MAHASISWA
Oleh :
Ayu Pratiwi NIM. 16080314054
M. Rifat Basya NIM. 16080314058
Cyntya Dwi Wahyuningtyas NIM. 16080314062
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui usaha dalam memahami dunia mahasiswa.
b. Untuk mengetahui apa saja tipe pemimpin mahasiswa.
c. Untuk mengetahui mengenai sejarah dunia mahasiswa
d. Untuk mengetahui mahasiswa dalam gerak emansipasi dan kepemimpinannya.
e. Untuk mengetahui peranan mahasiswa di panggung politik dan kepemimpinannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Teori Kepemimpinan
Para mahasiswa yang berusia sekitar 18-27 tahun itu adalah pribadi yang
sedang berkembang dan tengah mencari jati dirinya atau identitas sendiri. Mereka
sdah melewati masa “strumund drang” dan masa puber, akan tetapi belum mencapai
status kedewasaan penuh. Sebagian besar dari mereka masih ditanggung orang tua,
dan tinggal bersama dengan orang tua mereka. Maka bimbingan moral dan mental
masih diperlukan oleh orang-orang muda, agar mereka dapat menemukan jalan hidup
yang benar dan baik.
Dalam menuntun para mahasiswa, peranan dosen cukup besar, yaitu
bergantung pada kualitas kepribadiannya, kewibawaan ilmiahnya, konsistensi pada
pendirian serta ideologinya dan falsafah hidupnya. Maka dalam pembinaan
mahasiswa unsur guru besar dan dosen adalah keharusan mutlak. Karena itu dalam
rangka pembinaan mahasiswa, di lingkungan universitas dan akademi diperlukan
manajemen yang kuat dan manajer yang bijaksana, dengan kerja sama yang kompak
antara pimpinan niversitas dengan stafnya. Juga didukung oleh korps dosen yang
kuat, ptogresif, berwibawa, ilmiah, dan berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya.
Untuk dapat memahami pola organisasi dan kepemimpinan mahasiswa yang
mampu menggerakan secara dinamis seluruh kekuatan mahasiswa dalam kampus dan
di luar kampus.
1. Pendekatan psikologis
a. Pengaruh keluarga
Cenderung semakin acuh tak acuh terhadap pendidikan anak keturunannya
sendiri, disebutkan kegiatan mencari penghasilan untuk menegakkan
keluarganya; dan pola kebebasan untuk menyibukan diri, serta mendapatkan
kesenangan sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat seperti ketika orang tua terlalu sibuk
mencari uang demi mencukupi kehidupan keluarga tetapi tidak peduli dengan
kegiatan anaknya (mahasiswa), sehingga anak juga acuh tak acuh terhadap
keluarganya.
b. Adanya tekanan-tekanan social dari masyarakat modern
Mereka jadi cerdas dan pandai, mahir secara teknis, modern, dan progresif. Tapi
dibalik pengaruh-pengaruh negative, terutama yang menggiring mereka menjadi
keras, kompetitif, konsumeristis, individualis, egoistis, mau ekstrim bebas, serta
memuja macam-macam paham liberalism. Seperti masyarakat memberikan
pandangan negatif (hoax) atau paham-paham liberalism sehingga dapat
menimbulkan pandangan tiap mahasiswa yang berbeda.
c. Adanya tekanan-tekanan politik
Menempatkan para mahasiswa dan orang-orang muda pada posisi marginal, serta
penguclian mereka dari macam-macam posisi decision-making yang bertanggung
jawab. Juaga munculnya kesadaran mahasiswa akan banyaknya kindisi sisual
politik yang tidak mapan dan merugikan rakyat kecil, sehingga mendorong
mereka untuk melakukan control social, melontarkan banyak kritik-kritik keras
dan oposisi. Dapat dilihat seperti zaman sekarang bahwa mahasiswa di pandang
sebelah mata untuk menangani politik, sehingga sedikit-sedikit mahasiswa
melakukan unjuk rasa.
d. Adanya tekanan dari kebudayaan masyarakat makmur
Hal ini menyebabkan pola hidup santai, mau hidup senang tanpa bersusah payah
segan dan berusaha atau bekerja. Kemudian muncul kebudayaan hyppies,
kebudayaan teller akibat obat-obat penenang dan narkotika, korupsi serta
kebiasaan cinta bebas dan seks bebas. Semua ini membuka mata para mahasiswa
akan keburukan kondisi masyarakat, dan mendorong mereka menjadi kekuatan
politik yang melakukan oposisi dan kritik. Seperti beberapa mahasiswa yang
berkehidupan hedon, hal tersebut membuat adanya kesenjangan sosial sehingga
menimbulkan saling kritik.
e. Proses pendewasaan diri
Beralihnya status anak puber dan adolesens pada taraf kedewasaan mahasiswa
akan mulai menemukan identitas diri atau jatidirinya dan pemantapan nilai-nilai
yang akan dianutnya sepanjang hidup. Dari sini munculah dorongan untuk
menonjolkan diri, dan keinginan guna mendapatkan pengakuan social yang
mantap. Contohnya seperti mengikuti kegiatan kampus, dan organisasi-organisasi
kampus.
2. Pendekatan ekonomis
Menitikberatkan jurang antara si kaya dan si miskin, yang menimbulkan banyak
kecembuaruan social, ketegangan social, ketidak adilan dan masalah-masalah social
yang diwarnai kesengsraan rakyat miskin. Ditambah dengan minimnya lapangan kerja
dan sedikitnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang pantas. Hal ini menimbulkan
frustasi dan ketidakpuasan dikalangan mahasiswa, sehingga mereka melakukan aksi
unjuk rasa, kritik, demonstrasi dan protes didalam maupun luar kampus. Hal ini dapat
dilihat di kehidupan sehari-hari seperti pada saat melamar pekerjaan yang diterima
adalah keluarganya sendiri atau melalui jalur belakang (saling suap menyuap)
3. Pendekatan secara sosiologis
Pendekatan ini menitikberatkan terbentuknya kelompok mahasiswa menjadi kekuatan
social, kekuatan eliter, dan kekuatan politik, juga memunculkan motivasi dan
kekuatan-kekuatan ideologis serta politik yang melatarbelakangi berdirinya
organisasi-organisasi mahasiswa yang memiliki pernanan bagi perubahan yang ada
dimasyarkat. Seperti berdirinya organisasi-organisasi eksternal saat ini yang ada di
kalangan mahasiswa guna melakukan kritis terhadap hal-hal politik yang tidak sesuai
jalurnya.
4. Pendekatan politik
Pendekatan ini menyoroti motivasi dan ideologi politik yang mendorong aksi-aksi
mahasiswa. Khususnya membahas lembaga-lembaga politik yang lamban
pertumbuhannya dan tidak mampu menampung partisipasi dan aspirasi para
mahasiswa. Sehingga muncul student unrest atau kerusuhan mahasiswa dengan tipe-
tipe kepemimpinannya. Seperti melakukan aksi demo mengkritisi novel baswedan dan
lain-lain.
Tipe kepemimpinan mahasiswa juga dapat dibagi-bagi seperti tipe kepimpinan
lainnya yang universal sifatnya. Maka pemimpin mahasiswa itu sangat ditentukan
pula oleh:
a. Faktor keturunan
b. Faktor usia
c. Jenis pendidikan mahasiswa
d. Lingkungan social atau masyarakat sekitar
Pemimpin organisasi mahasiswa pada prinsipnya bertekad untuk menolong
segenap anggota kelompoknya dalam mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan
organisasi mahasiswa antara lain:
1. Mempercepat proses pendewasaan, supaya mampu mandiri dan bertanggungjawab
2. Menunjang proses belajar, menumbuhkan motivasi belajar yang kuat, tekad untuk
berprestasi secara ilmiah, ambisi untuk maju, serta partisipasi social-politik yang
sehat. Belajar bekerja dan belajar memimpin organisasi secara serius dan sistematis
3. Arena untuk melakukan latihan-latihan mental misalnya berani berdiskusi serta
mengemukakan ide-ide sendiri yang otentik dan cemerlang. Melatih sikap terbuka,
dan tahan menerima kritik yang membangun. Bersikap objektif dan kritis, belajar
bersikap demokratis, pengembangan nalar dan lain-lain.
4. Belajar membangun komunikasi yang baik, belajar berorganisasi untuk menjadi
pemimpin yang baik.
5. Belajar memahami gejolak-gejolak dan masalah-masalah sosial yang aktual dan
melanda masyarakat, belajar menemukan alternatif-alternatif pemecahannya.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan rekreatif dan kreatif di bidang seni, drama, film,
pertandingan olahraga, dan lain-lain.
a. Pelepasan diri dari otoritas paternalistik yang berproses dengan wajar atau alami,
sesuai dengan bertambahnya usia dari anak muda
b. Abolisi atau penghapusan semua ikatan perbudakan, ketergantungan dan
penindasan.
Predikat umum dari mahasiswa itu antara lain ialah muda, dinamis, energik,
kritis, berani, tanpa vested interest kaena belum berkeluarga, lebih terbuka terhadap
pendapat orang lain, dan intelegent. Oleh pikirannya yang kritis dan penalaran yang
bebas, disamping tegar dalam pendiriannya, maka pemmimpin dan kepemimpinan
mahasiswa itu sering dicrigai oleh pihak resmi. Ada kalanya timbul pertentangan
antara pihak pemerintah kontra kampus.
Selanjutnya, modernisasi di negara-negara yang tengah berkembang itu
memunculkan kelompok-kelompok sosial baru, kesadaran sosial, dan kesadaran
politik yang semakin meningkat. Kelompok-kelompok sosial dan mahasiswa tersebut
termobilisir secara massal dalam kegiatan kegiatan politik, namun mereka belm
terasimilasi dan beum terampung oleh lembaga politik yang ada.
Modernisasi itu menambah semakin tebalnya kesadaran politik, jumlah
organisasi, kesatuan-kesatuan ideologi baru, dan aksi-aksi politik. Oleh karena itu,
tampaknya ideologi baru, dan antara mobilisasi sosial-politik dengan ketidakstabilan
politik. Tambahan lagi, tidak adanya kemungkinan-kemuungkinan untuk melakukan
mobilitas vertikal oleh rendahnya tingkat institusionalisasi politik. Tambahan lagi,
tidak adanya kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan mobilitas vertikal serta
oleh rendahnya tingkat institusionalisasi politik, pada umumnya membuahkan banyak
frustasi dan insabilitas politik.
Selanjutnya, kaum intelegensia menjadi kelompok oposisi yang paling aktif
dalam kelas menengah ini. Sedang mahasiswa adalah kelompok muda yang paling
kokoh terpadu, paling efektif, serta revolusioner ditengah kaum intelegensia. Maka
suara mahasiswa adalah suara yang penuh pengingkaran dan ketidaksetujuan. Oleh
karena itu, orang menyabutkan jika istana presiden merpakan simbol kekuasaan
otoritas, maka gedung mahasiswa adalah lambang dari revolusi.
Oposisi dikalangan mahasiswa dengan pemimin pemimpinnya itu pada banyak
peristiwa tidak disebabkan oleh kekurangan-kekurangan materiil, akan tetapi pada
umumnya bersumber pada:
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kemajuan bangsa itu ada ditagnan kaum muda yang berkecimpung dibidang
ilmiah dan yang menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Sehubungan dengan
ini, maka oara mahasiswa dengan bantuan organisasi dan para pemimpinnya,
tampaknya harus ikt beremansipasi untuk mempertahankan eksistensinya, yaitu secara
kontinu harus memperjuangkan status kedudukannya, tanggung jawab sosial, dan
partisipasi politiknya ditengah masyarakat. Maka pada hakikatnya, kelompok-
kelompok mahasiswa itu merupakan kelompok intelegensia yang menjadi kekuatan
moral, kekuatan sosial dan kekuatan politik.
Selanjutnya, apatisme dikalangan mahasiswa dan ketidakpedulian mahasiswa
dan ketidakpedulian mereka terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekitar, jelas
tidak kita kehendaki. Akan tetapi tindakan aksi dan ekstrim dalam memenuhi cita-cita
dan harapan mereka yang dapat membahayakan kestabilan politik, juga tidak kita
kehendaki. Oleh karena itu perl bibimbingan yang bijaksana dan keteladanan yang
baik dari para pemimpin negara dan pengash dunia universitas, untk mengarahkan
para mahasiswa kearah kegiatan-kegiatan yang produktif, ilmiah dan konstruktif diera
pembangunan sekarang dan dimasa-masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini. 2016. Pemimpin dan kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.