A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit
yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan
produknya (Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat melalui
kontak langsung (kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual) dan tidak langsung (melalui benda, misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Mansjoer et al., 2009).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei,
hal ini menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam
epidermis sehingga menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita
(Soedarto 1992 dalam Loetfia 2012)
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang
disebabkan oleh masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei
var homonis ternasuk ordo acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes
(Handoko, dalam Maulina 2016:18)
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi tungau ini
mudah menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak
fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini
ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan
sering menular diantara orang orang yang tidur bersama. Kadang tungau
ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda lainnya yang digunakan
secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan pencucian biasa
bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan
dibawah lapisan kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam lubang.
Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva), infeksi
menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi
terhadap tungau (Levere, 2013).
1
Penyebab penyakit skabies adalah seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis
yang berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan
bagan punggung lebih lonjong dibandingkan perut, yang betina berukuran
300-350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron.
Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki
depan dan 2 pasang kaki belakang (Iskandar, 2010).
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina
yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yanag dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2010).
4. Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu tuma
sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang
telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti
melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian kutu betina akan
menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya membentuk terowongan
didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai
mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa
dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup
kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak
banyak mengandung folikel pilosebasea (Corwin, 2011).
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi
imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Adanya
alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi,
yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor
di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi
tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,maka alergen akan
berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau
basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan
pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder seperti histamine,
bradikinin dan serotonin. Pelepasan mediator inflamasi ini akan menimbulkan
berbagai gejala terutama gatal, edema local, adanya vesikel, dan eritema.
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota
keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan (Mansjoer, 2009)
Infestasi pertama skabies akan menimbulkan gejala klinis setelah satu
bulan kemudian. Tetapi yang telah mengalami infestasi sebelumnya, gejala
klinis dapat timbul dalam waktu 24 jam. Hal ini terjadi karena pada infestasi
ulang telah ada sensitisasi dalam tubuh pasien terhadap tungau dan produknya
yang antigen dan mendapat respons dari sistem imun tubuh (Sudirman, 2011)
a. Pathway
Sarcoptes scabiei var.
hominis betina
Terbentuknya luka
Resiko infeksi
sekunder
1. Definisi
Gangguan integritas jaringan menurut SDKI 2017 adalah keadaan
kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligament)
(PPNI, 2017).
Gangguan intergritas jaringan adalah ketika individu mengalami atau
beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Kerusakan
Integritas Kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Herdman Dan
Kamitsuru,2015).
Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringann dan/atau
lapisan kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit meliputi tendon, otot,
tulang, atau persendian serta membrane mukosa, kornea, dan fasia (Tarwoto,
Wartonah, 2012).
2. Batasan Karakteristik
Menurut Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017) batasan
karakteristik pada masalah keperawatan gangguan integritas kulit yaitu :
a. Data Mayor
Kerusakan jaringan dan / lapisan kulit
b. Data Minor
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
Menurut Herdman dan kamitsuru (2015) batasan karakteristik diagnosa
keperawatan gangguan integritas jaringan dalam daftar diagnose nanda yaitu :
a. Data Mayor
1) Kerusakan jaringan
2) Cedera jaringan
b. Data Minor
1) Gangguan permukaan kulit (epidermis)
2) Invasi struktur tubuh
3) Hiperemi (kemerahan)
4) Nyeri
5) Gangguan sensasi
3. Faktor yang berhubungan
Menurut Prabowo (2010) faktor berhubungan dengan gangguan
intergritas kulit :
a. Eksternal :
Hipertermia atau hipotermia , substansi kimia atau kelembapan
udara ,faktor mekanik (misalnya :alat yang menimbulkan luka, tekanan,
restrain), imobilisasai fisik, radiasi, usia yang ekstrim, kelembaban kulit,
obat –obatan .
b. Internal
Perubahan status metabolik, tulang menonjol, defisit imunologi, faktor
yang berhubungan dengan pengembangan, perubahan status nutrisi
(obesitas, kerusakan), perubahan status cairan, perubahan pigmentasi,
perubahan sirkulasi, perubahan turgor (elastis kulit )
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (misalnya lotion
serum)
2. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
Perawatan Luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(misalnya drainase, warna,
ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
3. Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
5. Bersihkan jaringan nekrotik
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahankan teknik steriil saat
melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Gangguan Pola Tujuan : Dukungan Tidur
Tidur Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan Identifikasi pola aktivitas
selama 3 x 24 jam dan tidur
dharapkan pola tidur Identifikasi faktor
membaik pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
Kriteria Hasil : Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
2. Keluhan sering makanan mendekati waktu
terjaga menurun tidur, minum banyak air
3. Keluhan tidur tidak sebelum tidur)
puas menurun Identifikasi obat tidur yang
4. Keluhan pola tidur dikonsumsi
berubah menurun
5. Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
Gangguan Pola Terapeutik:
Tidur Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
psikologis:gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja)
Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Resiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
Setelah dilakukan 1. Observasi
tindakan keperawatan :
3x24 jam derajat Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun atau infeksi loka l dan sistemik
tidak terjadi infeksi.
2. Terapeuti
k
Kriteria Hasil :
a. Berikan perawatan
1. Tidak terjadinya
kulit pada daerah luka
tanda-tanda infeksi
atau edema
seperti :
a. Demam b. Cuci tangan sebelum
menurun dan sesudah kontak
b. Kemerahan dengan pasien dan
tidak ada lingkungan pasien
c. Nyeri menurun c. Pertahankan teknik
d. Bengkak aseptic pada pasien
menurun berisiko tinggi
e. Kadar sel darah 3. Edukasi :
putih membaik a. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b. Ajarkan cara
memeriksa luka
c. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
d. Anjurkan
meningkatkan asupan
4. Pelaksanaaan (Implementasi)
Pada proses keperawatan, pelaksanaan atau implementasi adalah fase
ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan (Kozier, Erb, Berman, & Synder,
2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Setelah
melakukan implementasi, perawat mencatat tindakan keperawatam dan respon
pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al., 2011).
5. Evaluasi
Menurut Purwanto (2016) Evaluasi merupakan tahap terakhir dari
proses keperawatan, kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang
telah di capai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan di harapkan
dalam perencanaan.
Evaluasi keperawatan pada pasien gangguan integritas jaringan
dilakukan untuk meningkatkan integritas jaringan. Dalam perumusan evaluasi
keperawatan menggunakan empat komponen yang dikenal dengan SOAP,
yaitu S (Subjektive) merupakan data informasi berupa ungkapan pernyataan
keluhan pasien, O (Objective) merupakan data hasil pengamatan, penilaian
dan pemeriksaan, A (Assesment) merupakan perbandingan antara data
subjective dan data objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian akan
diambil sebuah kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi, dan P (Planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang
akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Dinarti, Aryani,
Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013). Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menetukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil: perilaku sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang di tetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagaian: pasien menunjuakan prilaku tetapi tidak sebaiknya
yang di tentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukan prilaku
yang di harapkan sesuai dengan pernyataan tujuan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SCABIES
Nama : An. A
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Mojosari
Agama : Islam
Nama Orangtua : Tn . S
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SLTA
Status : Kawin
Pekerjaan : Sopir
Tgl. Pengkajian : 20-02-2021
Jam : 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Scabies
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S : 37,7 OC
N : 104 x/mnt
RR : 30 x/mnt
4. BB : 8,2 Kg
5. TB : 87 cm
6. Kepala
Bentuk kepala normal, Rambut klien tampak hitam, rambut klien
berminyak dan lepek, tidak ada ketombe, tidak ada kutu
mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, tidak ada gangguan penglihatan.
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,.
Hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip.
Mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi rapi, tidak ada caries, lidah bersih
faring dan laring normal tidak ada. pembengkakan tidak ada kelainan.
7. Dada
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak tampak adanya retraksi
dinding dada traktil fremitus sama, tidak ada oedem, Suara nafas:
Vesikuler tambahan ronkhi (-) / wheezing (-) dan pola nafas normal , irama
jantung teratur,
8. Pungung
Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada punggung
9. Abdomen
Perut klien tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada acites, bising usus
12x/menit, suara perut saat perkusi timpani
10. Extremitas
Pergerakan bebas ekstermitas atas dan bawah, tampak terdapat kemerahan
dan pruritus pada sela-sela jari dan juga sebagian sudah tampak muncul
pus
C. Terapi
Benxyl benzoat salep
Dexametason 2 x 50 mg ,
Amoxilin 3x 125 mg
D. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : ayah klien Tungau masuk ke Gangguan integrits
mengatakan anaknya dalam stratum jaringan
merasa gatal di sela- korneum
sela jari dan keluar ↓
nanah Reaksi sensitisasi
oleh tubuh
DO : ↓
- Anak rewel Pruritus
- Sering menggaruk ↓
sela-sela jari Terbentuk luka
- Tampak pruritus pada ↓
sela-sela jari tangan Gangguan
dan kaki integritas jaringan
- Tampak keluar nanah
Ds : Tungau masuk ke Gangguan Pola tidur
Ayah klien mengatakan dalam stratum
bahwa klien sering korneum
terbangun dan menangis ↓
karena gatal dan tidak bisa Reaksi sensitisasi
tidur kembali oleh tubuh
↓
DO : Pruritus
Klien sering menguap ↓
Klien rewel Gatal-gatal
Sering menangis ↓
Gangguan Pola tidur
D0 : Tungau masuk ke Resiko infeksi
Adanya luka dalam stratum
Adanya pus atau nanah korneum
↓
Reaksi sensitisasi
oleh tubuh
↓
Pruritus
↓
Terbentuk luka
↓
Port De entre
↓
Resiko Infeksi
E. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya pruritus dan
luka
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pruritus dan luka
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (misalnya lotion
serum)
2. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
Perawatan Luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(misalnya drainase, warna,
ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
3. Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
5. Bersihkan jaringan nekrotik
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahankan teknik steriil saat
melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Gangguan Pola Tujuan : Dukungan Tidur
Tidur Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan Identifikasi pola aktivitas
selama 3 x 24 jam dan tidur
dharapkan pola tidur Identifikasi faktor
membaik pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
Kriteria Hasil : Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
2. Keluhan sering makanan mendekati waktu
terjaga menurun tidur, minum banyak air
3. Keluhan tidur tidak sebelum tidur)
puas menurun Identifikasi obat tidur
4. Keluhan pola tidur yang dikonsumsi
berubah menurun
5. Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
Gangguan Pola Terapeutik:
Tidur Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur
rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur)
Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis:gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja)
Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Resiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
Setelah dilakukan 1.
Observasi :
tindakan keperawatan Monitor tanda dan gejala
3x24 jam derajat infeksi loka l dan sistemik
infeksi menurun atau
2.
Terapeutik
tidak terjadi infeksi.
a. Berikan perawatan kulit
pada daerah luka atau
Kriteria Hasil :
edema
Tidak terjadinya tanda-
tanda infeksi seperti : b. Cuci tangan sebelum dan
Demam menurun sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
Kemerahan tidak
pasien
ada
Nyeri menurun c. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Bengkak menurun
Kadar sel darah 3. Edukasi :
putih membaik a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara memeriksa
luka
c. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
d. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
G. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tgl 21 Februari TTD Tgl 22 Februari TTD Tgl 23 Februari TTD
Keperawatan 2021 2021 2021
Gangguan Jam 08.00 WIB Jam 08.00 WIB Jam 08.00 WIB
integritas 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV
jaringan S : 37,5 OC S : 37, 2OC S : 36,9 OC
N : 104 x/mnt N : 110 x/mnt N : 110 x/mnt
RR : 30 x/mnt RR : 30 x/mnt RR : 28 x/mnt
2. Mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi
penyebab penyebab penyebab
terjadinya terjadinya terjadinya
kerusakan kerusakan kerusakan
integritas kulit integritas kulit integritas kulit
R : Ayah klien R : Ayah klien R : Ayah klien
bersedia bersedia bersedia
menjelaskan awal menjelaskan menjelaskan awal
terkena scabies awal terkena terkena scabies
3. Mengoleskan scabies 3. Mengoleskan
salep pereda gatal 3. Mengoleskan salep pereda gatal
di sekitar luka salep pereda di sekitar luka
R : Ayah klien gatal di sekitar R : Ayah klien
bersedia anaknya luka bersedia anaknya
diolesi salep R : Ayah klien diolesi salep
pereda gatal bersedia anaknya pereda gatal
4. Menganjurkan diolesi salep 4. Menganjurkan
pada keluarga pereda gatal pada keluarga
untuk 4. Menganjurkan untuk
32
memandikan pada keluarga memandikan
dengan bersih untuk dengan bersih
R : Keluarga memandikan R : Keluarga
memahami dan dengan bersih memahami dan
bersedia R : Keluarga bersedia
melakukan memahami dan melakukan
anjuran petugas bersedia anjuran petugas
5. Menganjurkan melakukan 5. Menganjurkan
pada keluarga anjuran petugas pada keluarga
untuk 5. Menganjurkan untuk
memberikan salep pada keluarga memberikan
sesuai petunjuk: untuk salep sesuai
R : Keluarga memberikan petunjuk
memahami dan salep sesuai R : Keluarga
bersedia untuk petunjuk memahami dan
melakukan R : Keluarga bersedia untuk
anjuran petugas memahami dan melakukan
6. Memberikan obat bersedia untuk anjuran petugas
pada pasien : melakukan 6. Memberikan obat
Amoxicilin 1 anjuran petugas pada pasien :
x125 mg 6. Memberikan Amoxicilin 1
Dexametason 1 x obat pada x125 mg
50 mg pasien : Dexametason 1 x
Amoxicilin 1 50 mg
x125 mg
Dexametason 1 x
50 mg
Gangguan 1. Menganjurkan 1. Menganjurkan 1. Menganjurkan
Pola tidur pada keluarga pada keluarga pada keluarga
untuk menjaga untuk menjaga untuk menjaga
kondisi kondisi kondisi
lingkungan tetap lingkungan tetap lingkungan tetap
tenang agar tenang agar tenang agar
pasien bisa tidur pasien bisa tidur pasien bisa tidur
R : Keluarga R : Keluarga R : Keluarga
memahami dan memahami dan memahami dan
bersedia untuk bersedia untuk bersedia untuk
melakukan melakukan melakukan
anjuran petugas anjuran petugas anjuran petugas
2. Menganjurkan 2. Menganjurkan 2. Menganjurkan
pada keluarga pada keluarga pada keluarga
untuk untuk untuk
memberikan salep memberikan memberikan salep
pereda gatal salep pereda pereda gatal
sebelum tidur gatal sebelum sebelum tidur
R : Keluarga tidur R : Keluarga
memahami dan R : Keluarga memahami dan
bersedia untuk memahami dan bersedia untuk
mengolesi salpe bersedia untuk mengolesi salpe
pereda gatal mengolesi salpe pereda gatal
sebelum tidur pereda gatal sebelum tidur
sebelum tidur
Resiko infeksi 1. Mengobservasi 1. Mengobservasi 1. Mengobservasi
kondisi luka kondisi luka kondisi luka
pasien pasien pasien
R: Luka masih R : Luka sudah R : Luka sudah
tampak ada nanah tidak terlalu tidak merah dan
dan merah merah tetapi tidak tampak
2. Mengkaji tanda- masih terdapa adanya nanah
tanda infeksi pus atau nanah 2. Mengkaji tanda-
S : 37,5 O 2. Mengkaji tanda- tanda infeksi
tanda infeksi S : 36,9 OC
S : 37,2 OC
H. Evaluasi
Diagnosa Tgl 21 Februari TTD Tgl 22 Februari TTD Tgl 23 Februari 2021 TTD
Keperawatan 2021 2021
Gangguan S: S: S:
integritas Ayah pasien Ayah pasien Ayah pasien
jaringan mengatakan bahwa mengatakan bahwa mengatakan bahwa
pasien masih sering pasien sudah jarang pasien masih sudah
menggaruk sekitar menggaruk sekitar masih menggaruk
sela-sela jari, dan sela-sela jari, dan sekitar sela-sela jari
masih sering tidur sudah cukup tetapi lebih jarang,
terbangun karena banyak dan sudah dapat tidur
gatal dengan nyenyak
O:
O: k/u : cukup, O:
k/u : cukup, Kesadaran : k/u : cukup,
Kesadaran : Composmentis GCS Kesadaran :
Composmentis GCS 4-5-6 Composmentis GCS
4-5-6 TTV : 4-5-6
TTV : S : 37, 2OC TTV :
S : 37,5 OC N : 110 x/mnt S : 36,9 OC
N : 104 x/mnt RR : 30 x/mnt N : 110 x/mnt
RR : 30 x/mnt Pasien masih tampak RR : 28 x/mnt
Pasien masih tampak agak rewel dan Pasien sudah tidak
rewel dan sering sering menangis rewel
menangis Pasien tampak Pasien tidak tampak
Pasien tampak menggaruk-garuk menggaruk-garuk
menggaruk-garuk sela-sela jari sela-sela jari
sela-sela jari Pasien sudah tidak
Pasien sering sering menguap A : Masalah teratasi
menguap sebagian
A : Masalah teratasi P : Intervensi
A : Masalah belum sebagian dihentikan
teratasi P : Intervensi Berikan HE :
dilanjutkan 1. Anjurkan
P : Intervensi 1. Identifikasi keluarga untuk
dilanjutkan penyebab memberikan
1. Identifikasi terjadinya salep sebelum
penyebab kerusakan tidur
terjadinya intergritas kulit 2. Anjurkan
kerusakan 2. Observasi luka keluarga menjaga
intergritas kulit dan pruritus kondisi
2. Observasi luka 3. Observasi TTV lingkungan
dan pruritus 4. Anjurkan tenang
3. Observasi TTV keluarga untuk 3. Anjurkan
4. Anjurkan memberikan keluarga untuk
keluarga untuk salep sebelum menjaga
memberikan tidur kebersihan
salep sebelum 5. Anjurkan lingkungan dan
tidur keluarga badan dengan
5. Anjurkan menjaga lebih baik
keluarga kondisi
menjaga lingkungan
kondisi tenang
lingkungan
tenang
Gangguan Pola S : S: S:
Tidur Ayah pasien Ayah pasien Ayah pasien
mengatakan bahwa mengatakan pasien mengatakan bahwa
pasien masih sering tidur sudah cukup pasien sudah dapat
terbangun karena banyak tidur dengan nyenyak
gatal
O: O:
O: k/u : cukup, k/u : cukup,
k/u : cukup, Kesadaran : Kesadaran :
Kesadaran : Composmentis GCS Composmentis GCS
Composmentis GCS 4-5-6 4-5-6
4-5-6 TTV : TTV :
TTV : S : 37, 2OC S : 36,9 OC
S : 37,5 OC N : 110 x/mnt N : 110 x/mnt
N : 104 x/mnt RR : 30 x/mnt RR : 28 x/mnt
RR : 30 x/mnt Pasien masih tampak Pasien sudah tidak
Pasien masih tampak agak rewel dan rewel
rewel dan sering sering menangis Pasien tidak tampak
menangis Pasien tampak menggaruk-garuk
Pasien tampak menggaruk-garuk sela-sela jari
menggaruk-garuk sela-sela jari
sela-sela jari Pasien sudah tidak A : Masalah teratasi
Pasien sering sering menguap sebagian
menguap P : Intervensi
A : Masalah teratasi dihentikan
A : Masalah belum sebagian Berikan HE :
teratasi P : Intervensi 1. Anjurkan
dilanjutkan keluarga untuk
P : Intervensi 1. Observasi TTV memberikan
dilanjutkan 2. Anjurkan salep sebelum
1. Anjurkan keluarga untuk tidur
keluarga untuk memberikan 2. Anjurkan
memberikan salep sebelum keluarga menjaga
salep sebelum tidur kondisi
tidur 3. Anjurkan lingkungan
2. Anjurkan keluarga tenang
keluarga menjaga 3. Anjurkan
menjaga kondisi keluarga untuk
kondisi lingkungan menjaga
lingkungan tenang kebersihan
tenang lingkungan dan
badan dengan
lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Corwin. E.J, (2011), Patofisiologi, Alih Bahasa Brahm U, Pandit Jakarta : EGC.
Djuanda S, Sularsito. 2010. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo. (2011). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FKUI IPD
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
40
LEMBAR DOKUMENTASI