Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skabies merupakan kasus infestasi yang sering sitemukan dan diakibatkan
oleh sejenis tungau sarcoptes scabiei dan ditularkan dengan kontak jarak
antara manusia dengan manusia. Infeksi sering pada anak-anak dan orang
dewasa yang aktif secara seksual. Periode inkubasi dapat bervariasi dari 3 hari
hingga 3 minggu.
Penyakit ini mudah terjadi lebih sering pada lingkungan kumuh, kotor dan
padat penduduk dibandingkan di lingkungan bersih dan jarang penduduk
dikarenakan penyakit ini lebih seneng hidup ditempat yang kotor. Penyakit ini
bisa menular pada orang lain lewat kontak yang lama dan sering.

Skabies disebabkan oleh tungau sarkoptes scabiei tersebar luas diseluruh


dunia dan lebih sering terdapat dinegara yang kurang sumber daya dan pada
kondisi pemukiman padat kurangnnya hingine personal dan promiskuitas
seksual. Penyakit ini ditemukan baik pada hewan maupun manusia sejak 3000
tahun silam. Sebenarnya kosmopolit. Di Asia, penyakit ini ditemukan mulai
dari India sampai Cina. Di Indonesia, hewan yang sering terkena adalah
kambing, domba, sapi, kerbau, anjung, babi bahkan burung, kelinci dan kuda.
Secara epidemiologis pada manusia kecenderungannya di seluruh dunia
adalah peningkatan kasus. Scabies mulai menjadi penting lagi dalam
kaitannya dengan manifestasi yang hebat yang disebut scabies Norwegia
pada penderita yang mengalami defisiensi zat imun atau mengalami proses
imunokomromi seperti pada penderita HIV/AIDS dan yang sedang menjalani
perngobatan untuk transplantasi jariangan atau organ.

Banyaknya angka penderita dimasyarakat, oleh karena itu makalah ini


menjelaskan definisi scabies, penyebab scabies, proses seseorang terjangkit
scabies, tanda dan gejala orang dengan scabies, pengobatan scabies,
pemeriksaan diagnostik dan pencegahan dari penyakit scabies.

[1]
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi Scabies ?
2. Bagaimana macam-macam scabies?
3. Bagaimana etiologi Scabies?
4. Bagaimana patofisiologi Scabies?
5. Bagaimana manifestasi klinis Scabies?
6. Bagaimana epidemiologi Scabies?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic Scabies?
8. Bagaimana penatalaksanaan Scabies?
9. Bagaimana pencegahan Scabies?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Scabies ?
2. Mengetahui macam-macam scabies?
3. Mengetahui etiologi Scabies?
4. Mengetahui patofisiologi Scabies?
5. Mengetahui manifestasi klinis Scabies?
6. Mengetahui epidemiologi Scabies?
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic Scabies?
8. Mengetahui penatalaksanaan Scabies?
9. Mengetahui pencegahan Scabies?

[2]
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Scabies
1. Definisi

Skabies adalah Infeksi pada kulit yang dapat menular disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei var harmonis (penyakit gatal-gatal akibat kutu). Dengan
karakteristik adanya liang, pruritus yang parah dan eksoriasi. (Graham Robin-
Brown & Tony Burns.,2005)

Skabies merupakan kasus infestasi yang sering sitemukan dan diakibatkan


oleh sejenis tungau sarcoptes scabiei dan ditularkan dengan kontak jarak
antara manusia dengan manusia. Infeksi sering pada anak-anak dan orang
dewasa yang aktif secara seksual. Periode inkubasi dapat bervariasi dari 3
hari hingga 3 minggu.

Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular dengan manifestasi keluhan


gatal pada lesi terutama pada waktu malam ghari yang disebabkan Sarcoptes
scabiei var hominis.

Menurut Handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menular yang


disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes
scabei. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal
agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 centimeter.

2. Macam-Macam Scabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):

[3]
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai
dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau
tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas
dan mirip penyakit lain.
c. Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan
yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama
skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia
yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia
eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.
Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri
karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada manusia.
e. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai
oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan
hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal
pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik

[4]
sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak. Lesi scabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak
kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
(Harahap. M, 2000).
g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

3. Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopod, kelas Arachnida, ordo


Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat berakhir dengan alat perekat.

[5]
\
Gambar 1.1 Sarcoptes scabiei

Skabies (Scabies, bahasa latin = keropeng, kudis, gatal) disebabkan oleh


tungau kecil berkaki delapan (Sarcoptes scabiei), dan didapatkan melalui
kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini, sering
kali berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barangkali
merupakan penyebab umum terjadinya penyebaran enyakit ini. Semua
kelompok umur bisa terkena. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak
dan dewasa muda. Walaupun akhir-akhir ini juga sering didapatkan pada
orang berusia lanjut, biasanya di lingkungan rumah jompo. Kontak sesaat
tidak cukup untuk dapat menimbulkan penularan, sehingga siapapun yang
biasa menghadapi kasus scabies dalam tugas pelayanan kesehatan tidak
perlu takut tertular penyakit ini.
Tungau scabies betina membuat liang didalam epidermis, dan meletakkan
telur-telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya. Tungau scabies jantan
hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, dan sesudah kawin
dengan tungau betina serta pelaksanaan tugasnya selesai. Mereka mati.
Mulanya hospes (inang) tidak menyadari adanya aktifitas penggalian
terowongan dalam epidermis. Tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi

[6]
hipersensitivitas terhadap tungau atau bahan-bahan yang dikeluarkannya
dan mulailah timbul rasa gatal. Adanya periode asimtomatis bermanfaat
sekali bagi parasit ini, karena dengan demikian mereka mempunyai waktu
untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respons imunitas.
Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya
akan digaruk, dan tungau-tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan
cara ini hospes mengendalikan populasi tungau, dan pada kebanyakan
penderita scabies, rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak
lebih dari selusin.

Adapun Faktor Resiko yang bisa membuat penyakit Skabies antara lain :

1. Lingkungan yang padat


2. Hiegene yang buruk
3. Berganti-ganti pasangan seksual
4. Tempat penitipan anak/lansia atau tatanan institusional

4. Patofisiologi

Kutu menggali sampai kulit bersinggungan mencapai kedalaman 0,2


hingga 0,3 cm per hari. Kutu betina hidup sekitar 4 hingga 6 minggu dan
mengeluarkan telur sekitar 40 hingga 50 buah telur, yang akan menetas
dalam 3 hingga 4 hari. Pruritas terjadi hanya setelah sensitisasi yang
disebabkan oleh kutu. Pada infestasi atau kontak yang berulang, sensitisasi
terjadi dalam waktu 24 jam. Kutu yang sudah mati, telur larva, dan
kotorannya dapat memicu erupsi inflamasi pada kulit di area yang sakit.

Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi


mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling
efisien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu
yang terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternatif untuk terjadinya suatu penularan.

[7]
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati
dan kutu betina akan membuat liang kedalam lapisan kulit dan
meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari
untuk menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur yang
dapat menghasilkan kutu dewasa.

Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan


mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala
(kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui
epideris, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.

Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk


pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons
imun sekunder terhadap terapi obat , dan gizi buruk. Kondisi lainnya
adalah gangguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada
epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina.

[8]
[9]
5 Manifestasi Klinis

Pasien mengeluh gatal yang


secara khas terasa sekali pada
waktu malam hari. Hendaklah
dicurigai adanya scabies bila
seseorang mengutarakan
keluhan seperti itu.Terdapat dua
tipe utama lesi kulit pada
scabies,Gambar 1.2 Scabies
terowongan danpada
ruam scabies. Terowongan terutama ditemukan
pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan

dan jari kaki, sela-sela jari. Pergelangan tangan, dan pungung kaki. Pada
bayi terowongan sering terdapat pada telapak tangan, telapak kaki dan bisa
juga terdapat pada badan, kepala dan leher. Terowongan pada badan
biasanya ditemukan pada usia lanjut dan bisa juga terjadi pada kepala dan
leher. Masing-masing terowongan panjangnya beberapa millimeter,
biasanya berliku-liku dan vesikel pada salah satu ujung yang ujung dengan
tungau yang sedang menggali terowongan dan seringkali dikelilingi eritema
ringan.

Biasanya terdapat lesi papula dengantanda garukat yang terdistribusi


simetris, seringkali pada jari-jari, pergelangan tangan dan bokong, sekitar
pinggang, dan pada genitalia. Dapat terbentuk vesikal atau pustul atau dapat
menjadi eksematosa. Lesi yang khas adalah terowongan, suatu garis tipis
gelap yang berakhir dengan lepuhan berbentuk kepala jarum lentur (yang
mengandung tungau). Gatal biasanya memburuk pada malam hari.

Keluhan utama dari pasien penyakit ini adalah pruritus (gatal). Tampak
ekskoriasi linear, papula-papula dan vesikel di sela-sela jari, siku,
pergelangan tangan, dada dan alat kelamin. Skabies harus dipikirkan kalau
salah satu atau lebih anggota keluarga pasien menderita pruritus nokturnal.

[10]
Menurut (Mawali, 2000).
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam


sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang


bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna
(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat


ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit.

Kelainan dapat berupa papula, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta dan bila
timbul infeksi sekunder terdapat pustula yang dapat mengaburkan lesi
primernya. Tipe fulminen dari skabies juga dapat ditemui pada stadium

[11]
awal HIV, bentuk atipikal dan berat seperti Norwegian scabies lebih sering
ditemukan.

Tempat-tempat predileksi: sela-sela jari tangan, telalpak tangan,


pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daerah
pusar dan perut bagian bawah, daerah genitalis eksterma dan pantat. Pada
anak-anak terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak kaki,
telapak tangan, jari-jari kaki dan juga muka (pipi).

Komplikasi

a. Scabies norwegia atau berkrusta pada superinvestasi, lesi psoriasivorm


berkusta timbul secara luas ditubuh, rasa gatal dan terowongan biasanya
tidak ada.
b. Impetigo akibat infeksi sekunder dengan S. Pyogenes biasa terjadi
didaerah tropis.
c. Infeksi bakteri sekunder
d. Terbentuk abses
e. Septikemia

6. Epidemiologi

Skabies disebabkan oleh tungau sarkoptes scabiei tersebar luas diseluruh


dunia dan lebih sering terdapat dinegara yang kurang sumber daya dan pada
kondisi pemukiman padat kurangnnya hingine personal dan promiskuitas
seksual. Dapat menyerang semua usia. Reservoirnya adalah manusia
ditularkan melalui kontak kulit langsung, biasanya oleh tangan yang
memegang atau ditekormpat tidur bukan oleh sprai atau pakaian. Tumgau
betina dewasa yang hamil menggali trowongan didalamm stratum kornium,
meletakkan telur yang kemudian matang menjadi dewasa dalam waktu 14
hari. gejala utama scabies yaitu ruam dan gatal disebabkan oleh sensitisasi
terhadap deposit tungau dalam trowongan.

Scabies, Penyakit ini ditemukan baik pada hewan maupun manusia sehak
3000 tahun silam. Sebenarnya kosmopolit. Di Asia, penyakit ini ditemukan

[12]
mulai dari India sampai Cina. Di Indonesia, hewan yang sering terkena adalah
kambing, domba, sapi, kerbau, anjung, babi bahkan burung, kelinci dan kuda.
Secara epidemiologis pada manusia kecenderungannya di seluruh dunia
adalah peningkatan kasus. Scabies mulai menjadi penting lagi dalam
kaitannya dengan manifestasi yang hebat yang disebut scabies Norwegia
pada penderita yang mengalami defisiensi zat imun atau mengalami proses
imunokomromi seperti pada penderita HIV/AIDS dan yang sedang menjalani
perngobatan untuk transplantasi jariangan atau organ.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan

a. Laboratorium; kultur luka menunjukkan infeksi bakteri sekunder


b. Prosedur diagnostic ; minyak mineral yang melapisi liang mengungkap
adanya kutu, telur kutu dan feses atau scybala, biopsi tembuk dapat
membantu memastikan diagnosis.

Diagnosis ditegakkan dengan penemuan secara mikroskopis tungau betina


atau larva yang baru menetas pada kerokan kulit. Kadang-kadang pada
pemeriksaan mikroskopis ini hasilnya negatif.

8. Penatalaksanaan

Menurut Kapita Selekta Penyakut., 2012 terapi Skabies sebagai berikut ;

a. Umum ; mandi dengan sabun dan air


b. Pengobatan; Skabisida topical, larutan sulfur 6% hingga 10% topical,
antibiotic sistemik, antipruritus.

Pengobatan lazimnya dengan pemberian obat-obat topical belum


ditemukan cara pengobatan sistemik. Kandungan salep yang tersedia di
apotek sangat beragam seperti sulfur, linden, permetrin 5%, benzyl
benzoate, malation, dan krotamiton. Pada hewan dapat dicobakan
ivermektin dan krotamiton.

[13]
Malation atau permetrin topical adalah obat yang lebih dipilih :benzoat
merupakan zat iritan yang kurang efektif,

Infermektin dosis tunggal berguna pada scabies norwegia dimana


pengobatan lokal tidak berhasil.

Gatal-gatal pada scabies dapat menetap selama beberapa minggu pasca


pengobatan, pengolesan kotaniton diyakini membantu.

Pengobatan berupa pengolesan gama benzen heksa klorida (kwell) atau


krew pemetrin 5% (elimite) selama 2 kali 12 jam, ekzema iritan sekunder
dapat menjadi penyulit dalam pengobatan, sehingga rasa gatal akan terus
mengganggu. Semua aggota keluarga harus diobati sebagai tindakan
pencegahan selama semalam dengan gama benzen heksaklorida atau
permetrin, meskipun tidak ada bukti lesi skabies dan pruritus.

Menurut Murtiastutik Dwi,2009

a. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari,
kemudian dapat diulang setelah satu minggu.
b. Salep yang mengandung benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian
dapat diulangi setelah satu minggu
c. Salep yang mengandung gamma benzene hexacloride selama satu
malam, kemudian dapat diulangi selama satu mingu.
d. Malathion 0,5% dalam basis air berfungsi aebagai skabisid dioleskan
pada kulit dalam 24 jam. Aplikaisi ke dua bisa diulang beberapa hari
kemudian.
e. Krim Pemetrin 5% (terbaik untuk semua umur dan wanita hamil).
Dioleskan pada seluruh tubuh dari leher kebawah dan dicuci setelah 8-
14 jam, merupakan obat yang paling efektif bila terjadi kegagalan
pengobatan dengan gamma benzene hexacloride 1%.
Keterangan yang harus diketahui:
a. Semua baju dan alat-alat tidur harus dicuci dengan air panas serta
mandi dengan sabun.

[14]
b. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak
dengan penderita harus diperiksa dan bila juga menderita skabies juga
diobati berasamaan agar tidak terjadi penularan kembali.
c. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis
biasanya. Infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika.

Menurut Herbert, 2013

a. Terapi ditujukan untuk mematikan tungau dengan skabisida. Terapi


juga ditujukan untuk meredakan gejala dengan cepat dengan
menggunakan antihistamin oral dan kortikostiroid topical, jika
diperlukan.
b. Penanganan scabies:
1) Terapi harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh.
2) Kepada seemua pasien, petugas, anggota keluarga, dan pengunjung
yang sering datang diberi suatu skabisida dan atau ivermektin oral.
(lihat bawah)
c. Permetrin (Elimite dan Acticin)
1) Obat resep Elimite dan Acticin mengandung krim permetrin 5%.
Obat ini adalah skabisida yang efektif dan aman yang saat ini
dianggap sebagai terapi pilihan scabies.
2) Obat ini belum terbukti aman bagi bayi yang berumur kurang dari 2
bulan atau pada wanita hamil atau menyusui.
3) Intruksi pemakaian perlu diikuti:
a) Setelah mandi air hangat, krim dioleskan ke seluruh permukaan
kulit “dari kepala ke ujung kaki” (termasuk telapak tangan,
telapak kaki dan kulit kepala pada anak ) dan dibiarkan selama 8
sampai 12 jam, biasanya satu malam. Krim kemudian
dibersihkan keesokan paginya.
b) Jika diindikasikan, anggota keluarga lain atau orang yang
berkontak diobati secara bersamaan. Semua sprei dan baju
dalam perlu dicuci dalam air panas setelah terapi selesai.

[15]
c) Secara umum hanya diperlukan satu kali pengobatan; namun,
terapi kedua sering dianjurkan setelah 4 atau 5 hari, khususnya
pada kasus yang telah berlangsung lama dan bagi bayi dengan
scabies di telapak tangan dan telapak kaki.
d) Pasien perlu dinasehati bahwa rasa gatal dapat berlanjut
beberapa hari atau minggu setelah terapi, namun dengan tingkat
yang lebih ringan. Obat jangan di obati berulang-ulang.
Antihistamin sistemik dan kortikosteroid topical poten kelas 3
atau 4 dapat digunakan untuk mengatasi gejala ini.
d. Lindan (Kwell lotion, scabene)
1) Ini adalah nama generic untuk gama benzen heksaklorida. Obat ini
tersedia sebagai losion atau krim 1%. Linden merangsang sistem
saraf parasit, menyebabkan kejang dan kematian. Sebelumnya obat
ini adalah pengobatan utama untuk scabies; kini obat ini dianggap
sebagai obat alternatif dan digunakan hanya jika obat lain gagal atau
tidak dapat ditoleransi.
2) Obat ini juga memerlukan resep.
3) Obat ini juga aman dan efektif, tetapi terdapat silang pendapat
tentang keamanannya setelah adanya laporan-laporan
neurotoksisitas pada bayi. Akhirnya disimpulkan pada kasus-kasus
tersebut ini obat ini digunakan secara berlebihan dan dapat
menyebabkan penyerapan sistemik. Negara bagian California telah
melarang pemakaian linden untuk mengobati kutu dan scabies.
4) Linden jangan digunakan pada bayi, wanita hamil atau menyusui,
atau orang dengan riwayat kejang.
5) Terdapat laporan-laporan tentang resistensi terhadap obat ini.
6) Intruksi pemakaian ini perlu diikuti:
1. Obat ini, yang digunakan semalaman, dioleskan dari leher ke
ujung jari kaki, dan pasien diperintahkan untuk mencucinya
setelah 8-12 jam.
2. Terapi dapat diulang setelah 4 sampai 5 hari jika tidak banyak
terjadi perbaikan gejala.

[16]
e. Salep sulfur Presipitatum (6%)
1) Obat ini digunakan bagi wanita hamil atau menyusui dan bayi
berusia kurang dari 2 bulan. Obaat ini dioleskan setiap malam
selama 3 malam berturut-turut.
2) Meskipun mengotori dan berbau namun obat ini manjur dan aman.
f. Ivermektin
1) Ivermectil(Stromectol) adalah obat antihelmintik yang dapat
diberikan (off-label) sebagai dosis oral tunggal. Obat ini belum
disetujui oleh Food and Drug Administration AS untuk mengobati
skabies pada manusia, dan belum ada penelitian yang memastikan
keamanannya pada ibu hamil atau anak.
2) Obat ini dapat digunakan jika terapi topical sulit atau tidak praktis
(mis. Infestasi luas dip anti).
3) Obat ini telah digunakan dengan aman dan efektif pada pasien yang
seropositif untuk HIV dan pada sebagian pasien dengan skabies
norwegikus.
4) Obat ini dapat digunakan bersama dengan skabisida topical.
5) Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 6 mg.

9. Pencegahan

Perbaikan kondisi asrama dan kesehatan perorangan. Sumber penularan


(orang lain maupun hewan) harus sama-sama diobati guna mencegah infeksi
ulang. Perlengkapan tidur harus sering dicuci, dijemur dan disetrika sengan
panas yang tinggi. (Natadisastra Djaenudin &Ridad Agoes., 2009).

Pencegahan penyebaran dan kekambuhan scabies menurut Kapita Selekta


Penyakit.,2012;

a. Hindari bertukar handuk, linen, dan pakaian


b. Cuci semua barang yang mengandung kuman dengan air panas, larutan
detergen dan keringkan dengan pengering yang sangat panas

[17]
c. Tempatkan barang-barang yang tidak dapat dicuci dalam kantung
plastic dan biarkan selama satu minggu. Kutu akan mati dalam 48
hingga 72 jam jika jauh dari tubuh manusia.
d. Pratikkan hiegene personal yang baik

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Scabies

1. Pengkajian

Menurut Muttaqin, Arief., 2011

Pada pengkajian anamnesis, penyakit ini sering didapatkan pada orang-


orang miskin yang hidup dengan kondisi higiene di bawah standar,
walaupun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat bersih.
Pada pengkajian riwayat biasanya didapatkan dalan satu rumah/komunitas
yang terkena lebih dari satu pasien.

Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun


demikian, infestasi parasit tidak tergantung pada aktivitas sosial karena
kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan
dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan
teman yang terinfeksi atau Saling berganti pakaian dengannya dapat
menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik
yang lama dengan pasien skabies juga dapat terinfeksi.

Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan akan membuat


lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan
rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki didepannya, kutu
tersebut akan memperluas ruangan dan mengeluarkan telurnya dua hingga
tiga butir sehari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati.
Larva (telur) menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut memasuki
stadium larva , kemudian nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo
sekitar 20 hari.

Diperlukan kurang lebih 4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbulnya


gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat

[18]
reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada
pemeriksaan, pasien ditanyakan dimana gatal-gatal terasa paling hebat.
Terowongan yang dibuata oleh kutu skabies berupa lesi yang multipel,
lurus, atau bergelombang, berwarna cokelat atau hitam dan menyerupai
benang, yang terlihat terutama di antara jari-jari tangan, serta pada
pergelangan tangan.

Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki,


ujung-ujng sendi siku, daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah
payudara yang menggantung, dan pada atau di dekat lipat paha atau lipat
gluteus, serta penis atau skrotum.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pruritus b.d. iritasi dermal.
b. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuatnya sumber
informasi, resiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan
pengobatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan respon pruritus

Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis


biasanya. Infeksi dapat diberi antibiotika. Preparat skabisida seperti
salep yang mengandung asam silsilat dan sulfur selama 3-4 hari,
kemudian dapat diulang setelah satu minggu. Pemberian salep yang
mengandung benzoas benzilicus selama tiga malam kemudian dapat
diulangi setelah satu minggu.

Pemberian malathion 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai


skabisid dioleskan pada kulit dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa
diulang beberapa hari kemudian.

b. Pemenuhan informasi

Semua baju serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat
panas dan dikeringkan dengan alat pengering-panas karena kutu

[19]
skabies ternyata dapat hidup sampai 36 jam pada linen. Jika linen pada
tempat tidur atau pakaian pasien tidak dapat dicuci dalam air panas,
disarankan agar barang-barang tersebut dicuci secara dry-cleaning.

Sesudah terapi skabies selesai dilakukan, pasien harus


mengoleskan salep seperti kortikosteroid topikal pada lesi kulit
karena skabisida dapat mengiritasi kulit. Hipersensitivitas tidak
berhenti setelah kutu dihancurkan. Rasa gatal dapat terus berlangsung
selama beberapa hari atau minggu sebagai manifestasi hipersensivitas,
khususnya pada orang-orang yang atopik (alergik). Keadaan ini bukan
merupakan sesuatu tanda gagalnya suatu terapi. Pasien dianjurkan
agar tidak mengoleskan lebih banyak skabisida( karena tindakan ini
akan menambah iritasi serta meningkatkan rasa gatal) dan tidak
semakin sering mandi dengan air panas (karena tindakan ini dapat
membuat kulit menjadi kering serta menimbulkan gatal).

Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus


diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu skabies. Jika
skabies ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan
pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang juga didapat.

4. Evaluasi
Masalah gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :
a. nyeri terkontrol
b. gatal mulai hilang
c. puss hilang
d. kulit tidak memerah
e. Penulan dapat dicegah
f. Kelurga mampu melakukan perawatan pada klien dengan scabies
dirumah
g. Tingkat pengetahuan klien meningkat sehingga klien dan kluarga
dapat menjaga kebersihan diri maupun lingkungan dalam usaha
menjegah terjangkitnya scabies.

[20]
BAB III

APLIKASI TEORI

Kasus

An C umur 18 tahun datang ke rumah sakit diantar bapaknya mengeluh gatal-gatal


dan nyeri pada sela-sela jari-jari, punggung tangan, dan dada sejak 2 hari yang
lalu dan klien mengatakan rasa gatalnya memuncak pada hari ke 2 dan terjadi
pada malam hari. Tampak ruam dan garis merah pada sela-sela jari dan dada .
Terlihat lesi yang berbentuk garis tipis gelap yang berakhir dengan lepuhan
berbentuk kepala jarum lentur. Klien mengalami demam 37C. klien tampak
lemah, wajahnya meringis menahan gatal yang tak tertahankan. Klien sebelum
masuk rumah sakit sudah mencoba mengobatinya dengan minyak tawon. Kalau
klien merasa gatal dan tak tertahankan klien menggaruk-garuk lokasi gatal dengan
tangan sampai luka. An C tinggal di pesantren dengan jumlah satu kamar 12
orang, klien mnegatakan kondisi pesantrennya lembab dan kurang terpapar sinar
matahari. seminggu yang lalu temannya juga menagalami gatal-gatal seperti klien.

A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn C
Umur : 19 tahun
Alamat : jl. X desa Y
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Siswa
Agama : Islam
Pekerjaan : siswa
Tanggal masuk : 27 september 2015
Tanggal pengkajian : 27 september 2015
No. register : 1.16.006.95
Diagnose medis : Scabies
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn B
Umur : 40 Tahun
Hub. Dengan klien : bapak klien
Pekerjaan : wirausaha
Alamat : Jl. M desa Z

[21]
c. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
a) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Klien mengeluh gatal gatal-gatal dan nyeri pada sela-sela jari-jari,
punggung tangan, dan dada sejak 2 hari yang lalu dan klien
mengatakan rasa gatalnya memuncak pada hari ke 2 dan terjadi
pada malam hari.
b) Riwayat penyakit sekarang
P: Klien mengatakan nyeri dan gatal pada saat muncul lepuhan
disela-sela jari tangan dan dada
Q: nyeri gatal seperti di ditusuk-tusuk jarum
R: nyeri disertai gatal pada sela-sela jari dan dada
S: klien mengatakan nyeri skala 5
T: nyeri disertai gatal sering terjadi pada malam hari
c) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa dia pernah terkena flue demam.
d) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak punya rwayat DM,
hipertensi, serangan Jantung, TBC, hepatitis
e) Riwayat geografis
Klien mengatakan tinggal dipesantren yang lembab dan kurang
terparapr sinar matahari. satu kamar dihuni 12 orang.
f) Riwayat alergi
Klien tidak memiliki alergi makanan dan tidak alergi antibiotic.
g) Kebiasaan social
Klien mengatakan mampu bersifat bersosialisasi dengan baik
dengan temannya.
d. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : tidak ada cuping hidung, tidak ada pernafassan jungkat –
jungkit, irama pernafasan normal. Bentuk dada simetris.
Tampak ruam dan garis merah yang berupa lesi yang

[22]
berbentuk garis tipis gelap yang berakhir dengan lepuhan
berbentuk kepala jarum lentur.
Palpasi : taktil fremitus normal, tidak anda nyeri tekan, tidak ada
massa atau benjolan. RR:18x/menit,
Perkusi : resonan
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
2) B2 (Blood)
Inspeksi : terdapat ruam-ruam pada sela-sela jari tangan dan dada
serta terdapat lesi yang memerah membentuk garis tipis,
ada luka dapa sela-sela jari yang gatal.
Auskultasi :TD 120/90 mmHg
Palpasi : N: 60x/menit
3) B3 (Brain)
Kesadaran Umum: komposimentis
Klien tampak lemah, wajahnya meringis menahan gatal yang tak
tertahankan.
4) B4 (Bowel)
Frekuensi BAB 1x/hari fese lembek warna kuning ada bau khas
5) B5 (Bladder)
Pengeluaran urine 500 ml selama 24 jam
6) B6 (Bone)
Inspeksi : tampak ruam dan lesi nanah pada sela-sela jari tangan, tidak
ada nodul pada tulang ekstremitas atas dan bawah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi: tidak ada cairan pada tulang

Pemeriksaan Laboratorium : kultur luka menunjukkan infeksi Sarcoptes


scabies

[23]
Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Kerusakan kulit Nyeri
P: Klien mengatakan nyeri dan jaringan,
pada saat muncul lepuhan lepuhan pada
Q: nyeri gatal seperti di sela-sela jari dan
ditusuk-tusuk jarum dada
R: nyeri disertai gatal pada
sela-sela jari dan dada
S: klien mengatakan nyeri
skala 5
T: nyeri disertai gatal sering
terjadi pada malam hari
Do:
TD 120/90 mmHg
N: 60x/menit
RR:18x/menit
S: 37 C
Pemeriksaan laboratorium:
kultur luka terdapat Sarcopter
scabiei
2. Ds: Penyakit yang Gangguan pola
Klien mengatakan susah tidur diderita tidur
pada malam hari karena gatal
yang tak tertahankan
Do:
TD 120/90 mmHg
N: 60x/menit
RR:18x/menit
S: 37 C
Tampak ruam, dan lesi merah
berupa lepuhan berbentuk
kepala jarum lentur.
3. Ds: kerusakan Resiko infeksi
Klien mengatakan gatal-gatal jaringan kulit
dan nyeri pada sela-sela jari-
jari, punggung tangan, dan
dada sejak 2 hari yang lalu
dan klien mengatakan rasa
gatalnya memuncak pada hari
ke 2 dan terjadi pada malam
hari
Klien mengatakan kalau
gatal, klien menggaruk-garuk
sampai luka
Do:
Tampak ruam dan garis

[24]
merah pada sela-sela jari dan
dada . Terlihat lesi yang
berbentuk garis tipis gelap
yang berakhir dengan lepuhan
berbentuk kepala jarum
lentur.
TD 120/90 mmHg
N: 60x/menit
RR:18x/menit
S: 37 C
Tampak luka pada sela-sela
jari
4. Ds: Destruksi lapisan Kerusakan
Klien mengeluh nyeri dan kulit integritas kulit
gatal pada sela-sela jari
tangan dan dada
Do:
Tampak luka pada jaringan di
sela-sela jari tangan, tampak
merah dan terdapat lepuhan.
Tampak erosi pada sela-sela
jari tangan dan dada
5 Ds: Kurang familiar Defisiensi
Klien mnegatakan tidak tau dengan sumber- pengetahuan
penyakit yang ia alami. sumber penyakit
Klien mengatakan penyakit
yang ia derita hanya gatal-
gatal biasa.
Klien ke MRS setelah 2 hari
penyakit diderita.
Do:
Klien tampak bingung saat
ditanya tentang penyakitnya
Pasien tampak lemah.
Klien memberi pengobatan
sblm mrs dengan minyak
tawon

[25]
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri; kerusakan jaringan kulit; lepuhan
berbentuk kepala jarum lentur.
2. resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit yang diderita
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan
sumber-sumber informasi scabies.

C. Intervensi Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Dengan
keperawatan selama 2x 24 jam 1. Kaji lokasi mengkaji dapat
nyeri berkurang nyeri, skala dilakukan
Kreteria Hasil : nyeri dan pengobatan
1. Klien mampu frekuensi nyeri secara dini
mengendalikan nyeri. 2. Kaji tanda- 2. tanda –tanda
2. Skala nyeri berkurang tanda vital vital bisa
menjadi 3 klien menunjukkan
3. Raum dan lesi berkurang 3. Fokuskan klien kondisi klien
4. TTV dalam batas normal ke aktifitas 3. dengan teknik
lain, seperti pengalihakn
mengalihkan nyeri klien bisa
untuk berkurang
membaca 4. teknik
majalah atau relaksasi dapat
nonton tv mengurangi
4. Berikan nyeri
perawatan 5. istirahat yang
kulit sesering cukup dapat
mungkin. mengurangi
5. Ajarkan teknik aktifitas klien
relaksasi yang bisa
6. Beri klien menyebabkan
waktu istirahat nyeri
yang cukup 6. salep ini bisa
Kolaborasi mengurangi
7. Berikan salep ruam dan lesi
yang 7. antibiotic
mengandung dapat
asam silsilat membunuh

[26]
dan sulfur bakteri atau
selama 3-4 mikroorganism
hari e dan anti
8. Berikan histamine
antibiotik dan dapat
antihistamin mengurangi
rasa gatal
3. Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Dengan
selama 4x24 jam lapisan kulit 1. Kaji lokasi mengkaji amak
klien akan membaik dan normal kult yag akan
kembali mengalami mengetahui
Kriteria Hasil: erosi luka lohkasi injuri
a. tidak ada luka ataupun lesi. yang akan
atau lesi pada 2. Bantu klien diobati
kulit untuk 2. Bantuan akan
b. Mampu pemberian mempermudah
melindungi kulit obat topical pasien untuk
dan untuk daerah mendapatkan
mempertahankan yang sulit pengobatan
kelembapan kulit dijangkau. 3. Untuk
serta perawatan 3. Ajarkan mencegah
alami teknik-teknik terjadinya
c. Mampu menjaga mencegah infeksi
kebersihan kulit infeksi yaitu nosokomial.
agar tetap bersih tidak
dan kering. menggaruk lesi
dan menjaga 4. Untuk sirkulasi
kebersihan tubuh
kulit
4. Berikan
pakaian yang 5. Untuk
longgar dan mengondisikan
mampu klien stabil.
menyerap
keringat.
5. Kolaborasi
pemberian
obat sesuai
program
pengobatan

[27]
D. Implementasi

No Tgl/bln/thn/Jam Intervensi Respon Paraf


Dx
1 27/09/2015/ Mandiri 1. Skala nyeri: 5, Nidia
08.00 WIB 1. Mengkaji lokasi lokasi gatal
nyeri, skala nyeri pada sela-sela
dan frekuensi jari dan dada.
08.05 WIB nyeri 2. TD:120/90 Nidia
2. Mengkaji tanda- mmHg
08.10 WIB tanda vital klien N: 60x/menit
3. Memfokuskan RR:18x/menit
Nidia
klien ke aktifitas S: 37 C
lain, seperti 3. Klien
08.15 WIB mengalihkan menonton tv Nidia
untuk membaca 4. Memberikan
08.25 WIB majalah atau pendidikan
nonton tv kesehatan Nidia
4. Memberikan kepada klien
perawatan kulit 5. Kllien mampu
sesering mungkin. melakukan
5. Mengajarkan relaksasi
teknik relaksasi sendiri setelah
diajarkan
TD:120/90
mmHg
N: 70x/menit Nidia
08.35 WIB
RR:18x/menit
S: 36,5 C Nidia
08.40 WIB Klien
mengatakan
6. Memberi klien nyeri
waktu istirahat berkurang.
yang cukup 6. Klien istirahat
Kolaborasi siang
7. Memberikan 7. Klien
09.00 WIB diberikan obat Nidia
salep yang
mengandung asam salisilat
asam silsilat dan sesuai
sulfur selama 3-4 petunjuk
hari dokter
Setelah 2 hari
ruam memudar
dan lesi
8. Memberikan mongering.
antibiotik dan 8. Klien
antihistamin diberikan
antibiotic

[28]
sesuaianjuran
dokter.
Hasil
pemeriksaan
kulltur luka:
Sarcoptes
scabiei mati.
3. 27/09/2015 Mandiri 1. Lokasi erosi Nidia
09.10-09.15 1. Mengkaji lokasi pada sela-sela
WIB kult yag jari tangan dan
mengalami erosi dada, ruam
luka ataupun lesi. memudar
11.15 WIB 2. Membantu klien setelah
untuk pemberian diberikan
Nidia
obat topical untuk salep, luka lesi
11.25 WIB daerah yang sulit mongering.
dijangkau. 2. Membantu
3. Mengajarkan klien
teknik-teknik memberikan Nidia
11.30 WIB mencegah infeksi salep pada
yaitu tidak daerah sela-
menggaruk lesi sela jari tangan
dan menjaga dan dada.
11.35 WIB kebersihan kulit 3. Diajarkan
4. Memberikan untuk sebelum
pakaian yang dan selesai
longgar dan aktifitas
mampu menyerap mencuci
keringat. tangan dengan
5. Mengkolaborasi sabun, tidak
pemberian obat melakukan Nidia
sesuai program kontak yang
pengobatan kuat dan sering
kepada orang
lain. Jika gatal Nidia
jangan digaruk
cukup di gosok
perlahan
secara halus.
4. Klien
menggunakan
baju berbahan
kaos.
5. Pemberian
obat anti
inflamasi

[29]
E. Evaluasi

NO Tgl/Bln/Thn/Jam EVALUASI Paraf


dx
1. 29/09/2015/ 08.00 S: Klien mengatakan nyeri dan Nidia
WIB gatal-gatal berkurang dengan
skala 04.00
O: TD:120/90 mmHg
N: 70x/menit
RR:18x/menit
S: 36,5 C
Hasil pemeriksaan lab: kultur
luka Sarcoptes scabiei mati.
Klien tampak tenang dan
tidak gelisah.
A: masalah sebagian teratasi
P: tindakakan nomer 5,6,7,8
dilanjutkan
3. 30/09/2015/ S: klien mengatakan saat gatal Nidia
09.10 tidak digaruk, dan tau cara
mencegah infeksi
O: kulit klien tampak
beregenerasi,
TD:120/90 mmHg
N: 70x/menit
RR:18x/menit
S: 36,5 C
Ruam tampak memudar dan lesi
mongering, erosi sebagian hilang
A: masalah sebagian teratasi
P: tindakan 2,3, 5 dilanjutkan

[30]
BAB IV

PEMBAHASAN

Skabies adalah Infeksi pada kulit yang dapat menular disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei var harmonis (penyakit gatal-gatal akibat kutu). Penyakit ini
menyebabkan gatal-gatal, kutu yang menyebabkan penyakit ini akan membuat
sebua terowongan didalam kulit. Penyakit Scabies ini bisa ditularkan lewat
banyak macam, antara lain lewat lingkungan yang kumuh lembab dan padat
penduduk, hewan peliharaan dll. Dalam kasus klien tinggal didaerah pesantren
yang mana lingkungannya lembab, kumuh dan jarang terkena sinar matahari oleh
karena itu kutu scabies mudah untuk menyebar dan berkembang biak.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk scabies ada banyak cara, dalam
kasus pemeriksaan yang paling diutamakan yaitu pemeriksaan laboratorium yaitu
kultur luka, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari lesi atau
luka yang terdapat pada sela-sela jari tangan dan dada. Selain itu juga mengkaji
keadaan pasien, dengan cara inspeksi, di sela-sela jari tangan terdapat ruam dan
lesi atau garis tipis yang beruba terowongan merah, banyak terowongan-
terongonan disetiap sela jari tangan, di dada pasien pun juga terdapat lesi yang
sama seperti di tangan meskipun tidak sebanyak di sela-sela jari tangan.

Diagnosa keperawatan untuk penderita scabies antara lain Pruritus


berhubungan dengan iritasi dermal dan Kebutuhan pemenuhan informasi
berhubungan ddengan tidak adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan. Pada kasus diagnosa yang
muncul antara lain Nyeri berhubungan dengan agen injuri; kerusakan jaringan
kulit; lepuhan berbentuk kepala jarum lentur. Resiko infeksi berhubungan dengan
kerusakan jaringan kulit, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi
lapisan kulit, Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit yang diderita,

[31]
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber-
sumber informasi scabies.

Tindakan yang diberikan pada penderita Skabies bisa diberikan Salep yang
mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang
setelah satu minggu, Salep yang mengandung benzoas benzilicus selama 3 malam
kemudian dapat diulangi setelah satu minggu, Salep yang mengandung gamma
benzene hexacloride selama satu malam, kemudian dapat diulangi selama satu
mingu, Malathion 0,5% dalam basis air berfungsi aebagai skabisid dioleskan pada
kulit dalam 24 jam. Aplikaisi ke dua bisa diulang beberapa hari kemudian dan
masih banyak lagi, namun pada kasus hanya diberikan salep yang mengandung
salisilat dan sulfur selama 3-4 hari dan tambahan antibiotic dan antihistamin.

Pada klien dengan skabies yang perlu di evaluasi adalah nyerinya


terkontrol atau tidak, gatal mulai hilang, puss hilang, kulit tidak memerah, apakah
kelurga sudah mampu melakukan perawatan pada klien dengan scabies dirumah
dan perawat harus memperhatikan tingkat pengetahuan klien sehingga klien dan
kluarga dapat menjaga kebersihan diri maupun lingkungan dalam usaha menjegah
terjangkitnya scabies.

[32]
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal
juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.
2. Macam-macam scabies antara lain Skabies pada orang bersih (scabies of
cultivated), akabies incognito, skabies nodular, skabies yang ditularkan
melalui hewan, skabies Norwegia, dan skabies pada bayi dan anak.
3. Penyebab scabies adalah tungau Sarcoptes scabiei, adapun faktor yang
bisa menyebabkan scabies salah satunya yaitu lingkungan yang kumuh
dan padat penduduk.
4. Pasien mengeluh gatal yang secara khas terasa sekali pada waktu malam
hari. Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada scabies, terowongan dan ruam
scabies. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian
samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari. Pergelangan tangan, dan
pungung kaki. Pada bayi terowongan sering terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki dan bisa juga terdapat pada badan, kepala dan leher.
5. Skabies disebabkan oleh tungau sarkoptes scabiei tersebar luas diseluruh
dunia dan lebih sering terdapat dinegara yang kurang sumber daya dan
pada kondisi pemukiman padat kurangnnya hingine personal dan
promiskuitas seksual.
6. Pemeriksaan yang bisa dilakukan salah satunya pemeriksaan laboratorium
yaitu dengan kultur luka.
7. Pengobatan pada scabies antara lain diberikan salep yang mengandung
salisilat dan sulfir yang biasa diberikan selama3-4 hari.

[33]
B. Saran
1. Hendaknya setelah membaca makalah ini masyarakat mampu mencegah
scabies secara dini.
2. Hendaknya perawat mampu memberikan perawatan pertama kepada
penderita scabies secara cepat tepat dan efektif utuk menghindari resiko
infeksi.
3. Hendaknya pemerintah mampu memberikan konstribusi kepada pusat
kesehatan masyarakat.

[34]
Lampiran 1 Sesi Tanya Jawab

A. Pertanyaan
Pertanyaan dari saudara Lely Rezky Oktaviani:
1. Bagaimana apabila suatu pedesaan tidak ada air, resiko untuk menderita
penyakit kulit scabies akan semakin tinggi, apa yang bisa dilakukan?
2. Bagaimana penularan pada orang yang seksual aktif?

Pertanyaan dari saudara Yolly Finollah:

1. Apakah pasien dengan scabies harus mengukur tekanan darah?bagaimana


jila lokasi untuk melakukan pengukuran tekanan darah terdapat lesi cairan
atau pus?
2. Apakah macam-macam scabies menular?

Pertanyaan dari saudari Azizah latif

1. Kenapa gatal-gatal pada scabies terjadi pada malam hari?

B. Jawaban
Jawaban pertanyaan saudari Lely Rezky :
1. Masalah air yang tidak ada di desa tersebut itu merupakan tugas dari
pemerintah daerah dan pemerintah pusat, sedangkan tugas perawat hanya
sebagai preventif, promotif, rehabilitative, perawat mengobati orang yang
menderita penyakit scakies tersebut.
2. Orang yang melakukan seksual terus menerus dengan orang yang berbeda
resiko akan terjangkit kutu scabies, orang yang sudah tertular akan
menularkan ke orang lain saat melakukan hubungan seksual.

[35]
Jawaban pertanyaan saudari Yolly Finolla:

1. Semua pasien dengan jenis penyakit berbeda memang harus dikaji salah
satunya dengan mengukur tekanan darah, jika lokasi pada lengan terdapat
lesi maka pengukuran bisa di kaki atau menunggu luka terobati.
2. Semua penyakit infeksi menular

Jawaban pertanyaan saudari Azizah:

1. Gatal pada malam hari karena kerja kutunya pada keadaan lembab.

[36]
DAFTAR PUSTAKA

Graham Robin-Brown & Tony Burns. 2005. LECTURE Notes Dermatologi edisi
delapan. Jakarta:Erlangga
Natadisastra Djaenudin & Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran.
Jakarta:EGC
Mandal, Wilkins, Dunbar & Mayoon White. 2006. Lecture Notes Penyakit Infeksi.
Jakarta:Erlangga
Bilotta Kimberly A. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
. Askep Scabies.[Online]. Tersedia: http://www.nursingbegin.com.Html
(April 1st, 2011)

Herbert P Goodheart. 2013. Diagnosis Fotografik &Penatalaksanaan Penyakit


Kulit Edisi 3.Jakarta: EGC
Dwi Murtiastutik.2009. Atlas HIV dan AIDS dengan Kelainan Kulit. Surabaya:
Airlangga University Press

[37]

Anda mungkin juga menyukai