a. Pada traksi kulit
Bantal keras
Bedak kulit
Kom berisi air putih
Handuk
Sarung tangan bersih
b. Pada traksi skeletal
Zat pembersih untuk perawatan pin
Set ganti balut
Salep anti bakteri (k/p)
Kantung sampah infeksius
Sarung tangan steril
Lidi kapas
Povidone iodine (k/p)
Kassa steril
Piala ginjal
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
Traksi Kulit
7 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
8 Cuci, keringkan dan berikan bedak kulit sebelum
traksi di pasang kembali
10 Lepas sarung tangan
11 Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas
distal yang terpasang traksi
12 Berikan bantalan di bawah ekstremitas yang tertekan
13 Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan
setiap 2jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas
bawah untuk fleksi ekstensi dan rotasi
14 Lepas traks setiap 8 jam atau sesuai instruksi
Traksi Skeletal
15 Cuci tangan
16 Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur
untuk mempertahankan tarikan traksi optimal
17 Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan
sarung tangan steril
18 Bersihka pin serta area kulit sekitar pin,
menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari
pin (dari dalam keluar)
19 Beri salep antibakteri jika diperlukan sesuai protocol
RS
20 Tutup kassa di lokasi penusukan pin
21 Lepas sarung tangan
22 Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastic
khusus infeksius
23 Cuci tangan
24 Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk
membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama
ganti alat dan membersihkan area punggung /
bokong
25 Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
TAHAP TERMINASI
26 Mengevaluasi reaksi klien
27 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
28 Cuci tangan
29 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN TONGKAT/KRUK DAN
PENYANGGA
a. PENGERTIAN
Kruk adalah alat bantu yang digunakan untuk menyokong tubuh klien
yang membutuhkan bantuan dalam berjalan karena adanya penyakit,
injuri atau cacat bawaan, Kruk digunakan oleh klien yang harus
memindahkan beban tubuhnya ke tangan
b. TUJUAN
Membantu klien dalam melakukan mobilisasi
Mempertahankan dan mengingkatkan keseimbangan tubuh
Menyokong berat badan klien dari satu atau kedua kaki
c. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
Alat untuk ambulansi
Safety belt
Alas kali yang tidak licin
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Deskripsikan tentang jenis kruk yang akan digunakan
8 Pastikan bahwa jenis kruk yang akan digunakan
sudah disesuikan dengan tinggi klien
10 Pasang safety belt jika merasa tidak yakin dengan
keseimbangan klien
11 Bantu klien dalam keadaan berdiri dan amati
keseimbangan tubuh klien. Jika klien tampak lemah,
bawa klien ke tempat tidur
12 Pilih kruk yang sesuai
a. Four – point gait
13 Mulai dalam posisi tripod. Kruk ditempatkan 15 cm
di depan dan 15 cm disamping tiap kaki
14 Gerakkan kruk sebelah kanan 10-15 cm
15 Gerakkan kaki kiri ke depan sejajar dengan kruk
sebelah kiri
16 Gerakkan kruk kiri ke depan sejauh 10-15 cm
17 Gerakkan kaki kanan ke depan sejauh kruk sebelah
kanan
18 Ulangi gerakan
b. Three – point gait
19 Mulai dengan posisi tripod
20 Majukan kedua kruk dan kaki yang lumpuh
21 Gerakkan kaki yang kuat ke arah depan
22 Ulangi gerakan
c. Two – point gait
23 Mulai dalam posisi tripod
24 Gerakkan kruk kiri dan kaki kanan ke depan
25 Gerakkan kruk kanan dan kai kiri ke depan
26 Ulangi gerakan
Menaiki tangga dengan kruk
27 Mulai dalam posisi tripod
28 Klien memindahkan beban tubuh ke kruk
29 Kaki yang sehat bergerak maju
30 Sejajarkan kadua kruk dengan kaki yang sehat
31 Ulangi gerakan hingga klien mencapi bagian atas
tangga
Menuruni tangga dengan kruk
32 Mulai dengan posisi tripod
33 Pindahkan beban tubuh ke kaki yang sehat
34 Pindahkan kruk ke anak tangga di bawahnya, dan
instruksikan klien untuk memindahkan beban tubuh
ke kruk dan pindahkan kaki ynag sakit ke depan
35 Pindahkan kaki yang sehat menuruni tangga dan
letakkan sejajar dengan kedua kruk
36 Ulanggi gerakan hingga klien mencapai anak tangga
terakhir
TAHAP TERMINASI
37 Mengevaluasi reaksi klien
38 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
39 Cuci tangan
40 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER
A. PENGERTIAN
Walker adalah alat bantu ambulansi yang sangat ringan, dan dapat di
bawa kemana-mana, tingginya kira-kira setinggi pinggsng, terbuat dari
metal disertai adanya pegagan, punya empat kaki dan terdapat satu
bagian sisi yang terbuka
B. TUJUAN
Menyokong tubuh klien dengan stabilitas dan keamanan lebih
besar dibandingakn alat bantu lainya
Dipilih untuk orang-orang yang memilii kelemahan pada
ekstremitas atas dan bawah, biasanya digunakan pada orang tua
yang memiliki arthritis, atau penyakit neuromuskuler
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mengkaji keadaan klien
3. Persiapan alat
Alat untuk ambulasi (walker) yang sudah
disesuaika dengan tinggi klien
A. PENGERTIAN
ELIZA merupakan test terhadap antibody serum yang spesifik
terhadap virus HIV
B. TUJUAN
Skrining terhadap virus HIV. Hasil test positif mungkin indikasi
adanya HIV, tetapi buakan merupakan diagnose.
Interpretasi hasil suatu tes terhadap HIV adalah sebagai berikut :
Bila hasil positif (+) berarti seseorang mempunyai antibody
(zat anti) terhadap virus HIV, berarti orang tersebut terinfeksi
HIV
Bila hasil negative (-) dapat berarti :
Orang tersebut tidak terinfeksi HIV.
Orang tersebut tidak terinfeksi HIV, tetapi tes tersebut
dilakukan pada ‘periode jendela’ yaitu massa 0 – 6 bulan
sejak orang tersebut terinfeksi HIV
Bila hasil tes negative (-), maka untuk memastikannya
harus dapat diulang kembali setelah 3 – 6 bulan.
C. PENGKAJIAN AWAL
Kaji riwayat perilaku beresiko tinggi
Kaji riwayat transfuse
Kaji riwayat drug abuse : jarum suntik, akupuntur, tindik/tato
Kaji riwayat ibu dengan HIV (dari hamil ke janin)
Kaji tanda dan gejala HIV (riwayat demam 38 derajat Celsius,
keringat malam, penurunan BB 10% dalam 3 bulan, TBC, Diare,
Candiasis, kulit gatal, bercak merah kebiruan.
D. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
Taung kimia
Spuit 5 cc
Sarung tangan bersih
Kapas alcohol
Torniquet
Perlak
Bengkok
Plester
Formulir laboratorium
A. PENGERTIAN
Parasit malaria adalah : protozoa (binatang bersel satu) bergenus
plasmodium yang hidup sebagai parasit pada sel darah merah yang
mengakibatkan klien mengalami anemia.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui plasmodia dan melihat perubahan bentuk eritrosit
selain parasitnya pada klien yang diduga berdasarkan hasil pengkajian
terkena malaria.
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
2 obyek glass yang bersih, bebas lemak
serta dibungkus (beri etiket langsung
Lancet yang steril
Kapas
Alkohol
Bengkok
Sarung tangan disposable
Formulir laboratorium
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Mendesinfeksi ujung jari tangan yang akan ditusuk
(prioritas pemilihan jari yaitu jari tengah atau jari
manis)
Membuat Palitan
10 Tetes darah pertama di lap dengan kapas kering
11 Menyentuhkan tetesan darah pada kaca objek 1 ±
2 cm pada salah satu ujung.
12 Meletakkan kaa obyek di atas meja yang datar
13 Tangan kiri menahan kaa objek yang I dan tangan
kanan meletakkan ujung dari kaca objek II di atas
tetesan darah.
14 Menggeser kaca objek II ke kanan ± 1 cm sampai
darah memenuhi sisi kaca objek glass I
15 Ulangi llangkah 5-8 untuk objek glas ke II.
Kemudian teteskan darah menjadi 3 titik diatas
objek glass II
16 Bersihkan jari klien dengan kapas kering
17 Merapikan klien dan alat-alat
18 Letakkan palitan di tempat datar (bengkok)
sampai darah kering sempurna oleh udara dan
dijaga dari gangguan debu dan lalat
19 Mengisi formulir pemeriksaan laboratorium
1. Definisi
Suatu tindakan pengambilan sampel darah dari pembuluh darah
vena.
Lokasi pungsi vena paling sering adalah vena mediana cubiti,
karena cukup besar, lurus dan letaknya superfisial.
Berikut adalah lokasi-lokasi vena lengan tangan yang dapat
dijadilakan lokasi untuk punksi vena:
2. Indikasi: untuk pemeriksaan darah rutin
Jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis klien adalah : - Pemeriksaan darah rutin (kadar
Hb, jumlah lekosit, eritrosit, trombosit, kadar hematokrit, hitung jenis
lekosit, laju endap darah dll).
- Pemeriksaan kimia darah (glukosa, profil lemak darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, enzim-enzim, elektrolit, dll).
- Pemeriksaan sero-imunologi (petanda tumor, petanda infeksi,
hormon, kadar obat dalam tubuh, dll).
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) hindari lokasi yang terpasang infus
b) hindari lokasi yang bertepatan pada percabangan vena
1 2 3
A Persiapan Alat
Alat dan bahan:
1) Spuit disposible 3 cc atau 5 cc
2) Handschoen
3) Alkohol swab
4) Tourniquet
5) Bengkok
6) Vacutainer
7) Plester dan gunting (k/p)
B. Pelaksanaan
1. Menyapa klien, mempersilakan klien
untuk duduk senyaman mungkin dan
memberi kesempatan pada klien untuk
beristirahat sejenak.
2. Mencocokkan identitas klien (nama,
alamat).
3. Mengecek pemeriksaan yang diminta
dan menyiapkan kontainer sampel
sesuai kebutuhan.
4. Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Mengenakan sarung tangan dengan
benar.
6. Memberi identitas klien pada kontainer
sampel dengan jelas.
7. Memilih lokasi pungsi dengan benar dan
sesuai kondisi klien.
8. Hindari daerah yang mengalami
hematom, luka, sikatrik, oedem.
Diutamakan di lengan (lengan kiri),
hindari daerah yang hematom, luka,
sikatrik, oedem.
9. Pilih vena yang paling jelas dan lurus
10. Jangan menusuk sampai benar-benar
yakin bahwa lokasi pungsi sudah ideal.
11. Melakukan pemasangan torniket dengan
benar
12. Torniket dipasang 2 – 3 inchi di atas
vena yang akan dipungsi
13. Torniket baru dipasang setelah petugas
yakin sudah menemukan lokasi vena
yang akan dipungsi. Pemasangan
torniket tidak terlalu kencang, asal cukup
untuk menampakkan vena.
14. Klien diminta membantu dengan
mengepalkan tangan
15. Pemasangan torniket paling lama 1
menit.
16. Bila terlalu lama, terjadi
hemokonsentrasi yang akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bila
pungsi vena tertunda, torniket dilepas
dulu dan dipasang kembali saat akan
dilakukan pungsi.
17. Melakukan desinfeksi lokasi pungsi
dengan benar, dibiarkan kering & tidak
disentuh lagi. Desinfeksi lokasi pungsi
dengan alkohol 70%. Biarkan mengering,
alkohol tidak boleh ditiup. Bila pungsi
dilakukan saat masih ada sisa alkohol,
sisa alkohol akan menyebabkan
hemolisis dan meNPMbulkan rasa nyeri.
Setelah desinfeksi lokasi pungsi tidak
boleh dipalpasi lagi
18. Melakukan pungsi vena dengan benar :
Aspirasi udara (mengeluarkan udara
dari dalam spuit)
Spuit dipegang dengan tangan
kanan, bevel jarum menghadap ke
atas.
Jarum ditusukkan dengan sudut 150
– 450 . Untuk mengalihkan perhatian
klien, saat akan menusukkan jarum,
klien diminta untuk menarik nafas
dalam. Demikian juga saat jarum
akan ditarik keluar.
19. Darah diaspirasi perlahan-lahan dengan
tangan kanan menarik piston spuit,
tangan kiri memfiksasi jarum supaya
tidak bergerak dalam pembuluh darah
karena jarum yang bergerak akan
meNPMbulkan rasa nyeri bagi klien.
Darah diaspirasi perlahan-lahan, sebab
jika aspirasi terlalu cepat dapat
menyebabkan :
20. Darah akan mengalami hemolisis;
21. Vena kolaps dan menutup lubang jarum
sehingga darah berhenti mengalir;
22. Jarum tertarik keluar dari vena.
23. Darah diaspirasi sesuai kebutuhan
(perhitungkan kebutuhan darah,
semakin banyak jumlah pemeriksaan,
semakin banyak darah yang
dibutuhkan).
24. Setelah darah tampak teraspirasi, klien
diminta melepaskan kepalan tangan,
segera melepaskan torniket. Bila darah
belum teraspirasi, gerakkan jarum
sedikit ke kanan/ ke kiri atau ke atas/ ke
bawah
25. Setelah darah diaspirasi sesuai
kebutuhan, letakkan kapas kering pada
tempat pungsi, jarum ditarik perlahan
dan lurus sesuai dengan arah masuknya
jarum (dengan tangan kanan), klien
diminta menekan lokasi pungsi dengan
kapas selama beberapa menit. Post
pungsi vena mediana cubiti klien
diharuskan lengan tetap lurus, tidak
boleh ditekuk sambil lokasi pungsi
ditekan dengan kapas beralkohol 2-3
menit. Apabila lengan ditekuk akan
mempermudah atau mengakibatkan
terjadinya hematom
26. Melepas jarum dari spuit, darah dialirkan
perlahan melalui dinding tabung, spuit
bekas dibuang ke tempat sampah
infeksius.
27. Segera menghomogenkan tabung
kontainer dengan antikoagulan dengan
cara membalik tabung beberapa kali
(tidak mengocok). Bila tidak segera
dihomogenkan maka sebagian darah
akan mengalami pembekuan sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
28. Melakukan kontrol perdarahan sampai
perdarahan benar-benar berhenti.
29. Klien diinstruksikan untuk tidak
menekuk siku atau menggosok lokasi
pungsi karena justru akan menyebabkan
hematom.
30. Menutup luka dengan kapas baru,
kemudian memasang plester.
31. Memberikan instruksi kepada klien
untuk mencegah dan mengatasi
hematom : sesampai di rumah, klien
diinstruksikan untuk mengompres bekas
luka dengan es untuk menghentikan
perdarahan. Sehari sesudahnya,
dikompres dengan air hangat untuk
mempercepat resorpsi bekuan.
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PROSEDUR PENGAMBILAN GAS DARAH ARTERI
Definisi
Prosedur ini merupakan tindakan pengambilan darah melalui pembuluh
darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran
pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan klien-
klien penyakit berat yang akut dan menahun
Test Allen’s :
Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini
dilakukan dengan cara yaitu: klien diminta untuk mengepalkan
tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris
selama beberapa menit, setelah itu minta klien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
b.Arteri brakialis
c.Arteri femoralis
d.Arteri tibialis posterior
e.Arteri dorsalis pedis
A. PENGERTIAN
Transfusi darah adalah : pemberian darah atau komponen darah melalui
sirkulasi darah
B. LANDASAN TEORI
Darah, Produk Darah, serta Tujuan Pemberiannya
2 BLOOD PRODUCTS
2. Cara
Memperoleh Donor Darah
a) Donor darah dari orang yang tidak ada hubungan keluarga :
Melalui pemeriksaan laboratorium croccmatching dan bebas dari
HIV, Hepatitis B.
b) Donor darah dari ornag yang ada hubungan keluarga :
Tidak dianjurkan karena tidak menjamin aman dari penyakit
sebab anggota keluarga mungkin enggan menyatakan gaya hidup
dan riwayat kesehatannya. Pemeriksaan laboratorium Crossma-
thing dan bebas dari HIV, HepatitisB.
c) Autologus Transfusion :
Dapat disiapkan 3 hari sebelum operasi dengan syarat Hb lebih
dari 11 gr/dl dank lien mendapat tambahan zat besi untuk
memebatu regenerasi hemoglobin
d) Hemodilution
Sebagian persiapan operasi diambil darah 1-2 unit selanjutnya
volume darah ini diganti dengan pemberian cairan infuse/cairan
koloid untuk mempertahankan volume darah. Darah tersebut
ditransfusikan kembali selama klien dioperasi
e) Salvage during and After Sugery :
Bila diganti banyak darah yang hilang selam operasi. Misalnya
orthopedic atau operasi jantung, darah mungkin dikumpu kembali
dengan alat suction khusus, filtered dan ditransfusikan kembali
pada klien.
3. Reak
si Transfusi Darah
No ReaksiTransf Tanda dan Gejala Tindakan
usi Keperawatan
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. 1 set transfuse darah dengan blood filter
B. Caira normal saline
C. Alkohol 70 %
D. Sarung tangan bersih
E. Tensimeter dan thermometer
F. Kapas suntik
G. Formulir observasi khusus transfuse darah
H. Bila perlu obat-obat sesuai dengan program
medic (antihistamin, Ca glukonas)
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Menggunakan sarung tangan bersih
10 Melakukan observasi terhadap suhu, nadi, tekanan
darah dan pernafasan
11 Memasang NaCl 0,9 %
12 Membuka set transfuse darah diatur dalam posisi
klem ditutup
13 Desinfeksi botol NaCl lalu pasang set transfuse darah
14 Memindahka set trnasfusi ke kantong darah
15 Alirkan transfuse darah 2 ml/mnt dan damping klien
selama 15 menit pertama
16 Melepaskan sarung tangan
17 Merapikan klien da lingkungan
18 Melakukan observasi terhada TTV setiap 5 menit
pada 15 menit pertama, tiap 15 menit selama 1 jam
berikutnya, selanjutnya tiap 1 jam sampai dengan
transfuse selesai.
20 Mengevaluasi reaksi klien
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Cuci tangan
23 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MELAKUKAN TEST RUMPLE LEED
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragic
Fever) dengan cara menetapkan tekanan darah klien sebelumnya
B. TUJUAN
Membantu memberikan pedoman utuk diagnosis DHF
secaradini
Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi
seperti : petekie
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
Tensi meter dan mansetnya
ALat tulis
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Klien dalam posisi baring terlentang
10 Mengukur tekanan darah klien
11 Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan
12 1 sistole + 2 Distole = x mmHg atau 1 sistole + 1
Distole = x mmHg
3 2
13 Memompa kemabali manset pada batas x mmHg dan
mempertahankan selama 5 menit
14 Menurunkan tekanan secara perlahan-lahan dan
membuka manset
15 Perhatikan timbulnya ptekhi pada kulit dibawah
lengan bawah bagian medial sepertiga proksimal
16 Membaca hasil tes positif atau negative
17 Uji dinyatakan positif apabila pada 1inci persegi 2,8 x
2,8 cm didapat lebih dari20 petekie
18 Merapihkan klien
20 Mengevaluasi reaksi klien
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Cuci tangan
23 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN TEST ANA ( ANTY
NUKLEAR ANTIBODY)
A. PENGERTIAN
ANA : suatu pemeriksaan diagnostic mendeteksi antibody terhadap
nucleoprotein (auto antibody atau Gammaglobulin) yang dilakukan
untuk
B. TUJUAN
Mengidentifikasi adanya reaksi antigen – antibody
Mendeteksi diagnostic Sistemik Lupus eritomatosus(SLE)
Mendeteksi gangguan autoimun (arthritis rematoid, leukemia,
scleroderma, infeksi mononukleisus), kolagen dan maligna
Memnitor efektifitas terapi SLE
Nilai normal negatife
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Formulir pemeriksaan
B. TAbung kimia
C. Spuit 5 cc
D. Swab alcohol 70%
E. Perlak + tourniquet
F. Plester
G. Sarung tangan bersih
H. Bengkok
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Menggunakan sarung tangan bersih
10 Tentukan lokasi pengambilan bahan (lihat prosedur
pengambilan darah vena)
11 Ambil darah vena 5 cc, masukkan dalam tabung kimia
12 Tulis obat-obat yang dapat mempengaruhi hasil pada
formulir lab
13 Segera kirim bahan ke laboratorium
14 Mengevaluasi reaksi klien
Observasi hasil : positif : SLE, leukima, rheumatoid
athtritis,sirosis hepatis, sclerosis sisteik, scleroderma,
mononucleosis,lymphoma, TB paru.
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Cuci tangan
17 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN GIPS
E. PENGERTIAN
Gips adalah suatu kerangka yang keras yang terbuat dari plester,
fiberglas, atau materi plastic yang digunakan untuk mengimobilisasi
bagian tubuh yang mengalami fraktur.
F. TUJUAN
Mengimobilisaskan bagian tubuh dalam posisi tertentu
Memberikan penekanan / kompresi jaringan lunak
Mencegah memperbaiki deformitas
Menyokokng dan menstabilkan sendi yang lemah
G. PENGKAJIAN AWAL
Kaji status neurovascular dari ekstremitas yang terpasang gips :
nyeri, bengkak, warna (pucat/kebiruan), temperature (akral
dingin), rasa kesemutan dan baal, nyeri saat digerakkan, caplary
refille lambat, denyut nadi, kelumpuhan.
Kaji integritas kulit yang terpasang gisp: perhatikan adanya
nyeri, bau, dan cairan yang keluar dari gips.
Kaji posisi dan penekanan pada ekstermitas yang terpasang gips
Kaji status pernapasan, kardivaskular dan gastrointestinal
Kaji keluhan gatal atau iritasi di bagian dalam gips
Kaji aspek psikologis klien terhadap dampak penyakit, gips dan
imobilisasi
Kaji pengetahuan klien tentang perawatan gips
H. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Perisiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Plester
B. Pena untuk menandai drainage
B Pelaksanaan
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
7 Lapisi setiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 s.d 2
buah plester
8 Beri tahu dokter jika ada area gisp yang terlalu
kencang
10 Tinggikan ekstremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
11 Untuk klien yang terpasang gips yang luas,
tempatkan posisi tempat tidur dalam posisi
Trendelenburg untuk hari pertama atau kedua untuk
mencegah bengkak, kecuali ada kontraindikasi
dengan kondisi klein
12 Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu
sehingga semua permuakaan gips terpaparr udara
sehingga dapat kering
Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap 2jam
Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuai klien merasa tidak nyaman
Beri batuan pada klein sehingga daapt mencegah
injuri
13 Minta klien untuk tidak menggunakn pisau,pulpen
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit bawah permukaan gips
14 Cium/membaui tepi gips yang terbuka untuk
mengkaji adanya infeksi di bawah gips
TAHAP TERMINASI
15 Mengevaluasi reaksi klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Cuci tangan
18 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENGUKUR GCS (GLASGOW COMA SCALE)
I. DEFINISI
Penilaian GCS adalah suatu cara untuk menilai adanya gangguan fungsi
otak dan tingkat kesadaran seseorang dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (Skala Koma Glasgow) dimana penilaian tersebut didasarkan
pada respon motorik, verbal dan membuka mata.
II. INDIKASI
Penilaian GCS dilakukan pada:
a. Klien dengan gangguan sirkulasi, misalnya stroke dan penyakit
jantung
b. Klien dengan ensefalitis
c. Klien dengan gangguan system metabolik, misalnya
hiper/hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum.
d. Gangguan elektrolit, misalnya diare atau muntah yang
berlebihan
e. Neoplasma, misalnya tumor otak primer atau metastase
f. Intoksikasi bahan kimia atau obat
g. Trauma, terutama trauma kepala (komusio, kontusio,
perdarahan epidural atau subdural).
h. Epilepsi (pasca serangan kejang).
III. TUJUAN
a. Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat responsif
klien dan mengevaluasi status neurologik (fungsi otak dan
tingkat kesadaran).
b. Untuk menentukan prognosis klien
A PERSIAPAN
Persiapan Perawat
Mengecek catatan medis klien
Persiapan Klien
Menyampaikan pengertian dan tujuan
prosedur tindakan kepada klien/keluarga
klien
Persiapan Lingkungan
Menjaga privasi dengan menutup ruangan atau
memasang sampiran
B PELAKSANAAN
1 A. RESPON MEMBUKA MATA
Spontan
Terhadap suara
Meminta klien membuka mata.
Terhadap rangsang nyeri
Tekan pada saraf supraorbital atau kuku jari.
Tidak ada reaksi
dengan rangsang nyeri klien tidak membuka
mata
2 B. RESPON VERBAL
Berorientasi baik
Menanyakan dimana ia berada, tahu waktu,
hari, bulan
Bingung (confused)
Menanyakan dimana ia berada, kapan opname
di Rumah sakit (dapat mengucapkan kalimat,
namun ada disorientasi waktu dan tempat)
Tidak tepat
Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak
berupa kalimat dan tidak tepat
Mengerang
Mengeluarkan suara yang tidak punya arti,
tidak mengucapkan kata, hanya suara
mengerang
Tidak ada jawaban (suara tidak ada)
3 C. RESPON MOTORIK
Menurut perintah
Misalnya menyuruh klien mengangkat tangan.
Mengetahui lokasi nyeri
Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari
pada supra orbita. Bila klien mengangkat
tangan sampai melewati dagu untuk menepis
rangsang nyeri tersebut berarti dapat
mengetahui lokasi nyeri
Reaksi menghindar
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak.
Reaksi fleksi (dekortikasi)
Berikan rangsang nyeri misal menekan dengan
objek seperti ballpoint pada jari kuku. Bila
terdapat reaksi fleksi berarti ingin menjauhi
rangsang nyeri.
Extensi spontan (decerebrasi)
Memberikan rangsang nyeri yang cukup
adekuat
Terjadi ekstensi pada siku.
Tidak ada gerakan/reaksi
Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat
4 Memberikan total skor GCS
5 Mendokumentasikan kesimpulan dari total
skor GCS dan tingkat kesadaran
GCS 14 – 15 : CKR / N
GCS 9 – 13 : CKS
GCS 3 – 8 : CKB
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai x 100
Total skor
PROSEDUR PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
A. Definisi
Salah satu prosedur pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui
fungsi dari 12 saraf kranial.
B. Tujuan
Mengetahui adanya keabnormalan dari saraf kranial
C. Indikasi
Pada klien dengan cedera /trauma sistem saraf pusat.
D. Standar Operasional prosedur
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
A Persiapan
Persiapan Perawat
Membaca catatan medis klien
Persiapan Alat:
1) Handschoen
2) Bahan untuk pembauan (kopi, minyak kayu
putih)
3) Bahan untuk pengecapan (gula, garam,dll)
4) Kapas
5) Snellen chart
6) Garpu tala
7) Refleks hammer
8) Penlight
9) Alat tulis dan lembar pengkajian
Persiapan Lingkungan
a. Menjaga privasi klien
b. Menutup ruangan atau memasang sampiran
c. Persiapan Klien
d. Menvalidasi identitas klien
e. Mengatur posisi pasien
f. Menyampaikan tindakan dan tujuan tindakan
dilakukan
B Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan handschoen
3. Memperkenalkan diri dan
melakukan kontrak waktu tindakan
4. Menjelaskan tindakan dan
tujuan tindakan dilakukan
5. Melakukan pemeriksaan
dengan urutan sbb:
Cara pemeriksaan
6. Pemeriksaan penglihatan (
visus )
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :
1) Membandingkan ketajaman penglihatan
pemeriksa dengan jalan pasien disuruh
melihat benda yang letaknya jauh misal jam
didinding, membaca huruf di buku atau
koran.
2) Melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kartu snellen. Pasien diminta
untuk melihat huruf huruf sehingga tiap
huruf dilihat pada jarak tertentu.
3) Menggunakan jari jari yang digerakkan
harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter.
Contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat
pergerakan jari pada jarak 2 meter
4) Untuk gerakan tangan harus tampak pada
jarak 300 meter. Jika kemampuannya
hanya sampai membedakan adanya
gerakan , maka visusnya ialah 1/300.
Contoh visus = 3/300 pasien hanya dapat
melihat pergerakan tangan pada jarak 3
meter.
Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap
dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar
lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan
visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak
melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka
mata kiri harus ditutup dengan telapak tangan
kanan dan sebaliknya.
7. Pemeriksaan lapang
pandang.
Metode Konfrontasi dari Donder
1) Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri
kurang lebih jarak 1 meter dengan
pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa
mata kanan maka mata kiri pasien harus
ditutup, misalnya dengan tangannya
pemeriksa harus menutup mata kanannya.
2) Kemudian pasien disuruh melihat terus
pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa
harus selalu melihat ke mata kanan pasien.
3) Setelah pemeriksa menggerakkan jari
tangannya dibidang pertengahan antara
pemeriksa dan pasien dan gerakan
dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika
pasien mulai melihat gerakan jari – jari
pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal
ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
iapun telah melihatnya.
4) Bila sekiranya ada gangguan lapangan
penglihatan ( visual field ) maka pemeriksa
akan lebih dahulu melihat gerakan
tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan
dari semua jurusan dan masing masing
mata harus diperiksa.
Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
- pemeriksaan gerakan bola mata.
- pemeriksaan kelopak mata.
- pemeriksaan pupil.
3. Pemeriksaan pupil
1) Lihat diameter pupil, normal besarnya 3
mm.
2) Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau
anisokor ).
3) Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau
tidak.
Refleks Akomodasi.
Caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian
dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu
perhatikan reflek konvergensi pasien dimana dalam
keadaan normal kedua bola mata akan berputar
kedalam atau nasal.
Reflek akomodasi yang positif pada orang normal
tampak dengan miosis pupil.
Refleks Ciliospinal.
1) Rangsangan Nyeri Pada Kulit Kuduk
Akan Memberi Midriasis ( Melebar )
Dari Pupil Homolateral.
2) Keadaan Ini Disebut Normal.
Refleks Okulosensorik.
1) Rangsangan nyeri pada bola
mata/daerah sekitarnya, normal akan
memberikan miosis atau midriasis yang
segera disusul miosis.
2) Refleks terhadap obat-obatan.
3) Atropine dan skopolamine akan
memberikan pelebaran
pupil/midriasis.
4) Pilocarpine dan acetylcholine akan
memberikan miosis.
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik
Nervus V).
1) Kornea disentuh dengan kapas, bila
normal pasien akan menutup
matanya atau
2) menanyakan apakah pasien dapat
merasakan.
b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari
motorik Nervus V).
1) Dengan menempatkan satu jari
pemeriksa melintang pada bagian
tengah dagu, lalu
2) Pasien dalam keadaan mulut
setengah membuka dipukul dengan
”hammer refleks”
3) Normalnya didapatkan sedikit saja
gerakan, malah kadang kadang tidak
ada. Bila ada gerakan nya hebat
yaitu kontraksi m.masseter, m.
Temporalis, m pterygoideus
medialis yang menyebabkan mulut
menutup ini disebut refleks
meninggi.
C. Refleks supraorbital.
1) Dengan mengetuk jari pada daerah
supraorbital,
2) Normalnya akan menyebabkan mata
menutup homolateral (tetapi sering
diikuti dengan menutupnya mata
yang lain ).
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
a. Pemeriksaan Weber.
1) Maksud nya membandingkan transportasi
melalui tulang ditelinga kanan dan kiri
pasien.Garpu tala ditempatkan didahi
pasien, pada keadaan normal kiri dan
kanan sama keras ( pasien tidak dapat
menentukan dimana yang lebih keras ).
2) Pendengaran tulang mengeras bila
pendengaran udara terganggu, misal: otitis
media kiri , pada test weber terdengar kiri
lebih keras. Bila terdapat ” nerve deafness ”
disebelah kiri , pada test weber dikanan
terdengar lebih keras .
b. Pemeriksaan Rinne.
1) Maksudnya membandingkan pendengaran
melalui tulang dan udara dari pasien.
2) Pada telinga yang sehat, pendengaran
melalui udara didengar lebih lama dari
pada melalui tulang.
3) Garpu tala ditempatkan pada planum
mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala
dipindahkan kedepan meatus eksternus.
Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatakan test positip.
4) Pada orang normal test Rinne ini positif.
Pada ” Conduction deafness ” test Rinne
negatif.
c. Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien
dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang
dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan
kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi,
garpu tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa.
Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka
dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk
konduksi udara ). Kemudian garpu tala dibunyikan
lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang
mastoid pasien. Disuruh ia mendengarkan
bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi maka
garpu tala diletakkan ditulang mastoid pemeriksa.
Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya
maka dikatakan Schwabach ( untuk konduksi tulang
) lebih pendek
Pemeriksaan N. Vestibularis.
a. Pemeriksaan dengan test kalori.
1) Bila telinga kiri didinginkan
( diberi air dingin ) timbul
nystagmus kekanan. Bila telinga
kiri dipanaskan ( diberi air panas )
timbul nystagmus kekiri.
Nystagmus ini disebut sesuai
dengan fasenya yaitu : fase cepat
dan fase pelan, misalnya
nystagmus kekiri berarti fase cepat
kekiri.
2) Bila ada gangguan keseimbangan
maka perubahan temperatur
dingin dan panas memberikan
reaksi.
b. Pemeriksaan “past pointing test”.
Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata
tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
c. Test Romberg .
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki
yang satu didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki
yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya,
lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih.
d. Test melangkah ditempat ( Stepping
test ).
1) Pasien disuruh berjalan ditempat,
dengan mata tertutup , sebanyak
50 langkah dengan kecepatan
seperti jalan biasa.Selama test ini
pasien diminta untuk berusaha
agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama
test berlangsung.
2) Dikatakan abnormal bila
kedudukan akhir pasien beranjak
lebih dari 1 meter dari tempatnya
semula, atau badan terputar lebih
dari 30 derajat.
1. Definisi
Suatu tindakan yang dilakukan perawat untuk mengetahui kekuatan otot
klien
2. Tujuan dan Indikasi:
Melakukan pemeriksaan otot
Melakukan pemeriksaan tulang
Melakukan pemeriksaan tendon
Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan