Anda di halaman 1dari 174

Panduan Praktek Profesi

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2023/2024

Panduan Praktek Profesi


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TIM PENGAMPU:

NS.MARIA GETRIDA SIMON,MAN


NS. FRANSISKA KURNIATI NATUL, M.Kep., SP. KepMB

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2023/2024

PANDUAN PROFESI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) II

PAS FOTO
4X6

NAMA :
NPM :
TANGGAL ……………..s/d …………………….

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS
RUTENG
TA 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa,
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga panduan praktik
profesi ners mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II pada
Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik
Indonesia Santu Paulus Ruteng tahun ajaran 2023/2024 ini telah
berhasil diterbitkan.Buku panduan praktik Keperawatan Medikal
Bedah II ini disusun untuk membantu mahasiswa mencapai
kompetensi klinik yang telah ditetapkan sehingga diharapkan
mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah sesuai aspek
legal dan etis.
Panduan praktik profesi keperawatan medikal bedah II ini
merupakan panduan standar sebagai arahan dalam melaksanakan
praktik profesi keperawatan medikal bedah II. Panduan ini berisi
informasi tentang keadaan umum, materi, area kompetensi
praktik, lampiran penilaian, dan format pembuatan laporan
praktik profesi keperawatan medikal bedah II. Buku panduan ini
juga diperuntukkan bagi pembimbing dari lahan praktik maupun
akademik sebagai pedoman selama pelaksanaan praktik profesi
keperawatan medikal bedah II dalam upaya mencapai tujuan
Profesi Ners yang unggul dan dapat bersaing secara nasional dan
global. Masukan dari berbagai pihak terkait dalam pencapaian
kompetensi dan evaluasi proses pembelajaran sangat kami
harapkan sehingga akan lebih meyempurnakan panduan ini
selanjutnya.

Ruteng, Maret 2024

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI NERS
VISI
Visi “Menjadi Program Studi Keperawatan yang menghasilkan
perawat profesional, berkarakter, berdaya saing nasional, serta
unggul dalam Asuhan keperawatan penyakit tidak menular
berbasis keluarga dengan semangat cinta kasih dan pancasila
tahun 2024.”

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi serta mengedepankan inovasi terkini dalam
bidang kesehatan menuju luaran yang unggul dan berdaya
saing nasional.
2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif dan
berkelanjutan serta dapat dijadikan landasan praktik
keperawatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Menyelenggarakan tata kelola yang transparan dan
akuntabel berstandar nasional.
5. Meningkatkan kerja sama nasional dan internasional
dalam mendukung tridarma perguruan tinggi dan
penyerapan lulusan.

BAB I
PENDAHULUAN
Mata Ajar : KMB I (Keperawatan Medikal Bedah II)
Program studi: Ners
Beban studi : 4 SKS
Koordinator : TIM Pembimbing Program Ners UNIKA Santu
Paulus Ruteng dan Tim Pembimbing RS

A. Deskripsi Mata Ajar


Praktik profesi keperawatan medikal bedah merupakan
program yang menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi
profesi untuk dapat menerima pendelegasian kewenangan
secara bertahap ketika melakukan asuhan keperawatan
profesional, memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan
fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal dan etik
serta menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan
dengan keperawatan pada orang dewasa. Praktik Profesi
Keperawatan Medikal Bedah mencakup asuhan keperawatan
pada klien dewasa dalam konteks keluarga yang mengalami
masalah pemenuhan kebutuhan dasarnya akibat gangguan satu
sistem (organ) ataupun beberapa sistem (organ) tubuhnya.
B. Bobot SKS dan Lama Praktik Klinik
1. Bobot SKS : 4 SKS
2. Lama Praktik Klinik
a. (4 SKS x 170 Menitx 16 Minggu) / (49 Minggu x 60
Menit) = 4 minggu
(3 minggu x 7 jam x 16 minggu)= 448 jam praktek
b. Dinas : pagi (pukul 07.00-14.00), siang (pukul 14.00-21.00),
dinas malam (pukul 21.00-07.00)
C. Tempat praktik
Praktik klinik keperawatan medikal bedah II dilaksanakan di
Rumah Sakit yang berkualifikasi yang dapat digunakan oleh
calon tenaga kesehatan/tenaga kesehatan serta didasarkan
pada ketersediaan kasus sesuai kompetensi yang ingin dicapai,
dan ketersediaan pembimbing klinik yang sesuai standar dan
bersertifikat.. Rumah sakit yang digunakan adalah rumah sakit
terstandar nasional, dengan ruangan yang memungkinkan
peserta didik mempelajari kasus-kasus dengan pendekatan
proses keperawatan sesuai ruang lingkup standar kompetensi
melalui pendekatan proses keperawatan yang terkait medikal
bedah.
BAB II
KOMPETENSI
A. Standar Kompetensi
1. Melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan
keperawatan pada orang dewasa.
2. Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam
kerja tim.
3. Menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif
dan bertanggung jawab.
4. Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etis dan
legal.
5. Memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik,
agama atau faktor lain dari setiap klien yang unik.
6. Mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan
kebutuhan kesehatan klien dewasa.
7. Mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang
sesuai dengan dengan standar yang berlaku atau secara kreatif
dan inovatif agar pelayanan yang diberikan efisien dan efektif.
8. Mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam
mengembangkan asuhan keperawatan orang dewasa.
9. Memberikan asuhan yang berkualitas secara holistik, kontinyu
dan konsisten.
10. Menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien
agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya.
11. Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten
melalui penggunaan strategi manajemen kualitas dan
manajemen risiko.
12. Melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan
yang berlaku dalam bidang kesehatan.
13. Memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan
mempertahankan akontabilitas asuhan keperawatan yang
diberikan .
14. Mewujudkan lingkungan bekerja yang kondusif.
15. Mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan
professional.
16. Berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
17. Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam
pemberian asuhan keperawatan
B. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dewasa yang mengalami gangguan
1. Sistem muskuloskeletal karena proses infeksi, proses
degeneratif, trauma dan keganasan seperti : fraktur,
dislokasi, osteomielitis, osteoporosis, dan osteosarkoma,
dll
2. Sistem integumen karena proses peradangan, trauma,
seperti eritema, luka karena trauma, luka diabetik, luka
bakar, dll
3. Sistem imun dan hematologi misalnya : HIV/AIDS,
rheumatoid arthritis, gout, lupus eritematosus, hemofili,
leukimia, anemia, dll
4. Sistem persarafan karena gangguan sirkulasi, proses
infeksi, dan keganasan seperti : stroke, kanker otak,
meningitis, cedera kepala, hidrochepalus, polineuritis,
encefalitis, dll
C. Target Asuhan Keperawatan
1. Membuat 1 askep pribadi per Minggu
2. Membuat 1 askep pribadi dan 1 askep kelompok di Minggu akhir
stase
3. Membuat 3 resume per minggu
4. Di ruangan OK, selama 3 hari, sesuai jadwal masing-masing wajib
membuat 3 resume (disesuaikan)

D. Target Kuantitatif Keterampilan Klinik


No Keterampilan Klinik Tingkat pencapaian
Obser Deng Mandiri
vasi an
bant
uan
Keterampilan prosedur dasar keperawatan medikal bedah
1 Memberikan kompres 1 1 5
2 Melakukan perawatan luka 1 2 5
3 Mengangkat jahitan luka 1 1 5
operasi
4 Melakukan skin test 1 1 5
5 Memberikan obat melalui 1 1 5
injeksi (IV, IM, SC, IC)
6 Melakukan pemasangan infus 1 1 20
7 Memasang transfusi darah 1 1 15
8 Menghitung keseimbangan 1 1 20
cairan
Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan
gangguan sistem integumen
1 Menentukan luas/prosentase 1 1 5
luka bakar
2 Melakukan perawatan luka 1 1 5
pada pasien luka bakar
3 Melakukan tindakan 1 1 5
debridement
4 Melakukan perawatan luka 1 1 5
dekubitus
5 Melakukan skin test 1 1 5
Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal
1 Menyiapkan pasien yang akan 1 1 5
dilakukan reposisi
2 Perawatan pasien dengan 1 1 5
traksi
3 Melatih ROM (range of motion) 1 1 5
4 Mengukur kekuatan dan tonus 1 1 5
otot
5 Memberikan perawatan pre & 1 1 5
post operasi ortopedik
6 Membantu latihan aktif pasif 1 1 5
7 Memberikan pendidikan 1 1 5
kesehatan klien dengan
gangguan muskuloskeletal
Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan
gangguan sistem imunologi dan hematologi
1 Melakukan tes tourniqet 1 1 5
2 Melakukan transfusi darah 1 1 5
3 Melakukan vena 1 1 5
punksi/pengambilan darah
lengkap
4 Melakukan pengambilan GDA 1 1 5
Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan
gangguan sistem persyarafan
1 Melakukan pemeriksaan reflex 1 1 5
2 Menyiapkan peralatan untuk 1 1 5
lumbal pungsi
3 Mengukur GCS 1 1 5
4 Menyiapkan pasien untuk 1 1 5
pemeriksaan EEG
5 Menyiapkan pasien untuk 1 1 5
pemeriksaan CT Scan
6 Menyiapkan pasien untuk MRI 1 1 5
7 Memeriksa syaraf kranial 1 1 5
8 Membantu pasien latihan 1 1 5
pasifdan aktif membantu
ambulasi
9 Melakukan pendidikan 1 1 5
Kesehatan

BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KLINIK
A. Metode Pembelajaran Klinik
1. Bed side teaching
2. Pre conference
3. Post conference
4. Presentasi Kasus
5. One-minute preceptorship
6. Laporan askep
7. Presentasi Jurnal

B. Strategi Pembelajaran Klinik


No Metode pembelajaran Sumber Media
pembelajaran instruksional

1 Bed Side Teaching Pembimbing klinik Klien

2 Case report/laporan kasus Text book, jurnal, Format


(setiap mahasiwa membuat status kesehatan pegkajian,
laporan pendahuluan dan dan keperawatan di diagnosa,
laporan kasus kelolaan ; klinik rencana
pengkajian, diagnosa tindakan,
keperawatan, rencana implemntasi dan
tindakan, implementasi evaluasi yang
dan evaluasi dikembangkan
oleh tim KMB

3 Conference (pre/post Pembimbing klinik, Laporan


conference) teman satu pendahuluan,
kelompok jurnal, text book
, kasus kelolaan

4 One minute preceptorship Staf rumah sakit Klien, text book


(kegiatan belajar diklinik dan teks book
saat pembimbing tidak ada
ditempat kegiatan klinik)

5 Presentasi kasus dan Mahasiswa Ners Klien, Text


presentasi jurnal book

C. Model Pembelajaran Praktik Klinik


Proses Kegiatan
pembelajaran
Fase pra interaksi Menyusun laporan memberikan informasi tentang
(LP) pasien antara lain diagnosa
medis pasien, konsep penyakit,
konsep asuhan keperawatan
(teori) dan jurnal terkait
Mengikuti conference pre conference (evaluasi
(LP) pemahaman mahasiswa)
membaca informasi evaluasi pemahaman
tentang pasien mahasiswa tentang LP
(kaitkan dengan LP)
Fase introduksi Memperkenalkan diri Mengobservasi mahasiswa
ke pasien umpan balik
Melakukan kontrak Mengobservasi mahasiswa,
umpan balik
Fase kerja Melakukan Bimbingan untuk
pengkajian dan menumbuhkan kemampuan
validasi intelektual teknikal dan
Melakukan interpersonal
perumusan masalah
diagnosa
Menyusun intervensi
dan implementasi
Mengikuti bed side Bimbingan dalam bedside
teaching
Fase evaluasi Evaluasi capaian Bimbingan dan observasi
pembelajaran tentang kemampuan mahasiswa
D. Tugas Pembimbimbing klinik (akedemik dan ruangan)
1. Mengadakan kegiatan pre dan post conference
2. Menandatangani presensi mahasiswa
3. Mengobservasi, membimbing mahasiswa melakuakan tindakan
keperawatan
4. Mendiskusikan dengan mahasiswa masalah yang dialami oleh pasien
dan masalah-masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan
5. Membimbing mahasiswa dalam penyusunan laporan
6. Mengobservasi dan menilai penampilan kinerja klinik
7. Mengoreksi dan memberikan penelian tentang tugas-tugas mahasiswa
(laporan pendahuuan, askep dan target ketrampilan)

8. Melakukan penilaian seminar akhir


9. Melakukan penilaian ujian akhir stage (penentuan jadwal dan penguji
diatur oleh koordinator)
BAB IV
Evaluasi
A. Komponen Evaluasi
No. Komponen evaluasi Bobot
1. Case Based Learning 10%
2. Laporan Askep 15%
3. DOPS/Mini-Cex (ketrampilan) 20%
4. Presentasi Kasus dan Presentasi Jurnal 15%
Ujian Ankhir Stase
5. SOCA 40%
Total 100%

B. Ketentuan evaluasi
1. Proses evaluasi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Evaluasi kegiatan preconference dan post conference dilakukan
pada saat mahasiswa mengikuti kegiatan preconference dan
post conference bersama pembimbing
b. Evaluasi pendokumentasian laporan
1) Laporan pendahuluan dievaluasi pada hari praktik oleh
pembimbing klinik
2) Pembimbing klinik dapat meminta mahasiswa melakukan
perbaikan bila LP tidak sesuai
3) Laporan akhir askep dievaluasi diakhir minggu
c. Evaluasi kinerja klinik
d. Kinerja klinik terdiri dari komponen sikap dan teknik
komunikasi selama melaksanakan praktik klinik keperawatan
medikal bedah
e. Evaluasi seminar
f. Evaluasi hasil asuhan keperawatan kelompok dan presentasi
kasus kelolaan oleh kelompok di akhir stase

g. Evaluasi ketrampilan
Evaluasi hasil pencapaian kuanttitatif yang didapatkan oleh
mahasiswa di lahan praktik
h. Evaluasi ujian akhir stage
1) Ujian akhir stase dilakukan sebanyak 1 kali di akhir stase
keperawatan Medikal Bedah I
2) Ujian dilaksanakan secara komprehensif selama satu hari
dan dinilai oleh 2 penguji dari lahan praktik dan institusi
3) Jadwal dan teknis ujian diatur tersendiri
4) Nilai batas ujian 75 dan diberi kesempatan mengulang
sebanyak 1 kali
2. Nilai kelulusan praktik profesi mata ajar keperawatan Medikal
Bedah I adalah 75 (B).
BAB V
PERATURAN PROGRAM PROFESI NERS

A. TATA TERTIB
Berikut ini merupakan tata tertib klinik yang harus dipatuhi baik
oleh mahasiswa maupun pembimbing
1. Disiplin
a. Mahasiswa datang 15 menit sebelum praktik dimulai dan
mengisi absensi kehadiran waktu datang dan waktu pulang.
b. Kehadiran 100%
Mahasiswa wajib menjalankan praktik klinik keperawatan yang
telah ditentukan secara penuh. Bila sakit mahasiswa harus
menyertakan surat keterangan sakit dari dokter. Izin diberikan
untuk alasan kematian anggota keluarga inti. Ijin maksimal 3
hari.
c. Menggunakan jam istirahat dengan tepat, secara bergantian dan
memberitahukan kepada pembimbing lahan sebelum dan
sesudah istirahat.
d. Mahasiswa wajib memberitahukan kepada pembimbing dan
perawat di ruangan bila akan pulang.
e. Mahasiswa yang datang terlambat dianggap tidak hadir dan
mahasiswa yang tidak masuk tanpa alasan mengganti dua kali
lipat dari hari tidak masuk, apabila ijin atau sakit mengganti
sesuai hari ijinnya.
2. Sikap dan Tingkah Laku
a. Berperilaku sopan, ramah, dan memperhatikan tata susila serta
mencegah hubungan yang kurang harmonis dengan para
perawat, dokter, karyawan lainnya, pasien dan keluarga serta
pengunjung.
b. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam
praktik.
c. Menjaga ketertiban, ketenangan dan keamanan baik di unit
praktik maupun diluar unit praktik.
d. Menggunakan dan menjaga fasilitas serta sarana di tempat
praktik sesuai dengan ketentuan.
e. Bersikap jujur terhadap barang – barang milik lahan praktik dan
milik sesama.

3. Pelaksanaan Tugas
a. Mengikuti petunjuk pembimbing, kepala unit dan perawat
pembimbing yang ditunjuk.
b. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan pendampingan
perawat pembimbing sesuai dengan prosedur lahan praktik.
c. Membaca rekam medik pasien sesuai dengan keperluan dan
mengembalikan ke tempat penyimpanan semula sehingga tidak
menyulitkan orang lain yang memerlukan.
d. Ikut terlibat dalam kegiatan rutin di lahan praktik dan
menggunakan kesempatan sebanyak mungkin untuk praktik.
e. Menghormati hak-hak pasien, terutama hak kerahasiaan dan
privasi.
f. Efektif dan efisien dalam melakukan tindakan keperawatan.
g. Menggunakan alat-alat sesuai dengan pedoman operasional alat
yang tersedia di lahan praktik.
h. Membawa peralatan atau perlengkapan praktik sendiri berupa
stetoskop, alat tensi, termometer, masker, dan handscoon.
i. Mahasiswa dengan kuku tangan panjang wajib dipotong
pendek dan tidak diperkenankan memakai cat kuku dan
perhiasan, kecuali jam tangan.
j. Pemalsuan tanda tangan atau paraf pembimbing merupakan
pelanggaran etika berat, ketika diketahui pelanggaran tersebut
dilakukan mahasiswa maka mahasiswa yang bersangkutan
harus mengulang praktik pada semester berikutnya.
4. Seragam dan Penampilan
a. Memakai seragam lengkap dan rapi sesuai ketentuan Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
1) Pakaian sesuai dengan ketentuan Program Studi Pendidikan
Profesi Ners
2) Identitas papan nama dipasang pada tempatnya.
3) Sepatu: tertutup, bersih, tidak berbau, warna hitam dan
putih.
b. Rambut: bersih dan disisir rapi, untuk wanita menggunakan cap
dan hairnet, untuk pria rambut harus digunting pendek (panjang
maksimal 1 cm).
c. Tidak berjenggot dan berkumis.
d. Hanya boleh mengenakan jam tangan.
e. Menggunakan make up sederhana.
f. Mahasiswa dengan pakaian dan atribut yang tidak sesuai
dengan aturan yang telah ditentukan, tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan praktik dan mengganti 2 kali.
5. Larangan Terhadap Mahasiswa
Mahasiswa dilarang untuk :
a. Melakukan tindakan keperawatan tanpa pengawasan
pembimbing.
b. Melakukan tindakan yang bisa mengganggu kenyamanan
pasien.
c. Memberikan keterangan atau informasi medik pada pasien atau
keluarga.
d. Meningggalkan lahan praktik selama praktik, kecuali jam
istirahat.
e. Membuat keributan atau ikut serta dalam keributan yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan ketenangan.
f. Meminjam atau membawa pulang alat-alat milik unit praktik,
status pasien dan barang milik pasien.
g. Melakukan hal berikut selama praktik : merokok, minum
minuman keras, mabuk.
h. Menggunakan atau memperdagangkan segala jenis obat
golongan napza (Narkotika, Psikotropika dan zat aditif lainnya).
i. Membawa senjata tajam dan melakukan tindakan kriminal.
j. Menggunakan handphone selama praktik berlangsung.
6. Tata Tertib Selama Praktik
a. Pembimbing klinik berhak dan berkewajiban untuk
mengingatkan mahasiswa yang melalaikan tata tertib.
b. Setiap mahasiswa diharapkan mempertahankan kesehatan diri
sendiri sehingga kehadiran dalam praktik 100%.
c. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktik klinik wajib
melaporkan ketidakhadiran pada CI lahan dan CI institusi,
apabila sakit harus membawa surat keterangan sakit dari dokter
dan harus mengganti hari praktik atas persetujuan CI Lahan.
d. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan praktik
tanpa ijin dari CI lahan/kepala ruangan.
e. Mahasiswa wajib mentaati semua peraturan dan tata tertib di
lahan praktik.

TATA TERTIB PEMBIMBING

1. Mengisi berita acara sesuai bimbingan dan absensi mahasiswa


(pembimbing lahan dan pembimbing institusi).
2. Memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa dalam upaya pencapaian
tujuan pembelajaran
3. Memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk
berkonsultasi secara langsung kepada pembimbing selama jam kerja
4. Mengobservasi dan melakukan supervisi secara langsung
5. Memperhatikan daftar kehadiran mahasiswa
6. Mengecek absen praktik mahasiswa
7. Menandatangani check-list mahasiswa untuk setiap prosedur
tindakan yang telah dilakukan sesuai target pencapaian
8. Wajib dan berhak mengingatkan mahasiswa yang melalaikan tata
tertib selama praktik.
9. Menilai praktik mahasiswa sesuai dengan target yang ingin dicapai.
10. Menyerahkan berita acara dan absensi bimbingan mahasiswa ke
koordinator.
11. Berpakaian rapi untuk pembimbing akademik dan menggunakan ID
card.
12. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan conference pada mahasiswa
( pre dan post conference).
13. Mengikuti semua proses/alur kegiatan pembelajaran klinik seperti
yang tercantum pada buku pedoman praktik klinik keperawatan
dasar 1.
14. Mengumpulkan hasil penilaian pada koordinator pada minggu
terakhir praktik.
15. Saling menghargai dan bekerja sama secara baik dengan
pembimbing lain.
16. Memberi contoh peran perawat professional bagi mahasiswa.
17. Bersedia menerima masukan dari tim pembimbing lain jika terdapat
hal yang tidak sesuai dengan aspek etik dan legal.

DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An


Evidence-Based Guide to Planning Care, 10e. Mosby elsevier.
Barber B, Robertson D, (2012).Essential of Pharmacology for Nurses, 2nd
edition, Belland Bain Ltd, Glasgow
Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M.
& Wagner, C. (2012). Nursing Interventions Classification (NIC), 6e .
Philladelphia: Mosby Elsevier
Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practice, 7th.
Lippincott: William Wilkins
Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. &
Swanson, S. (2011). NOC and NIC Linkages to NANDA-I and
Clinical Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care,
3e. Philladelphia: Mosby Elsevier
Lewis S.L, Dirksen S. R, Heitkemper M.M, Bucher L, Harding M. M,
(2014). Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of
Clinical Problems. Canada: Elsevier.
Lynn P. (2011). Taylor's Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter
Kluwer Health
Madara B, Denino VP, (2008). Pathophysiology; Quick Look Nursing, 2nd
ed. Jones and Barklet Publisher, Sudbury
McCance, K.L. & Huethe, S. E. (2013). Pathophysiology: The Biologic Basis
for Disease in Adults and Children, 7e. Elsevier
Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing
Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes,
5e. Mosby Elsevier.
Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-17: Definitions and
Classification (Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell
Silverthorn, D. U. (2012). Human Physiology: An Integrated Approach (6th
Edition)

Skidmore-Roth, Linda (2009). Mosby's 2009 nursing drug reference


Toronto : Mosby

Lampiran 1

ROTASI PRAKTIK KMB 2


NO KELOMPOK 1 NO KELOMPOK 2
1 THOMAS TAEK BITIN 1 VENANSIUS RENTANG
2 ALBERIKA S. DEWI JEHOMAN 2 REINILDIS MALA
3 KRISTINA RETNI 3 KRISDOLISTA ECIN
4 PASKALINAJEFI DAGUL 4 INGGRIDA FLAVIANA KOJA
5 VITRIANA REKU RAJA 5 LUDGARDIS EHOL
6 MARIA YASINTA INDALOI 6 MARIA ORINTIANI MURNI
7 ADELINA SIA

NO KELOMPOK 3 NO KELOMPOK 4
1 ANDIKA PRATAMA 1 ANDRI SYAMSURRIZAL
2 YOHANES BERCHMANS EFRIN 2 FRANSISKUS SOLANDUS HAMBUR
3 MARIA ROSALIA RISTA 3 HESDIANA FATMAWATI MIUS
4 MARIA IVANY SURIATY 4 ANASTASIA IFONA AJENG
5 MARIA C. SAPUTRI 5 ANKARIA LUNUM
6 YUNITA EGE ATE 6 PATRISIA DIRNA
7 MARGARETA SALINA 7 MARIA YUNITA ASUNG

NO KELOMPOK 5 NO KELOMPOK 6
1 KAROLUS FRANSISKUS TONO 1 YOSEP KOPERTINO SESO
2 DOROTEA NASVIA 2 GREGORIUS GABUT
3 ADELA HELNES NONI 3 FELOMENA MURNI
4 DIDIANA NURHAYATI 4 SESILIA GRATIA HAMBUR
5 YULIANA SULASTRI AMBUT 5 AURELIA LIS
6 WALDETRUDIS WAHYUNI 6 MARIA SURIANTO SEDIA
7 LAURENSIUS DAMA 7 MELANIA ARLIANA MEO

JADWAL ROTASI PRAKTIK KMB II DAN KEPERAWATAN GADAR KRITIS

Apr-24 MEI 2024


RUANGAN/MINGGU
4-12 April 13-22 April 23 April- 2 Mei 3 - 12 Mei 13-22 Mei 23-31 Mei
MELATI 1 2 3 4 5 6
DAHLIA 2 3 1 5 6 4
NUSA INDAH 3 1 2 6 4 5
IBS 4 5 6 1 2 3
HCU 5 6 4 2 3 1
UGD 6 4 5 3 1 2

Lampiran 2
DAFTAR HADIR MAHASISWA

Nama Mahasiswa : ……………………………………


NPM : ……………………………………
Lahan Praktik :……………………………………

Waktu Paraf
No Hari/tanggal
Dtg Plg Mahasiswa Pembimbi
(Jam) (jam) ng klinik
Lampiran 3
LOGBOOK PROFESI
1.1. Kontrak Pembelajaran
Tujuan Rencana Kegiatan Metode/ Alokasi
TT Preseptor
Belajar Media Waktu
1.2. LaporanKegiatan Harian/Daily Log
Nama Preseptee :
Nama Preceptor :
Ruang/Unit :
Departemen :
Hari/ Rencana Kegiatan Kegiatan yang TT
Tanggal Telah Preceptor
Dilakukan
1.3. Refleksi Integrasi
1) Perasaan positif dan negatif selama praktek
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………………………………………………
2) situasi yang dianggap bermakna / yang mengesankan
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………
3) situasi yang dianggap tidak bermakna / yang kurang
mengesankan
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………………………………………………

Lampiran 4
DAFTAR TOPIK DISKUSI

Ruangan : …………………………
Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………


Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Ruangan : …………………………

Lahan Praktik : …………………………

Paraf
No Topik Diskusi Tanggal Pembimbing

Lampiran 5
KEGIATAN BIMBINGAN KEPERAWATAN (CI LAHAN)

Nama Pembimbing : …………………………


Ruangan : …………………………

No Hari/ Waktu Topik Ttd


Tanggal Pembimbing

Lampiran 6
KEGIATAN BIMBINGAN KEPERAWATAN (CI Institusi)

Nama Pembimbing : …………………………


Ruangan : …………………………

No Hari/ Waktu Topik Ttd


Tanggal Pembimbing

Lampiran 7

DAFTAR HADIR PEMBIMBING


No. Tanggal Pembimbing Ruangan/RS

Lampiran 8

FORMAT PENULISAN LAPORAN KASUS


BAB 1 Laporan Pendahuluan
1) Antomi fisiologi sistem terkait
2) Definisi
3) Etiologi
4) Patofisiologi dan patoflowdiagram (bagan)
5) Manifestasi Klinik
6) Pemeriksaan Diagnostik
7) Komplikasi
BAB 2 Sistematika Laporan Kasus
Tinjauan Kasus Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
2) Pemeriksaan Penunjang
3) Analisis Data
4) Diagnosa Keperawatan yang Muncul
5) Rencana Tindakan sesuai dengan masalah keperawatan
6) Implementasi
7) Evaluasi
Bab 3 Pembahasan
Terdiri dari fakta, teori dan opini

Lampiran 9

SISTEMATIKA PENULISAN RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian fokus – tuliskan data fokus saja


B. Analisis data
C. Pathflowdiagram keperawatan kasus (bagan)
D. Diagnosa keperawatan dan alasan merumuskan diagnosa
E. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnose
keperawatan, tujuan, dan criteria hasil dan rencana
tindakan disertai rasional sesuai kasus)
F. Implementasi dan Catatan perkembangan keperawatan
(formatif)
G. Evaluasi sumatif (SOAP)
S (Subjective): Menuliskan data subyektif (keluhan
pasien)
O (Objective):Menuliskan data obyektif (hasil pemfis dan
pemeriksaan penunjang yang relevan dengan DP yang
ditentukan
A (Analyze): Menuliskan analisa kondisi pasien
dibandingkan dengan kriteria hasil yang menjadi tujuan
P(Planning):Menuliskan rencana lanjutan (disesuaikan
dengan hasil analisa pada komponen sebelumnya)

Lampiran 10
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji:
NIM:
Unit : …………………………………..
Autoanamnese : …………………………………..
Kamar : …………………………………..
Alloanamnese : …………………………………..
Tanggal masuk RS : ………………………….……….
Tanggal pengkajian : …………………………..............

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : ………………………………...
Umur : ………………………………..
Jenis kelamin : ……………………………….
Status perkawinan : ……………………………….
Jumlah anak : ………………………………..
Agama/ suku : ………………………………..
Warga negara : ………………………………..
Bahasa yang digunakan : ………………………………..
Pendidikan : ………………………………...
Pekerjaan : ……………………………….
Alamat rumah : ………………………………..
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : ………………………………..
Umur : ………………………………..
Alamat : ………………………………..
Hubungan dengan pasien : ……………………

II. DATA MEDIK


Diagnosa medik
Saat masuk : …………………………
Saat pengkajian : …………………………

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak
sakit
Alasan:
………...............................................................................................................
.............................................................

B. TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): ………………………………
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik : …………………………..
b) Respon bicara : …………………
c) Respon membuka mata : …………………
Jumlah:
Kesimpulan : …………………………………………..
2. Tekanan darah :……………………..mmHg
MAP :………………………..mmHg
Kesimpulan : ………………………………………
3. Suhu :………..0C di Oral Axila Rectal
4. Pernapasan: ……….x/menit
Irama : Teratur Bradipnea Takipnea
Kusmaul Cheynes-stokes
Jenis : Dada Perut
5. Nadi : ………..x/menit
Irama : Teratur Bradikardi Takikardi
Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : …………….cm
2. Tinggi badan : …………….cm
3. Berat badan : …………….kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) : …………...
Kesimpulan : ………………………………….
D. GENOGRAM

3 GENERASI

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
..................................................................................................................
.........................................................
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama:
..........................................................................................................
..................................................*cukup satu
b) Riwayat keluhan utama :
..........................................................................................................
................................................... *lengkap dengan detail waktu
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
……..........................................................................................................
............................................
Riwayat kesehatan keluarga :
..................................................................................................................
..........................................................
*Relevan dengan kondisi kesehatan saat ini
4. Kebersihan Diri (Personal Hygiene) :
a) Kebersihan rambut : ..................................
b) Kulit kepala : ..................................
c) Kebersihan kulit : ...................................
d) Higiene rongga mulut : ...................................
e) Kebersihan genetalia : ..................................
f) Kebersihan anus : ...................................

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................

2. Keadaan sejak sakit :


..................................................................................................................
.........................................................
3. Observasi :
…………………………………………………………………………………
…………………………………
4. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : ....................................
b) Hidrasi kulit : ....................................
c) Palpebra/conjungtiva : ....................................
d) Sclera : ...................................
e) Hidung : ...................................
f) Rongga mulut : .................... ………..
gusi :....................................
g) Gigi : ..................…………..
gigi palsu :....................................
h) Kemampuan mengunyah keras : ...........................
i) Lidah : ....................................
j) Pharing : ...................................
k) Kelenjar getah bening : ...................................
l) Kelenjar parotis : ....................................
m) Abdomen :
 Inspeksi : …………………………
 Auskultasi : ……………………………
 Palpasi : …………………………
 Perkusi : ………………………..
n) Kulit :
 Edema : Positif Negatif
 Icterik : Positif Negatif
 Tanda-tanda radang : ……………………….
o) Lesi : ……………………………………………..

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
................................................................
Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Observasi :
..................................................................................................................
................................................................
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : …………….x/menit
b) Palpasi kandung kemih: Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal: Positif Negatif
d) Mulut uretra : ……………………………
e) Anus :
 Peradangan : ………………………
 Hemoroid : ………………………
 Fistula : ………………………

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
..........................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
..........................................................
a) Aktivitas harian :
 Makan : …….
 Mandi : …….
 Pakaian : …….
 Kerapihan : …….
 Buang air besar : …….
 Buang air kecil : …….
 Mobilisasi di tempat tidur : …….
0 : mandiri
1 : bantuan dengan alat
2 : bantuan orang
3 : bantuan alat dan orang
4 : bantuan penuh

b) Postur tubuh : ………………………


c) Gaya jalan : ………………………
d) Anggota gerak yang cacat : ……………(kalau ada)
e) Fiksasi: : ………………………(kalau ada)
f) Tracheostomi : ………………………(kalau ada)
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : …………..mmHg
Duduk : …………..mmHg
Berdiri : …………..mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif
Negatif
b) HR : …………………x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : ………………………
Basah : ……………………..
d) JVP : ……………………..cmH2O
Kesimpulan : ……………………………………...
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : …………………
f) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : ……………………..
Retraksi interkostal : …………………..
Sianosis : ……………………
Stridor : ……………………
 Palpasi :
Vocal premitus : ………………………
Krepitasi : ………………………
 Perkusi :
Sonor Redup Pekak
Lokasi : ………………………
 Auskultasi :
Suara napas : …………………..
Suara ucapan : ……………………
Suara tambahan : ……………………
g) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : ………………
 Palpasi :
Ictus cordis : ………………
 Perkusi :
Batas atas jantung : ……………
Batas bawah jantung : ……………
Batas kanan jantung : ……………
Batas kiri jantung : ……………
 Auskultasi :
Bunyi jantung II A : ……………
Bunyi jantung II P : ……………
Bunyi jantung I T : ……………
Bunyi jantung I M : ……………
Bunyi jantung III irama gallop : ………
Murmur : …………………
Bruit : Aorta : ……………
A.Renalis : ……………
A. Femoralis : ……………

h) Lengan dan tungkai


 Atrofi otot : Positif Negatif
 Rentang gerak : ……………………
Kaku sendi : ……………………
Nyeri sendi : ……………………
Fraktur : ……………………
Parese : ……………………
Paralisis : ……………………
 Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan

Kaki

Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan
sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak
mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi
tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit
gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak
mampu bergerak
 Refleks fisiologi : …………………………..
 Refleks patologi : …………………………
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
 Clubing jari-jari : …………………
 Varises tungkai : ………………
i) Columna vetebralis:

a) Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis


 Palpasi : ……………………
Kaku kuduk : ……………………

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
..........................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
.........................................................
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap :
Positif Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
..........................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
................................................................ Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
 Kornea : ……………………………
 Pupil : …………………………….
 Lensa mata : ………………………………
 Tekanan intra okuler (TIO) : …………………
b) Pendengaran
 Pina : …………………….
 Kanalis : …………………….
 Membran timpani : ………………
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
…………………………………………………………………………
……….………………………

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
................................................................ Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Observasi :
..................................................................................................................
................................................................
a) Kontak mata : ………………………
b) Rentang perhatian : ………………………
c) Suara dan cara bicara : ………………………
d) Postur tubuh : ………………………
3. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : ……………
b) Bentuk/postur tubuh : ……………
c) Kulit : ……………

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
..........................................................

2. Keadaan sejak sakit :


..................................................................................................................
.........................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
...........................................
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
Observasi :
..................................................................................................................
............................................Pemeriksaan fisik :
…………………………………………………………………………………
…………………………………

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
.........................................................
2. Keadaan sejak sakit :
..................................................................................................................
........................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
........................................................

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit :
..................................................................................................................
................................................................

2. Keadaan sejak sakit :


..................................................................................................................
................................................................
3. Observasi :
..................................................................................................................
................................................................
V. UJI SARAF KRANIAL
A. N I : …………………………………………………………
B. N II : ………………………………………………………..
C. N III, IV, VI : ………………………………………………

D. N V :
Sensorik : ..…………………………………………………
Motorik : ..…………………………………………………
E. N VII :
Sensorik : …..………………………………………………
Motorik : …..……………………………………………….
F. N VIII :
Vestibularis : ….……………………………………………
Akustikus : …..……………………………………………
G. N IX : ………………………………………………………
H. N X : ………………………………………………………
I. N XI : ………………………………………………………
J. N XII : ……………………………………………………..

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


VII. TERAPI
Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

(……………………………………………..)

RENCANA TINDAKAN
Nama klien :..…………………………….
No. Register :………………………..........
Umur :……………………………..
Diagnosa Medis :……………………………..
Ruang :……………………………..
Alamat :……………………………..
N Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisas
o Keperawata Kriteria i
n Hasil

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN HARIAN


Nama klien : …………… No. Register :………………
Umur : …………… Diagnosa Medis :………….
Ruang :……………... Alamat:……………………
N Tangga Ja Implementas Evaluasi Nama/
Formatif
o l m i TTD
(harian)
D
x
S:
O:

*Pada kolom implementasi khusus pemberian obat dan cairan dituliskan lengkap
nama obat/cairan, dosis dan rute
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

1. Nama obat : ...................................................


2. Klasifikasi/golongan obat : ...................................................
3. Dosis umum : ...................................................
4. Dosis untuk pasien yang bersangkutan: .......................................
5. Cara pemberian obat : .................................................................
6. Mekanisme kerja dan fungsi obat:
..................................................................................................................................
.....................................................................

7. Alasan pemberian obat pada


Pasien yang bersangkutan :

..................................................................................................................................
.....................................................................

8. Kontra indikasi :
..................................................................................................................................
.....................................................................

9. Efek samping obat :


..................................................................................................................................
.....................................................................
Lampiran 11

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN ASUHAN


KEPERAWATAN KMB II
A. Pengkajian
1. Pengumpulan dan pengelompokan data-sesuai format
2. Analisa data

a. Pathway Keperawatan berdasarkan Masalah


Keperawatan yang Muncul pada Pasien
DATA FOKUS
(SUBYEKTIF/S) DAN MASALAH ETIOLOGI
NO OBYEKTIF (P) (E)

*Pada kolom etiologi, disusun berupa pohon masalah s.d DP yang disimpulkan
berdasarkan SDKI

b. Diagnosa keperawatan-tulis sesuai prioritas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur :..................................................................
Ruang/Kamar:...................................................................
N
O DIAGNOSA KEPERAWATAN

*Komponen DP Aktual: Problem, Etiology, Symptomps


*Komponen DP Resiko: Problem , Etiology

c. Perencanaan

Nama klien :..…………………………….


No. Register :………………………..........
Umur :……………………………..
Diagnosa Medis :……………………………..
Ruang :……………………………..
Alamat :……………………………..
N Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisas
o Keperawata Kriteria i
n Hasil

E. Implementasi dan Catatan Perkembangan


(Formatif/Harian)
Respon
No. Waktu Tindakan pasien/hasil Tanda
diagnosa (tgl/jam) Keperawatan (SO) Tangan
S: …
1 O:…
dst

F. Evaluasi Akhir (Sumatif)


Waktu Respon Tanda
No perkembangan
Dignosa (S,O,A,P)
(tgl/jam) Tangan
Lampiran 12
INSTRUMEN PENILAIAN CASE BASED LEARNING

Aspek yang dinilai RENTANG SKOR


1 2 3 4 5 6
1 Partisipasi selama diskusi

2 Tingkat persiapan
pengetahuan/knowledge selama
diskusi
3 Kemampuan mendiskusikan
prinsip-prinsip dasar terhadap
skill/kasus yang didiskusikan
4 Performance mahasiswa: critical
thinking, attitude, dan logical
thingking dalam penyampaian
pendapat/pertanyaan
Skor= skor x 100%
Total nilai komponen CBL

=10%x total skor A

RENTANG SKOR:

1 : Sangat Kurang

2 : Kurang

3 : Cukup

4 : Cukup Baik

5 : Baik

6 : Baik Sekali
Lampiran 13

INSTRUMEN PENILAIAN PENDOKUMENTASIAN LAPORAN


Nama mahasiswa: NPM:

ASPEK YANG DINILAI NOMOR URUT MAHASISWA


B.1 LAPORAN PENDAHULUAN 1 2 3 4 5 6

1 Kesesuaian sistematika penulisan

2 Kesesuaian lp dengan masalah klien


3 Ketepatan rumusan patologi
4 Kebenaran rumusan pathway

5 Kelengkapan diagnosa keperawatan


Ketepatan rumusan tujuan dan
6 kriteria hasil
Ketepatan rumusan tindakan
7 keperawatan dan rasionalnya
Rujukan daftar pustaka mutakhir
8
SKOR B1= (Total Skor/48)x 100%

ASPEK YANG DINILAI SKOR NILAI


B2 LAPORAN ASKEP/RESUME 1 2 3 4 5 6
1 Kesesuaian sistematika penulisan

2 Kelengkapan pengkajian data dasar

3 Ketepatan identifikasi data fokus

4 Ketepatan analisis data

5 Ketepatan rumusan pathway


Ketepatan dan kesesuaian rumusan
6 diagnosa kep dengan kasus
Ketepatan penentuan prioritas
7 diagnosa keperawatan
Ketepatan rumusan tujuan dan
8 kriteria hasil
9 Ketepatan rumusan fokus intervensi
dan rasionalnya
10 Ketepatan pendokumentasian
catatan keperawatan
11 Ketepatan analisa respon
perkembangan

12 Merumuskan rencana tindak lanjut

SKOR B2= (Total Skor/72)x 100%


TOTAL SKOR KOMPONEN B1+B2=
15% x SKOR (B1+B2)
2
Lampiran 14

FORMAT PENILAIAN SEMINAR KASUS


C1 ASPEK YANG DINILAI SKOR NILAI
SEMINAR KASUS 1 2 3 4 5 6
a. Persiapan
1. Sistematika penulisan makalah
2. Penggunaan bahasa
3. Teknik penulisan
4. Pemilihan topik
b. Pelaksanaan
5. Kemampuan mempresentasikan
overview kasus
6. Kemampuan mengidentifikasi data-
data yang esensial dari masalah pasien
7. Kemampuan mengidentifikasi dan
mendiskusikan mekanisme dasar
dalam bentuk pathway
8. Kemampuan mengintegrasikan dan
mengaplikasikan ilmu-ilmu dasar
terhadap kasus
9. Kemampuan penguasaan
pengetahuan selama presentasi
10. Organisasi/efisiensi dalam proses
penyampaian kasus
11. Performance mahasiswa: attitude,
sistematik, dan skill komunikasi
e. Konsultasi

TOTAL skor = (Skor/66)x 100%

ASPEK YANG DINILAI SKOR NILAI


C.2 PRESENTASI JURNAL (EBP) 1 2 3 4 5 6
Kemampuan mempresentasikan
1 resume jurnal
Kemampuan mengkorelasikan isi
jurnal dengan seting klinik/RS atau
2 evidence based nursing
3 Kemampuan penguasaan
pengetahuan selama presentasi
Kemampuan melakukan analisa
jurnal berdasarkan referensi yang
4 lain
Organisasi/efisiensi dalam
5 penyampaian analisa jurnal
Performance mahasiswa: attitude,
6 sistematik, dan skill komunikasi
SKOR C2= (Total Skor/36)x 100%
NILAI AKHIR= 15% x total
skor(C1+C2)
2
Lampiran 15
PENILAIAN SEMINAR/PRESENTASI INDIVIDU

ASPEK YANG DINILAI RENTANG SKOR


D. UJIAN KETERAMPILAN 1 2 3 4

1 Persiapan perawat

2 Persiapan pasien

3 Persiapan lingkungan

4 Persiapan alat dan bahan

5 Teknik Asseptic
Keterampilan komunikasi terapeutik ;
mengidentifikasi masalah, memberikan respon
6 yg sesuai.
Keterampilan pemeriksaan fisik; kesesuaian
pemeriksaan dg masalag kesh yg ada,
7 kemampuan memberi penjelasan kpd pasien.
Profesionalisme; hormat, empati,
8 memperhatikan prinsip etik
Pelaksanaan intervensi ; intervensi terapeutik,
9 edukasi

10 Melakukan evaluasi

11 Pendokumentasian

SKOR D= (Skor/44)x100%

TOTAL SKOR KOMPONEN D= 20% X SKOR D

Keterangan rentang Skor


0= tidak 1=melakukan 2=melakukan 3=melakukan 4=melakukan
dilakukan kurang dari 25% 26%-50% dari 51%-75% dari Lebih dari
dari sub sub komponen sub komponen 75% dari sub
komponen komponen
Lampiran 16
FORM PENILAIAN SOCA (STUDENT ORAL CASE ANALYSIS)
A. ASPEK YANG DINILAI RENTANG SKOR
Kemampuan analisis dan Clinical 1 2 3 4 5 6
reasoning
Menjelaskan ilmu dasar yang berhubungan
1 dg masalah klinis pada kasus
Menjelaskan mekanisme terjadinya
2 penyakit(pathway penyakit)
Menjelaskan korelasi masalah utama
dengan faktor penyebab (predisposisi,
3 precipitasi)
Menjelaskan hasil temuan data yang
4 relevan dg masalah utama
Menjelaskan diagnosa keperawatan
berdasarkan hasil pemeriksaan pada
5 pengkajian
Menjelaskan hasil pemeriksaan penunjang
diagnostik yang berhubungan dengan
6 kasus
Menjelaskan prinsip penatalakanaan
keperawatan termasuk tujuan/alasan
7 pemilihan intervensi

B. Kemampuan presentasi

8 Menguasai kasus

9 Menunjukkan sikap profesional

SKOR = (Skor/54)x100%
TOTAL SKOR KOMPONEN E= 30% X SKOR
E

LAMPIRAN 17
PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL
ASPEK YANG DINILAI Rentang skor
A. Integritas 1 2 3 4
Membuat laporan askep, tutorial, jurnal
1 dan/atau tugas lain secara tidak jujur/plagiat
Memalsukan dokumen/ data di buku
2 kegiatan
3 Memberi contekan atau mencontek
Memalsukan tanda tangan presensi
4 kehadiran
Memalsukan tanda tangan
5 dosen/pembimbing/perseptor/CI
Melakukan tindakan tercela (berkata
6 kasar/kotor,
7 Memalsukan tanda tangan presensi kehadiran
B. Responsibility
Melaksanakan tugas tidak sesuai dengan
8 waktu yang telah ditetapkan

9 Melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan


10 Kehadiran tidak tepat waktu
Tidak menyampaikan kepada dosen tentang
11 penemuan pelanggaran tata tertib
Altruism
12 Tidak menunjukkan kepedulian terhadap
sesama teman atau orang lain
Tidak menyediakan waktu yang cukup untuk
13 menyelesaikan tugas kelompok
Respect & Empathy
Tidak menghormati/menghargai orang lain
dan tidak bersikap empaty (teman, perseptor,
14 perawat,pasien,keluarga dll)
Tidak mendengarkan secara aktif terhadap
orang lain (teman, perseptor,
15 perawat,pasien,keluarga dll)
Competence
Tidak mampu merespon secara positif
16 terhadap feed back yang diberikan
Tidak mampu berdiskusi dan mengerjakan
17 tugas dengan berbasis bukti ilmiah
18 Tidak mampu mencapai learning outcome
atau kompetensi yang dilaksanakan dalam
pembelajaran
Leadership
Tidak mampu mengambil keputusan secara
19 mandiri dalam proses pembelajaran
Tidak mampu berperan sebagai
20 pemimpin/anggota yang baik dalam kerja tim
Tidak mampu menunjukkan inisiatif dalam
21 menyelesaikan permasalahan

22 Tidak memiliki motivasi terhadap diri sendiri

Skor F= tot skor/88 x 100%

Tot Skor Perilaku= 10% x skor F

Keterangan Skor:
4= tidak pernah
3=pernah 1 x
2= Pernah 2-3 x
1 = pernah lebih dari 3x

Skor:
LAMPIRAN 18

ACUAN PENULISAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


Aturan Umum
1) Batas Kertas
Atas : 3 cm
Bawah : 3 cm
Kiri : 4 cm
Kanan : 4 cm
2) Huruf menggunakan Times New Roman 12 pt
3) Laporan menggunakan spasi 1,5
4) Setiap lembar diberi halaman yang terletak di bagian
bawah tengah (lembar persetujuan diberi halaman ii)
5) Ukuran kertas F4
Penulisan Cover
1) Warna cover sesuai buku kompetensi
2) Penulisan judul asuhan keperawatan dilengkapi dengan
judul diagnosa keperawatan prioritas
3) Secara umum struktur cover adalah sebagai berikut :
Judul Laporan
Logo
Nama dan NPM
Program Pendidikan Profesi Ners
Lampiran 19
Contoh Cover
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN………………
DI…………

OLEH :
ROSALIA D. PADUT
NPM. 21203019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS
RUTENG
2019/2020
Lampiran 20
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ………………..ini telah disetujui pada


tanggal……………….

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

………………………………………… ……………………………………………….
NIDN. NIP.

Lampiran 21
TARGET KETERAMPILAN
PERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
A. Keterampilan prosedur dasar keperawatan medikal bedah
Bantuan Mandiri
No Kompetensi Observ.
Tempat Tanggal Paraf
1 1.
Memberikan kompres 2.
3.
2 Melakukan perawatan 1.
luka 2.
3.
3 Mengangkat jahitan 1.
luka operasi 2.
3.
4 Melakukan skin test 1.
2.
3.
5 Memberikan obat 1.
melalui injeksi (iv, im, 2.
sc, ic) 3.
6 Melakukan 1.
pemasangan infus 2.
3.
7 Memasang transfusi 1.
darah 2.
3.
8 Menghitung 1.
keseimbangan cairan 2.
3.

B. Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan


gangguan sistem integumen
No Kompetensi Mandiri
Observ. Bantuan Tempat tanggal Paraf
1 Menentukan 1.
luas/prosentase 2.
luka bakar 3.
2 Melakukan 1.
perawatan luka 2.
pada pasien luka
bakar 3.
3 Melakukan 1.
tindakan 2.
debridement 3.
4 Melakukan 1.
perawatan luka 2.
dekubitus 3.
5 Melakukan skin 1.
test 2.

C. Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan


gangguan sistem imunologi dan hematologi
Observ. Bantuan Mandiri
No Kompetensi Par
Tempat tanggal af
1 Melakukan tes 1.
tourniqet 2.
3.
2 Melakukan 1.
transfusi darah 2.
3.
3 Melakukan vena 1.
punksi/pengam
bilan darah
lengkap 2.
3.
4 Melakukan 1.
pengambilan 2.
GDA 3.

D. Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan


gangguan sistem perkemihan
Bantuan Mandiri
No Kompetensi Observ.
Tempat tanggal Paraf
1 Mengambil/ 1.
menyiapkan 2.
bahan
pemeriksaan
urin 3.
2 Melakukan 1.
perawatan 2.
kateter
3.
3 Melakukan 1.
pemasangan 2.
kateter 3.
4 Melakukan 1.
bladder training 2.
3.
Menyiapkan
pasien yang akan
di lakukan
tindakan 1.
pemeriksaan 2.
5. diagnostic 3.
Melakukan
pendidikan
kesehatan pada
klien dengan 1.
gangguan 2.
6 perkemihan 3.
Merawat pasien
post operasi
saluran
perkemihan 1.
(prostatektomi, 2.
7 striktura) 3.

E. Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan


gangguan sistem persyarafan
Observ. Bantuan Mandiri
No Kompetensi
Tempat tanggal Paraf
1.
1 Melakukan
pemeriksaa 2.
n reflex
3.

Menyiapkan 1.
2 peralatan
untuk 2.
lumbal
pungsi 3.
Mengukur 1.
3 GCS
2.

3.
Menyiapkan 1.
4 pasien
untuk 2.
pemeriksaa
n EEG 3.
Menyiapkan 1.
5 pasien
untukpemer 2.
iksaan CT
Scan 3.
Menyiapkan 1.
pasien untuk
2.
6 MRI
3.

Memeriksa 1.
syaraf kranial
2.
7
3.

8 Membantu 1.
pasien
latihan 2.
pasifdan aktif
membantu 3.
ambulasi
Melakukan 1.
pendidikan
2.
9 kesehatan
3.

LAMPIRAN 22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KETERAMPILAN

SOP PERAWATAN LUKA

A. PENGERTIAN
Membersihkan luka atau insisi dan memasang penutup
pelindung steril dengan menggunakan teknik aseptik
B. TUJUAN
1) Melindung luka dari kontaminasi mikroorganisme
2) Merangsang granulasi dan penyembuhan luka
3) Menopang atau membidai lokasi luka
4) Merangsang insulasi termal pada permukaan luka
5) Menjaga kelembaban tinggi antara luka dan perban
6) Memberikan kenyamanan fisik, psikis dan aestetik
C. INDIKASI
Prosedur ini dilakukan untuk mengganti balutan luka
D. PROSEDUR

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A PERSIAPAN
I. Persiapan alat :
1. Handschoen bersih 1 pasang
2. Handschoen steril 1 pasang
3. Set perawatan luka steril yang
berisi:
1) Pinset anatomis 1 buah
2) Pinset cirurgis 1 buah
3) Gunting jaringan 1 buah
4. Kom steril 2 buah
5. Kapas steril
6. Kasaa steril
7. Korentang
8. Alkohol
9. NaCl 0,9%
10. Hipavik
11. Gunting verban
12. NaCl 0,9%
13. Lidi waten
14. Salep luka
15. Perlak
16. Bengkok
17. Alat tulis dan status klien
II. Persiapan Lingkungan
a. Menjaga privasi klien dengan
menutup ruangan atau
menggunakan tabir
III. Persiapan Klien
a. Memperkenalkan diri
b. Memeriksa kembali
identitas klien
c. Menjelaskan prosedur dan
tujuan tindakan

B PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
2. Memakai handschoen bersih
3. Menuangkan NaCl 0,9% ke dalam
kom steril
4. Mengambil kasa steril
secukupnya, kemudian masukan
ke dalam kom steril berisi
larutan NaCl 0,9%
5. Pasangkan perlak di bawah
luka klien
6. Buka balutan luka klien,
sebelumnya basahi dulu plester
atau hipafiks dengan NaCl atau
semprot dengan alkohol
7. Masukan balutan yang sudah
kotor ke dalam bengkok
8. Observasi keadaan luka klien,
jenis luka, luas luka, adanya pus
atau tidak dan kedalaman luka
9. Ganti handschoen bersih
dengan handschoen steril
10. Lakukan perawatan luka:
1) Bersihkan luka dengan kasa
yang sudah di beri larutan
NaCl 0,9%
2) Keluarkan pus/nanah
apabila area luka tampak
bengkak dan bernanah
3) Buang jaringan yang sudah
membusuk (jika ada)
menggunakan gunting
jaringan
4) Lakukan irigasi pada luka
11. Oleskan obat luka (jika ada)
12. Tutup luka dengan kasa kering
steril secukupnya
13. Fiksasi luka dengan hipafiks
14. Rapikan alat
15. Rapikan klien
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor

Keterangan
0: Tidak dapat melakukan secara mandiri
1 : Dapat melakukan dengan bantuan
2 : Dapat melakukan secara mandiri

SOP PERAWATAN LUKA DEKUBITUS


A. PENGERTIAN DEKUBITUS
Kerusakan kematian kulit sampai di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akobat adanya penekanan
pada suatu area seara terus-menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulai darah setempat
B. KLASIFIKASI DEKUBITUS
Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
tampak sebagai area kemerahan/eritema indurasi atau lecet
Derajat II : Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapi seluruh
area dermis hingga lapisan lemak subkutan, tampak sebagai ulkus
yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen
kulit
Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggangu, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang
di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi
C. TUJUAN
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus
2. Mempertahankan daerah bersih pada ulkus dan sekitarnya
3. Mengangkat jaringan nekrotik
4. Menurunkan dan mengatasi infeksi
5. Menrangsang dan membantu pemebentukan jaringan granulasi
dan epitelisasi
6. Tindakan bedah
D. INDIKASI
Klien DM dengan ulkus diabetikum
E. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
Persiapan alat
1. Sarung tangan bersih
2. Sarung tangan streril
3. Waskom berisis air hangat
4. Waslap
5. Penggaris transparan
6. Obat topical sesuai resep dokter
7. Pinset sirurgis
8. Gunting debridement
9. NaCl 0,9%
10. Kassa
11. Spuit
12. Plester
13. Bengkok
14. Perlak dan pengalas
Persiapan Klien
Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Memberikan kesempatan bertanya
Persiapan Lingkungan
Menutup ruangan atau memasang sampiran
B. Prosedur Pelaksanaan
1 Mencuci tangan
2 Memindahkan alat tenun atau baju yang menutupi
ulkus
3 Menggunakan sarung tangan bersih.
4 Melakukan inspeksi warna dan keadaan kuit sekitar
ulkus
5 Mengukur diameter ulkus dengan penggaris
6 Mengukur kedalaman luka
7 Mencuci dengan perlahan daerah sekitar ulkus
dengan air hangat
8 Secara hati-hati keringkan kulit dengan kassa
9 Mengganti sarung tangan, dengan sarung tangan
steril
10 Bersihkan ulkus dengan cairan NaCL 0,9%
11 Gunakan spuit untuk irigasi luka jika luka cukup
dalam
12 Melakukan debridement luka, jika terdapat jaringan
nekrotik
13 Mengoleskan sedikit salep obat pada luka
14 Meratakan obat dengan cara menggosokringan
dengan telapak tangan, pastikan olesan salep tipis
dan merata
15 Tutup luka dengan kassa keringdan rekatkan dengan
plester
16 Mengatur kembali posisi yang nyaman bagi klien
dan aman untuk area ulkus
17 Membereskan aat-alat
18 Mengevaluasi reaksi klien
19 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
20 Cuci tangan
21 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan dan Hati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor

PERAWATAN LUKA BAKAR

A. PENGERTIAN
Membersihkan luka bakar dengan Nacl 0,9 % menggunakan teknik
aseptik untuk mengangkat eksudat dan mengoleskan obat antibakteri
B. TUJUAN
1. Mempercepat penyembuhan luka
2. Mencegah komplikasi
3. Membersihkan luka
C. JENIS PERAWATAN LUKA BAKAR
1. Perawatan terbuka
Krim antimikroba dioleskan pada luka dengan menggunakan
sarung tangan dan luka dibiarkan terbuka terkena udara tanpa
ditutup kasa. Krim dioleskan ulang sesuai kebutuhan
Keuntungan :
 Meningkatkan visibilitas luka
 Kebebasan mobilitas sendi
Kerugian :
 Meningkatkan risiko hipotermia
2. Perawatan tertutup
Pada metode tertutup, kasa diolesi krim antimikroba dan
dipasang pada luka
Keuntungan
 Keterbatas mobilitas
 Pemeriksaan luka yang terbatas
D. MENGHITUNG LUAS LUKA BAKAR

E. ANTIMIKROBA TOPIKAL YANG DIGUNAKAN UNTUK LUKA BAKAR


Obat topikal Deskripsi dan Kerugian Implikasi
indikasi Keperawatan
Sulfadiazin Suatu krim Dapat  Gunakan pada
perak 1 % kristalin putih meningkatka salah satu
yang sangat n metode
buram, tidak kemungkinan terbuka,
berbau, dan terjadinya balutan
larut dalam kernikterus.H ringan atau
air. indari oklusif
Menghasilkan pemakaian  Oles dengan
efek pada ibu menggunakan
antimikroba hamil pada sarung tangan
pada tingkat trimester steril
membrane sel akhir langsung pada
dan dinding sel kehamilan luka atau
terhadap - Paparan pada kain
bakteri gram terhadap kasa dengan
negatif dan sinar ketebalan
gram positif matahari 0,16 cm,
serta candida menghasil sekali atau
kan warna dua kali
abu-abu. sehari setelah
- Dapat pembersihan
terjadi luka yang
leukopenia menyeluruh
sesaat  Sulfadiazin
perak
dihentikan
bila jumlah
leukosit
kurang dari
1500 pada
orang dewasa
atau kurang
dari 2000
pada anak –
anak. Jumlah
leukosit
biasanya
kembali
normal dalam
2-4 hari dan
obat dapat
diberikan
kembali
Krim Biasanya Nyeri saat  Krim
mefenida dikemas dan sesaat dioleskan
asetat 10 % dalam setelah dengan atau
bentuk dasar pengolesan tanpa perban.
krim Suatu Bila
hidroskopik inhibitase Memungkinka
yang anhydrase n, harus
dicampur karbonik dioleskan
dengan air poten yang ulang setiap
Aktif melawan dapat 12 jam untuk
sebagain meNPMbul keefektifan
besar kan terapi
organisme asidosis  Kadar larutan
gram positif metabolik terapeutik
Aktif melawan sehingga dipertahanka
organisme tidak n oleh perban
gram negatif digunakan basah yang
umum yang untuk luka tebal
menginfeksi bakar lebih  Basahi ulang
luka bakar dari atau perban setiap
tetapi sama 2-4 jam
kurang dengan 20  Hipersensitivi
efektif untuk % tas ditandai
infeksi jamur Diuresis dengan
Anemia alkali dan munculnya
hemolitik poliuria ruam
adalah cepat dapat makulopapula
komplikasi terjadi bila r dan diterapi
yang jarang digunakan dengan
pada klien histamine
dengan atau dengan
luka bakar menghentikan
yang luas penggunaann
ya.
 Memerlukan
pemantau
ketat
terhadap
status
pulmonal dan
keseimbanga
n cairan dan
asam-basa.
Larutan nitrat  Larutan Dapat  Pantau ketat
0,5 % jernih menyebab keseimbanga
dengan kan n elektrolit,
toksisitas gangguan diperlukan
rendah dan elektrolit penambahan
efek berupa kalium, dan
antimikrob turunnya natrium
a yang kadar secara rutin
bermakna natrium, untuk klien
terhadap klorida, dengan luka
pathogen kalium bakar luas
luka bakar dan  Gunakan
yang umum magnesiu perban tebal,
 Non-alergi m serum basahi ulang
dan Menyebabka setiap 2-4 jam
biasanya n kulit untuk
tidak nyeri normal mempertahan
saat menjadi kan kadar
dioleskan berwarna terapeutik
 Paling baik coklat atau  Jaga klien
digunakan hitam tetap hangat
sebagai dan
profilaksis mengurangi
terhadap penguapan
infeksi cairan sesaat
dengan
menggunakan
lapisan kering
seperti
selimut besar

F. PROSEDUR

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI

0 1 2
A. PERSIAPAN
1 Persiapan Perawat
Mengecek catatan medis
2 Mengkaji keadaan klien
Persiapan alat :
Troli bersisi :
1) Set Perban
2) Perban steril dalam wadah
3) Kasa steril dalam wadah
4) Perban vaselin steril
3 5) Sulfa diazin perak 1 %
6) Nacl, 0,9 % steril
7) Forseps bengkok
8) Plester dan gunting
9) Gunting steril
10) Kain steril
11) Kantong plastik untuk pembuangan
sampah
Persiapan Klien
Identifikasi klien
Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Memberikan kesempatan bertanya

Prosedur Pelaksanaan
1) Berikan analgesik sekitar 20 menit
sebelum prosedur sesuai instruksi
dokter
2) Basahi perban yang lama dengan Nacl
0,9 % dan lepaskan
3) Berikan hidroterapi/cuci luka.
Membantu membersihkan luka
4) Atur suhu ruangan pada 24 derajat
Celsius dan kelembaban pada 40-50 %
menggunakan pelembab ruangan
portable bila ada
5) Gunakan masker dan topi pelindung
6) Cuci tangan dan pakai baju pelindung
dan gunakan sarung tangan steril
7) Bersihkan dan lakukan debridement
luka dengan menggunakan gunting
steril dan forceps. Angkat jaringan mati
yang mengelupas dan kulit mati
8) Bersihkan luka dengan Nacl 0,9 % dan
keringkan
9) Inspeksi luka dan area sekitarnya
10) Oleskan obat topical pada luka
11) Jika memakai metode tertutup, tutup
luka dengan menggunakan perban
vaselin dan pasang kasa steril
12) Pasang perban di atas kasa
13) Bereskan peralatan dan lepaskan
sarung tangan serta baju pelindung
Evaluasi :
Respon klien
Kondisi luka terhadap jumlah, warna dan bau
secret, ukuran luka dan tanda epitelisasi
Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Cuci tangan
Dokumentasi :
Tanggal pergantian perban, lokasi luka , kondisi
luka bersih /kotor , jumlah seckret, warna dan
bau secret, ukuran luka tanda epitelisasi
Sikap :
 Ramah
 Menjaga privacy
 Bertanggung jawab
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor

MELATIH ROM (RANGE OF MOTION)

Definisi
Tindakan latihan yang diberikan perawat kepada klien yang meliputi
latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif
Tujuan
(1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
(2). Memelihara mobilitas persendian,
(3) Merangsang sirkulasi darah,
(4). Mencegah kelainan bentuk
Indikasi
1. Klien yang mengalami hambatan mobilitas fisik
2. Klien yang mengalami keterbatasan rentang gerak

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A. Persiapan
Persiapan Alat
1. Handschoen
2. Bantal dan tempat tidur
3. Alat tulis dan status klien
Persiapan Klien
Menjelaskan pengertian dan prosedur tindakan
Persiapan Lingkungan
1. Menjaga privasi klien
2. Menutup pintu atau memasang sampiran
B. Pelaksanaan
1. Leher:
a. Letakkan tangan kiri perawat di bawah
kepala klien dan tangan kanan pada
pipi/wajah klien.
b. Lakukan gerakan:
1) Rotasi: tundukkan kepala, putar ke kiri
dan ke kanan.
2) Fleksi dan ekstensi: gerakkan kepala
menyentuh dada kemudian kepala
sedikit ditengadahkkan.
3) Fleksi lateral: gerakkan kepala ke
samping kanan dan kiri hingga telinga
dan bahu hampir bersentuhan.
c. Observasi perubahan yang terjadi.
2. Bahu
Fleksi/Ekstensi
a. Letakkan satu tangan perawat di atas siku
klien dan pegang tangan klien dengan
tangan lainnya.
b. Angkat lengan klien pada posisi awal.
c. Lakukan gerakan mendekati tubuh.
d. Lakukan observasi perubahan yang terjadi.
Misalnya: rentang gerak bahu dan
kekakuan.
Abduksi dan Adduksi
a. Letakkan satu tangan perawat di atas siku
klien dan pegang tangan klien dengan
tangan lainnya.
b. Gerakkan lengan klien menjauh dari
tubuhnya ke arah perawat (ke arah
samping).
c. Kembalikan ke posisi semula.
d. Catat perubahan yang terjadi. Misal:
rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.
Rotasi Bahu
a. Atur posisi lengan klien menjauhi dari
tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
b. Letakkan satu tangan perawat di lengan
atas dekat siku klien dan pegang tangan
klien dengan tangan lainnya.
c. Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke
bawah sampai menyentuh tempat tidur.
d. Kembalikan lengan ke posisi awal.
e. Gerakkan lengan bawah ke belakang
sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
f. Kembalikan ke posisi awal.
g. Catat perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.
3. Siku
Fleksi dan Ekstensi
a. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi
tubuh dan telapak mengarah ke tubuh klien.
b. Letakkan tangan perawat di atas siku klien
dan pegang tangan klien dengan tangan
lainnya.
c. Tekuk siku klien sehingga tangan klien
mendekat ke bahu.
d. Lakukan dan kembalikan ke posisi
sebelumnya.
e. Lakukan observasi terhadap perubahan yang
terjadi. Misalnya, rentang gerak pada siku,
kekakuan sendi, dan adanya nyeri.
4. Lengan bawah
Pronasi dan Supinasi
a. Atur posisi lengan klien dengan siku
menekuk/lurus.
b. Letakkan satu tangan perawat pada
pergelangan tangan klien dan pegang
tangan klien dengan tangan lainnya.
c. Putar lengan bawah klien ke arah kanan
atau kiri.
d. Kembalikan ke posisi awal sebelum
dilakukan pronasi dan supinasi.
e. Lakukan observasi terhadap perubahan
yng terjadi. Misal, rentang gerak lengan
bawah dan kekakuan.
5. Pergelangan tangan
Fleksi dan Ekstensi
a. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi
tubuh dan siku menekuk.
b. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan
tangan yang lain memegang pergelangan
tangan klien.
c. Tekuk tangan klien ke depan sejauh
mungkin.
d. Lakukan observasi terhadap perubahan yang
terjadi. Misalnya, rentang gerak pergelangan
dan kekakuan sendi.
6. Jari-jari
Fleksi dan Ekstensi
a. Pegang jari-jari tangan klien dengan satu
tangan sementara tangan lain memegang
pergelangan.
b. Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari ke
bawah.
c. Luruskan jari-jari (ekstensikan) kemudian
dorong ke belakang (hiperekstensikan).
d. Gerakkan kesamping kiri kanan (Abduksi-
adduksikan).
e. Kembalikan ke posisi awal.
f. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang
gerak, dan adanya kekakuan sendi.
7. Paha
Rotasi
a. Letakkan satu tangan perawat pada
pergelangan kaki klien dan satu tangan yang
lain di atas lutut klien.
b. Putar kaki kearah klien.
c. Putar kaki ke arah pelaksana.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Observasi perubahan yang terjadi.
Abduksi dan Adduksi
a. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut
klien dan satu tangan pada tumit.
b. Angkat kaki klien kurang lebih 8cm dari
tempat tidur dan pertahankan posisi tetap
lurus. Gerakan kaki menjauhi badan klien
atau kesamping ke arah perawat.
c. Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi
badan klien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
f. Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.
8. Lutut
Fleksi dan Ekstensi
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut klien
dan pegang tumit klien dengan tangan yang
lain.
b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal
paha.
c. Lanjutkan menekuk lutut kea rah dada klien
sejauh mungkin dan semampu klien.
d. Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap
mengangkat kaki ke atas.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
g. Observasi perubahan yang terjadi. Missal,
rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.
9.Pergelangan kaki
Fleksi dan Ekstensi
a. Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien
dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.
b. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari
kaki ke arah dada atau ke bagian atas tubuh
klien.
c. Kembalikan ke posisi awal.
d. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada
klien. Jari dan telapak kaki diarahkan ke
bawah.
e. Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak dan kekakuan.
Infersi dan Efersi
a. Pegang separuh bagian atas kaki klien
dengan tangan kita (pelaksana) dan pegang
pergelangan kaki klien dengan tangan
satunya.
b. Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga
telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
c. Kembalikan ke posisi semula.
d. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak
kaki menjauhi kaki yang lain.
e. Kembalikan ke posisi awal.
f. Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak, dan adanya kekakuan sendi.
10. Jari-jari
Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
a. Pegang jari-jari kaki klien dengan satu
tangan sementara tangan lain memegang
kaki.
b. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke
bawah.
c. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke
belakang.
d. Gerakan kesamping kiri kanan (Abduksi-
adduksikan).
e. Kembalikan ke posisi awal.
f. Observasi perubahan yang terjadi. Misal,
rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang
gerak, dan adanya kekakuan sendi.
13. Evaluasi:
1.Tidak terjadi cedera.
2.Tanyakan keadaan dan kenyamanan klien
setelah tindakan.
3. Peningkatan rentang gerak sendi.

C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN GIPS

A. PENGERTIAN
Gips adalah suatu kerangka yang keras yang terbuat dari plester,
fiberglas, atau materi plastic yang digunakan untuk mengimobilisasi
bagian tubuh yang mengalami fraktur.
B. TUJUAN
 Mengimobilisaskan bagian tubuh dalam posisi tertentu
 Memberikan penekanan / kompresi jaringan lunak
 Mencegah memperbaiki deformitas
 Menyokokng dan menstabilkan sendi yang lemah
C. PENGKAJIAN AWAL
 Kaji status neurovascular dari ekstremitas yang terpasang gips :
nyeri, bengkak, warna (pucat/kebiruan), temperature (akral
dingin), rasa kesemutan dan baal, nyeri saat digerakkan, caplary
refille lambat, denyut nadi, kelumpuhan.
 Kaji integritas kulit yang terpasang gisp: perhatikan adanya
nyeri, bau, dan cairan yang keluar dari gips.
 Kaji posisi dan penekanan pada ekstermitas yang terpasang gips
 Kaji status pernapasan, kardivaskular dan gastrointestinal
 Kaji keluhan gatal atau iritasi di bagian dalam gips
 Kaji aspek psikologis klien terhadap dampak penyakit, gips dan
imobilisasi
 Kaji pengetahuan klien tentang perawatan gips
D. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Plester
B. Pena untuk menandai drainage
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Lapisi setiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 s.d 2
buah plester
8 Beri tahu dokter jika ada area gisp yang terlalu
kencang
10 Tinggikan ekstremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
11 Untuk klien yang terpasang gips yang luas,
tempatkan posisi tempat tidur dalam posisi
Trendelenburg untuk hari pertama atau kedua untuk
mencegah bengkak, kecuali ada kontraindikasi
dengan kondisi klein
12 Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu
sehingga semua permuakaan gips terpaparr udara
sehingga dapat kering
 Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap 2jam
 Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuai klien merasa tidak nyaman
 Beri batuan pada klein sehingga daapt mencegah
injuri
13 Minta klien untuk tidak menggunakn pisau,pulpen
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit bawah permukaan gips
14 Cium/membaui tepi gips yang terbuka untuk
mengkaji adanya infeksi di bawah gips
TAHAP TERMINASI
15 Mengevaluasi reaksi klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Cuci tangan
18 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI

A. PENGERTIAN
Traksi adalah aplikasi dengan menggunakan kekuatan pada bagian
tubuh tertentu pada musculoskeletal dengan menggunakan tali,
beban,dan katrol
B. TUJUAN
1. Menuru
2. Mengem
trauma/fraktur
3. Mengur
4. Menceg
C. KOMPLIKASI
2. Infeksi pin traksi pada traksi skeletal
3. Kerusakan kulit dan dermatitis di bawah traksi
kulit
4. Komplikasi Akibat imobilisasi : statis
pneumonia, tromboplebitis, dan dekubitus
D. PRINSIP PENGGUNAAN TRAKSI
1. Pertahankan tegangan traksi dengan
menggunakan bebn bebas gantung
2. Pertahankan tali pada system control
dan pastikan tali dapat bergerak bebas dan simpul tidak
mempengaruhi pergerakan
3. Pertahankan posisi klien di tengah
tempat tidur
4. Pertahankan traksi secara kontinu atau
intermiten sesuai dengan instruksi dokter
E. KONTRA INDIKASI DAN PERHATIAN KHUSUS
1. Umur menjadi suatu batasan
untuk penggunaan satu atau lebih tipe traksi kulit atau skeletal.
Karena kurangnya massa atau kekuatan otot, untuk bayi baru
lahir atau orang lanjut usia tidak menggunakan traksi
2. Luka terbuka atau lesi juga
merupakan kontra indidkasi untuk penggunakan traksi skeletal
atau kulit karena dapat menyebabkan infeksi
3. Jumlah pemberat yang
digunakan ditentukan oleh dokter
F. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
a. Pada traksi kulit
 Bantal keras
 Bedak kulit
 Kom berisi air putih
 Handuk
 Sarung tangan bersih
b. Pada traksi skeletal
 Zat pembersih untuk perawatan pin
 Set ganti balut
 Salep anti bakteri (k/p)
 Kantung sampah infeksius
 Sarung tangan steril
 Lidi kapas
 Povidone iodine (k/p)
 Kassa steril
 Piala ginjal
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
Traksi Kulit
7 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
8 Cuci, keringkan dan berikan bedak kulit sebelum
traksi di pasang kembali
10 Lepas sarung tangan
11 Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas
distal yang terpasang traksi
12 Berikan bantalan di bawah ekstremitas yang tertekan
13 Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan
setiap 2jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas
bawah untuk fleksi ekstensi dan rotasi
14 Lepas traks setiap 8 jam atau sesuai instruksi
Traksi Skeletal
15 Cuci tangan
16 Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur
untuk mempertahankan tarikan traksi optimal
17 Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan
sarung tangan steril
18 Bersihka pin serta area kulit sekitar pin,
menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari
pin (dari dalam keluar)
19 Beri salep antibakteri jika diperlukan sesuai protocol
RS
20 Tutup kassa di lokasi penusukan pin
21 Lepas sarung tangan
22 Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastic
khusus infeksius
23 Cuci tangan
24 Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk
membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama
ganti alat dan membersihkan area punggung /
bokong
25 Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
TAHAP TERMINASI
26 Mengevaluasi reaksi klien
27 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
28 Cuci tangan
29 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN TONGKAT/KRUK DAN
PENYANGGA

a. PENGERTIAN
Kruk adalah alat bantu yang digunakan untuk menyokong tubuh klien
yang membutuhkan bantuan dalam berjalan karena adanya penyakit,
injuri atau cacat bawaan, Kruk digunakan oleh klien yang harus
memindahkan beban tubuhnya ke tangan
b. TUJUAN
 Membantu klien dalam melakukan mobilisasi
 Mempertahankan dan mengingkatkan keseimbangan tubuh
 Menyokong berat badan klien dari satu atau kedua kaki
c. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
 Alat untuk ambulansi
 Safety belt
 Alas kali yang tidak licin
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Deskripsikan tentang jenis kruk yang akan digunakan
8 Pastikan bahwa jenis kruk yang akan digunakan
sudah disesuikan dengan tinggi klien
10 Pasang safety belt jika merasa tidak yakin dengan
keseimbangan klien
11 Bantu klien dalam keadaan berdiri dan amati
keseimbangan tubuh klien. Jika klien tampak lemah,
bawa klien ke tempat tidur
12 Pilih kruk yang sesuai
a. Four – point gait
13 Mulai dalam posisi tripod. Kruk ditempatkan 15 cm
di depan dan 15 cm disamping tiap kaki
14 Gerakkan kruk sebelah kanan 10-15 cm
15 Gerakkan kaki kiri ke depan sejajar dengan kruk
sebelah kiri
16 Gerakkan kruk kiri ke depan sejauh 10-15 cm
17 Gerakkan kaki kanan ke depan sejauh kruk sebelah
kanan
18 Ulangi gerakan
b. Three – point gait
19 Mulai dengan posisi tripod
20 Majukan kedua kruk dan kaki yang lumpuh
21 Gerakkan kaki yang kuat ke arah depan
22 Ulangi gerakan
c. Two – point gait
23 Mulai dalam posisi tripod
24 Gerakkan kruk kiri dan kaki kanan ke depan
25 Gerakkan kruk kanan dan kai kiri ke depan
26 Ulangi gerakan
Menaiki tangga dengan kruk
27 Mulai dalam posisi tripod
28 Klien memindahkan beban tubuh ke kruk
29 Kaki yang sehat bergerak maju
30 Sejajarkan kadua kruk dengan kaki yang sehat
31 Ulangi gerakan hingga klien mencapi bagian atas
tangga
Menuruni tangga dengan kruk
32 Mulai dengan posisi tripod
33 Pindahkan beban tubuh ke kaki yang sehat
34 Pindahkan kruk ke anak tangga di bawahnya, dan
instruksikan klien untuk memindahkan beban tubuh
ke kruk dan pindahkan kaki ynag sakit ke depan
35 Pindahkan kaki yang sehat menuruni tangga dan
letakkan sejajar dengan kedua kruk
36 Ulanggi gerakan hingga klien mencapai anak tangga
terakhir
TAHAP TERMINASI
37 Mengevaluasi reaksi klien
38 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
39 Cuci tangan
40 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER

A. PENGERTIAN
Walker adalah alat bantu ambulansi yang sangat ringan, dan dapat di
bawa kemana-mana, tingginya kira-kira setinggi pinggsng, terbuat dari
metal disertai adanya pegagan, punya empat kaki dan terdapat satu
bagian sisi yang terbuka
B. TUJUAN
 Menyokong tubuh klien dengan stabilitas dan keamanan lebih
besar dibandingakn alat bantu lainya
 Dipilih untuk orang-orang yang memilii kelemahan pada
ekstremitas atas dan bawah, biasanya digunakan pada orang tua
yang memiliki arthritis, atau penyakit neuromuskuler
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mengkaji keadaan klien
3. Persiapan alat
Alat untuk ambulasi (walker) yang sudah
disesuaika dengan tinggi klien

4. Memberi salam dan memperkenalkan diri


5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanan
7 Bantu klien berdiri di tengah walker, dan
instruksikan untuk memegang handsgrips dengan
kuat. Perawat berdiri di belakang klien
8 Angkat walker pindahkan 15-20 cm ke depan,
pastikan ke empat kali walker telah bertumpu
pada lantai
10 Kaki klien juga melangkah ke depan dengan kaki
secara bergantian, pertahankan langkah yang
seimbang, yakinkan keseimbangan dan ulangi
langkah tersebut dengan mengankat walker
kembali
11 Jika klien mengalami kelemahan unilateral (kaki),
setelahcwalker digerakkan maju, instruksikan
klien untuk melangkah maju dengan kedua lengan
dan diikuti dengan kaki yang sehat
12 Jika klien mengalami hemiplegi/hemiparase,
berdiri di samping sisi tubuh yang sehat.
Kemudian dukung pada bagian panggul dan bahu
klien
13 Lakukan beberapa langkahke depna bersama
klien. Lalu kaji kekuatan dan keseimbangan.
14 Mengevaluasi reaksi klien
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Cuci tangan
17 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN
ENZYME LINKED IMMUMOSORBENT ASSAY (ELIZA)

A. PENGERTIAN
ELIZA merupakan test terhadap antibody serum yang spesifik
terhadap virus HIV
B. TUJUAN
 Skrining terhadap virus HIV. Hasil test positif mungkin indikasi
adanya HIV, tetapi buakan merupakan diagnose.
 Interpretasi hasil suatu tes terhadap HIV adalah sebagai berikut :
 Bila hasil positif (+) berarti seseorang mempunyai antibody
(zat anti) terhadap virus HIV, berarti orang tersebut terinfeksi
HIV
 Bila hasil negative (-) dapat berarti :
 Orang tersebut tidak terinfeksi HIV.
 Orang tersebut tidak terinfeksi HIV, tetapi tes tersebut
dilakukan pada ‘periode jendela’ yaitu massa 0 – 6 bulan
sejak orang tersebut terinfeksi HIV
 Bila hasil tes negative (-), maka untuk memastikannya
harus dapat diulang kembali setelah 3 – 6 bulan.
C. PENGKAJIAN AWAL
 Kaji riwayat perilaku beresiko tinggi
 Kaji riwayat transfuse
 Kaji riwayat drug abuse : jarum suntik, akupuntur, tindik/tato
 Kaji riwayat ibu dengan HIV (dari hamil ke janin)
 Kaji tanda dan gejala HIV (riwayat demam 38 derajat Celsius,
keringat malam, penurunan BB 10% dalam 3 bulan, TBC, Diare,
Candiasis, kulit gatal, bercak merah kebiruan.
D. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
 Taung kimia
 Spuit 5 cc
 Sarung tangan bersih
 Kapas alcohol
 Torniquet
 Perlak
 Bengkok
 Plester
 Formulir laboratorium

4. Memberi salam dan memperkenalkan diri


5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih
8 Menutup tirai
9 Meletakkan peralatan di dekat klien pada lokasi yang
akan di tusuk
10 Menentukan lokasi vena yang mau ditusuk
11 Meletakkan perlak di bawah lokasi
12 Memasang tourniquet dan menganjurkan klien untuk
mengepal jika lokasi penusukan di daerah tangan
13 Melakukan desinfeksi area penusukkan
14 Melakukan penusukan bila tampak ada darah di
pangakal jarum, tourniquet dilepas, darah dihisap
sebanyak 5 cc
15 Mencabut jarum, bekas tusukan ditutup dengan
menggunakan kapas dan plester
16 Merapihkan klien dan alat
17 Mengirimkan bahan pemeriksaan darah ke
laboratorium

18 Mengevaluasi reaksi klien


19 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
20 Cuci tangan
21 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENGAMBIL DARAH
UNTUK PEMERIKSAAN PREPARAT MALARIA

A. PENGERTIAN
Parasit malaria adalah : protozoa (binatang bersel satu) bergenus
plasmodium yang hidup sebagai parasit pada sel darah merah yang
mengakibatkan klien mengalami anemia.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui plasmodia dan melihat perubahan bentuk eritrosit
selain parasitnya pada klien yang diduga berdasarkan hasil pengkajian
terkena malaria.

C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
 2 obyek glass yang bersih, bebas lemak
serta dibungkus (beri etiket langsung
 Lancet yang steril
 Kapas
 Alkohol
 Bengkok
 Sarung tangan disposable
 Formulir laboratorium
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Mendesinfeksi ujung jari tangan yang akan ditusuk
(prioritas pemilihan jari yaitu jari tengah atau jari
manis)
Membuat Palitan
10 Tetes darah pertama di lap dengan kapas kering
11 Menyentuhkan tetesan darah pada kaca objek 1 ±
2 cm pada salah satu ujung.
12 Meletakkan kaa obyek di atas meja yang datar
13 Tangan kiri menahan kaa objek yang I dan tangan
kanan meletakkan ujung dari kaca objek II di atas
tetesan darah.
14 Menggeser kaca objek II ke kanan ± 1 cm sampai
darah memenuhi sisi kaca objek glass I
15 Ulangi llangkah 5-8 untuk objek glas ke II.
Kemudian teteskan darah menjadi 3 titik diatas
objek glass II
16 Bersihkan jari klien dengan kapas kering
17 Merapikan klien dan alat-alat
18 Letakkan palitan di tempat datar (bengkok)
sampai darah kering sempurna oleh udara dan
dijaga dari gangguan debu dan lalat
19 Mengisi formulir pemeriksaan laboratorium

20 Mengevaluasi reaksi klien


21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Cuci tangan
23 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
Prosedur Pengambilan Darah Vena

1. Definisi
Suatu tindakan pengambilan sampel darah dari pembuluh darah
vena.
Lokasi pungsi vena paling sering adalah vena mediana cubiti,
karena cukup besar, lurus dan letaknya superfisial.
Berikut adalah lokasi-lokasi vena lengan tangan yang dapat
dijadilakan lokasi untuk punksi vena:
2. Indikasi: untuk pemeriksaan darah rutin
Jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis klien adalah : - Pemeriksaan darah rutin (kadar
Hb, jumlah lekosit, eritrosit, trombosit, kadar hematokrit, hitung jenis
lekosit, laju endap darah dll).
- Pemeriksaan kimia darah (glukosa, profil lemak darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, enzim-enzim, elektrolit, dll).
- Pemeriksaan sero-imunologi (petanda tumor, petanda infeksi,
hormon, kadar obat dalam tubuh, dll).
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) hindari lokasi yang terpasang infus
b) hindari lokasi yang bertepatan pada percabangan vena

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI

1 2 3

A Persiapan Alat
Alat dan bahan:
1) Spuit disposible 3 cc atau 5 cc
2) Handschoen
3) Alkohol swab
4) Tourniquet
5) Bengkok
6) Vacutainer
7) Plester dan gunting (k/p)
B. Pelaksanaan
1. Menyapa klien, mempersilakan klien
untuk duduk senyaman mungkin dan
memberi kesempatan pada klien untuk
beristirahat sejenak.
2. Mencocokkan identitas klien (nama,
alamat).
3. Mengecek pemeriksaan yang diminta
dan menyiapkan kontainer sampel
sesuai kebutuhan.
4. Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Mengenakan sarung tangan dengan
benar.
6. Memberi identitas klien pada kontainer
sampel dengan jelas.
7. Memilih lokasi pungsi dengan benar dan
sesuai kondisi klien.
8. Hindari daerah yang mengalami
hematom, luka, sikatrik, oedem.
Diutamakan di lengan (lengan kiri),
hindari daerah yang hematom, luka,
sikatrik, oedem.
9. Pilih vena yang paling jelas dan lurus
10. Jangan menusuk sampai benar-benar
yakin bahwa lokasi pungsi sudah ideal.
11. Melakukan pemasangan torniket dengan
benar
12. Torniket dipasang 2 – 3 inchi di atas
vena yang akan dipungsi
13. Torniket baru dipasang setelah petugas
yakin sudah menemukan lokasi vena
yang akan dipungsi. Pemasangan
torniket tidak terlalu kencang, asal cukup
untuk menampakkan vena.
14. Klien diminta membantu dengan
mengepalkan tangan
15. Pemasangan torniket paling lama 1
menit.
16. Bila terlalu lama, terjadi
hemokonsentrasi yang akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bila
pungsi vena tertunda, torniket dilepas
dulu dan dipasang kembali saat akan
dilakukan pungsi.
17. Melakukan desinfeksi lokasi pungsi
dengan benar, dibiarkan kering & tidak
disentuh lagi. Desinfeksi lokasi pungsi
dengan alkohol 70%. Biarkan mengering,
alkohol tidak boleh ditiup. Bila pungsi
dilakukan saat masih ada sisa alkohol,
sisa alkohol akan menyebabkan
hemolisis dan meNPMbulkan rasa nyeri.
Setelah desinfeksi lokasi pungsi tidak
boleh dipalpasi lagi
18. Melakukan pungsi vena dengan benar :
 Aspirasi udara (mengeluarkan udara
dari dalam spuit)
 Spuit dipegang dengan tangan
kanan, bevel jarum menghadap ke
atas.
 Jarum ditusukkan dengan sudut 150
– 450 . Untuk mengalihkan perhatian
klien, saat akan menusukkan jarum,
klien diminta untuk menarik nafas
dalam. Demikian juga saat jarum
akan ditarik keluar.
19. Darah diaspirasi perlahan-lahan dengan
tangan kanan menarik piston spuit,
tangan kiri memfiksasi jarum supaya
tidak bergerak dalam pembuluh darah
karena jarum yang bergerak akan
meNPMbulkan rasa nyeri bagi klien.
Darah diaspirasi perlahan-lahan, sebab
jika aspirasi terlalu cepat dapat
menyebabkan :
20. Darah akan mengalami hemolisis;
21. Vena kolaps dan menutup lubang jarum
sehingga darah berhenti mengalir;
22. Jarum tertarik keluar dari vena.
23. Darah diaspirasi sesuai kebutuhan
(perhitungkan kebutuhan darah,
semakin banyak jumlah pemeriksaan,
semakin banyak darah yang
dibutuhkan).
24. Setelah darah tampak teraspirasi, klien
diminta melepaskan kepalan tangan,
segera melepaskan torniket. Bila darah
belum teraspirasi, gerakkan jarum
sedikit ke kanan/ ke kiri atau ke atas/ ke
bawah
25. Setelah darah diaspirasi sesuai
kebutuhan, letakkan kapas kering pada
tempat pungsi, jarum ditarik perlahan
dan lurus sesuai dengan arah masuknya
jarum (dengan tangan kanan), klien
diminta menekan lokasi pungsi dengan
kapas selama beberapa menit. Post
pungsi vena mediana cubiti klien
diharuskan lengan tetap lurus, tidak
boleh ditekuk sambil lokasi pungsi
ditekan dengan kapas beralkohol 2-3
menit. Apabila lengan ditekuk akan
mempermudah atau mengakibatkan
terjadinya hematom
26. Melepas jarum dari spuit, darah dialirkan
perlahan melalui dinding tabung, spuit
bekas dibuang ke tempat sampah
infeksius.
27. Segera menghomogenkan tabung
kontainer dengan antikoagulan dengan
cara membalik tabung beberapa kali
(tidak mengocok). Bila tidak segera
dihomogenkan maka sebagian darah
akan mengalami pembekuan sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
28. Melakukan kontrol perdarahan sampai
perdarahan benar-benar berhenti.
29. Klien diinstruksikan untuk tidak
menekuk siku atau menggosok lokasi
pungsi karena justru akan menyebabkan
hematom.
30. Menutup luka dengan kapas baru,
kemudian memasang plester.
31. Memberikan instruksi kepada klien
untuk mencegah dan mengatasi
hematom : sesampai di rumah, klien
diinstruksikan untuk mengompres bekas
luka dengan es untuk menghentikan
perdarahan. Sehari sesudahnya,
dikompres dengan air hangat untuk
mempercepat resorpsi bekuan.

C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PROSEDUR PENGAMBILAN GAS DARAH ARTERI

Definisi
Prosedur ini merupakan tindakan pengambilan darah melalui pembuluh
darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran
pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan klien-
klien penyakit berat yang akut dan menahun

Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah


ini meliputi :

1. Gunakan tehnik steril: Hindari penusukan yang sering pada tempat


yang sama untuk mencegah aneurisma
2. Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
3. Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan
pada saraf
4. Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
5. Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter
akan memasang “arteri line

Tujuan tindakan analisa gas darah adalah :


a.Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
b.Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
c.Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

Indikasi tindakan anallisa gas darah :


a.Klien dengan penyakit obstruksi paru kronik
b.Klien deangan edema pulmo
c.Klien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
d.Infark miokard
e.Pneumonia
f.Klien syok
g.Post pembedahan coronary arteri baypass
h.Resusitasi cardiac arrest
i.Klien dengan perubahan status respiratori
j.Anestesi yang terlalu lama

Lokasi pungsi arteri untuk tindakan analisa gas darah :


a.Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

Test Allen’s :
Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini
dilakukan dengan cara yaitu: klien diminta untuk mengepalkan
tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris
selama beberapa menit, setelah itu minta klien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

b.Arteri brakialis
c.Arteri femoralis
d.Arteri tibialis posterior
e.Arteri dorsalis pedis

Komponen Nilai normal


pH 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
PaO2 80 -100 mmHg
SaO2 95 % atau lebih
HCO3- 22-26 mEq/L

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3
A PERSIAPAN
Persiapan Alat
1. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran
22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor
20 atau 21 untuk dewasa
2. Heparin
3. Yodium-povidin
4. Penutup jarum (gabus atau karet)
5. Kasa steril
6. Kapas alkohol
7. Plester dan gunting
8. Pengalas
9. Handuk kecil
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12. Wadah berisi es
13. Kertas label untuk nama
14. Thermometer
15. Bengkok
Persiapan klien
Jelaskan prosedur dan tujuan prosedur kepada
klien
Persiapan Lingkungan
Menjaga privasi klien, menutu ruangan atau
memasang sampiran
Pelaksanaan
1. Baca status dan data klien untuk
memastikan pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan
namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk
bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
klien
12. Posisikan klien dengan nyaman
13. Pakai sarung tangan sekali pakai
14. Palpasi arteri radialis
15. Lakukan allen’s test
16. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien
di atas gulungan handuk
17. Raba kembali arteri radialis dan palpasi
pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
18. Desinfeksi area yang akan dipungsi
menggunakan yodium-povidin,kemudian
diusap dengan kapas alkohol
19. Berikan anestesi lokal jika perlu
20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit
heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada
dalam jarum dan spuit
21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum
dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran
darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi
mengenai vena)
23. Ambil darah 1 sampai 2 ml
24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi
dengan menggunakan kasa 5-10 menit
25. Buang udara yang berada dalam spuit,
sumbat spuit dengan gabus atau karet
26. Putar-putar spuit sehingga darah
bercampur dengan heparin
27. Tempatkan spuit di antara es yang sudah
dipecah
28. Ukur suhu dan pernafasan klien
29. Beri label pada spesimen yang berisi nama,
suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi
oksigen
30. Kirim segera darah ke laboratorium
31. Beri plester dan kasa jika area bekas
tusukan sudah tidak mengeluarkan
darah (untuk klien yang mendapat terapi
antikoagulan, penekanan membutuhkan
waktu yang lama)
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas
sarung tangan
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
35. Berikan reinforcement positif pada klien.
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
38. Dokumentasikan di dalam catatan
keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari
sebelah mana darah diambil dan respon
klien
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MEMBERIKAN TRANSFUSI DARAH

A. PENGERTIAN
Transfusi darah adalah : pemberian darah atau komponen darah melalui
sirkulasi darah
B. LANDASAN TEORI
Darah, Produk Darah, serta Tujuan Pemberiannya

No Jenis/nama Darah Diberikan Pada Tujuan

1 WHOLE BLOOD Klien dengan Meningkatkan


perdarahan hebat, volume sirkulasi
Trauma, post darah
operasi

2 BLOOD PRODUCTS

 Packet RBCS Sebagai  Meningkatkan


pengobatan pada jumlah sel
kasusu anemia darah merah
berat  Mempertahan
kan jumllah
Hb dalam
batas normal
 Menghindari
resiko
overload pada
sirkulasi
 Platelets Kasus
trombositopenia,
pemberiannya
diupayakan
secepatnya

Fresh Frozen  Mengatasi


Plasma (FFP) defisiensi
factor-faktor
Plasma yang berisi koagulasi
factor-faktor
koagulasi

Cryoprecipitate Klien dengan


> Frozen 20 ml hemophilia
yang berisi factor
VIII, XIII dan
fibrinogen

Human Serum Klien dengan syok


Albumin hipovolemik, luka
Albumin (5% dan bakar, dehidrasi,
25%) : 25% hipoalbuminemia
albumin.
Mempunyai
konsentrasi
albumin yang
tinggi
dibandingkan
dengan 5%.
Biasanya terdapat
dalam 50 ml atau
100 ml unit

2. Cara
Memperoleh Donor Darah
a) Donor darah dari orang yang tidak ada hubungan keluarga :
Melalui pemeriksaan laboratorium croccmatching dan bebas dari
HIV, Hepatitis B.
b) Donor darah dari ornag yang ada hubungan keluarga :
Tidak dianjurkan karena tidak menjamin aman dari penyakit
sebab anggota keluarga mungkin enggan menyatakan gaya hidup
dan riwayat kesehatannya. Pemeriksaan laboratorium Crossma-
thing dan bebas dari HIV, HepatitisB.
c) Autologus Transfusion :
Dapat disiapkan 3 hari sebelum operasi dengan syarat Hb lebih
dari 11 gr/dl dank lien mendapat tambahan zat besi untuk
memebatu regenerasi hemoglobin
d) Hemodilution
Sebagian persiapan operasi diambil darah 1-2 unit selanjutnya
volume darah ini diganti dengan pemberian cairan infuse/cairan
koloid untuk mempertahankan volume darah. Darah tersebut
ditransfusikan kembali selama klien dioperasi
e) Salvage during and After Sugery :
Bila diganti banyak darah yang hilang selam operasi. Misalnya
orthopedic atau operasi jantung, darah mungkin dikumpu kembali
dengan alat suction khusus, filtered dan ditransfusikan kembali
pada klien.
3. Reak
si Transfusi Darah
No ReaksiTransf Tanda dan Gejala Tindakan
usi Keperawatan

1 Pirogen - Demam, - Untuk kasus


menggigil, ringan tetesan
gelisah, palpitasi, diperlambat dan
tachicardi segera
- Pada keadaan kolaborasi
berat dapat medic untuk
terjadi kulit pemberian
pucat dan nyeri antihistamin.
abdomen 30-90 Bila dalam 30
menit sesudah menit tidak ada
transfuse darah perbaikan
transfuse distop
- Ambil darah
kultur dan
kembalika darah
ke lab
- Monitor TTV
- Kolaborasi
medic untu
pemberian
antibiotik
2 Reaksi alergi - Kulit merah dan - Transfusi stop,
gatal. Terjadi untuk
selama transfuse sementara ganti
atau 1 jam seteah dengan NaCl.
transfusi - Monitor TTV
- Kolaborasi
medic untuk
pemberian
antihistamin
3 Intoksikasi Aritmia dan - Kontrol TTV
kalium fibrilasi, nausea, - Kolaborasi
- Terjadi kolic, diare, dan medic utuk
pada darah kelemahan otot- pemberian
yang otot bikarbonat atau
disimpan, insulin
peningkata (regular) untuk
n kalium mengikat
Akibat kalium
kerusakan - Sebagai
sel-sel pencegahan
darah harap diteliti
merah lama darah
- Darah yang disimpan
disimpan sebelum
1 hari --- transfusi
7mEq/L
2 hari ---
±23mEq/L

4 Inoksikasi - Tetani - Stop transfuse


Citrate : - Depresi jantung, - Berikan normal
Citrate dalam -- kontrak si saline
tubuh akan jantung - Kolaorasi medic
mengikat melemah untuk pemberian
calcium (Ca) sehingga dapat 1 lt darah perlu
sehingga terjadi cardiac diberi Ca Choride
terjadi arrest (CaCl2) melalui
hipocalcemia - Syokdan normal saline
hipotensi
5 Circulatory -Vena-vena di leher - Stop transfuse
over load melebar ganti dengan
-Terjadi -Sakit kepala dana normal saline
karena klien sesak nafas, batuk - Tinggikan bagian
memperoleh -Edema tungkai kepala tempat
darah (keluhan ras berat tidur
missal : ditungkai) - Kolaborasi medic
-Pemberian - Siapkan
transfuse pemberian obat-
terlalu cepat obat
- Resikopada eergensi :antihist
orang tua, amin, vasopresor,
klien CHF steroids, Lasix 40
mg iv
- Monitor TTV tiap
5 menit
- Monitor intake
dan output
- Beri oksigen
sesuai interuksi
6 Hemolytic Demam, menggiil, Segera stop
Akut mual, muntah, trasfusi, ganti
hemolytic backpain,hematuri, dengan normal
terjadi 5 – 15 oliguri, hipotensi, saline, Kolaborasi
menit gagal ginjal medic pemberian
pertama oksigen, cairan
transfuse dan epinefri bila
klien
menunjukkan
tanda-tanda syok.
Diuretikdiberikan
untuk
memepertahankan
aliran darah di
ginjal

7 Delayed Anemia, hematur, - Monitor output


hemolytic jaundice urine,
- Monitor TTV
Terjadi - Monitor darah
beberapa lengkap untuk
hari/minggu mengetahui
setelah tingkat anemia
transfuse

C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. 1 set transfuse darah dengan blood filter
B. Caira normal saline
C. Alkohol 70 %
D. Sarung tangan bersih
E. Tensimeter dan thermometer
F. Kapas suntik
G. Formulir observasi khusus transfuse darah
H. Bila perlu obat-obat sesuai dengan program
medic (antihistamin, Ca glukonas)
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Menggunakan sarung tangan bersih
10 Melakukan observasi terhadap suhu, nadi, tekanan
darah dan pernafasan
11 Memasang NaCl 0,9 %
12 Membuka set transfuse darah diatur dalam posisi
klem ditutup
13 Desinfeksi botol NaCl lalu pasang set transfuse darah
14 Memindahka set trnasfusi ke kantong darah
15 Alirkan transfuse darah 2 ml/mnt dan damping klien
selama 15 menit pertama
16 Melepaskan sarung tangan
17 Merapikan klien da lingkungan
18 Melakukan observasi terhada TTV setiap 5 menit
pada 15 menit pertama, tiap 15 menit selama 1 jam
berikutnya, selanjutnya tiap 1 jam sampai dengan
transfuse selesai.
20 Mengevaluasi reaksi klien
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Cuci tangan
23 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MELAKUKAN TEST RUMPLE LEED

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragic
Fever) dengan cara menetapkan tekanan darah klien sebelumnya
B. TUJUAN
 Membantu memberikan pedoman utuk diagnosis DHF
secaradini
 Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi
seperti : petekie
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
 Tensi meter dan mansetnya
 ALat tulis
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Klien dalam posisi baring terlentang
10 Mengukur tekanan darah klien
11 Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan
12 1 sistole + 2 Distole = x mmHg atau 1 sistole + 1
Distole = x mmHg
3 2
13 Memompa kemabali manset pada batas x mmHg dan
mempertahankan selama 5 menit
14 Menurunkan tekanan secara perlahan-lahan dan
membuka manset
15 Perhatikan timbulnya ptekhi pada kulit dibawah
lengan bawah bagian medial sepertiga proksimal
16 Membaca hasil tes positif atau negative
17 Uji dinyatakan positif apabila pada 1inci persegi 2,8 x
2,8 cm didapat lebih dari20 petekie
18 Merapihkan klien
20 Mengevaluasi reaksi klien
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Cuci tangan
23 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN TEST ANA ( ANTY
NUKLEAR ANTIBODY)

A. PENGERTIAN
ANA : suatu pemeriksaan diagnostic mendeteksi antibody terhadap
nucleoprotein (auto antibody atau Gammaglobulin) yang dilakukan
untuk
B. TUJUAN
 Mengidentifikasi adanya reaksi antigen – antibody
 Mendeteksi diagnostic Sistemik Lupus eritomatosus(SLE)
 Mendeteksi gangguan autoimun (arthritis rematoid, leukemia,
scleroderma, infeksi mononukleisus), kolagen dan maligna
 Memnitor efektifitas terapi SLE
 Nilai normal negatife
C. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Persiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Formulir pemeriksaan
B. TAbung kimia
C. Spuit 5 cc
D. Swab alcohol 70%
E. Perlak + tourniquet
F. Plester
G. Sarung tangan bersih
H. Bengkok
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
B Pelaksanaan
7 Mencuci tangan
8 Menggunakan sarung tangan bersih
10 Tentukan lokasi pengambilan bahan (lihat prosedur
pengambilan darah vena)
11 Ambil darah vena 5 cc, masukkan dalam tabung kimia
12 Tulis obat-obat yang dapat mempengaruhi hasil pada
formulir lab
13 Segera kirim bahan ke laboratorium
14 Mengevaluasi reaksi klien
Observasi hasil : positif : SLE, leukima, rheumatoid
athtritis,sirosis hepatis, sclerosis sisteik, scleroderma,
mononucleosis,lymphoma, TB paru.
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Cuci tangan
17 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
PERAWATAN KLIEN DENGAN GIPS

E. PENGERTIAN
Gips adalah suatu kerangka yang keras yang terbuat dari plester,
fiberglas, atau materi plastic yang digunakan untuk mengimobilisasi
bagian tubuh yang mengalami fraktur.
F. TUJUAN
 Mengimobilisaskan bagian tubuh dalam posisi tertentu
 Memberikan penekanan / kompresi jaringan lunak
 Mencegah memperbaiki deformitas
 Menyokokng dan menstabilkan sendi yang lemah
G. PENGKAJIAN AWAL
 Kaji status neurovascular dari ekstremitas yang terpasang gips :
nyeri, bengkak, warna (pucat/kebiruan), temperature (akral
dingin), rasa kesemutan dan baal, nyeri saat digerakkan, caplary
refille lambat, denyut nadi, kelumpuhan.
 Kaji integritas kulit yang terpasang gisp: perhatikan adanya
nyeri, bau, dan cairan yang keluar dari gips.
 Kaji posisi dan penekanan pada ekstermitas yang terpasang gips
 Kaji status pernapasan, kardivaskular dan gastrointestinal
 Kaji keluhan gatal atau iritasi di bagian dalam gips
 Kaji aspek psikologis klien terhadap dampak penyakit, gips dan
imobilisasi
 Kaji pengetahuan klien tentang perawatan gips
H. PROSEDUR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
A Perisiapan
1. Mengecek catatan medic
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
A. Plester
B. Pena untuk menandai drainage
B Pelaksanaan
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Memberikan kesempatan bertanya
7 Lapisi setiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 s.d 2
buah plester
8 Beri tahu dokter jika ada area gisp yang terlalu
kencang
10 Tinggikan ekstremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
11 Untuk klien yang terpasang gips yang luas,
tempatkan posisi tempat tidur dalam posisi
Trendelenburg untuk hari pertama atau kedua untuk
mencegah bengkak, kecuali ada kontraindikasi
dengan kondisi klein
12 Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu
sehingga semua permuakaan gips terpaparr udara
sehingga dapat kering
 Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap 2jam
 Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuai klien merasa tidak nyaman
 Beri batuan pada klein sehingga daapt mencegah
injuri
13 Minta klien untuk tidak menggunakn pisau,pulpen
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit bawah permukaan gips
14 Cium/membaui tepi gips yang terbuka untuk
mengkaji adanya infeksi di bawah gips
TAHAP TERMINASI
15 Mengevaluasi reaksi klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Cuci tangan
18 Pendokumentasian
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. SopandanHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai X 100
Total skor
MENGUKUR GCS (GLASGOW COMA SCALE)

I. DEFINISI
Penilaian GCS adalah suatu cara untuk menilai adanya gangguan fungsi
otak dan tingkat kesadaran seseorang dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (Skala Koma Glasgow) dimana penilaian tersebut didasarkan
pada respon motorik, verbal dan membuka mata.

II. INDIKASI
Penilaian GCS dilakukan pada:
a. Klien dengan gangguan sirkulasi, misalnya stroke dan penyakit
jantung
b. Klien dengan ensefalitis
c. Klien dengan gangguan system metabolik, misalnya
hiper/hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum.
d. Gangguan elektrolit, misalnya diare atau muntah yang
berlebihan
e. Neoplasma, misalnya tumor otak primer atau metastase
f. Intoksikasi bahan kimia atau obat
g. Trauma, terutama trauma kepala (komusio, kontusio,
perdarahan epidural atau subdural).
h. Epilepsi (pasca serangan kejang).

III. TUJUAN
a. Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat responsif
klien dan mengevaluasi status neurologik (fungsi otak dan
tingkat kesadaran).
b. Untuk menentukan prognosis klien

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3

A PERSIAPAN
Persiapan Perawat
Mengecek catatan medis klien
Persiapan Klien
Menyampaikan pengertian dan tujuan
prosedur tindakan kepada klien/keluarga
klien
Persiapan Lingkungan
Menjaga privasi dengan menutup ruangan atau
memasang sampiran
B PELAKSANAAN
1 A. RESPON MEMBUKA MATA
Spontan
Terhadap suara
Meminta klien membuka mata.
Terhadap rangsang nyeri
Tekan pada saraf supraorbital atau kuku jari.
Tidak ada reaksi
dengan rangsang nyeri klien tidak membuka
mata
2 B. RESPON VERBAL
Berorientasi baik
Menanyakan dimana ia berada, tahu waktu,
hari, bulan
Bingung (confused)
Menanyakan dimana ia berada, kapan opname
di Rumah sakit (dapat mengucapkan kalimat,
namun ada disorientasi waktu dan tempat)
Tidak tepat
Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak
berupa kalimat dan tidak tepat
Mengerang
Mengeluarkan suara yang tidak punya arti,
tidak mengucapkan kata, hanya suara
mengerang
Tidak ada jawaban (suara tidak ada)
3 C. RESPON MOTORIK
Menurut perintah
Misalnya menyuruh klien mengangkat tangan.
Mengetahui lokasi nyeri
Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari
pada supra orbita. Bila klien mengangkat
tangan sampai melewati dagu untuk menepis
rangsang nyeri tersebut berarti dapat
mengetahui lokasi nyeri
Reaksi menghindar
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak.
Reaksi fleksi (dekortikasi)
Berikan rangsang nyeri misal menekan dengan
objek seperti ballpoint pada jari kuku. Bila
terdapat reaksi fleksi berarti ingin menjauhi
rangsang nyeri.
Extensi spontan (decerebrasi)
Memberikan rangsang nyeri yang cukup
adekuat
Terjadi ekstensi pada siku.
Tidak ada gerakan/reaksi
Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat
4 Memberikan total skor GCS
5 Mendokumentasikan kesimpulan dari total
skor GCS dan tingkat kesadaran
GCS 14 – 15 : CKR / N
GCS 9 – 13 : CKS
GCS 3 – 8 : CKB
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai x 100
Total skor
PROSEDUR PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

A. Definisi
Salah satu prosedur pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui
fungsi dari 12 saraf kranial.
B. Tujuan
Mengetahui adanya keabnormalan dari saraf kranial
C. Indikasi
Pada klien dengan cedera /trauma sistem saraf pusat.
D. Standar Operasional prosedur
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
A Persiapan
Persiapan Perawat
Membaca catatan medis klien
Persiapan Alat:
1) Handschoen
2) Bahan untuk pembauan (kopi, minyak kayu
putih)
3) Bahan untuk pengecapan (gula, garam,dll)
4) Kapas
5) Snellen chart
6) Garpu tala
7) Refleks hammer
8) Penlight
9) Alat tulis dan lembar pengkajian
Persiapan Lingkungan
a. Menjaga privasi klien
b. Menutup ruangan atau memasang sampiran
c. Persiapan Klien
d. Menvalidasi identitas klien
e. Mengatur posisi pasien
f. Menyampaikan tindakan dan tujuan tindakan
dilakukan
B Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan handschoen
3. Memperkenalkan diri dan
melakukan kontrak waktu tindakan
4. Menjelaskan tindakan dan
tujuan tindakan dilakukan
5. Melakukan pemeriksaan
dengan urutan sbb:

I. SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS )


Cara pemeriksaan.
1) Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien
diminta untuk mencium bau-bauan tertentu
yang tidak merangsang .
2) Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu
dengan jalan menutup lubang hidung yang
lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa
lubang hidung apakah ada sumbatan atau
kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah :
teh, kopi, tembakau, sabun, jeruk.
Hasil interpretasi:
- Anosmia adalah hilangnya daya
penghiduan.
- Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
- Hiperosmia adalah daya penghiduan yang
terlalu peka.
- Parosmia adalah gangguan penghiduan
bilamana tercium bau yang tidak sesuai
misalnya minyak kayu putih tercium
sebagai bau bawang goreng.
Jika parosmia dicirikan oleh modalitas olfaktorik
yang tidak menyenangkan, tapi bau yang
memuakan seperti bacin , pesing dsb, maka
digunakan istilah lain yaitu kakosmia.
Baik dalam hal parosmia maupun kakosmia adanya
perangsangan olfaktorik merupakan suatu
kenyataan, hanya pengenalan nya saja tidak sesuai,
tetapi bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa
adanya perangsangan maka kesadaran akan suatu
jenis bau ini adalah halusinasi, yaitu halusinasi
olfaktorik.

II. SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).


Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus)
dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan
disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh
kelainan saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.

Cara pemeriksaan
6. Pemeriksaan penglihatan (
visus )
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :
1) Membandingkan ketajaman penglihatan
pemeriksa dengan jalan pasien disuruh
melihat benda yang letaknya jauh misal jam
didinding, membaca huruf di buku atau
koran.
2) Melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kartu snellen. Pasien diminta
untuk melihat huruf huruf sehingga tiap
huruf dilihat pada jarak tertentu.
3) Menggunakan jari jari yang digerakkan
harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter.
Contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat
pergerakan jari pada jarak 2 meter
4) Untuk gerakan tangan harus tampak pada
jarak 300 meter. Jika kemampuannya
hanya sampai membedakan adanya
gerakan , maka visusnya ialah 1/300.
Contoh visus = 3/300 pasien hanya dapat
melihat pergerakan tangan pada jarak 3
meter.
Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap
dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar
lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan
visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak
melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka
mata kiri harus ditutup dengan telapak tangan
kanan dan sebaliknya.

Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan


apakah gangguan ketajaman penglihatan yang
disebabkan oleh kelainan oftalmologik ( bukan
saraf ) misalnya kornea, uveitis, katarak dan
kelainan refraksi maka dengan menggunakan
kertas yang berlubang kecil dapat memberikan
kesan adanya faktor refraksi dalam penurunan
visus, bila dengan melihat melalui lubang kecil
huruf bertambah jelas maka faktor yang berperan
mungkin gangguan refraksi.

7. Pemeriksaan lapang
pandang.
Metode Konfrontasi dari Donder
1) Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri
kurang lebih jarak 1 meter dengan
pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa
mata kanan maka mata kiri pasien harus
ditutup, misalnya dengan tangannya
pemeriksa harus menutup mata kanannya.
2) Kemudian pasien disuruh melihat terus
pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa
harus selalu melihat ke mata kanan pasien.
3) Setelah pemeriksa menggerakkan jari
tangannya dibidang pertengahan antara
pemeriksa dan pasien dan gerakan
dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika
pasien mulai melihat gerakan jari – jari
pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal
ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
iapun telah melihatnya.
4) Bila sekiranya ada gangguan lapangan
penglihatan ( visual field ) maka pemeriksa
akan lebih dahulu melihat gerakan
tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan
dari semua jurusan dan masing masing
mata harus diperiksa.

SKOTOMA : ada bagian bagian visual field yang


buta dimana pasien tidak dapat melihatnya.
- Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien
sudah merasa adanya skotoma.
- Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien
baru merasa adanya skotoma.

Macam macam gangguan ”visual field” antara lain.


- hemianopsia ( temporal; nasal ;
bitemporalis ; binasal ).
- homonymous hemianopsia.
- homonymous quadrantanopsia.
- total blindness dsb

III. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS


OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
- pemeriksaan gerakan bola mata.
- pemeriksaan kelopak mata.
- pemeriksaan pupil.

1.Pemeriksaan gerakan bola mata.


1) Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan
bola mata diluar kemauan pasien).
2) Pasien diminta untuk mengikuti gerakan
tangan pemeriksa yang digerakkan
kesegala jurusan. Lihat apakah ada
hambatan pada pergerakan matanya.
Hambatan yang terjadi dapat pada satu
atau dua bola mata.
3) Pasien diminta untuk menggerakan sendiri
bola matanya.
2.Pemeriksaan kelopak mata:
Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri
dan kanan . Ptosis adalah kelopak mata yang
menutup.

3. Pemeriksaan pupil
1) Lihat diameter pupil, normal besarnya 3
mm.
2) Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau
anisokor ).
3) Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau
tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:


Refleks Cahaya.
1) Direk/langsung : cahaya ditujukan
seluruhnya kearah pupil.
2) Normal , akibat adanya cahaya maka pupil
akan mengecil ( miosis ).
3) Perhatikan juga apakah pupil segera
miosis, dan apakah ada pelebaran kembali
yang tidak terjadi dengan segera.
4) Indirek/tidak langsung: refleks cahaya
konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu
pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.

Refleks Akomodasi.
Caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian
dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu
perhatikan reflek konvergensi pasien dimana dalam
keadaan normal kedua bola mata akan berputar
kedalam atau nasal.
Reflek akomodasi yang positif pada orang normal
tampak dengan miosis pupil.
Refleks Ciliospinal.
1) Rangsangan Nyeri Pada Kulit Kuduk
Akan Memberi Midriasis ( Melebar )
Dari Pupil Homolateral.
2) Keadaan Ini Disebut Normal.

Refleks Okulosensorik.
1) Rangsangan nyeri pada bola
mata/daerah sekitarnya, normal akan
memberikan miosis atau midriasis yang
segera disusul miosis.
2) Refleks terhadap obat-obatan.
3) Atropine dan skopolamine akan
memberikan pelebaran
pupil/midriasis.
4) Pilocarpine dan acetylcholine akan
memberikan miosis.

IV. SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS )


Cara pemeriksaan.
1. Pemeriksaan motorik.
2. Pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya,
kemudian meraba m . Masseter dan m.
Temporalis. Normalnya kiri dan kanan
kekuatan, besar dan tonus nya sama .
3. Pasien diminta membuka mulut dan
memperhatikan apakah ada deviasi rahang
bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu
akan terdorong kesisi lesi. Sebagai
pegangan diambil gigi seri atas dan bawah
yang harus simetris.Bila terdapat parese
disebelah kanan , rahang bawah tidak
dapat digerakkan kesamping kiri. Cara lain
pasien diminta mempertahankan rahang
bawahnya kesamping dan kita beri tekanan
untuk mengembalikan rahang bawah
keposisi tengah.
Pemeriksaan sensorik.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri
dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada
dahi, pipi dan rahang bawah.

Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik
Nervus V).
1) Kornea disentuh dengan kapas, bila
normal pasien akan menutup
matanya atau
2) menanyakan apakah pasien dapat
merasakan.
b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari
motorik Nervus V).
1) Dengan menempatkan satu jari
pemeriksa melintang pada bagian
tengah dagu, lalu
2) Pasien dalam keadaan mulut
setengah membuka dipukul dengan
”hammer refleks”
3) Normalnya didapatkan sedikit saja
gerakan, malah kadang kadang tidak
ada. Bila ada gerakan nya hebat
yaitu kontraksi m.masseter, m.
Temporalis, m pterygoideus
medialis yang menyebabkan mulut
menutup ini disebut refleks
meninggi.
C. Refleks supraorbital.
1) Dengan mengetuk jari pada daerah
supraorbital,
2) Normalnya akan menyebabkan mata
menutup homolateral (tetapi sering
diikuti dengan menutupnya mata
yang lain ).

V. SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).


Pemeriksaan fungsi motorik.
Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat.
Perhatikan wajah pasien kiri dan kanan apakah
simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan dahi,
tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan kulit
nasolabial dan sudut mulut.Kemudian pasien
diminta untuk menggerakan wajahnya antara lain:
1) Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam.
2) Mengangkat alis
3) Menutup mata dengan rapat dan dicoba buka
dengan tangan pemeriksa.
4) Moncongkan bibir atau menyengir.
5) Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi
mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama
kuat . Bila ada kelumpuhan maka angin akan
keluar kebagian sisi yang lumpuh.

Pemeriksaan fungsi sensorik.


1) Dilakukan pada 2/3 bagian lidah
depan. Pasien disuruh untuk menjulurkan
lidah , kemudian pada sisi kanan dan kiri
diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang
pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa
diatas secarik kertas.

VI. SARAF OTAK VIII ( NERVUS KOKHLEARIS,


NERVUS VESTIBULARIS

Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
a. Pemeriksaan Weber.
1) Maksud nya membandingkan transportasi
melalui tulang ditelinga kanan dan kiri
pasien.Garpu tala ditempatkan didahi
pasien, pada keadaan normal kiri dan
kanan sama keras ( pasien tidak dapat
menentukan dimana yang lebih keras ).
2) Pendengaran tulang mengeras bila
pendengaran udara terganggu, misal: otitis
media kiri , pada test weber terdengar kiri
lebih keras. Bila terdapat ” nerve deafness ”
disebelah kiri , pada test weber dikanan
terdengar lebih keras .

b. Pemeriksaan Rinne.
1) Maksudnya membandingkan pendengaran
melalui tulang dan udara dari pasien.
2) Pada telinga yang sehat, pendengaran
melalui udara didengar lebih lama dari
pada melalui tulang.
3) Garpu tala ditempatkan pada planum
mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala
dipindahkan kedepan meatus eksternus.
Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatakan test positip.
4) Pada orang normal test Rinne ini positif.
Pada ” Conduction deafness ” test Rinne
negatif.

c. Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien
dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang
dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan
kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi,
garpu tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa.
Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka
dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk
konduksi udara ). Kemudian garpu tala dibunyikan
lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang
mastoid pasien. Disuruh ia mendengarkan
bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi maka
garpu tala diletakkan ditulang mastoid pemeriksa.
Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya
maka dikatakan Schwabach ( untuk konduksi tulang
) lebih pendek

Pemeriksaan N. Vestibularis.
a. Pemeriksaan dengan test kalori.
1) Bila telinga kiri didinginkan
( diberi air dingin ) timbul
nystagmus kekanan. Bila telinga
kiri dipanaskan ( diberi air panas )
timbul nystagmus kekiri.
Nystagmus ini disebut sesuai
dengan fasenya yaitu : fase cepat
dan fase pelan, misalnya
nystagmus kekiri berarti fase cepat
kekiri.
2) Bila ada gangguan keseimbangan
maka perubahan temperatur
dingin dan panas memberikan
reaksi.
b. Pemeriksaan “past pointing test”.
Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata
tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
c. Test Romberg .
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki
yang satu didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki
yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya,
lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih.
d. Test melangkah ditempat ( Stepping
test ).
1) Pasien disuruh berjalan ditempat,
dengan mata tertutup , sebanyak
50 langkah dengan kecepatan
seperti jalan biasa.Selama test ini
pasien diminta untuk berusaha
agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama
test berlangsung.
2) Dikatakan abnormal bila
kedudukan akhir pasien beranjak
lebih dari 1 meter dari tempatnya
semula, atau badan terputar lebih
dari 30 derajat.

VII. SARAF OTAK IX & X( NERVUS


GLOSOFARINGEUS & NERVUS VAGUS)
Cara pemeriksaan:
1) Pasien diminta untuk membuka
mulut dan mengatakan huruf “ a” .
Jika ada gangguan maka otot
stylopharyngeus tak dapat terangkat
dan menyempit dan akibatnya
rongga hidung dan rongga mulut
masih berhubungan sehingga bocor.
Jadi pada saat mengucapkan huruf ”
a” dinding pharynx terangkat sedang
yang lumpuh tertinggal, dan tampak
uvula tidak simetris tetapi tampak
miring tertarik kesisi yang sehat.
2) Pemeriksa menggoreskan atau
menyentuh dinding pharynx kanan
dan kiri dan bila ada gangguan
sensibilitas maka tidak terjadi refleks
muntah.

VIII. SARAF OTAK XI ( NERVUS AKSESORIUS )


Cara pemeriksaan.
1) Memeriksa tonus dari m. Trapezius.
Dengan menekan pundak pasien dan
pasien diminta untuk mengangkat
pundaknya.
2) Memeriksa m. Sternocleidomastoideus.
Pasien diminta untuk menoleh kekanan
dan kekiri dan ditahan oleh pemeriksa ,
kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.

IX. SARAF OTAK XII ( NERVUS HIPOGLOSUS ).


Cara pemeriksaan.
1) Dengan adanya gangguan pergerakan
lidah, maka kata-kata tidak dapat
diucapkan dengan baik hal demikian
disebut: dysarthria.
2) Dalam keadaan diam lidah tidak simetris,
biasanya tergeser kedaerah lumpuh karena
tonus disini menurun.
3) Bila lidah dijulurkan maka lidah akan
membelok kesisi yang sakit.
4) Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi
pada otot lidah .
5) Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan
menekan lidah kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi
pipi.
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai x 100
Total skor
PROSEDUR MENGUJI KEKUATAN OTOT

1. Definisi
Suatu tindakan yang dilakukan perawat untuk mengetahui kekuatan otot
klien
2. Tujuan dan Indikasi:
 Melakukan pemeriksaan otot
 Melakukan pemeriksaan tulang
 Melakukan pemeriksaan tendon
 Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3
A Persiapan
Persiapan alat
1.Sarung tangan/handscoen
2.Penggaris
3.Alat tulis
4.Status klien
Persiapan lingkungan :
1.Ciptakan lingkungan yang nyaman
2.Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
Persiapan perawat :
1.Memperkenalkan diri
2.Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3.Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
B Pelaksanaan
1 Minta klien untuk berdiri, amati struktur
rangka dan perhatikan adanya kelainan
dan deformitas
2 Amati adanya kontraktur dengan meminta
klien untuk menggerakkan persendian
ekstremitas
3 Minta klien merentangkan kedua lengan
kedepan, amati adanya tremor, ukuran
otot (atropi, hipertrofi)serta ukur lingkar
ekstremitas (perbedaan > 1cm di anggap
bermakna).
4 Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada
kelainan otot
1) Sternokleidomastoideus: klien
menengok ke salah satu sisi
dengan melawan tahanan tangan
pemeriksa
2) Trapezius: letakkan kedua
tangan pada bahu klien, minta
klien menaikkan bahu melawan
tahanan tangan pemeriksa
3) Deltoideus: minta klien
mengangkat kedua lengan dan
melawan dorongan tangan
pemeriksa kearah bawah
4) Otot panggul: posisikan klien
telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, minta klien
mengangkat salah satu tungkai,
dorong tungkai kebawah
Abduksi panggul: posisikan klien telentang
dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan kedua
tangan pada permukaan lateral masing-masing
lutut klien, minta klien meregangkan kedua
tungkai, melawan tahanan pemeriksa
Aduksi panggul: posisikan klien telentang
dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan
tangan diantara kedua lutut klien, minta klien
merapatkan kedua tungkai melawan tahanan
pemeriksa
5) Bisep: minta klien merentangkan
kedua lengan dan mencoba
menekuknya, pemeriksan
menahan lengan agar tetap
ektensi
6) Trisep: minta klien menekuk
kedua lengan dan mencoba
merentangkannya melawan
usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
7) Otot pergelangan tangan dan
jari-jari: minta klien
meregangkan kelima jari dan
melawan usaha pemeriksa untuk
mengumpulkan kelima jari
8) Kekuatan genggaman: minta klien
menggenggam jari telunjuk dan
jari tengah pemeriksa, tarik kedua
jari dari genggaman klien
9) Hamstring: posisikan klien
telentang, kedua lutut ditekuk,
minta klien meluruskan tungkai
melawan tahanan pemeriksa
10) Kuadrisep: posisikan klien
telentang, lutut setengah ekstensi,
klien menahan usaha pemeriksa
untuk memfleksikan lutut
11) Otot mata kaki dan kaki: minta
klien melawan usaha pemeriksa
untuk mendorsofleksikan
kakinya dan kembali melawan
usaha pemeriksa untuk
memfleksikan kakinya
12) Palpasi tulang ekstremitas dan
setiap persendian untuk
menemukan area yang
mengalami edema atau nyeri
tekan, bengkak, krepitasi dan
nodul
5 Rapikan alat dan klien
6 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
C SIKAP
1. Komunikatif
2. Sabar
3. Teliti
4. Sopan danHati – hati
Nilai Total : Jumlah nilai x 100
Total skor

Skala Kekuatan Otot :


SKALA HASIL PEMERIKSAAN
0 Paralisis total
1 Tdk ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
otot
2 Ada gerakan pd sendi tetapi tdk dpt melawan
gravitasi (hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tdk dpt menahan
/melawan tahanan
pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang
5 Dpt melawan tahanan pemeriksa dgn kekuatan
maksimal

Anda mungkin juga menyukai