Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN SCABIES

A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit
yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan
produknya (Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat melalui
kontak langsung (kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual) dan tidak langsung (melalui benda, misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Mansjoer et al., 2009).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei,
hal ini menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam
epidermis sehingga menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita
(Soedarto 1992 dalam Loetfia 2012)
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang
disebabkan oleh masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei
var homonis ternasuk ordo acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes
(Handoko, dalam Maulina 2016:18)
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi tungau ini
mudah menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak
fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini
ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan
sering menular diantara orang orang yang tidur bersama. Kadang tungau
ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda lainnya yang digunakan
secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan pencucian biasa
bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan
dibawah lapisan kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam lubang.
Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva), infeksi
menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi
terhadap tungau (Levere, 2013).

1
Penyebab penyakit skabies adalah seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis
yang berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan
bagan punggung lebih lonjong dibandingkan perut, yang betina berukuran
300-350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron.
Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki
depan dan 2 pasang kaki belakang (Iskandar, 2010).
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina
yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yanag dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2010).

Gambar 1. Sarcoptes Scabei


3. Klasifikasi
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia
adalah sebagai berikut (Stone, 2003, dalam Sunaryanto, 2009).
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit
lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.
Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah.
e. Skabies pada orang tua
Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan karena
sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal yang dirasakan
mungkin akan diarahkan penyebabnya ke senile pruritus, xerosis, obat, dan
penyebab psikis lainnya.
f. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,
lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda
dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies norwegia terjadi akibat
defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah
g. Skabies pada penderita HIV/AIDS
Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies papular
atipikal. Karena manifestasi klinisnya yang atipikal tersebut maka sering
sekali mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan meningkatkan resiko
penyebaran ke sekitarnya.
h. Skabies di daerah kulit kepala
Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika seandainya
terjadi maka akan menyertai atau memicu terjadinya dermatitis seborrhoik.
Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua,
penderita AIDS, dan pasien dengan dermatomiositis.
i. Skabies bullosa
Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-anak, namun
sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada orang
dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan pemphigoid bullosa

4. Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu tuma
sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang
telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti
melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian kutu betina akan
menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya membentuk terowongan
didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai
mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa
dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup
kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak
banyak mengandung folikel pilosebasea (Corwin, 2011).
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi
imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Adanya
alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi,
yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor
di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi
tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,maka alergen akan
berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau
basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan
pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder seperti histamine,
bradikinin dan serotonin. Pelepasan mediator inflamasi ini akan menimbulkan
berbagai gejala terutama gatal, edema local, adanya vesikel, dan eritema.
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota
keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan (Mansjoer, 2009)
Infestasi pertama skabies akan menimbulkan gejala klinis setelah satu
bulan kemudian. Tetapi yang telah mengalami infestasi sebelumnya, gejala
klinis dapat timbul dalam waktu 24 jam. Hal ini terjadi karena pada infestasi
ulang telah ada sensitisasi dalam tubuh pasien terhadap tungau dan produknya
yang antigen dan mendapat respons dari sistem imun tubuh (Sudirman, 2011)
a. Pathway
Sarcoptes scabiei var.
hominis betina

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Kontak kulit dg kulit Melalui benda

Misal berjabat tangan, tidur Misal pakaian, handuk,


bersama, hub. seksual dsb sprei, bantal, sprei, dsb

Tungau berada di permukaan kulit

Masuk ke dalam stratum korneum

Membentuk kanali kulit (terowongan


lurus/berkelok)

Tungau mengeluarkan cairan

Reaksi sensitisasi oleh tubuh

Lesi pada kulit Pruritus (gatal-gatal) Nyeri Akut

Papul, vesikel, Garukan


Pruritus nokturnal
dan urtika

Erosi, eksoriasi atau Gangguan Pola


Gangguan Citra krusta Tidur
Tubuh

Terbentuknya luka

Kerusakan Port de entre


Integritas Kulit

Resiko infeksi
sekunder

Sumber : Nurarif, 2015 Resiko Infeksi


b. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat
ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau
menemukan tanda kardinal ke-4 menurut Djuanda (2010) sebagai berikut :
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun
mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).
2) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
3) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
c. Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Syarat obat yang
ideal menurut Mansjoer (2009) adalah sebagai berikut :
1) Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
a) Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
b) Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
c) Mudah diperoleh dan harganya murah.
2) Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien sebagai berikut :
a) Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
b) Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai
Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,
karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
c) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
d) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
3) Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal
dapat diberikan antihistamin per oral. Karena sifatnya yang sangat mudah
menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena skabies,
sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan
air panas (Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009)

B. Gangguan Integritas Jaringan

1. Definisi
Gangguan integritas jaringan menurut SDKI 2017 adalah keadaan
kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligament)
(PPNI, 2017).
Gangguan intergritas jaringan adalah ketika individu mengalami atau
beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Kerusakan
Integritas Kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Herdman Dan
Kamitsuru,2015).
Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringann dan/atau
lapisan kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit meliputi tendon, otot,
tulang, atau persendian serta membrane mukosa, kornea, dan fasia (Tarwoto,
Wartonah, 2012).

2. Batasan Karakteristik
Menurut Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017) batasan
karakteristik pada masalah keperawatan gangguan integritas kulit yaitu :
a. Data Mayor
Kerusakan jaringan dan / lapisan kulit
b. Data Minor
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
Menurut Herdman dan kamitsuru (2015) batasan karakteristik diagnosa
keperawatan gangguan integritas jaringan dalam daftar diagnose nanda yaitu :
a. Data Mayor
1) Kerusakan jaringan
2) Cedera jaringan
b. Data Minor
1) Gangguan permukaan kulit (epidermis)
2) Invasi struktur tubuh
3) Hiperemi (kemerahan)
4) Nyeri
5) Gangguan sensasi
3. Faktor yang berhubungan
Menurut Prabowo (2010) faktor berhubungan dengan gangguan
intergritas kulit :
a. Eksternal :
Hipertermia atau hipotermia , substansi kimia atau kelembapan
udara ,faktor mekanik (misalnya :alat yang menimbulkan luka, tekanan,
restrain), imobilisasai fisik, radiasi, usia yang ekstrim, kelembaban kulit,
obat –obatan .
b. Internal
Perubahan status metabolik, tulang menonjol, defisit imunologi, faktor
yang berhubungan dengan pengembangan, perubahan status nutrisi
(obesitas, kerusakan), perubahan status cairan, perubahan pigmentasi,
perubahan sirkulasi, perubahan turgor (elastis kulit )

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan


1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu menilai informasi yang dihasilkan dari


pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal respon pasien
yang didasarkan pada banyak faktor yang nantinya akan digunakan sebagai
pertimbangan dalam kaitannya dengan diagnosis yang berkokus pada masalah
atau risiko. Pengkajian dilakukan dengan dua tahap yaitu pengumpulan data
(informasi subjektif dan objektif) dan peninjauan informasi riwayat pasien
pada rekam medik (Herdman Dan Kamitsuru, 2015). Pengkajian keperawatan
gangguan integritas jaringan pada penderita scabies yaitu :
1) Identitas pasien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan
diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat
gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan
erosi.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine
yang buruk)
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
4) Pola Fungsional Gordon
a) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang
dan malam)
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola Aktivitas/Olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola Istirahat/Tidur
Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya akibat
rasa gatal pada malam hari
f) Pola Kognitif/Persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri: Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
i) Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
j) Pola Koping-Toleransi Stres
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan
orang-orang terdekat.
k) Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang
yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami baik secara aktual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi berbagai respon pasien baik individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berakaitan dengan kesehatan. Diagnosa
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis
positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sakit
atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini
mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,
pemulihan, dan pencegahan. Diagnosis negatif terdiri atas diagnosis aktual
dan diagnosis risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien
dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi sehat atau optimal. Diagnosa
positif terdiri dari promosi kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan sesuai dengan acuan SDKI
yaitu
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (garukan:
erosi, eksoriasi atau krusta)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus nokturnal
c. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi pada kulit

3. Rencana Asuhan atau Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan intervensi


pendukung. Intervensi utama dari diagnosa keperawatan gangguan integritas
jaringan adalah perawatan integritas kulit dan perawatan luka. Intervensi
pendukung diantaranya dukungan perawatan diri, edukasi perawatan diri,
edukasi perawatan kulit, edukasi perilaku upaya kesehatan, edukasi pola
perilaku keberihan, edukasi program pengobatan, konsultasi, latihan rentang
gerak, manajemen nyeri, pelaporan status kesehatan, pemberian obat,
pemberian obat intradermal, pemberian obat intramuskular, pemberian obat
intravena, pemberian obat kulit, pemberian obat topikal, penjahitan luka,
perawatan area insisi, perawatan imobilisasi, perawatan kuku, perawatan skin
graft, teknik latihan penguatan otot dan sendi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau pesepsi pasien keluarga
atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari
indikator-indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis
luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan) dan luaran negatif
(perlu diturunkan) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Adapun komponen luaran keperawatan diantaranya label (nama luaran
keperawatan berupa kata-kata lunci informasi luaran), ekspektasi (penilaian
terhadap hasil yang diharapkan, meningkat, menurun, atau membaik), kriteria
hasil (karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur, dijadikan sebagai
dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi, menggunakan skor 1-3 pada
pendokumentasian computer-based). Ekspektasi luaran keperawatan terdiri
dari ekspektasi meningkat yang artinya bertambah baik dalam ukuran, jumlah,
maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya berkurang baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, membaik artinya menimbulkan efek
yang lebih baik, adekuat, atau efektif (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)
Tabel 1
Perencanaan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus

Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)


Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI)

Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit


jaringan berhubungan intervensi Observasi
dengan neuropati keperawatan selama 3 1. Identifikasi penyebab
perifer ditandai dengan x 24 jam, maka gangguan integritas kulit
kerusakan jaringan Integritas Jaringan (misalnya perubahan
dan/atau lapisan kulit, meningkat dengan sirkulasi, perubahan status
nyeri, perdarahan, kriteria hasil: nutrisi, penurunan
kemerahan, dan a. Kerusakan kelembaban, suhu
hematoma. integritas jaringan lingkungan ekstrim,
menurun penurunan mobilitas)
b. Nyeri menurun
c. Perdarahan Terapeutik
menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam
d. Kemerahan jika tirah baring
menurun 2. Lakukan pemijatan pada
e. Hematoma area penonjolan tulang, jika
menurun perlu
3. Gunakan produk berbahan
petroleum dan minyak pada
kulit kering
4. Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering

Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (misalnya lotion
serum)
2. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
Perawatan Luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(misalnya drainase, warna,
ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
3. Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
5. Bersihkan jaringan nekrotik
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahankan teknik steriil saat
melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Gangguan Pola Tujuan : Dukungan Tidur
Tidur Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan  Identifikasi pola aktivitas
selama 3 x 24 jam dan tidur
dharapkan pola tidur  Identifikasi faktor
membaik pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
Kriteria Hasil :  Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
2. Keluhan sering makanan mendekati waktu
terjaga menurun tidur, minum banyak air
3. Keluhan tidur tidak sebelum tidur)
puas menurun  Identifikasi obat tidur yang
4. Keluhan pola tidur dikonsumsi
berubah menurun
5. Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
Gangguan Pola Terapeutik:
Tidur  Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
psikologis:gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Resiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
Setelah dilakukan 1. Observasi
tindakan keperawatan :
3x24 jam derajat Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun atau infeksi loka l dan sistemik
tidak terjadi infeksi.
2. Terapeuti
k
Kriteria Hasil :
a. Berikan perawatan
1. Tidak terjadinya
kulit pada daerah luka
tanda-tanda infeksi
atau edema
seperti :
a. Demam b. Cuci tangan sebelum
menurun dan sesudah kontak
b. Kemerahan dengan pasien dan
tidak ada lingkungan pasien
c. Nyeri menurun c. Pertahankan teknik
d. Bengkak aseptic pada pasien
menurun berisiko tinggi
e. Kadar sel darah 3. Edukasi :
putih membaik a. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b. Ajarkan cara
memeriksa luka
c. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
d. Anjurkan
meningkatkan asupan

4. Pelaksanaaan (Implementasi)
Pada proses keperawatan, pelaksanaan atau implementasi adalah fase
ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan (Kozier, Erb, Berman, & Synder,
2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Setelah
melakukan implementasi, perawat mencatat tindakan keperawatam dan respon
pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al., 2011).
5. Evaluasi
Menurut Purwanto (2016) Evaluasi merupakan tahap terakhir dari
proses keperawatan, kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang
telah di capai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan di harapkan
dalam perencanaan.
Evaluasi keperawatan pada pasien gangguan integritas jaringan
dilakukan untuk meningkatkan integritas jaringan. Dalam perumusan evaluasi
keperawatan menggunakan empat komponen yang dikenal dengan SOAP,
yaitu S (Subjektive) merupakan data informasi berupa ungkapan pernyataan
keluhan pasien, O (Objective) merupakan data hasil pengamatan, penilaian
dan pemeriksaan, A (Assesment) merupakan perbandingan antara data
subjective dan data objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian akan
diambil sebuah kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi, dan P (Planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang
akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Dinarti, Aryani,
Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013). Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menetukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil: perilaku sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang di tetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagaian: pasien menunjuakan prilaku tetapi tidak sebaiknya
yang di tentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukan prilaku
yang di harapkan sesuai dengan pernyataan tujuan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SCABIES

A. Pola Kesehatan Fungsional


1. Identitas Pasien

Nama : An. A
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Mojosari
Agama : Islam
Nama Orangtua : Tn . S
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SLTA
Status : Kawin
Pekerjaan : Sopir
Tgl. Pengkajian : 20-02-2021
Jam : 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Scabies

2. Pola Persepsi Kesehatan Fungsional


a. Keluhan Utama
Gatal-gatal disela-sela jarin tangan dan kaki hingga keluar nanah atau pus
sudah 3 hari yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ayah pasien mengatakan bahwa sudah sejak 3 hari yang lalu di sela-sela
jari tangan dan kaki anaknya gatal dan keluar nanah, sudah diberkan obat
salep tetapi tidak kunjung sembuh, sehingga pada tanggal 20 -02 -2021
puku 08.00 WIB oleh keluarga di bawa ke Poli Umum Puskesmas
Mojosari untuk mendapatkan pemeriksaan.
c. Riwayat Perkembangan Yang Lalu
1) Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan 1 x 1 bulan ke bidan. Ibu klien tidak ada mengkonsumsi
obat-obatan saat hamil.
2) Natal
Ibu klien melahirkan klien secara normal di bidan, usia kehamilan saat
lahir 9 bulan 15 hari. Berat Badan 3 Kg, Panjang Badan 47 cm.
3) Postnatal
Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami perdarahan,
ASI ibu dapat keluar dan banyak
4) Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap sejak usia 9 bulan
5) Pernahkah anak menderita penyakit seperti saat ini ? Upaya yang
dilakukan
Ayah pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah mengalami
penyakit yang sama atau juga penyakit lain
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit turunan atau menahun seperti TBC, Hipertensi atau diabetes
mellitus.
e. Pola Persepsi Kesehatan
Ayah pasien mengatakan ketika sakit keluarga akan berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat seperti bidan atau puskesmas
f. Pola Nutrisi
Ayah pasien mengatakan bahwa klien makan 3 x sehari dengan komposisi
nasi, lauk dan sayur. Saat sakit pola makan pasien tidak berubah.
g. Pola aktivitas
0-3 Bulan Ibu klien mengatakan klien mulai menendang
dengan kaki dan menggerakakan lengannya
Klien mulai suka mengamati wajah-wajah orang
disekitarnya
4-6 Bulan Ibu klien mengatakan bahwa pasien sudah mulai
tengkurap dan berguling-guling
Klien mulai senang memasukkan jari tangan ke
mulutnya
7-9 Bulan Ibu klien mengatakan klien mulai belajar
merangkak, dan mampu untuk memegang benda-
benda kecil
10-12 Bulan Ibu mengatakan klien mulai belajar berdiri dan
berjalan beberapa langkah sambil berpegangan
klien mampu mengucapkan kata mama dan papa
12-14 Bulan Ibu Klien mengatakan klien mampu berdiri dan
berjalan beberapa langkah tanpa bantuan serta
klien mampu menaiki tangga tanpa pegangan

Tumbuh Kembang Perkembangan


Motorik Kasar Normal, anak mampu berdiri dengan
dipegangi orang tua
Motorik Halus Normal dibuktikan anak mampu mencorat-
coret di atas kertas
Personal Social Normal dibuktikan dengan anak mampu
mengenali wajah ayah, mama dan saudaranya
Bahasa Normal dibuktikan dengan anak mampu
menyebutkan mama papa
Kesimpulan Perkembangan anak dalam batas normal

h. Pola Istirahat tidur


Ayah klien mengatakan bahwa klien tidur kurang lebih 11 jam sehari dan
saat saki klien sering terbangun dari tidurnya karena terasa gatal dan tidak
bisa tidur kembali kecuali di gendong oleh ayah atau ibunya
i. Pola Koping dan toleransi stress
Ayah pasien mengatakan selalu mendiskusikan dengan keluarga setiap ada
peramasalahan untuk menentukan jalan keluarnya

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S : 37,7 OC
N : 104 x/mnt
RR : 30 x/mnt
4. BB : 8,2 Kg
5. TB : 87 cm
6. Kepala
Bentuk kepala normal, Rambut klien tampak hitam, rambut klien
berminyak dan lepek, tidak ada ketombe, tidak ada kutu
mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, tidak ada gangguan penglihatan.
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,.
Hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip.
Mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi rapi, tidak ada caries, lidah bersih
faring dan laring normal tidak ada. pembengkakan tidak ada kelainan.
7. Dada
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak tampak adanya retraksi
dinding dada traktil fremitus sama, tidak ada oedem, Suara nafas:
Vesikuler tambahan ronkhi (-) / wheezing (-) dan pola nafas normal , irama
jantung teratur,
8. Pungung
Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada punggung
9. Abdomen
Perut klien tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada acites, bising usus
12x/menit, suara perut saat perkusi timpani
10. Extremitas
Pergerakan bebas ekstermitas atas dan bawah, tampak terdapat kemerahan
dan pruritus pada sela-sela jari dan juga sebagian sudah tampak muncul
pus

C. Terapi
Benxyl benzoat salep
Dexametason 2 x 50 mg ,
Amoxilin 3x 125 mg
D. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : ayah klien Tungau masuk ke Gangguan integrits
mengatakan anaknya dalam stratum jaringan
merasa gatal di sela- korneum
sela jari dan keluar ↓
nanah Reaksi sensitisasi
oleh tubuh
DO : ↓
- Anak rewel Pruritus
- Sering menggaruk ↓
sela-sela jari Terbentuk luka
- Tampak pruritus pada ↓
sela-sela jari tangan Gangguan
dan kaki integritas jaringan
- Tampak keluar nanah
Ds : Tungau masuk ke Gangguan Pola tidur
Ayah klien mengatakan dalam stratum
bahwa klien sering korneum
terbangun dan menangis ↓
karena gatal dan tidak bisa Reaksi sensitisasi
tidur kembali oleh tubuh

DO : Pruritus
Klien sering menguap ↓
Klien rewel Gatal-gatal
Sering menangis ↓
Gangguan Pola tidur
D0 : Tungau masuk ke Resiko infeksi
Adanya luka dalam stratum
Adanya pus atau nanah korneum

Reaksi sensitisasi
oleh tubuh

Pruritus

Terbentuk luka

Port De entre

Resiko Infeksi
E. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya pruritus dan
luka
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pruritus dan luka
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI)

Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit


jaringan berhubungan intervensi Observasi
dengan neuropati keperawatan selama 3 1. Identifikasi penyebab
perifer ditandai dengan x 24 jam, maka gangguan integritas kulit
kerusakan jaringan Integritas Jaringan (misalnya perubahan
dan/atau lapisan kulit, meningkat dengan sirkulasi, perubahan status
nyeri, perdarahan, kriteria hasil: nutrisi, penurunan
kemerahan, dan a. Kerusakan kelembaban, suhu
hematoma. integritas jaringan lingkungan ekstrim,
menurun penurunan mobilitas)
b. Nyeri menurun
c. Perdarahan Terapeutik
menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam
d. Kemerahan jika tirah baring
menurun 2. Lakukan pemijatan
e. Hematoma pada area penonjolan
menurun tulang, jika perlu
3. Gunakan produk
berbahan petroleum
dan minyak pada kulit
kering
4. Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering

Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (misalnya lotion
serum)
2. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
Perawatan Luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(misalnya drainase, warna,
ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
3. Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
5. Bersihkan jaringan nekrotik
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahankan teknik steriil saat
melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Gangguan Pola Tujuan : Dukungan Tidur
Tidur Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan  Identifikasi pola aktivitas
selama 3 x 24 jam dan tidur
dharapkan pola tidur  Identifikasi faktor
membaik pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
Kriteria Hasil :  Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
2. Keluhan sering makanan mendekati waktu
terjaga menurun tidur, minum banyak air
3. Keluhan tidur tidak sebelum tidur)
puas menurun  Identifikasi obat tidur
4. Keluhan pola tidur yang dikonsumsi
berubah menurun
5. Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
Gangguan Pola Terapeutik:
Tidur  Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur
rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis:gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Resiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
Setelah dilakukan 1.
Observasi :
tindakan keperawatan Monitor tanda dan gejala
3x24 jam derajat infeksi loka l dan sistemik
infeksi menurun atau
2.
Terapeutik
tidak terjadi infeksi.
a. Berikan perawatan kulit
pada daerah luka atau
Kriteria Hasil :
edema
Tidak terjadinya tanda-
tanda infeksi seperti : b. Cuci tangan sebelum dan
 Demam menurun sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
 Kemerahan tidak
pasien
ada
 Nyeri menurun c. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
 Bengkak menurun
 Kadar sel darah 3. Edukasi :
putih membaik a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara memeriksa
luka
c. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
d. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
G. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tgl 21 Februari TTD Tgl 22 Februari TTD Tgl 23 Februari TTD
Keperawatan 2021 2021 2021

Gangguan Jam 08.00 WIB Jam 08.00 WIB Jam 08.00 WIB
integritas 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV
jaringan S : 37,5 OC S : 37, 2OC S : 36,9 OC
N : 104 x/mnt N : 110 x/mnt N : 110 x/mnt
RR : 30 x/mnt RR : 30 x/mnt RR : 28 x/mnt
2. Mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi
penyebab penyebab penyebab
terjadinya terjadinya terjadinya
kerusakan kerusakan kerusakan
integritas kulit integritas kulit integritas kulit
R : Ayah klien R : Ayah klien R : Ayah klien
bersedia bersedia bersedia
menjelaskan awal menjelaskan menjelaskan awal
terkena scabies awal terkena terkena scabies
3. Mengoleskan scabies 3. Mengoleskan
salep pereda gatal 3. Mengoleskan salep pereda gatal
di sekitar luka salep pereda di sekitar luka
R : Ayah klien gatal di sekitar R : Ayah klien
bersedia anaknya luka bersedia anaknya
diolesi salep R : Ayah klien diolesi salep
pereda gatal bersedia anaknya pereda gatal
4. Menganjurkan diolesi salep 4. Menganjurkan
pada keluarga pereda gatal pada keluarga
untuk 4. Menganjurkan untuk

32
memandikan pada keluarga memandikan
dengan bersih untuk dengan bersih
R : Keluarga memandikan R : Keluarga
memahami dan dengan bersih memahami dan
bersedia R : Keluarga bersedia
melakukan memahami dan melakukan
anjuran petugas bersedia anjuran petugas
5. Menganjurkan melakukan 5. Menganjurkan
pada keluarga anjuran petugas pada keluarga
untuk 5. Menganjurkan untuk
memberikan salep pada keluarga memberikan
sesuai petunjuk: untuk salep sesuai
R : Keluarga memberikan petunjuk
memahami dan salep sesuai R : Keluarga
bersedia untuk petunjuk memahami dan
melakukan R : Keluarga bersedia untuk
anjuran petugas memahami dan melakukan
6. Memberikan obat bersedia untuk anjuran petugas
pada pasien : melakukan 6. Memberikan obat
Amoxicilin 1 anjuran petugas pada pasien :
x125 mg 6. Memberikan Amoxicilin 1
Dexametason 1 x obat pada x125 mg
50 mg pasien : Dexametason 1 x
Amoxicilin 1 50 mg
x125 mg
Dexametason 1 x
50 mg
Gangguan 1. Menganjurkan 1. Menganjurkan 1. Menganjurkan
Pola tidur pada keluarga pada keluarga pada keluarga
untuk menjaga untuk menjaga untuk menjaga
kondisi kondisi kondisi
lingkungan tetap lingkungan tetap lingkungan tetap
tenang agar tenang agar tenang agar
pasien bisa tidur pasien bisa tidur pasien bisa tidur
R : Keluarga R : Keluarga R : Keluarga
memahami dan memahami dan memahami dan
bersedia untuk bersedia untuk bersedia untuk
melakukan melakukan melakukan
anjuran petugas anjuran petugas anjuran petugas
2. Menganjurkan 2. Menganjurkan 2. Menganjurkan
pada keluarga pada keluarga pada keluarga
untuk untuk untuk
memberikan salep memberikan memberikan salep
pereda gatal salep pereda pereda gatal
sebelum tidur gatal sebelum sebelum tidur
R : Keluarga tidur R : Keluarga
memahami dan R : Keluarga memahami dan
bersedia untuk memahami dan bersedia untuk
mengolesi salpe bersedia untuk mengolesi salpe
pereda gatal mengolesi salpe pereda gatal
sebelum tidur pereda gatal sebelum tidur
sebelum tidur
Resiko infeksi 1. Mengobservasi 1. Mengobservasi 1. Mengobservasi
kondisi luka kondisi luka kondisi luka
pasien pasien pasien
R: Luka masih R : Luka sudah R : Luka sudah
tampak ada nanah tidak terlalu tidak merah dan
dan merah merah tetapi tidak tampak
2. Mengkaji tanda- masih terdapa adanya nanah
tanda infeksi pus atau nanah 2. Mengkaji tanda-
S : 37,5 O 2. Mengkaji tanda- tanda infeksi
tanda infeksi S : 36,9 OC
S : 37,2 OC
H. Evaluasi
Diagnosa Tgl 21 Februari TTD Tgl 22 Februari TTD Tgl 23 Februari 2021 TTD
Keperawatan 2021 2021

Gangguan S: S: S:
integritas Ayah pasien Ayah pasien Ayah pasien
jaringan mengatakan bahwa mengatakan bahwa mengatakan bahwa
pasien masih sering pasien sudah jarang pasien masih sudah
menggaruk sekitar menggaruk sekitar masih menggaruk
sela-sela jari, dan sela-sela jari, dan sekitar sela-sela jari
masih sering tidur sudah cukup tetapi lebih jarang,
terbangun karena banyak dan sudah dapat tidur
gatal dengan nyenyak
O:
O: k/u : cukup, O:
k/u : cukup, Kesadaran : k/u : cukup,
Kesadaran : Composmentis GCS Kesadaran :
Composmentis GCS 4-5-6 Composmentis GCS
4-5-6 TTV : 4-5-6
TTV : S : 37, 2OC TTV :
S : 37,5 OC N : 110 x/mnt S : 36,9 OC
N : 104 x/mnt RR : 30 x/mnt N : 110 x/mnt
RR : 30 x/mnt Pasien masih tampak RR : 28 x/mnt
Pasien masih tampak agak rewel dan Pasien sudah tidak
rewel dan sering sering menangis rewel
menangis Pasien tampak Pasien tidak tampak
Pasien tampak menggaruk-garuk menggaruk-garuk
menggaruk-garuk sela-sela jari sela-sela jari
sela-sela jari Pasien sudah tidak
Pasien sering sering menguap A : Masalah teratasi
menguap sebagian
A : Masalah teratasi P : Intervensi
A : Masalah belum sebagian dihentikan
teratasi P : Intervensi Berikan HE :
dilanjutkan 1. Anjurkan
P : Intervensi 1. Identifikasi keluarga untuk
dilanjutkan penyebab memberikan
1. Identifikasi terjadinya salep sebelum
penyebab kerusakan tidur
terjadinya intergritas kulit 2. Anjurkan
kerusakan 2. Observasi luka keluarga menjaga
intergritas kulit dan pruritus kondisi
2. Observasi luka 3. Observasi TTV lingkungan
dan pruritus 4. Anjurkan tenang
3. Observasi TTV keluarga untuk 3. Anjurkan
4. Anjurkan memberikan keluarga untuk
keluarga untuk salep sebelum menjaga
memberikan tidur kebersihan
salep sebelum 5. Anjurkan lingkungan dan
tidur keluarga badan dengan
5. Anjurkan menjaga lebih baik
keluarga kondisi
menjaga lingkungan
kondisi tenang
lingkungan
tenang
Gangguan Pola S : S: S:
Tidur Ayah pasien Ayah pasien Ayah pasien
mengatakan bahwa mengatakan pasien mengatakan bahwa
pasien masih sering tidur sudah cukup pasien sudah dapat
terbangun karena banyak tidur dengan nyenyak
gatal
O: O:
O: k/u : cukup, k/u : cukup,
k/u : cukup, Kesadaran : Kesadaran :
Kesadaran : Composmentis GCS Composmentis GCS
Composmentis GCS 4-5-6 4-5-6
4-5-6 TTV : TTV :
TTV : S : 37, 2OC S : 36,9 OC
S : 37,5 OC N : 110 x/mnt N : 110 x/mnt
N : 104 x/mnt RR : 30 x/mnt RR : 28 x/mnt
RR : 30 x/mnt Pasien masih tampak Pasien sudah tidak
Pasien masih tampak agak rewel dan rewel
rewel dan sering sering menangis Pasien tidak tampak
menangis Pasien tampak menggaruk-garuk
Pasien tampak menggaruk-garuk sela-sela jari
menggaruk-garuk sela-sela jari
sela-sela jari Pasien sudah tidak A : Masalah teratasi
Pasien sering sering menguap sebagian
menguap P : Intervensi
A : Masalah teratasi dihentikan
A : Masalah belum sebagian Berikan HE :
teratasi P : Intervensi 1. Anjurkan
dilanjutkan keluarga untuk
P : Intervensi 1. Observasi TTV memberikan
dilanjutkan 2. Anjurkan salep sebelum
1. Anjurkan keluarga untuk tidur
keluarga untuk memberikan 2. Anjurkan
memberikan salep sebelum keluarga menjaga
salep sebelum tidur kondisi
tidur 3. Anjurkan lingkungan
2. Anjurkan keluarga tenang
keluarga menjaga 3. Anjurkan
menjaga kondisi keluarga untuk
kondisi lingkungan menjaga
lingkungan tenang kebersihan
tenang lingkungan dan
badan dengan
lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. E.J, (2011), Patofisiologi, Alih Bahasa Brahm U, Pandit Jakarta : EGC.

Djuanda S, Sularsito. 2010. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kozier B, Erb G. (2010) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses


dan Praktik. Jakarta: EGC

Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan. (2009). Kapita Selekta Kedokteran.


Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Sudoyo. (2011). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FKUI IPD

Sunaryanto, A. (2009). Skabies dengan Infeksi Sekunder. Artikel Onlien diakses


di https://andikunud.files.wordpress.com/2010/08/skabies.docx diakses
tanggal 19 Februari 2021

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

40
LEMBAR DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai