DI SUSUN OLEH :
Akan tetapi dengan dilaksanakannya ISD sebagai Mata Kuliah Dasar Umum disetiap
perguruan tinggi negeri khususnya, tidak berarti pengantar-pengartar ilmu sosial harus
hilang dari kurikulum perguruan tinggi. Pengantar-pengantar ilmu-ilmu sosial haus
dipertahankan, sebab ia mempunyai misi memberikan pengetahuan teoritis ilmiah pada
ilmu tertentu yag bersifat subject-oriented. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu dan ilmu-ilmu sosial dasar tidak terdapat perbedaan
yang prinsipil sepanjang yang menyangkut konsep-konsep dasar atau pengetahuan dasar
ilmu-ilmu sosial. Perbedaan itu terjadi pada pendekatan bidang studinya saja, di mana
ilmu-ilmu sosial dasar bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial yang
terintegritas. Dilain pihak, pengantar-pengantar ilmu-ilmu sosial disajikan secara subject
oriented dalam rangka pendalaman ilmu-ilmu sosial itu secara teoritis, yang menyangkut
ruang lingkup, metode dan sistematikanya. Latar belakang diberikannya Ilmu Sosial
Dasar dimulai banyaknya kritik-kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan dipeguruan
tinggi oleh sejumlah cendikiawan terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan.
Mereka menganggap sistem pendidikan yang tengah berlangsung saat ini, berbau kolonial
dan masih merupakan warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda, yaitu kelanjutan
dari «politik balas budi» yang dianjurkan oleh Conrad Theodore Van Devender, bertujuan
menghasilkan tenaga-tenaga trampil untuk menjadi «tukang-tukang» yang mengisi
birokrasi mereka dibidang administrasi, pedagang, teknik, dan keahlian lain dalam tujuan
eksploitasi kekayaan negara. Kita telah mengetahui bahwa sumber semua ilmu
pengetahuan adalah filsafat. Baik ilmu ilmu alam maupun ilmu ilmu sosial, bila ditilik
dari perkembanganya, bermula dari ilmu filsafat. Dari filsafat itu kemudian lahirlah tiga
cabang ilmu pengetahuan yaitu : Natural Sciences , meliputi : fisika, kimia, astronomi,
biologi, botani dan lain lain. Sosial Sciences , sosiologi, ekonomi, politik, antropologi,
sejarah, psikologi geografi, dan lain-lain.Humanitas meliputi: bahasa, agama,
kekusastraan, kesenian, dan lain-lain.
Ilmu-ilmu sosial berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dalam era
pembangunan khususnya di Indonesia. Wujud perkembangan sosial di Indonesia setelah
bangsa Indonesia mendapat kemerdekaan. Kita telah mengetahui bahwa Pembangunan
Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, yang merata,
material dan spritual berdasarkan Pancasila. Bahwa hakikat Pembangunan Nasional
adalah pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia.
Dalam pengertian ini maka manusia bukan hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi
yang terpenting adalah bahwa manusia itu menjadi subyek pembangunan. Untuk itu perlu
dilakukan berbagai upaya sehingga manusia bukan merupakan beban pembangunan,
tetapi menjadikan manusia modal atau asset bagi pembangunan dalam jangka panjang,
yang ingin dicapai bukan hanya kuliatas teknis yang sangat diperlukan untuk mendukung
proses lepas-landas, melainkan juga kualitas lain yang memungkinkan seseorang
berkembang menjadi manusia utuh, yaitu manusia yang memiliki sikap hidup yang
selaras, serasi dan seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Namun upaya-upaya
pembangunan yang dilaksanakan pada saat ini khususnya pada negara-negara sedang
berkembang menghadapi tantangan yang berat. Studi-studi yang abad lalu relatif lebih
dibandingkan dengan abad 20, terutama akhir-akhir ini.
2. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Sifat-sifat yang dimiliki makhluk tersebut sebagai berikut. Dengan akal budi, manusia
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibanding dengan makhluk
yang lainnya. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal budi.manusia
mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam, memperbarui,
memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan
hidup manusia, baik dengan alam maupun manusia lainnya.
Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah peroses pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian
kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya
bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang.
Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebarannya unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat kemasyarakat
yang lain.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu,
kelompok sosial, dan masyarakat. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial. Yang dimaksud sugesti di
sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang
lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Bedanya ialah bahwa imitasi
orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
Adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Suatu keadaan
dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu
dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak
menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Gilin and Gilin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Disosiatif, mencakup persaingan yang
meliputi «contravention» dan pertentangan pertikain.
Akulturasi, Proses Social Terjadi Kerjasama Sehingga Menimbulkan Sebuah
Kebudayaan Yang Sama
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.
Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak
suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi
gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Pertentangan
adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk
mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat . Dalkam teorinya
yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society . Menurut Mead pada tahap pertama,
play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada
di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan
yang harus tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah
mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu
mampu mengambil peran generalized others. Diri yang berkembang melalui interaksi
dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Pada tahap ketiga
seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang
lain terhadapnya itu.
Bentuk-bentuk Sosialisasi
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar
hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama,
serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu
pluralitas, keragaman, dan multikultural. Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-
hal yang lebih dari satu . Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari
satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu,
konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Realitas
keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan
antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial,
oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman
yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai
kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang
beraneka ragam.
Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Keadaan positif dan negatif ini
adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-
hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin
dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki
sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan
salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya.
Oleh karena itu agar sains, teknologi dan seni dapatmemberikan pengaruh yang positif
bagi manusia dan budaya, maka sains, teknologi dan seni seharusnya mampu
mengkolaborasikan antara nilai-nilai empiris dengan nilai-nilai moral dan menyesuaikan
dengan nilai-nilai religius, keagamaan, dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Bahkan padakehidupan masyarakat purba atau pada zaman prasejarah sekalipun, tentunya
pada tingkatan yang sangat sederhanaatau primitif sekali. Kemudian, pada saat itu
manusia purba juga telah mengenal adanya sistem kepercayaan yang sekaligus
menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia purba, yakni
sebagaimana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan telapaktangan serta
lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-gua
tempat tinggal mereka.
Dalam sejarah perkembangannya, berbagai bentuk kemajuan sains, teknologi, dan seni
memiliki dampak tersendiri bagi kehidupan manusia baik itu yang bersifat positif
maupun negatif sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Dampak dari perkembangan
IPTEK tersebut memang perlu kita akui telah banyak mendatangkan kemakmuran di
bidang materi bagi kehidupan manusia. Pada dasarnya perkembangan
sains, teknologi, dan seni memberi arti tersendiri bagi kehidupan manusia. Manusia
sebagai makhluk Allah yang istimewa, ia diberi akal untuk mengelola dan mengolah
alam semesta ini sebagai tempat tinggal sekaligus tempat berbudaya. Dengan
demikian, kebudayaan pada dasarnya adalah segala bentuk hasil cipta, karsa, dan karya
manusia dalam mengatasi segala bentuk persoalan hidup yang sedang dihadapinya.
Manusia sebagai subjek selalu melakukan penelitian dan percobaan dalam bidang sains
dan menggunakan teknlogi dan seni yang maju untuk memperoleh penemuan-penemuan
baru untuk mengubah dunia, sedangkan manusia sebagai objek mudah tergiur dengan
hal-hal baru tersebut dengan minat yang tinggi menggunakan penemuan-penemuan baru
tersebut sehingga mempermudah proses pengubahan dunia.
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehatihatian dalam menerapkan dan memanfaatkan IPTEKS, yakni yang sesuai dengan
asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Namun demikian, pemanfaatan
Ipteks oleh manusia dapat pula berdampak buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup
manusia itu sendiri. Gejala negatif itu sebagai akibat dari penyalahgunaan dalam hal
pemanfaatannya, berlebihan dalam penggunaannya, ataupun tidak mempunyai manusia
dalam mengendalikan kekuatan teknologi itu sendiri. Bangsa Indonesia dari dulu sudah
menyadari akan pentingnya peranan ilmu pengetahuan teknologi dalam pembangunan.