GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN SKABIES
KELOMPOK 2
•MILDA SINTIA
•IRMA KHAIRANI
•NUR AZIZAH NASUTION
•SINTIA REZA
•NURUL SHANTRY
•NUR AINUN
•PUTRI WULANDARI
DEFENISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya (Djuanda, 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam epidermis
sehingga menimbulkan gata-gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto,
1992).
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
infestasi kutu Sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada
stratum korneum kulit, terutama pada tempat predileksi (Wahidayat 1998).
KLASIFIKASI SCABIES
Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil yang berbentuk bulat lonjong dan
bagian ventral datar. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau
jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm per menit di permukan kulit (Orkin,
1986).
Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit
kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari.
Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stra korneum dan tartum
granulosum.
Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30
hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi
larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali
terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapatkan
makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk deawas melalui bentuk nimfa. Waktu yang
diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa ialah 10-14 hari (Melanby, 1977).
Kebiasaan Hidup Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan
daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan
kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan
mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan
kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.
Tungau akan mati pada suhu sedang (moderate temperatur). Pada suhu 50 oCelcius di luar
hospes, baik pada udara kering maupun lembab, tungau akan mati dalam 10 menit. Pada suhu
25 oCelcius tungau bertahan hidup selama 3 hari pada kelembaban relatif 90 derajat. Periode
paling lama untuk tungau bertahan di luar kulit manusia adalah 14 hari pada udara lembab
untuk tungau dengan 12o Celcius. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah kemampuan hidup
menurun (Mellanby, 1977).
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari. Skabies umumnya menyerang bagian lipatan tubuh.
Gejala gatal-gatal, menyerang pada bagian kulit dimalam hari. Penyakit
skabies, disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara baik.
Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi kamar yang
pengab, dapat memicu terjadinya gatal-gatal (Siswono, 2005).
Penyakit gatal-gatal ini mudah menyerang siapapun yang jarang mandi.
Karena itu, jika ingin menghindar dari serangan penyakit gatal-gatal, maka
harus menjaga kebersihan. Bahkan skabies dapat menjangkit siapa saja yang
bersentuhan tubuh dengan penderita(Siswono, 2005).
Skabies sering dikaitkan sebagai penyakitnya anak pesantren alasannya
karena anak pesantren suka/gemar bertukar, pinjam meminjam pakaian,
handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya,
sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren
(Handri, 2008)
CARA PENULARAN
1. Kontak langsung (kontak dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain – lain.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau
apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative
sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih
cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan
yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor
lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan
program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang
permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada (Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama
dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di
Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung seperti tidur bersama (Meyer, 2000).
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Scabies