Anda di halaman 1dari 4

Habitus Wisudawan: ‘The Stars Down to Earth’*

Dr. Maksimilianus Jemali, S.Fil.,M.Th


Dosen UNIKA Santu Paulus Ruteng

‘The stars down to earth’ merupakan gagasan kritis-konfrontatif tentang identitas dan
entitas manusia modern yang dipopulerkan oleh Theodor W. Adorno, seorang filsuf dan sosiolog
paradigmatis asal Jerman. Identitas sebagai “the stars” adalah proyeksi popularitas yang tidak
hanya menjadikan seseorang selalu merasa sentral dari antara orang-orang lain tetapi juga
mengharuskan orang-orang lain untuk tertuju pada sentralitas dirinya. The stars dilihat sebagai
kesepakatan yang dianggap sempurna tentang cara-cara hidup yang mapan dengan fenomena
kultus pada popularitas semu. Adorno mengkritisi identitas the stars yang dianggap sebagai
representasi kehidupan ideal dan menutupi kesadaran kritis. Oleh karena itu, Adorno melihat
kehidupan tidak hanya berkutat pada kemapanan tetapi mesti keluar dari kemapanan dan
menemukan pemahaman yang mendalam tentang realitas yang sebenarnya. The stars down to
earth adalah ungkapan stimulatif-provokatif sekaligus ajakan transformatif untuk terus bergerak
kepada kenyataan-kenyataan periferik yang barangkali sering diabaikan dan bahkan dipolitisasi.
Hal itu sejalan dengan gagasan Pierre Bourdieu yang menekankan transformasi habitus seseorang
dari sentral menuju periferi atau atau dari hal-hal yang dianggap besar kepada sisi-sisi terkecil.
Seremoni wisuda merupakan rute transformatif yang tidak hanya menempatkan para
sarjana dan ahli madya sebagai sentral tetapi juga merupakan aktor-aktor baru yang siap
menciptakan perubahan nyata di tengah masyarakat. Esensi tradisi wisuda adalah memperingati
pencapaian akademik wisudawan dan memberikan penghargaan atas usaha keras mereka dalam
menyelesaikan pendidikan tinggi. Melalui penghargaan ini, status kesarjanaan dan ahli madya
menjadi habitus modern yang senantiasa melekat dalam berbagai posisi dan eksistensi mereka.
Kesarjanaan adalah rumah keberadaan (the house of being) mereka. Melalui habitusnya,
wisudawan menginternalisasi nilai-nilai dan praktik-praktik baik yang diklaim sebagai keyakinan
akan kebenaran. Nilai-nilai tersebut diyakini sebagai referensi primer yang terus dilakukan terus-
menerus dalam membangun kehidupan bersama. Dengan kata lain, praksis kehidupan wisudawan
tidak bisa dilepaspisahkan dari habitus yang membentuk identitasnya. Habitus menggambarkan
secara tendensius tindakan dan reaksi mereka dengan orang-orang yang mengitari mereka.

1
*Orasi ilmiah wisuda sarjana UNIKA Santu Paulus Ruteng, 11 November 2023
Seremoni wisuda selalu menghadirkan apresiasi, motivasi, dan progresi. Universitas dan
masyarakat mengapresiasi kerja keras wisudawan yang sudah mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk meraih gelar kesarjanaan dan ahli madya. Ada yang memperoleh nilai “cum
laude”, sangat memuaskan, dan memuaskan. Namun di sisi lain, kampus dan masyarakat juga
menyematkan sejumlah motivasi di pundak para wisudawan. Para wisudawan mesti mampu
menjadi tulang punggung kemajuan dan peradaban, kesejahteraan, dan kebaikan bersama. Mereka
mesti merealisasikan prestasi akademiknya. Mereka adalah “the stars” yang berani keluar dari
menara gading kemapanan intelektual dan sekaligus berani membumi, “down to earth”. “Down to
earth” menjadi rapresentasi lain dari keberanian untuk melepas segala arogansi intelektual dan
serentak bersikap inklusif pada potensi yang berbeda. Inklusivitas tidak hanya menyangkut
keterbukaan tetapi lebih dari itu; kesediaan membiarkan orang lain masuk ke dalam ranah kita dan
memungkinkan kita untuk masuk ke dalam ranah orang lain.
Wisudawan adalah progresor-progresor baru; agen-agen perubahan dan kemajuan nyata
yang membuat masyarakat Manggarai Raya menjadi lebih baik. Di dalam benak masing-masing
mereka terpampang sebuah progresi, ideal kemajuan nyata: bagaimana cara mereka untuk
menjadikan Manggarai sebagai “the great Manggarai, for a better Manggarai”; Manggarai yang
cerdas sumber daya manusianya melalui praksis pendidikan bermutu. Manggarai yang manusia
cerdasnya sangat mencintai kebudayaan dan warisan leluhur serentak terbuka terhadap
kebhinekaan nasional dan global. Manggarai yang manusia cerdasnya terus menukik dalam
berbagai perubahan positif seperti angin yang terus bergerak atau ombak yang selalu bergelora.
Mereka tidak cepat untuk berhenti atau lambat untuk bergerak. Mereka adalah generasi optimis
yang menjadikan Manggarai Raya ini “bolek loke, tampang ranga” bukan “boke loke, rango
ranga” .
Meraih prestasi “cum laude” dari masyarakat merupakan ukuran prestasi nyata.
Wisudawan tidak bisa dilepaspisahkan dari eksistensi masyarakat yang terikat dengan aktivitas
yang dilakukan secara spontan dan berulang-ulang, dan juga yang menginternalisasi nilai-nilai
tertentu sebagai bagian dari kebenaran partikular. Wisudawan dianggap terbaik kalau betul-betul
mewujudkan keilmuannya dalam masyarakat dengan berpegang pada nilai-nilai transformatif,
kolaboratif, dan berkarakter. Ketiga pilar ini akan berjumpa dengan konteks kehidupan masyarakat
yang kompleks dan plural. Kompleksitas dan pluralitas berangkat dari kondisi masyarakat yang
sudah hidup dalam dinamisitas dan fleksibilitas. Apa yang terjadi akan selalu tidak sama pada
2
*Orasi ilmiah wisuda sarjana UNIKA Santu Paulus Ruteng, 11 November 2023
waktu yang berbeda. Oleh karena itu, habitus wisudawan adalah bagian dari transformasi yang
dinamis. Hal itu relevan dengan konsep habitus. Meskipun habitus bertahan lama namun tidak
berarti bersifat eternal atau tidak berarti tidak bisa berubah (unchangeable). Habitus bukanlah
konsep yang statis karena ada dialektika relasi antara wisudawan dan realitas aktual yang terbuka
terhadap perubahan-perubahan. Perubahan tidak hanya berpijak pada situasi sekarang. Perubahan
selalu berhubungan dengan masa lalu dan masa depan. Durabilitas dan transposibilitas memiliki
tendensi kepada proyek masa lalu menuju masa sekarang dan memaknai masa kini menuju masa
depan. Para wisudawan adalah ada yang sadar, yang eksis dalam waktu, dan selalu memiliki
pertanyaan akan kesadaran tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Di sini, Bourdieu
melihat habitus sebagai sejarah yang terikat karena disposisi yang terjadi pada saat sekarang
memiliki basisnya pada pengalaman masa lalu.
Dunia sekarang diperhadapkan dengan berbagai fenomena yang bisa saling berkaitan atau
bisa juga saling bertentangan. Oleh karena itu, dunia membutuhkan wisudawan (sarjana dan ahli
madya) abad 21 yang memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi modern, pemanfaatan
media-media digital, dan kemampuan berpikir kreatif dan menciptakan solusi inovatif. Selama
proses perkuliahan, wisudawan telah dibekali oleh UNIKA Santu Paulus Ruteng dengan modal
IPTEK (hard skills) dan juga etos kerja (soft skills). Etos kerja yang tinggi memastikan bahwa
wisudawan dipercaya dan dihormati dalam lingkungan personal dan sosial. Kemampuan ini
memungkinkan wisudawan untuk berkontribusi secara signifikan dalam memecahkan masalah
global. Salah satu influencer kenamaan menulis di akun Instagramnya, “Banyak orang kaget ketika
ada temannya yang biasa-biasa saja secara akademik sukses kariernya, kenapa? Karena ternyata
ada kecerdasan yang tidak ada nilainya di raport, tidak ada nilainya di ujian nasional, dan tidak
ada nilainya di ijazah. Yaitu apa? Kecerdasan softskill. Apa itu? Berani, percaya diri, pantang
menyerah, daya juang yang tinggi, motivasi tinggi, pandai bergaul, komunikatif, adaptif, dan yang
terpenting adalah mereka memiliki akhlak dan sikap yang baik. Untuk itu bagi hari ini teman-
teman yang ingin sukses milikilah kecerdasan soft skills ini karena dengan kecerdasan ini, anda
akan mudah diterima orang lain, anda akan punya banyak teman, anda akan mudah bergaul dan
bisa bekerjasama dengan orang lain. Untuk itu jangan hanya fokus pada kecerdasan di raport
(ijazah) tetapi juga fokus pada kemampuan softskills kita. Berlatih terus dan terus berlajar di
manapun kita berada.”

3
*Orasi ilmiah wisuda sarjana UNIKA Santu Paulus Ruteng, 11 November 2023
Habitus wisudawan adalah keterampilan untuk bekerja dalam tim dan kemampuan
berkolaborasi dengan beragam individu dari beragam latar belakang. Mereka tidak hanya
terkonsentrasi pada karakterisasi relasi terhadap yang lain tetapi juga komitmen yang konsisten
melalui tindakan yang dinamis. Mereka tidak hanya sampai kepada konsensus; menyepakati hal
yang sama tetapi juga dinsensus; menghargai perspektif berbeda dalam pendekatan beragam.
Kapasitas atau kemampuan ini memungkinkan wisudawan untuk memanfaatkan kekuatan kolektif
dalam mencapai tujuan bersama. Mereka mendorong kolaborasi yang seimbang dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan seluruh teamwork.
Wisudawan dapat memainkan peran kunci sebagai pemimpin masa depan berkarakter
dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, politik, bisnis, budaya, dan masyarakat.
Mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik serta mempromosikan perkembangan
berkelanjutan di berbagai sektor. Apa yang terjadi pada hari ini adalah salah satu pencapaian luar
biasa di atas puncak akademik. Namun, seorang akademisi harus kembali turun ke dasar untuk
meraih puncak-puncak prestasi berikutnya. Seremoni hari ini adalah meterai publik yang
menyematkan pada Anda sekalian “bukan” hanya status kesarjanaan atau ahli madya “tetapi”
seorang sarjana dan ahli madya yang betul-betul “ahli” di bidang masing-masing. Anda sekalian
adalah bintang-bintang yang hari ini membumi. Anda tidak sendirian karena Tuhan akan selalu
menyertai perjalanan intelektual Anda selanjutnya, “karenanya marilah kita bergembira
(Gaudeamus igitur)”:
Vivat academia,
Vivant Professores,
Vivat membrum quodlibet,
Vivant membra quaelibet,
Semper sint in flore!
Hidup UNIKA Santu Paulus Ruteng!
Hidup para dosen!
Hidup setiap wisudawan!
Hidup seluruh wisudawan!
Semoga kita selalu berkembang!

Sekian dan Terimakasih


4
*Orasi ilmiah wisuda sarjana UNIKA Santu Paulus Ruteng, 11 November 2023

Anda mungkin juga menyukai