1.1 PENGERTIAN
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
& meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Guyton, 2007). Pneumonia
merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru yg umumnya terjadi pada
anak. (Alexander Dicky, 2017). Pneumonia ialah suatu peradangan yg mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Kaunang, 2016). Bronkopneumonia adalah peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing
(Kaunang, 2016). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang
menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Lestari Dwi, 2016). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Lestari
Dwi, 2016).
1.2 ETIOLOGI
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti diplococus
pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus influenza,
basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh
virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan
disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas,
blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia dan
aspirasi benda asing (Maramis, 2013).
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,
protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Maramis, 2013) antara
lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae.
b. Pemeriksaan sputum
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
1.7 DIAGNOSA BANDING
A. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk
(00031)
B. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan
paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun,
sesak nafas (00030)
C. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas
(00007)
1.8 KOMPLIKASI
a. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.
b. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna.
c. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yg
mengalami peradangan.
d. Meningitis : peradangan pada selaput otak.
e. Endokarditis : peradangan pada endokardium.
1.9 PENATALAKSANAAN
b. Keluhan utama
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung).
Dada :
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas
bawah. Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Keletihan.
Gelisah/
insomnia.
1.1.3 PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
1 Ketidak Setelah Manajemen a. Member
efektifan dilakukan Jalan Nafas informasi tentang
bersihan jalan asuhan (3140) : pola pernafasan
nafas keperawatan a. Observasi pasien, tekanan
berhubungan selama (…x…) TTV darah, nadi, suhu
dengan diharapkan terutama pasien.
peningkatan jalan nafas respiratory b. Crekcels, ronkhi
produksi pasien efektif rate dan mengi dapat
sputum ditandai dengan Kriteria b. Auskultasi terdengar saat
dengan adanya hasil : jalan area dada inspirasi dan
ronchi, dan nafas paten, atau paru, ekspirasi pada
ketidakefektifan tidak ada bunyi catat hasil tempat
batuk. nafas pemeriksaan konsolidasi
Kode diagnosa : tambahan, c. Latih pasien sputum
00031 tidak sesak, RR batuk efektif c. Memudahkan
normal (35- dan nafas bersihan jalan
40x/menit), dalam nafas dan
tidak ada d. Lakukan ekspansi
penggunaan suction sesuai maksimum paru
otot bantu indikasi d. Mengeluarkan
nafas, tidak ada e. Memberi sputum pada
pernafasan posisi pasien tidak sadar
cuping hidung semifowler atau tidak mampu
atau supinasi batuk efektif
dengan elevasi e. Meningkatkan
kepala ekspansi paru
f. Anjurkan f. Air hangat dapat
pasien minum memudahkan
air hangat pengeluaran
secret
Kolaborasi :
g. Memudahkan
pengenceran dan
g. Bantu
pembuangan
mengawasi
secret
efek
h. Proses
pengobatan
medikamentosa
nebulizer dan
dan membantu
fisioterapi
mengurangi
nafas lainnya.
bronkospasme
h. Berikan obat
sesuai indikasi, i. Mengurangi
seperti distress respirasi
mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator,
analgesic
i. Berikan
O2 lembab
sesuai indikasi
2 Gangguan Setelah Monitor a. Memberi informasi
pertukaran dilakukan Pernafasan tentang pernapasan
gas asuhan (3350) pasien.
berhubungan (..x..) a. Kaji frekuensi, b. Kebiruan
dengan diharapkan kedalaman, menunjukkan
proses infeksi ventilasi kemudahan sianosis.
pada jaringan pasien tidak bernapas c. Untuk membuat
paru terganggu pasien. pasien lebih
(perubahan dengan b. Observasi nyaman.
membrane Kriteria warna kulit, d. Meningkatkan
alveoli) Hasil : GDA membran inspirasi dan
ditandai dalam mukosa bibir. pengeluaran
dengan rentang c. Berikan sekret.
sianosis, normal lingkungan e. Mencegah terlalu
PaO2 ( PO2 = 80 – sejuk, nyaman, letih.
menurun, 100 mmHg, ventilasi cukup. f. Mengevaluasi proses
sesak nafas PCO2 = 35 – d. Tinggikan penyakit dan
Kode 45 mmHg, kepala, anjurkan mengurangi distres
diagnosa : pH = 7,35 – napas dalam respirasi.
00030 7,45, dan batuk
SaO2 = 95 – efektif.
99 e. Pertahankan
%), tidak ada istirahat
sianosis, pasien tidur.
tidak sesak dan f. Kolaborasikan
rileks. pemberian
oksigen dan
pemeriksaan
lab (GDA)
Guyton, A. C., & Hall,J. E.(2007).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta:EGC
Maramis, Paraitha Anjanata, Amatus Yudi Ismanto, & Abram Babakal.(2013). Hubungan
Tingkat Pendidikandan Pengetahuan Ibu Tentang Ispa Dengan Kemampuan Ibu
Merawat Balita Ispa Pada Balita di Puskesmas Bahu Kota Manado.E-jurnal
keperawatan volume 1 hal 5