Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN S DENGAN PENYAKIT SCABIES DI PANTI

JOMPO TRESNA WREDA GLENMOR

KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh :

MUHAMMAD FARID ARIFUL HADI

20020059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN INTERNATIONAL SCHOOL JEMBER

2021
LAPORAN PENDAHULUAN SCABIES

1.1 DEFINISI

Scabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes


scabiei. Pada penyakit ini terdapat keluhan gatal-gatal yang hebat karena kutu
tersebut menggali kulit dan membuat terowongan dalam kulit, khususnya diantara
jari-jari tangan, pada alat genitalia serta bokong. Skabies (the itch, gudik,
budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. homini dan produknya (Defka,2010).

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan


sensitisasi terhadap sarcoptes scabies dan produknya (Mansjoer, 2008). Seluruh
siklus hidup Sarcoptes Scabies mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari yang jantan mati setelah kopulasi yang
betina menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur. Setelah 3-5 hari
menetas menjadi larva dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa berkaki 8 (jantan
dan betina) waktu yang diperlukan sejak menetasnya telur sampai menjadi
bentuk dewasa adalah 7-8 hari, diluar tubuh penderita parasit hanya dapat
hidup selama 2-3 hari pada suhu kamar. Perkembangan skabies dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: keadaan sosial ekonomi yang rendah, hygiene
perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, sering berganti
pasangan seksual, minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
skabies, kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya (MansjoerA, 2008).

Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada


manusia adalah sebagai berikut :

1. Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang


dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur.

2. Skabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak
dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul
terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat- tempat kontak, dan akan
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.

4. Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang


sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat
menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga
satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.

5. Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat


menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada.
Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respons imun selular.

6. Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis


dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.

7. Skabies krustosa (Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran


eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku.
Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes
scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi
sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini
sering salah didiagnosis, kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan
setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering
terdapat orang tua dan orang yang menderita retardasi mental ( Down’s
syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes
dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes),
dan penderita imunosupresif (Emier, 2007).
1.2 ETIOLOGI

Penyebabnya adalah Sarcoptes Scabies

1) Klasifikasi

Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo


Akrarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies
Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.

2) Kebiasaan Hidup

Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku,
pergelangan tangan, bahu dan

daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak
tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang ku tu tersebut
(Republika on-line, 26-12-2009).

3) Siklus Hidup

Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan


mati setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai
menggali terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari
mencapai 40-50. Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya.
Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki,
2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki
kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-
350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro.
Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari (Juanda, 2007). Kurang lebih 10% telur yang dapat
menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan penyakitnya.
1.3 PATOFISIOLOGI

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,


tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman
atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Handoko, 2008).
I.4. Pathway

Agen transmitter
Sacoptes scabies

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Membentuk kankuli
(terowongan) di sela jari, Gangguan body
tangan, siku, pergelangan image
tangan dandll

Sensivitas terhadap sekret

Timbul papul, urikel, urtika

Timbul
Timbul rasa
rasa gatal
gatal Gangguan pola tidur

Timbul keinginan
untuk menggaruk

Kerusakan Ulkus, erosi,


integritas ekkovarasi
kulit
Resiko infeksi
1.5. MANIFESTASI KLINIS

1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan


karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.

2) Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam


sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa ( carrier).

3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang


bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).Tempatpredileksinya biasan ya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
k aki.

4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat


ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

5) Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali, 2007).

6) Erupsi kulit tergantung pada derajat sensitasi, lama infestasi,hygiene


perorangan, dan pengobatan sebelumn ya, erupsi kulit. Batognoma tik
berupa terowongan h alu dengan ukuran 0,3-0,5 milimeter, sedikit
meninggi, berkelok-kelok, putih keabuan dengan panjang 10 milimeter
sampai 3 centimeter dan bergelombang (Goldstain, 2009).

1.6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni


shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT ( Diclhoro Diphenyl
Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang
mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic
pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama
10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang
karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi
pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit
menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada
daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies
(Sadana, 2007). Selain itu, obat tradisional juga berkhasiat dalam
menangani pengobatan Skabies. Misalnya, khasiat tanaman obat
permot ( Passiflora foeltida) melalui aplikasi secara topical atau dengan
menggosok-gosokkan pada kulit yang terserang skabies, mengakibatkan
terjadinya pembesaran pori-pori kulit, sehingga bahan aktif yang
terkandung dalam tanaman permot akan diabsorbsi ke dalam kulit dan
beraktivitas terhadap tungau. Diduga khasiat yang memberikan
pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabiei adalah asam hidrosianat
dan alkaloid (Ken, 2007 & Wijayakusuma, 2008).

1.7. KOMPLIKASI

Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan,


dapat timbul:

1) Dermatitis akibat garukan

2) Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis,


folikulitis, dan furunkel.
3) Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies
dapat menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.

4) Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat


antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian
yang terlalu sering.

1.8..ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,


status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan
dan diagnosa medis.

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan saat didata.

Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat
gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan
erosi.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine yang
buruk)

3) Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi hubungan dengan
masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang
diderita.
d. Data biologis

1) Nutrisi

Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.

2) Istirahat tidur

Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita

3) Eliminasi

Pola eliminasi teratur.

4) Personal hygnies.

Personal hygnies klien buruk.

5) Pola aktifitas.

Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum:

2) Kesadaran:

3) Kulit:

4) Turgor kulit

5) Badan:

1.9. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak


baik.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas/gatal.


4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Carpenito, Linda Juall. 2008. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Elizabeth J, Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.

Indriani.2011.AsuhanKeperawatanpadaScabies.http://nersnovriadi.blogspot.com/2012/0

pedikulodis-dan-skabies.html

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definition and Classification. Oxford: Wiley-


Blackwell.

NIC. 2012. Nursing Intervention Classification. Mosby: Elsevier

8.NOC. 2012. Nursing Outcomes Classification. Mosby: Elsevie

Anda mungkin juga menyukai