Anda di halaman 1dari 15

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

MAHASISWA

Tugas mata kuliah kepemimpinan


Dosen pengampu : Durinta Puspasari, S.Pd.M.Pd.

Oleh :
Ayu Pratiwi NIM. 16080314054
M. Rifat Basya NIM. 16080314058
Cyntya Dwi Wahyuningtyas NIM. 16080314062

Jurusan Pendidikan Ekonomi


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas,


institut atau akademi. Sedangkan kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Sehingga, dapat di lihat dari arti setiap kata maka jiwa kepemimpinan
mahasiswa memainkan peranan yang sangat penting dan strategis dalam gerakan
pembaruan revolusi negara melalui pembinaan di perguruan tinggi. Terutama negara saat
ini sedang berkembang dalam revolusi industri 4.0. Dimana teknologi sudah harus
seimbang dalam hal apapun.
Kemajuan bangsa di kemudian harinya ada di tangan kaum muda. Identitas
mahasiswa sebagai agent of change masih kental terasa. Dengan peran mahasiswa sebagai
penerus, pembangun, dan calon pemimpin masa depan yang akan menjadi ujung tombak
mengelola bangsa ini. Mereka akan disibukkan dengan hal dibidang ilmiah, penguasaan
teknologi, politik dan khususnya ialah mampu memberdayakan generasi muda selanjutnya
dengan baik.
Saat ini karakter mahasiswa yang dibutuhkan adalah bukan sekedar mahasiswa
yang pintar dalam akademisnya saja, tetapi juga yang pandai berbicara, profesional dalam
kehidupan, kemudian senantiasa berkontributif terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk
menggapai karakter yang di atas tidaklah mudah. Mahasiswa memerlukan konsep dan
tindakan nyata untuk membangun sikap demi mencapai itu semua. Beberapa kegiatan
pokok yang harus dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan pemuda adalah
menanamkan nilai-nilai kepemimpinan kepada para pemuda yang ada di kampus,
organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pembinaan kepemimpinan di kalangan
mahasiswa, sesuai dengan minat keilmuan dan aspirasi kemudaan mereka. Selain itu juga
searus dengan situasi-kondisi sesuai politik-ekonomi yang ada di tengah masyarakat saat
ini. Dengan begitu akan dapat diharapkan peningkatan prestasi ilmiah, dedikasi sosial, dan
partisipasi akti mereka dalam masa pembangunan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara dalam memahami dunia mahasiswa ?
b. Apa saja tipe pemimpin mahasiswa ?
c. Bagaimana sejarah dunia mahasiswa ?
d. Bagaimana kepemimpinan mahasiswa dalam gerak emansipasi ?
e. Bagaimana peranan mahasiswa di panggung politik dan kepemimpinannya ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui usaha dalam memahami dunia mahasiswa.
b. Untuk mengetahui apa saja tipe pemimpin mahasiswa.
c. Untuk mengetahui mengenai sejarah dunia mahasiswa
d. Untuk mengetahui mahasiswa dalam gerak emansipasi dan kepemimpinannya.
e. Untuk mengetahui peranan mahasiswa di panggung politik dan kepemimpinannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Teori Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan mahasiswa memainkan peranan penting dalam


gerakan pembaruan negara, ditengah gerakan pembangunan, bahkan juaga pada masa-
masa pemberontakan dan revolusi.
Hal ini disebabkan karena para mahasiswa aktivis dan pemimpin-pemimpin
mereka itu pada kenyataannya merupakan kekuatan sosial, kekuatan moral, dan
kekuatan politik, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang
berkembang. Kemajuan bangsa dikemudian harinya ada ditangan kaum muda yang
menyibukan diri dibidang ilmiah dan yang menguasai teknologi, khususnya para
mahasiswa. Maka pengembangan dunia universitas harus sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dan sejajar pula dengan perkembangan
masyarakay lingkungannya.
Perguruan tinggi mempunyai misi untuk mendidik para mahasiswa agar
mereka dapat:
a. Menguasai informasi, ilmu pengetahuan, dan teknik-teknik mutakhir yang
diperlukan untuk dunia industri lapangan hidup sehari-hari
b. Berjiwa penuh pengabdian pengabdian pada sesama hidup, dan
c. Memiliki rasa tanggung jawab sosial yang besar terhadap hari depan bangsa
dan negara

Oleh karena itu, diperlukan adanya pembinaan kepemimpinan dikalangan


mahasiswa, sesuai dengan minat keilmuan dan aspirasi kemudaan mereka; juga searus
dengan situasi-kondisi-sosial-politik-ekonomi yang ada ditengah masyarakat, didalam
wadah organisasi peningkatan yang efektif. Dengan begitu akan dapat diharapkan
peningkatan prestasi ilmiah, dedikasi sosial, dan partisipasi aktif mereka dalam masa
pembangunan.
2. Usaha Memahami Dunia Mahasiswa

Para mahasiswa yang berusia sekitar 18-27 tahun itu adalah pribadi yang
sedang berkembang dan tengah mencari jati dirinya atau identitas sendiri. Mereka
sdah melewati masa “strumund drang” dan masa puber, akan tetapi belum mencapai
status kedewasaan penuh. Sebagian besar dari mereka masih ditanggung orang tua,
dan tinggal bersama dengan orang tua mereka. Maka bimbingan moral dan mental
masih diperlukan oleh orang-orang muda, agar mereka dapat menemukan jalan hidup
yang benar dan baik.
Dalam menuntun para mahasiswa, peranan dosen cukup besar, yaitu
bergantung pada kualitas kepribadiannya, kewibawaan ilmiahnya, konsistensi pada
pendirian serta ideologinya dan falsafah hidupnya. Maka dalam pembinaan
mahasiswa unsur guru besar dan dosen adalah keharusan mutlak. Karena itu dalam
rangka pembinaan mahasiswa, di lingkungan universitas dan akademi diperlukan
manajemen yang kuat dan manajer yang bijaksana, dengan kerja sama yang kompak
antara pimpinan niversitas dengan stafnya. Juga didukung oleh korps dosen yang
kuat, ptogresif, berwibawa, ilmiah, dan berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya.
Untuk dapat memahami pola organisasi dan kepemimpinan mahasiswa yang
mampu menggerakan secara dinamis seluruh kekuatan mahasiswa dalam kampus dan
di luar kampus.

Untuk memahami kondisi mahasiswa dengan berbagai aktivitas dan pola


kepemimpinannya, ada beberapa pendekatan dan beberapa segi untuk menganalisis
kegiatan mereka, yaitu:

1. Pendekatan psikologis
a. Pengaruh keluarga
Cenderung semakin acuh tak acuh terhadap pendidikan anak keturunannya
sendiri, disebutkan kegiatan mencari penghasilan untuk menegakkan
keluarganya; dan pola kebebasan untuk menyibukan diri, serta mendapatkan
kesenangan sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat seperti ketika orang tua terlalu sibuk
mencari uang demi mencukupi kehidupan keluarga tetapi tidak peduli dengan
kegiatan anaknya (mahasiswa), sehingga anak juga acuh tak acuh terhadap
keluarganya.
b. Adanya tekanan-tekanan social dari masyarakat modern
Mereka jadi cerdas dan pandai, mahir secara teknis, modern, dan progresif. Tapi
dibalik pengaruh-pengaruh negative, terutama yang menggiring mereka menjadi
keras, kompetitif, konsumeristis, individualis, egoistis, mau ekstrim bebas, serta
memuja macam-macam paham liberalism. Seperti masyarakat memberikan
pandangan negatif (hoax) atau paham-paham liberalism sehingga dapat
menimbulkan pandangan tiap mahasiswa yang berbeda.
c. Adanya tekanan-tekanan politik
Menempatkan para mahasiswa dan orang-orang muda pada posisi marginal, serta
penguclian mereka dari macam-macam posisi decision-making yang bertanggung
jawab. Juaga munculnya kesadaran mahasiswa akan banyaknya kindisi sisual
politik yang tidak mapan dan merugikan rakyat kecil, sehingga mendorong
mereka untuk melakukan control social, melontarkan banyak kritik-kritik keras
dan oposisi. Dapat dilihat seperti zaman sekarang bahwa mahasiswa di pandang
sebelah mata untuk menangani politik, sehingga sedikit-sedikit mahasiswa
melakukan unjuk rasa.
d. Adanya tekanan dari kebudayaan masyarakat makmur
Hal ini menyebabkan pola hidup santai, mau hidup senang tanpa bersusah payah
segan dan berusaha atau bekerja. Kemudian muncul kebudayaan hyppies,
kebudayaan teller akibat obat-obat penenang dan narkotika, korupsi serta
kebiasaan cinta bebas dan seks bebas. Semua ini membuka mata para mahasiswa
akan keburukan kondisi masyarakat, dan mendorong mereka menjadi kekuatan
politik yang melakukan oposisi dan kritik. Seperti beberapa mahasiswa yang
berkehidupan hedon, hal tersebut membuat adanya kesenjangan sosial sehingga
menimbulkan saling kritik.
e. Proses pendewasaan diri
Beralihnya status anak puber dan adolesens pada taraf kedewasaan mahasiswa
akan mulai menemukan identitas diri atau jatidirinya dan pemantapan nilai-nilai
yang akan dianutnya sepanjang hidup. Dari sini munculah dorongan untuk
menonjolkan diri, dan keinginan guna mendapatkan pengakuan social yang
mantap. Contohnya seperti mengikuti kegiatan kampus, dan organisasi-organisasi
kampus.
2. Pendekatan ekonomis
Menitikberatkan jurang antara si kaya dan si miskin, yang menimbulkan banyak
kecembuaruan social, ketegangan social, ketidak adilan dan masalah-masalah social
yang diwarnai kesengsraan rakyat miskin. Ditambah dengan minimnya lapangan kerja
dan sedikitnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang pantas. Hal ini menimbulkan
frustasi dan ketidakpuasan dikalangan mahasiswa, sehingga mereka melakukan aksi
unjuk rasa, kritik, demonstrasi dan protes didalam maupun luar kampus. Hal ini dapat
dilihat di kehidupan sehari-hari seperti pada saat melamar pekerjaan yang diterima
adalah keluarganya sendiri atau melalui jalur belakang (saling suap menyuap)
3. Pendekatan secara sosiologis
Pendekatan ini menitikberatkan terbentuknya kelompok mahasiswa menjadi kekuatan
social, kekuatan eliter, dan kekuatan politik, juga memunculkan motivasi dan
kekuatan-kekuatan ideologis serta politik yang melatarbelakangi berdirinya
organisasi-organisasi mahasiswa yang memiliki pernanan bagi perubahan yang ada
dimasyarkat. Seperti berdirinya organisasi-organisasi eksternal saat ini yang ada di
kalangan mahasiswa guna melakukan kritis terhadap hal-hal politik yang tidak sesuai
jalurnya.
4. Pendekatan politik
Pendekatan ini menyoroti motivasi dan ideologi politik yang mendorong aksi-aksi
mahasiswa. Khususnya membahas lembaga-lembaga politik yang lamban
pertumbuhannya dan tidak mampu menampung partisipasi dan aspirasi para
mahasiswa. Sehingga muncul student unrest atau kerusuhan mahasiswa dengan tipe-
tipe kepemimpinannya. Seperti melakukan aksi demo mengkritisi novel baswedan dan
lain-lain.
Tipe kepemimpinan mahasiswa juga dapat dibagi-bagi seperti tipe kepimpinan
lainnya yang universal sifatnya. Maka pemimpin mahasiswa itu sangat ditentukan
pula oleh:
a. Faktor keturunan
b. Faktor usia
c. Jenis pendidikan mahasiswa
d. Lingkungan social atau masyarakat sekitar
Pemimpin organisasi mahasiswa pada prinsipnya bertekad untuk menolong
segenap anggota kelompoknya dalam mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan
organisasi mahasiswa antara lain:
1. Mempercepat proses pendewasaan, supaya mampu mandiri dan bertanggungjawab
2. Menunjang proses belajar, menumbuhkan motivasi belajar yang kuat, tekad untuk
berprestasi secara ilmiah, ambisi untuk maju, serta partisipasi social-politik yang
sehat. Belajar bekerja dan belajar memimpin organisasi secara serius dan sistematis
3. Arena untuk melakukan latihan-latihan mental misalnya berani berdiskusi serta
mengemukakan ide-ide sendiri yang otentik dan cemerlang. Melatih sikap terbuka,
dan tahan menerima kritik yang membangun. Bersikap objektif dan kritis, belajar
bersikap demokratis, pengembangan nalar dan lain-lain.
4. Belajar membangun komunikasi yang baik, belajar berorganisasi untuk menjadi
pemimpin yang baik.
5. Belajar memahami gejolak-gejolak dan masalah-masalah sosial yang aktual dan
melanda masyarakat, belajar menemukan alternatif-alternatif pemecahannya.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan rekreatif dan kreatif di bidang seni, drama, film,
pertandingan olahraga, dan lain-lain.

3. Sejarah Dunia Mahasiswa

Sejarah perkembangan perguruan tinggi pada abad ke-20 di Indonesia sejalan


dengan esthische politiek pemerintahan kolonial Belanda dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Belanda dan Eropa Barat yang berorientasi pada
perkembangan industri. Jadi di Eropa pada saat itu ada kesejaran antara
perkembangan sektor industri, serta parelitas perkembangan dunia pendidikan dengan
perkembangan sektor industri, yang pada saatnya mempengari perkembangan
kesejahteraan sosial lmasyarakatnya. Kondisi tersebut jelas mempengaruhi
perkembangan pendidikan dan perguruan tinggi di Indnesia, untuk disesuaikan
dengan politik kolonial Belanda.
Posisi perguruan tinggi dikaitkan dengan dominasi politik dan kebijakan
pemerintah/negara koloniak dan merupakan produk konse borjuis-kapitalis. Semua
universitas yang didirikan pada jaman itu bertujuan untuk memperoleh tenaga kerja
atas pegawai negeri terampil ntuk mengisi jabatan-jabatan administratif dalam
birokrasi pemerintahan kolonial. Diharapkan agar para lulusannya menjadi ambtenar
atau pegawai yang patuh dan memenuhi kepentongan pemerintah kolonial Belanda.
Pada akhirnya, kesempatan studi di perguruan-perguruan tinggi, sangat
mempengaruhi mobilitas sosial dan kesadaran berbangsa penunda-penunda Indonesia.
Dan legitimasi kebberadaannya ditunjukan dengan aktivitas menjadi anggota Budi
Utama, yang kita kenal sebagai Kebangkitan Nasional 1908 serta Sumpah Pemuda
Indonesia 1928.
Kesadaran berbangsa atau paham nasionalisme modern itu mulai muncul
secara aktual pada saat diberikan kesempatan belajar oleh pemerintahan Belanda
kepada orang-orang muda kita untuk belajar di Nederland, untuk menikmati kemajuan
ilmu pengetahuan dan kebebasan individu model Barat.
Pada masa kolonial Belanda belum ada strata cendekiawan lain di tengah
masyarakat, sehingga aktivitas mahasiswa mendominir secara langsung kondisi
politik; khususnya dalam menuntut kesamaan hak dan status orang Indonesia agar
supaya sama dengan orang Belanda, dan penuntutan kesamaan hak dan status orang
Indonesia agar supaya sama dengan orang Belanda, dan penuntutan kesejahteraan
rakyat. Inilah hasil yang cukup gemilang dari kegiatan kelompok mahasiswa dan para
inteligensia lainnya pada masa prakemerdekaan RI. Dari sini bisa kita simpulkan
bahwa mahasiswa memerankan peranan penting dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.

4. Tipe Pemimpin Mahasiswa


Antara kelompok mahasiswa sebagai satu unit dengan pemimpinnya selalu terdapat
kaitan yang erat. Jenis kelompok akan memilih tipe pemimpinnya sendiri yang cocok
dengan ambisi-ambisi kelompok. Sebaliknya, pribadi pemimpin akan menentukan
semangat kelompok yang dipimpinnya. Maka tipe pemimpin mahasiswa dapat kita
bagi dalam beberapa penggolongan, yaitu sebagai berikut:
a. Pembagian menurut sifat kepemimpinannya, ialah:
1) Pemimpin mahasiswa yang otoriter
Sifatnya keras tidak boleh disanggah, dan mengharuskan kekuasaannya
berlangsung lewat kekuatan dan penekanan kepada anggotanya. Komunikasi
berlangsung satu arah, yaitu dengan perintah dan komando. Pemimpin tigak
menghendaki kritik atau usul-usul. Kekuatan pemimpin itu terletak
padakeamuan yang keras, ide-ide dan rencana sendiri yang dianggap cukup
berhasil, kerahasiaan, dan disiplin kerja yang keras.
2) Pemimpin mahasiswa yang demokratis mendasarkan interaksinya pada
kerjasama, kebebasan yang teratur, pemberian kesematan kepada semua
anggota organisasi untuk berpartisipasi secara aktif dan menyumbangkan ide-
ide yang konstruktif. Semua keptusan direncanakan dan ditentukan bersama.
Ada suasana yang cukup terbuka dan komunikasi dan komunikasi dua arah.
Yang diutamakan ialah pencapaian tujuan kelompok.
3) Pemimpin mahasiswa yang laissaez faire membiarkan semua orang bertingkah
laku semau sendiri sedangkan pemimpin tidak memberikan perintah.
Pengarahan atau bibimbingan organisatoris. Dia tidak pernah mengambil
keputusan dan organisasinya mirip “ular tanpa kepala”.
4) Pemimpin soladaritas bersikap solider dan mencoba mengidentikasikan diri
dengan semangat dan harpan anggota-anggota kelompoknya. Dia dipilih dan
diangkat oleh anggota-anggota kelompoknya melalui atauran-aturan yang telah
disetujui bersama. Yang diutamakan dalam organisasi ini ialah loyalitas dan
kekompakan.
5) Pemimpin resmi, tidak langung dipilih oleh anggota-anggota kelompok, tetapi
ditunjuk resmi oleh pimpinan jurusan, faklultas atau universitas. Mereka
direstui oleh lembaga untuk memimpin kelompoknya. Dengan mengemban
misi-misi khusus.
6) Pemimpin konsultan itu berfungsi sebagai penasihat dan pengarah, baik ntuk
organisasi sendiri, mapun organisasi dan lembaga-lembaga di luarnya.
Tugasnya ialah mendidik, mendorong, memberikan motivasi dan nasihat,
mengembangkan sikap-sikap mental, menanamkan ide-ide/ideologi dan
pengetahuan baru. Contohnya Kuliah Kerja Nyata atau KKN, yang biasanya
memberikan dampak-dampak langsung.
7) Pemimpin murni ilmiah lebih mengkonsentrasikan diri pada prestasi ilmiah,
kegiatan kulikuler, studi kelompok, eksperimen-eksperimen dan penelitian
ilmiah. Juga mengadakan studi tor, karyawisata, diskusi-diskusi, menghadiri
seminar dan konferensi ilmiah. Maka kegiatan-kegiatan politik dan aktivitas
sosial ditengah masyarakat luas kurang diminati.
8) Pemimpin yang berorientasi kemasyarakatan meminati masalah-masalah
politik yang mucul ditengah masyarakat. Gejolak-geolak politik yang aktual,
penindasan terhadap rakyat, dan perilaku yang tidak adil juga kelemahan
lembaga-lembaga politik serta pemerintahan dijadikan objek minat atau topik
pembahasan mereka kemudian melakukan aksi-aksi tertentu.
9) Tipe pemimpin yang berorientasi pada rekreasi dan pola bersantai-santai.
Anggotanya bterdiri dari anak-anak orang elit dan orang-orang kaya, serta
putra-putra pejabat yang tengah naik daun menduduki posisi yang basah.
Karena dirumah merek aiasa dimanja, dibiarkan berkembang bebas, gerresmi
yang tinggi. Maka pola hidupnya sifatnya juga relaks, istirahat, rekreatif,
bersenang-senang, menikmati kehidupan dan kebebasan, serta bersantai-santai.

5. Mahasiswa, gerak emansipasi dan kepemimpinannya


Ditangan pemuda dan para mahasiswa terletak hari depan bangsa Indonesia,
karena mereka sebagian besar disiapkan untuk menjadi kelompok elit yang harus
memimpin. Tampaknya agak paradoksal bahwa orang muda dan mahasiswa sebagai
kelompok/kekuatan sosial juga harus beremansipasi. Emansipasi dalam hal ini harus
diartikan sebagai:

a. Pelepasan diri dari otoritas paternalistik yang berproses dengan wajar atau alami,
sesuai dengan bertambahnya usia dari anak muda
b. Abolisi atau penghapusan semua ikatan perbudakan, ketergantungan dan
penindasan.

Jadi emansipasi merupakan konsep yang mencakup macam-macam cara dan


sarana konditif untuk membebaskan diri dari ketidakmampan, ketidakadilan,
penindasan, perbudakan dan eksploitasi, guna memperoleh hak-hak manusia yang
wajar. Emansipasi juga merupakan upaya melepaskan diri dari kebelengguan dan
penindasan-penindasan yang diciptakan oleh akal manusia dan diperuntukan bagi
manusia lain, juga pelepasan diri dari kekuatan-kekuatan magis dan mitis yang serba
menakutkan. Oleh karena itu tendensi umum dan evolusi manusia itu berupa
emansipasi yang lebih besar untuk melepaskan diri dari kekuatan-kekuatan alam,
dengan jalan memobilisasinya dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan umat
manusia.

Dalam pengertian mahasiswa gerak emansipasi yang dilakukan untuk


mendapatkan pengakuan diri dan memperoleh posisi di kampus serta di tengah
masyarakat luas itu memerlukan perjuangan, organisasi, pemimpin dan
kepemimpinan. Mahasiswa tidak ingin menduduki posisi marjinal dan peranan spele,
pasid mengambang ditengah masyarakat. Oleh kesadaran ini pula para mahasiswa
tidak ingin terus-menerus dibelenggu oleh ikatan-ikatan tradisional dan konvensi-
konvensi yang mati.

Selanjutnya banyak peristiwa pembebasan mahasiswa menjadi motor


penggerak dan pemimpin dari berbagai gerakan mansipasi. Baik dibidang perjuangan
klas, perbaikan nasib kam buruh dan petani, kemerdekaan bangsa, kebebasan wanita
maupun pada gerakan revolusioner, aksi reformasi, dan perang kemerdekaan,
mahasiswa memberikan saham yang besar. Tugas-tugas tersebut memerlukan tenaga
fisik yang besar, dan menanggung risiko kehilangan jiwa. Pada masa masa kritis itu
muncullah tokoh-tokoh mahasiswa sebagai pemimpin dan pelopor perjuangan.

6. Peranan Mahasiswa di Panggung Politik dan Kepemimpinannya

Predikat umum dari mahasiswa itu antara lain ialah muda, dinamis, energik,
kritis, berani, tanpa vested interest kaena belum berkeluarga, lebih terbuka terhadap
pendapat orang lain, dan intelegent. Oleh pikirannya yang kritis dan penalaran yang
bebas, disamping tegar dalam pendiriannya, maka pemmimpin dan kepemimpinan
mahasiswa itu sering dicrigai oleh pihak resmi. Ada kalanya timbul pertentangan
antara pihak pemerintah kontra kampus.
Selanjutnya, modernisasi di negara-negara yang tengah berkembang itu
memunculkan kelompok-kelompok sosial baru, kesadaran sosial, dan kesadaran
politik yang semakin meningkat. Kelompok-kelompok sosial dan mahasiswa tersebut
termobilisir secara massal dalam kegiatan kegiatan politik, namun mereka belm
terasimilasi dan beum terampung oleh lembaga politik yang ada.
Modernisasi itu menambah semakin tebalnya kesadaran politik, jumlah
organisasi, kesatuan-kesatuan ideologi baru, dan aksi-aksi politik. Oleh karena itu,
tampaknya ideologi baru, dan antara mobilisasi sosial-politik dengan ketidakstabilan
politik. Tambahan lagi, tidak adanya kemungkinan-kemuungkinan untuk melakukan
mobilitas vertikal oleh rendahnya tingkat institusionalisasi politik. Tambahan lagi,
tidak adanya kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan mobilitas vertikal serta
oleh rendahnya tingkat institusionalisasi politik, pada umumnya membuahkan banyak
frustasi dan insabilitas politik.
Selanjutnya, kaum intelegensia menjadi kelompok oposisi yang paling aktif
dalam kelas menengah ini. Sedang mahasiswa adalah kelompok muda yang paling
kokoh terpadu, paling efektif, serta revolusioner ditengah kaum intelegensia. Maka
suara mahasiswa adalah suara yang penuh pengingkaran dan ketidaksetujuan. Oleh
karena itu, orang menyabutkan jika istana presiden merpakan simbol kekuasaan
otoritas, maka gedung mahasiswa adalah lambang dari revolusi.
Oposisi dikalangan mahasiswa dengan pemimin pemimpinnya itu pada banyak
peristiwa tidak disebabkan oleh kekurangan-kekurangan materiil, akan tetapi pada
umumnya bersumber pada:

1) Tidak adanya sekuritas psikologis


2) Rasa bersalah dan keterasingan terhadap rakyat kecil
3) Oleh kegelisahannya dalam usaha mencari jati diri atau identitas sendiri
dan status sosialnya

Para mahasiswa yang berkat pendidikannya kemudian diperkenalkan dengan


dunia modern dan bangsa-bangsa yang sudah maju di barat, dan mengenali prinsip-
prindip modernitas antara lain persamaan, keadilan, tntutan hati nurani rakyat,
kesejahteraan umm, demokrasi, dan kebebasan individu, sering menadi sangat kecewa
dengan realitas nyata yang ada di sekitarnya. Mereka kemudian menjadi lebih fanatik
pada prinsip-prinsip dan norma-norma modernitas dan demokrasi, dan menghendaki
reformasi segera di tengah masyarakat, juga perubahan dan perbaikan dikalangan
pemerintahm yang dengan sendirinya sukar untuk dilaksanakan dengan segera.
Karena itu dengan cepat muncul banyak organisasi mahasiswa dengan tipe pemimpin
dan kepemimpinan yang bervariasi, dengan ambisi dan aspirasi yang beraneka ragam,
di tengah masyarakat dan panggung politik.
Dan pada dasarnya mahasiswa itu adalah kaum muda yang pada satu masa
yang tidak terlalu lama lagi akan menjadi pemimpin atau manajer pemerintahan dan
lembaga-lemabaga swasta yang berkepentingan dengan penataan distribusi
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat. Maka sebagai anak rakyat, mahasiswa
bersama-sama dengan rakyat wajib ikut dalam proses moderinisasi dan pembangunan
dimasa sekarang dan hari-hari yang akan datang. Oleh karena itu masih diperlukan
usaha pembinaan para mahasiswa dan kepemimpinannya dalam rangka nation
building.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kemajuan bangsa itu ada ditagnan kaum muda yang berkecimpung dibidang
ilmiah dan yang menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Sehubungan dengan
ini, maka oara mahasiswa dengan bantuan organisasi dan para pemimpinnya,
tampaknya harus ikt beremansipasi untuk mempertahankan eksistensinya, yaitu secara
kontinu harus memperjuangkan status kedudukannya, tanggung jawab sosial, dan
partisipasi politiknya ditengah masyarakat. Maka pada hakikatnya, kelompok-
kelompok mahasiswa itu merupakan kelompok intelegensia yang menjadi kekuatan
moral, kekuatan sosial dan kekuatan politik.
Selanjutnya, apatisme dikalangan mahasiswa dan ketidakpedulian mahasiswa
dan ketidakpedulian mereka terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekitar, jelas
tidak kita kehendaki. Akan tetapi tindakan aksi dan ekstrim dalam memenuhi cita-cita
dan harapan mereka yang dapat membahayakan kestabilan politik, juga tidak kita
kehendaki. Oleh karena itu perl bibimbingan yang bijaksana dan keteladanan yang
baik dari para pemimpin negara dan pengash dunia universitas, untk mengarahkan
para mahasiswa kearah kegiatan-kegiatan yang produktif, ilmiah dan konstruktif diera
pembangunan sekarang dan dimasa-masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, kartini. 2016. Pemimpin dan kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai