Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Skabies pada manusia adalah penyakit yang sangat menular yang

disebabkan olehtungu Sarcoptes Scabiei var. Hominis. Tungau ini adalah parasit
obligat untuk manusia. Skabies tidak hanya menular dengan penyakit seksual
semata-mata, tetapi mempunyai banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
seperti personal hygiene yang jelek dan sebagainya.

Secara epidemiologik, distribusi skabies adalah pada seluruh negara dan


beberapa daerah seperti Kepulauan Carribean merupakan endemik dengan hampir
kesemuanya mengalami penyakit ini. Pada masa lalu, skabies muncul dalam suatu
siklus yang dikenal sebagai gatal tujuh tahun, tapi ini tidak lagi terjadi. Dalam
beberapa tahun terakhir, epidemik lebih pada panti jompo, panti asuhan dan
beberapa tempat yang mungkin mengalami kesesakan.

Menurut Departemen Kesehatan RI pravalensi skabies di puskesmas


seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6% - 12,95% dan skabies menduduki
ururtan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin
FKUI/RSCM pada tahun1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan
5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 pravalensi adalah 6%
dan 3,9% (Sungkar, 1995).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Skabies?
2. Bagaimana etiologi Skabies?
3. Bagaimana patofisiologi dari Skabies?
4. Apa manifestasi klinis dari Skabies?
5. Apa komplikasi dari Skabies?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Skabies?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Skabies?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
1.3

Skabies?
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
melengkapi tugas Sistem Integumen berkenaan dengan penyakit
Kulit karena Parasit (Skabies)
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies
2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien
dengan scabies
3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan
pengkajian
4. Menjelaskan tentang pembuatan rencana keperawatan
berdasarkan teorii keperawatan

1.4

Manfaat
1. Mengetahui penyebab dan proses perjalanan penyakit Skabies.
2. Memahami parameter pengkajian yang tepat untuk menentukan status
kesehatan.
3. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Skabies
2

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Definisi
Penyakit scabies merupakan penyakit yang tidak asing lagi buat kita.

Bahkan, penyakit ini disebutpenyakit masyarakat karena banyaknya masyarakat


kita yang menderita penyakit ini.
Scabies banyak diderita oleh masyarakat dengan hygiene yang buruk dan
juga lingkungan yang padat karena disebabkan oleh parasit sejenis kutu. Kutu ini
mudah sekali berpindah dari hospes satu ke hospes yang lain (Rahariyani, 2008)
Scabies adalah penyakit kulit yaang disebabkan oleh infestisasi (bersifat
menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the icth, gudig, budukan, dan
gatal agogo (Handoko, 2007).

Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau


infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host
normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber
hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Artrhopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada

kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, sedangkan pada biri-biri oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Ovis (Sacharin, 2001).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekatan) terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya
(Adhi, 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebab Scabies adalah Sarcoptes Scabiei (Isa, Soedjajadi, Hari, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa scabies
adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasai dan sensitisasi
terhadap tungau (mite) Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama the icth, gudik, atau gatalagogo. Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes Scabiei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum membentuk kanal atau terowongan lurus atau
berbelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 cm.
2.2

Etiologi
Skabies (Scabies, bahasa latin = keropeng, kudis, gatal) disebabkan oleh

tungau kecil berkaki delapan (Sarcoptes Scabiei), dan didapatkan melalui kontak
fisik yang erat denagn orang lain yang menderita penyakit ini, seringkali
berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barnagkali merupakan
penyebab umumterjadinya penyebaran penyakit ini. Semua kelompok umur bisa
terkena. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan dewasa muda,
walaupun akhir-akhir ini juga sering didapatkan pada orang berusia lanjut,
biasanya di lingkungan rumah jompo. Kontak sesaat tidak cukup untuk dapat
menimbulkan penularan, sehingga siapapun yang biasa mengahadapi kasus
scabies dalam tugas pelayanan kesehatan tidak perlu takut tertular penyakit ini.
Tungau scabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan
meletakkan telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya. Tungau scabies jantan
hanya mempunyai satu tugasdalam kehidupannya, dan sesudah kawin dengan
tunagu betina serta pelaksanaan tugasnya selesai, mereka mati. Mulanya hospes
(inang) tidak menyadari adanya aktivitas penggalian terowongan dalam epidermis,
tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hypersensitivitas terhadap tungau atau

bahan-bahanyang dikeluarkannya, dan mulailah timbul rasa gatal. Adanya periode


asimtomatis bermanfaat sekali bagi parasite ini, karena dengan demikian mereka
mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respon
imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya
akan digaruk, dan tungau-tunagu serta telur mereka akan hancur. Dengan cara ini
hospes mengendalikan populasi tungau, dan pada kebanyakan penderita scabies,
rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari selusin
(Graham-Brown & Burns, 2005).
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabiei Var.
Hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transulen, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah
dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3
hari dan pada suhu kamar 21oC dengan kelembaban relatif 40-80%.

Cara penularan (transmisi):


1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Masa inkubasiskabies berariaasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Skabies menunjukkan snsitisasi

dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas
kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal
timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
2.3
Patofisiolgi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kelainan ni
timbul pada pergelangan tangan. Gata yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2001).
Sarcoptes scabiei var hominis adalah suatu tungau dengan pangjang kirakira 0,5mm, yang menyebabkan skabies pada manusia. Tungau betina menggali di
bawah kulit dan menghasilkan telur dan skibala. Reaksi hipersensitivitas lambat
tipe IV terjadi setelahsekitar 1 bulan pada pasien yang tidak tersensitisasi atau
dalam beberapa jam pada pasien yang tersensitisasi. Hal ini menyebabkan pruritus
berat yang khas untuk infeksi skabies (Greenberg, 2007).
2.4
Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk scabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain:
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati

dengan

kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau


tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan
mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang
gatal.Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
7

laki-laki, inguinal dan aksila.Nodus ini timbul sebagai reaksi


hipersensetivitas terhadap tungau scabies.Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya
yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada bayi, lesi di muka (Harahap, 2000).
7. Skaabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
2.5

(Harahap.M, 2000).
Manifestsi klinis

1. Ruam yang sangat gatal


2. Pruritus dapat lebih berat pada malam hari dan dapat mengenai
bagian tubuh manapun, tapi paling sering area interdigital, aksila,
area genital, bokong, dan payudara (Greenberg, 2007).
3. Biasanya terdapat lesi papular dengan tanda garukan ang terdistribusi
simetris , sering kali pada jari-jari, pergelangan tangan, dan bokong,
sekitar pinggang, dan genetalia. Dapat terbentuk vesikel atau pustul
atau dapat menjadi eksematosa.
4. Lesi yang khas adalah terowongan suat garis tipis gelap yang
berakhir dengan lepuhan berbentuk kepala jarum pentul (yang
mengandung tungau).
5. Gatal biasanya pada malam hari (Mandal, 2008).
6. Menemukan tungau dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan terasa gatal. Kerokan yanng dilakukan agak
dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes

betina

bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih


stadium hidup tungau ini.
Gejala singkat : perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tamabahan: penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malah hari. Kelainan
kulit mula-mula berupa papula, vesikel. Akibat garukan timbul infeksi sekunder
sehingga terjadi pustula.
- Lokasi : sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak sekitar pusat,
paha bagian dalam, genetalia pria, dan bokong. Pada bayi: kepala,
-

telapak tangan dan kaki.


Efloresensi/sifat-sifat: papula dan vesikel sampai letikular disertai
ekskoriasi (scratch mark). Jika terjadi infeksi sekunder tempat
pustula lentikular. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus)
miliar, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang
kira2 1 cm, berwarna putih abu-abu . akhir/ujung kanulikuli adalah
tempat persembunyian dan bertelur sarcoptes scabie betina. Tungau
betina bertelur 3-5 telur/hari. Sesah 3-4 hari, telur menetas menjadi
larva, dalam 3-5 hari menjadi nimfa, selanjutnya menjadi tungau
dewasa. Tungau jantan dewasa mati diatas permukaan kulit sesudah
mengadakankopulasi, sedang yang betina membuat terowongan
9

baru, bertelur dan mati sesudah 2-3 minggu. (prof.Dr.R.S. Siregar,


2004).

2.6

Pathway

Lingkungan yang padat

Kebersihan diri kurang

Sanitasi Buruk
Keadaan lembab
dan panas

Reservoir sarcoptes

Sarcoptes Scabiei Var. Hominis


Kontak langsung dan
tidak langsung

Penyebaran telur sarcoptes pada orang sehat


Tempat yang baik untuk sarcoptes
bertelur pada stratum corneum
Terbentuknya
Terowongan

SCABIES

Reaksi Peradangan

Akumulasi Sekret

Pengeluaran
Reseptor

Ekskret S.skabies
di kulit

Melakukan Garukan
pada kulit

Peningkatan pembentukan
histamin
Penderita Mengalami Gatal

Vesikel dan
Ekskoriasi

Resiko Infeksi

Papul Pecah
Gangguan pola
Kerusakan lapisan kulit
tidur
2.7
Pemeriksaan penunjang
Rusaknya
pertahanan
barier
Dicurigai
skabies
dapat
dilakukan
pemeriksaan
diagnostik
seperti
Gangguan
integritas
dibawah
ini:
kulit- Membuka lubang galian atau lesi kulit lainnya dengan pisau skalpel

nomor 15, isinya ditempelkan diatas kaca objek dan berikan setetes

10

minyak. Diagnosis dikonfirmasi dengan identifikasi tungau, telur,


atau feses pada pemeriksaan mikroskopik. (Greenberg, 2007)
(prof.Dr.R.S. Siregar, 2004) Mancari sarcoptes scabiei dewasa, larva,
telur atau skibala dari dalam terowongan dewasa.Prurigo : biasanya berupa
papula-papula yang gatal; predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.
1. Gigitan seranggan : biasanya jenis timbul sesudah gigitan,
eflorensinya urtikaria papular.
2. Folikulitis : nyeri, efloresensi berupa pustula miliaran dikelilingi
2.8

daerah eitema.
Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat

timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,


selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
skabies dapat menmbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan
terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenboat juga
dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
terutama disekitar genetalia pria. Gemma benzena heksakloridasudah diketahui
menyebabkan dermatitis irirtan bila digunakan secara berlebihan.
Menurut (Greenberg, 2007) Komplikasi terbatas pada infeksi sekunder
dan pada pasien dengan gangguan imun:
1. Bentuk generalisata skabies berkrusta
2. Hiperkeratosis dan ruam eritematosa pada wajah, tubuh, dan
ekstremitas.
3. Pruritus berlangsung selama beberapa bulan setelah pengobatan
infeksi berhasil.
Skabies norwegia atau berkrusta: pada superinfestasi, lesi psoriasiform
berkrusta timbul secara luas ditubuh; rasa gatal dan teroeongan biasanya tidak
ada. Impetigo akibat infeksi sekunder dengan S.pyogenes biasa terjadi di daerah
tropis (Mandal, 2008).
2.9
Penatalaksanaan

11

Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihanuntuk


membasmi skanbies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tisur, handuk tidak boleh dipakai
bersama.
Syarat obat yanga ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh, dan harganya murah.
Jenis obat topical:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam benntuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam
minyak

sangat

aman

dan

efektif.

Kekurangannya

adalah

pemakaiantidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhada


stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan
iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikansetiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim
atau lotion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanita hamil
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali
dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi semnggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau lotion mempnyai dua efeksebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut,
danuretra. Krim (eurax) hanya efektif

pada 50-60% pasien.

Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah


24jam pemkaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efekttif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat garukan.
12

Manajemen keperawatan pada pasien skabies, yaitu:


1. Sarankan pada pasienuntuk menjaga personal

hygienenya,

meningkatkan kebersihan lingkungan, menyarankan untuk tidak


sering menggaruk area yang gatal.
2. Diskusikan pada pasien untuk menghindari orang-orang yang
terinfeksi skabies, dan sebaiknya menghindari tempat yang
padat/berdesakan.
3. Beritahu pasien untuk perlu mencuci dan mengeringkan semua
pakaian dan sprei dan semua alat-alat tidur untuk mencegah
reinfeksi.
4. Orang yang serumah dan orang yang kontak secara seksual dengan
skabies sebaiknya diobati untuk mencegah reinfeksi. (Greenberg,
2007)
5. Instruksikan pada pasien untuk tidak memakai pakaian atau handuk
bersama-sama orang lain.
6. Beritahu pasien bahwa skabies tidak tertutup kemungkinan untuk
muncul lagi apabila pasien tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya.
7. Ajarkan pada pasien cara-cara untuk mengghindari skabies.

13

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

Pengkajian
A. Identitas
Nama, umur

(baanyak menyerang anak-anak, walaupun orang

dewasa dapat pula terkena, selain itu dikaji juga usia anak karena
semakin muda, system imunnya rendah sehingga mudah sekai untuk
masuknya Sarcoptes Scabiei, S. Scabiei senang dengan kulit yang tiis
seerti pada kulit anak), jenis kelamin (frekuensi yang sama pria dan
wanita untuk dewasa, sedangkan pada anak-anak, biasanya banyak
terjadi pada anak laki-laki karena aktivitas anak laki-laki lebih
banyak dibanading anak perempuan dan hygiene anak laki-laki
kurang sehingga mudah terkena skabies), agam, suku/bangsa,
penddikan, pekerjaan, alamat (alamat untuk menentukan penyebab
mengapa asien terkena skabies, karena apabila anak yang terkena
skabies tiggal di tempat yang endemik scabies dan daerah tersebut
padat penduduknya akan terjadi peningkatan resiko penularan
skabies).
B. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama: biasanya pasien mengeluh gatal terutama pada
malam hari, pada penderia terdapat lesi dikulit terutama pada
kulit yang tipis seperti kulit keala, wajah leher, telaak tangan, dan
-

kaki, dan biasanya pasien juga mengeluh nyeri.


Riwayat penyakit sekarang: pasien mulai merasakan gatal yang
memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat

rasa gatal yang sangat hebat.


Riwayat penyakit dahulu: tanyakan pada pasien apakah
sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama, apakah
pernah menderita dermatitis.

14

Riwayat kesehatan keluarga: scabies merupakan penyakit


menular, sehingga yang terkena scaaabies akan menularkan ke

anggota keuarga yang lain.


C. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: Compsmentis
- TTV
TD: 100/60-120/80 mmHg
N: 60-100 x/menit
S: 36,5-37,5oC
RR: 16-20 x/menit
- Reviw of System
a. System integumen:
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk
garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriosi, dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya
merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae
(wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genetalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat
timbul pada kulit kepala dan wajah.
Menemkan tungau, dengan membuat kerokan kulit
pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal.
Kerokan

yang

dilakukan

agak

dalam

hingga

kulit

mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak


dalam di kulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup
tungau ini.
- Kepala
- Dada
- Punggung
- Ekstremitas

: kadang ditemukan bula


: kadang ditemukan bula
: kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
: kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

15

b. Sistem kardiovaskular
Tidak ada keluhan, masih dalam batas normal
c. Sistem respirasi
Tidak ada keluhan, masih dalam batas normal
d. Sistem pengindraan
Terdapat lingkaran hitam disekitar kantung mata akibat sering
e.
f.
g.
h.

tidak dapat tidur pada malaam hari


Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan, masih dalam batas nrmal
Sistem perkemihan
Tidak ada keluhan, masih dalam batas nrm
Sistem muskoloskeletal
Tidak ada keluhan, masih dalam batas nrm
Sistem reproduksi
Biasanya pasien scabies dengan letak lesi pada daerah
genetalia akan mengganggu dalam berhubungan seksual,
karena lesi terasa gatal dan kadang disertai nyeri jika terlaalu

keras dalam menggaruk


i. Sistem neurobehaviour
Tidak ada keluhan, dan dalam batas normal
D. Pola fungsional gordon
1. Pola persepsidan manajemen kesehatan
Apabila sakit, individu biasa membeli obat di toko obat
terdekat

atau

apabila

tidak

terjadi

perubahan

pasien

memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.


2. Pola nutrisi dan metabolik
Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi
metaboliknya
3. Pola eliminasi
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola
eliminasinya
4. Pola latihan atau aktivitas
Biasanya individu yang terkena scabies akan menjadi malas
melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, bermain, dll
karena individu fokus terhadap rasa gatal yang dirasakan.
5. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal
yang terasa hebat pada malam hari.
6. Pola persepsi kognitif

16

Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhada pola


kognitif perceptualnya.
7. Pola persepsi diri
Pada individu yang menderita penyakit scabies ini akan
menjadi kurang percaya diri akibat gatal-gatal, kulit bintikbintik dan mengelupas.
8. Pola koping dan toleransi stress
Kehilangan atau perubahan yang terjadi padapenderita
scabies terutama penderita scabies yang masih anak-anakakan
malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalh
utama yang terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal,
dan akhirnya menjadi malas untuk bermain dan bersosialisasi.
9. Pola hubungan peran
Pada pasien dengan penyakit scabies membutuhkan
dukungan dari orang tua atau orang terdekat kaarena
kebanyakan penderita scabies kepercayaam dirinya kurangakibt
dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas.
Dukungan dariorang terdekatakaan meningkatkan kepercayaan
diri sehingga individu dapat cepat sembuh.
10. Pola reproduksi seksual
Tidak terjadi gagguan
11. Pola keyakinan
Intensitas beribadah masih dapat
3.2

dilakukan

secara

maksimal.
Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pecahnya papul
akibat garukan yang dilakukan pasien akibat rasa gatal yang
ditimbulkan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat
khususnya pada malam hari.
3. Resiko infeksi behubungan dengan rusaknya pertahanan barier akibat

3.3

rusaknya lapisan kulit.


Intervensi
No.D
x
1

Tujuan dan KH
Tujuan:

setelah -

Intervensi
Observasi

Rasional
-

Agar

lebih
17

dilakukan tindakan

TTV

keperawatan

karakteristik

keadaan

selama 1x24 jam

lesi atau erosi

sebenarnya

diharapkan

yag terjadi
Hindari

pasien
Tempat

gangguan
integritas

kulit

dapat
diminimalisir.
KH:
-Pasien
dapat
mengetahui

dan

mengetahui

yang kasar dapat

bentuk

dari

menambah

tempat

tidur

gangguan

Menganjurkan
klien

terjadinya

integritas
-

menggaruk

integritas
kulitnya
-Pasien mengetahui

Menjaga agar
kuku

cara mencegah

selalu

terpangkas

terjadinya
integritas kulit
-Integrtas
kulit
yang baik dan
dapat

dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur)
-Tidak ada luka atau lesi pada
kulit
-Tidak terjadi erosi
ada kulit

Gunakan
bedak

kulit
Menggaruk dapat
erosi

yang

berlebih

pada

kulit
Pemotongan
kuku

akan

menjaga

kulit

agar tidak terjadi

bersih

gangguan

pada

menyebabkan

untuk

berhenti

gangguan

tidur

penggunaan

yang kasar

penyebab

yang

infeksi

karena

kuku

terjaga

kebersihannya
Agar kulit terjaga
kebersihan

kering

dan

meminimalkan

untuk menjaga

gesekan

kesehatan kulit
-

pada

kulit
Obat anti tungau

Kolaborasikan

untuk membasmi

dengan

tungau

tenaaga medis

bersarang

lain

kulit

dalam

pemberian

sedangkan

yag
pada
pasien
obat
18

obat

anti

topikal

tungau

dan

menjaga

obat topikal
2

Tujuan:

setelah -

Lakukan

untuk
kulit

tidak terjadi erosi


-

Memberikan

dillakukan

pengkajian

informasi

tindakan

masalah

dalam

keperawatan

gangguan

menentukan

selama 1x24 jam

tidur

rencana

kebutuhan istirahat

karakteristik,

tidur

dan penyebab

dapat

terpenuhi
KH:
-Pasien mengetahui
penyebab
gangguan

pola

tidur

yang

dialami

pasien -

cara mengatasi
pola

tidur

dalam

batas normal

bantal

yang

Meningkatkan
knyaman

saat

tidur

dan

bersih
Hindarkan
pasien

dari

minum

atau

Kafein memiliki
efek

puncak

setelah 2-4 jam


sesudah
dikonsumsi

kafein
menjelang

tanpa

jam

tidur,

mengandung

tidur di malam

ada gangguan
-Pola, kualitas, dan
jumlah

tempat

keperawatan

makanan yang

istirahat
-Pasien dapat tidur
nyenyak

kurang tidur
Kondisikan

nyaman

selama ini
-Pasien mengetahui
gangguan

pasien,

dasar

hari
Melaksanakan
gerak

badan -

secara teratur

Gerak

badan

memberikan efek
yang
menguntungkan
untuk tidur jika

19

dilaksanakan
-

Mengerjakan
haal-hal

yag

memudahkan

ritual dan rutin

peralihan

menjelang
-

dalam

pemberian

Tujuan:

seteaah -

dari

keadaan tertidur

tidur
Kolaborasi

obat

pada sore hari


Tindakan
ini

Meguranagi rasa
gatal

anti

histamin
Observasi

Demam

dapat

dilakukan tindakan

tandatanda

terjadi

keperawatan

infeksi

adanya infeksi

selama 1x24 jam


diharapkan resiko

dan

peradangan
Laksanakan

pemakaian

infeksi dapat turun


KH:
-Pasien
dapat

seperti

yang

pendinginan
lewat pengisatan

untuk

infeksi
-Pasien mengetahui

yang

mengurangi

menimbulkan

intensitas

cara mengatasi

vasokontriksi

inflamasi

resiko infeksi
-Tidak
terjadi

pembuluh darah
kulit,

tanda-tanda
infeksi

basah

menghasilkan

diprogramkan

penyebab resiko

Kompres
akan

kompres basah

mengetahui

karena

dengan

demikian
pada

akan

mengurangi

klien

eritema
-

Gunakaan

serta

produk serum.
Kortikosteroid

obat-obatan

memiliki

topikal

antiinflamasi

yang

kerja

20

mengandung

yang

kortikosteroid

menjelaskan

seperti

sebagian

yang

diresepkan
dokter

kemampuannya
dan

untuk

menurut

menimbulkan

indikasinya

vasokonstriksipa
da

pembuluh

darah

kecil

dalam

dermis

lapisan atas.

21

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau

infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host
normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber
hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak
fisik yang erat.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi
dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas
kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal
timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.Diduga epidemic scabies
setiap siklus 30 tahun
4.2

Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan

diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang scabies


dan dapat menerapkan asuhan keperawatan tentang scabies kepada masyarakat
terutama bagi para nakes

22

DAFTAR PUSTAKA
Graham-Brown, R., & Burns, T. (2005). Lecture Notes Dermatologi. Jakarta:
Erlangga.
Greenberg, M. I. (2007). teks-atlas:KEDOKTERAN KEDARURATAN. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Mandal, W. D.-W. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.
prof.Dr.R.S. Siregar, s. (2004). SARIPATI PENYAKIT KULIT. Jakarta: EGC.
Rahariyani, L. D. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: EGC.
Sinclair, C. (2009). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai