Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu organ penting sebagai pelindung tubuh

dari trauma, gesekan, serta mikroorganisme dari luar. Pada bagian

permukaan kulit banyak mengandung nutrisi yang sangat penting bagi

pertumbuhan mikroorganisme, antara lain lemak, bahan-bahan yang

mengandung nitrogen , mineral dan lain lain yang merupakan hasil

tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil appendiks kulit

(Djuanda, 2007).

Apabila kulit mengalami kelainan berupa barier kulit yang tidak

intak misalnya akibat mikotrauma akan memudahkan untuk terjadinya

penyakit kulit, salah satunya penyakit infeksi. Penyakit infeksi ini bisa

disebabkan oleh parasit diantaranya yaitu skabies dan pediculosis.

Pedikulosis adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh

Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia

cukup tinggi, diperkirakan ratusan juta orang terinfeksi setiap tahunnya dan

paling sering terjadi pada anak-anak. Di Amerika Serikat sekitar 6-12 juta

kasus anak-anak yang berusia 3-12 tahun mengalami PK setiap tahunnya.

Secara umum di Indonesia sendiri masih belum diketahui penyebarannya

karena belum ada penelitian mengenai insidensi dan pola penyebarannya.

Skabies umumnya terjadi pada penduduk dengan ekonomi

menengah ke bawah yang kurang menjaga kebersihan diri, higiene yang

1
buruk, promiskuitas seksual, kepadatan penduduk, dan kesalahan diagnosis

dari dokter yang memeriksa. Di antara faktor di atas, kepadatan penduduk

merupakan faktor terpenting dalam penyebaran skabies.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit skabies dan bagaimana asuhan

keperawatannya?

2. Apa yang dimaksud dengan penyakit pediculosis dan bagaimana

asuhan keperawatannya?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit skabies dan asuhan keperawatannya.

2. Untuk mengetahui tentang penyakit pediculosis dan asuhan

keperawatannya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skabies

2.1.1 Defenisi Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan

sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan

produknya (Djuanda. 2007: 119-120). Skabies merupakan infeksi tungau,

gudig dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis

parasit / kutu sarcoples scbiei (Husamah,2012).

Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu Scacoptes Scabiei

yang menimnulkan gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang- orang

miskin yang hidup dengan hyegin yang rendah. Namun demikian, infestasi

parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut

seing menjangkiti jari- jari tangan dan sentuhan tangan dapat

menimbulkan infeksi. Pada anak- anak, tinggal semalaman dengan teman

yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi

sumber infeksi (Bunner & Suddarth, 2013).

2.1.2 Epidemiologi Skabies

Ada dugaan yang menyatakan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi

epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit

ini diantaranya yaitu sosial ekonomi yang rendah, higien yang buruk,

hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan

perkembangan dermografi serta ekologi. Penyakit ini dapat

3
dimasukkankedalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS)

(Djuanda,2005).

Cara penularannya:

 Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat

tangan, tidur bersama dan hubungan sexual

 Kontak tak langsung (melalui perantara atau benda) misalnya

pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabie betina yang sudah dibuahi

atau kadang-kadang dalam bentuk larva (Djuanda, 2005).

2.1.3 Etiologi Skabies

Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara

morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan

tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum

corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit

(Akmal, 2013).

4
Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam

waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes

muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang

memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal

(Djuanda, 2005).

2.1.4 Klasifikasi Skabies

Menurut Sungkar (2000) Klasifikasi scabies antara lain :

1) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan

terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.

2) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal.

Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia

laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap

tungau scabies.

3) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah

anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak

terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia

eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering

kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat

sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus

hidupnya pada manusia.

4) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat

mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak

5
tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga

terowomgan jarang ditemukan.

5) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang

penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang

terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat

menderita scabies dengan lesi yang terbatas.

6) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang

luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal.

Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga,

bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku,

namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular karena

jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).

2.1.5 Manifestasi klinis Skabies

Menurut Djuanda (2005) ada 4 gejala klinis dari skabies:

1) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau

lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

2) Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai

seluruh anggota keluarga.

3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi).

Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu

sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian

6
luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea,

umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada

bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan

seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul

pada kulit kepala dan wajah.

4) Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat

ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.1.6 Patofisiologi Skabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies,

akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena

bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang

kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi

disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan

kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan

urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi

sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi

tungau (Djuanda,2005).

2.1.7 Pemeriksaan penunjang Skabies

1. Kerokan kulit

Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi minyak mineral atau KOH

10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang

bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan

7
penelitian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup

lalu diperiksa dibawah mikroskop. Pada skabies klasik, sering tidak

dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau. Kegagalan untuk

menemukan tungau tidak dapat menyingkirkan diagnosis skabies

2. Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan

ke dalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke

ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada

ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara

ini mudah dilakukan tetapi perlu keahlian tinggi.

3. Tes tinta pada terowongan ( Burrow ink test )

Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi

dengan tinta warna hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina,

dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta tersebut dibersihkan

dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan terlihat lebih gelap

dibanding kulit disekitarnya, karena akumulasi tinta dalam

terowongan. Tes akan dinyatakan positif bila terbentuk gambaran

kanikula yang khas berupa garis menyerupai bentuk zig-zag.

4. Membuat biopsi irisan ( Epidermal shave biopsi )

Diagnosis pati dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala

melalui mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan

ibu jari dan telunjuk kemudian diiris tipis, dan dilakukan irisan

superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati melakukannya

8
agar tidak berdarah. Kerokan tersebut kemudian diletakkan di atas

kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian

diperiksa dibawah mikroskop. tampak proses inflamasi ringan serta

edema stratum granulosum dan sedikit infiltrasi perivaskular

5. Uji tetrasiklin

Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam

kanalikuli. Setelah dibersihkan dengan menggunakan sinar ultraviolet

dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi

kuning keemasan pada kanalikuli.

2.1.8 Penatalaksanaan medis Skabies

Menurut Loetifa (2008) Penatalaksanaan medis pada skabies

diantaranya:

1. Delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT

(Diclhoro Diphenyl Trichloroetan).

2. Mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia

organic maupun non organic.

3. Mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur

bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak

boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering.

4. Khasiat tanaman obat permot (Passiflora foeltida) melalui aplikasi

secara topical atau dengan menggosok-gosokkan pada kulit yang

terserang skabies, mengakibatkan terjadinya pembesaran pori-pori

9
kulit, sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot

akan diabsorbsi ke dalam kulit dan beraktivitas terhadap tungau.

Penatalaksanaan keperawatan dengan memberikan edukasi:

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan skabisid topikal yang diberikan dioleskan di seluruh kulit,

kecuali wajah, sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.

3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan

teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati

pada suhu 130o.

5. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga

serumah.

6. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid.

Tidak boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah

seminggu walaupun gatal masih dirasakansampai 4 minggu kemudian.

7. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan

yang sama dan ikut menjaga kebersihan (Loetifa,2008).

2.1.9 Asuhan keperawatan Skabies

a. Keluhan utama

Keluhan utama Pada pasien scabies biasannya terdapat lesi dikulit dan

merasakan gatal terutama pada malam hari, gatal pada malam hari

karena aktivitas tungau yang lebih pada tempat yang lembab dan

10
panas. Ada nya bintik-bintik yang terasa panas yang menonjol

berwarna kemerah-merahan dan bernanah jika terinfeksi. Adanya

terowongan pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-

abuan, terbentuk impetigo dan purunkulosis, ditemukannya papul,

vesikel, urtika. Pada daerah garukan dapat timbul erosi, ekskresi,

krusta dan infeksi sekunder. Pada anak penderita scabies biasanya

terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama pada kulit yang tipis

seperti kulit kepala, wajah, leher, telepak tangan dan kaki. Anak juga

merasakan gatal terutama pada malam hari karena S.scabiei bekerja

membuat terowongan pada malam hari dan S.scabiei senang dengan

suhu yang lembab dan panas.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian

menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat

sehingga pasien selalu menggaruk yang menyebabkan timbulnya rasa

nyeri pada bagian bekas garukan. Gatal biasanya dirasakan pada

malam hari yang menyebabkan pasien merasa gelisah. Biasanya pasien

terlihat letih dan lesu serta tidak bersemangat. Scabies biasanya banyak

menyerang bagian tubuh dengan stratum korneum yang tipis, misalnya

sela-sela jari tangan – kaki, pergelangan tangan kaki, telapak tangan

kaki, setiap lipatan tubuh, bokong, genitalia. Biasanya adanya

terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih

keabu-abuan, bentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjang 1 cm

11
dengan ujung terowongan ditemukan papul atau vesikula. Ada nya

bintik-bintik yang terasa panas yang menonjol berwarna kemerah-

merahan dan bernanah jika terinfeksi.

c. Riwayat kesehatan sebelumnya

Biasanya pasien pernah memiliki riwayat alergi atau pernah menderita

penyakit scabies sebelumnya. Riwayat tinggal di tempat yang kotor

dan lembab, dan riwayat tinggal bersama pasien yang pernah

menderita scabies sebelumnya.Riwayat pasien pernah bergonta ganti

pakaian dengan orang lain,dan juga pasien suka memakai baju secara

bersama.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada anggota

keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke anggota keluarga

yang lain.

e. Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum : Biasanya baik

 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis

 Tanda – tanda vital : Biasanya normal dan terkadang bisa naik.

 Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah

yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang

dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena

sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini.  

12
a. Kepala : inspeksi:Kadang ditemukan bula

b. Dada : inspeksi:Kadang ditemukan bula

c. Punggung : inpeksi:Kadang ditemukan bula dan luka

decubitus

d. Ekstremitas : inspeksi:Kadang ditemukan bula dan luka

dekubitus

f. Diagnosa

a. Gangguan integritas kulit b/d infeksi tungau

b. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan

penampilan

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan lesi

NANDA NOC NIC

Gangguan integritas  Tissue Integrity : Skin and  Pemeriksaan


kulit b/d adanya Mucous Membranes kulit
lesi akibat garukan.  Hemodyalis akses  Kaji keadaan
 Kriteria Hasil : kulit, warna,
Integritas kulit yang baik
turgor kulit dan
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, sirkulasi
temperatur, hidrasi,  Anjurkan
pigmentasi)
kepada klien
Tidak ada luka/lesi pada
kulit untuk
Perfusi jaringan baik mempertahanka
Mampu melindungi kulit
n hygiene kulit,
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan misal dengan
perawatan alami mandi
menggunakan
sabun

13
antiseptik,
kemudian
mengeringkanny
a secara hati-
hati dan
menggunakan
lotion serta
melakukan
massase.
 Anjurkan klin
untuk
menggunting
kuku secara
teratur
 Tutup luka
dengan
pembalut steril
apabila lukanya
besar
lerosi,okskariasi
dan infeksi
sekunder.
 Kolaborasi
dalam
pemberian obat-
obatan topikal /
sistemik sesuai
indikasi.
 Kolaborasi
dalam

14
pemberian
bedak / lotion
antiseptik

Gangguan body  Body Image  Body Image


image berhubungan  Self Esteem Enhancement
dengan perubahan -Kaji secara
penampilan  Kriteria Hasil : verbal dan non
- Body image positif. verbal respon
- Percaya diri. klien terhadap
-Penerimaan kondisi tubuhnya.
tubuh positif. -Monitor
-Interaksi sosial positif frekuensi
mengkritik
dirinya.
- Jelaskan
tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan dan
prognosis
penyakit.
- Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya.
- Identifikasi arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat
bantu.
-Fasilitasi
kontak dengan
individu lain
dalam kelompok
kecil.
 Self Esteem
Enchanment
- Monitor
pernyataan klien

15
mengenai harga
dirinya.
- Dorong klien
untuk
mengidentifikasi
kelebihan dalam
diirinya.
-Kaji proses
penerimaan
klien.
-Beri
reinforcement
positif.
- Kaji klien
dalam mengatasi
bullying atau
ejekan.
-Identifikasi tujuan
realistis klien di
masa depan.
Resiko tinggi 1. Immune Status Infection control
infeksi 2. Knowledge:Infection (control infeksi)
control 1. Bersihkan
3. Risk control lingkungan
setelah dipakai
pasien lain
2. Pertahankan
teknik isolasi
3. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai lat
pelindung
4. Pertahankan
lingkungan
aseptic selama
pemsangan alat
5. Monitor tanda
gejala infeksi
sistemik dan local
6. Monitor

16
kerentanan
terhadap infeksi
7. Pertahankan
teknik asepsis
pada pasien yang
berisiko
8. Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi

2.2. Pediculosis

2.2.1 Defenisi Pediculosis

Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi

pedikulus (tuma), sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada

rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan

gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan

serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui

kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa

gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh (Mansjoer,2000).

Infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan

oleh Pediculosis (dari familyPediculidae) dan yang menyerang manusia

adalah Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar rambut)

yang artinya harus menghisap darah manusia untuk mempertahankan

hidup. Pedikulosis juga sangat mudah untuk menular dan dapat

menularkan tifus endemik dan gatal kambuhan. Peduculosis adalah

gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh infeksi pedikulus (kutu/tuma),

17
Ada dua jenis pedikulus yang sering ditemukan yaitu Pedikulus humanus

kapitis (kutu rambu di badan) dan Pedikulus Humanus kapitis (kutu rambu

kepala).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Pedikulosis adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh serbuan

kutu yang berakibat rasa gatal berlebihan sehingga terjadi infeksi.

2.2.2 Epidemiologi Pediculosis

Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di

lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika

kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut). Cara

penularannya melalui perattara, misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal yang

digunakan bersama-sama.. Lebih banyak terjadi di kaum perempuan. 

Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut

(Herdianti, 2015). 

Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut.  Kutu badan

biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk

dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat.  Kutu badan bisa

membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan

(Djuanda,2005).

2.2.3 Etiologi Pediculosis

Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa

kita kenal dengan kutu.  Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan

18
serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui

kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala

juga kutu badan. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun

sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki

badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan

kutu badan (Djuanda,2005).

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu

dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai

ukuran yang lebih besar (panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah

panjangnya) daripada yang jantan  (sekaligus jumlahnya lebih sedikit).

Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur

(nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut

(makin ke ujung terdapat telur yang lebih panjang).

2.2.4 Klasifikasi Pediculosis

Menurut Mansjoer (2000) ada 3 jenis kutu yang menyerang

manusia, yaitu :

1. Pedikulosis Kapitis

Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang

disebut Peduculus humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina

akan meletakkan telur-telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini

akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang liat.

19
Telur akan menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari

dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.

2. Pedikulosis Korporis

Pedikulosis Korporis merupakan infestasi kutu pediculus humanus

corporis pada badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang

mandi atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah

mengganti bajunya.

3. Pedikulosis Pubis

Pedikolisis pubis, yang merupakan infestasi oleh phthirus

pubis( crab louser; kutu kemaluan ) sangat sering dijumpai. Infestasi

parasit ini umumnya terjadi di daerah genital dan terutama ditularkan

lewat hubungan seks.

2.2.5 Manifestasi klinis Pediculosis

Pedikulosis Kapitis, tuma paling sering ditemukan disepanjang

bagian postorior kepala dan dibelakang telinga. Telur tuma dapat dilihat

dengan mata telanjang sebagai benda yang terbentuk oval, mengkilap dan

berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut. Gigitan serangga ini

menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang dilakukan untuk

menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri sekunder seperti

impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering ditemukan pada

anak-anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat ditularkan

lansung lewat kontak fisik atau tidak langsung leawat sisir, sikat rambut,

20
wig, topi dan perangkat tempat tidur ( bantal, seprei dll) yang terenfiksi

oleh tuma.

Pedikulosis Korporis, daerah kulit yang terutama terkena adalah

bagian yang paling terkena pakaian dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ).

Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan di temapt ini, kutu

merekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya.

Gigitan kutu menyebabkan titik-titk pendarahan yang kecil dan khas.

Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa gatal

dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta

leher. Di antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier

garukan yang paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus

menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah-

daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.

Pedikulosis pubis, “debu” berwarna cokelat kemerahan (ekskresi

kutu) dapat ditemukan pada pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat

menginfestasi rambut dada, aksila, janggut dan bulu mata. Makula yang

berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat pada badan, paha dan

aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut dengan bilirubin

(yang mengubahnya menjadi biliverdin ) atau ekskresi yang dihasilkan

oleh kelenjar liur kutu. Lipatan pubis harus diperiksa dengan kaca

pembesar untuk mendeteksi keberadaan phthirus pubis yang merayap

disepanjang batang rambut atau keberadaan telur kutu tersebut yang

menempel erat dengan rambut atau tempat pertemuan antara rambut dan

21
kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling sering ditemukan,

khususnya di malam hari, infestasi oleh kutu kemaluan dapat dijumpai

bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).

2.2.6 Patofisiologi Pediculosis

Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan

dewasa. Parasit ini bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina

dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu

mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah pada kulit. Hama ini

meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan juga menempel pada batang

rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis manusia. Kutu

manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam kulit

yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada kodisi

yang padat penduduknya.

Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia,

sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang

bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung

atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu

kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala

sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah. 

Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu

badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya

buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu

badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam

22
kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada

saat melakukan hubungan seksual.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Pediculosis

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan obeservasi telur tuma yang

dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda berbentuk oval,

mengkilap dan berwarna perak dan sulit dilepaskan dari rambut. Tuma

paling sering ditemukan sepanjang bagian posterior kepala dan dibelakang

telinga ((Bunner & Suddarth, 2013).)

2.2.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Pediculosis

Penatalaksanaan medis pada pediculosis diantaranya:

1. Permethrin tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo tidak

dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan

komplikasi neurologis karena bisa menimbulkan iritasi.

2. Gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24

jam, setelah itu baru pasien mandi.

3. Benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian deiberikan

panas tinggi seperti direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan

kutu.

4. Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1%

dalam pyrophylite; atau Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala

dapat digosok dengan salep Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan

DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophlite atau baik dengan

penggunaan 3 – 5 gram dari campuran tersebut untuk sekali

23
pemakaian. Bedak itu dibiarkan selama seminggu pada rambut, lalu

rambut dicuci dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi dari benzyl

benzoate ternyata juga berhasil (Brown.H.W, 1983).

5. Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada

rambut dan kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci

lalu dikeringkan. Kesadaran tentang pentingnya perawatan badan dan

rambut perlu ditanamkan baik kepada orang tua maupun para siswa

sendiri. Pengobatan juga harus dilakukan jika sudah terjangkit yang

ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.

2.2.9 Asuhan keperawatan Pediculosis

a. Identitas klien

Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,

status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama

ruangan dan diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan

c. Keluhan saat ini

Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa

tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,

terdapat ulkus dan erosi.

d. Riwayat kesehatan masa lalu

Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis ( personal

hiygine yang buruk ).

e. Data sosial

24
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi

hubungan dengan masyarakat kurang baik karena klien merasa

malu akibat penyakit yang diderita.

f. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum:  keadaan umum klien lemah

 Kesadaran: composmetis

 Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di

ujungnya ada papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.

 Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering,

kulit terasa kasar.

 Kulit  kepala: Pada klien Pedicolosis ditemukan telur-telur

dirambut pada oksiput terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa

dan ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis.

 Badan:  pada penderita pedicolosis terlihat bekas

garukan  sejajar,  perubahan-perubahan urtikaria, papula

erithematosa yang awet, lesi tampak jelas

 Pubis: Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan

phthirus pubis dan ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang

merupakan titik-titik darah dan terdapat dalam jumlah banyak.

g. Diagnosa

a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi

kutu.

25
b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit

(pedikulosis).

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab,


pengobatan dan pencegahan
NANDA NOC NIC

Gangguan rasa nyaman setelah dilakukan 1. Kaji kondisi kulit


(gatal) berhubungan tindakan keperawatan kepala, badan, pubis.
dengan infeksi kutu. pasien meraasa leebih 2.      Anjurkan agar kulit
nyaman pasien tetap kering.
Kriteria hasil : 3.     Anjurkan pasien
1)      Status lingkungn yng untuk menjaga
nyaman kebersihan pakaian,
2)      kualitas tidur dan alat mandi, tempat
istirahat adekuat, tidur dan sisir.
3)      Status kenymana 4.     Anjurkan untuk
meningkat membersihkan
kepala atau rambut
minimal 2xseminggu
5.     Anjurkan untuk
tidak menggaruk
daerah yang gatal
tetapi diusap
6.     Kolaborasi medis

untuk pemberian obat

untuk mengatasi gatal.

Gangguan konsep diri Pasien dapat menerima 1. Beri motivasi untuk


perubahan yang ada pada menerima keadaan
dirinya dirinya
2.     Beri penjelasan

26
Kriteria hasil: bahwa penyakitnya
a)     Mengidentifikasi dapat disembuhkan
kekuatan personal 3.      Jelaskan pentingnya
b)     pengakuan terhadap perawatan kulit
perubahan actual termasuk kepala,
pada penampilan badan, dan pubis
tubuh 4.     Berikan motivasi
c)     menggambarkan tentang percaya diri
perubahan actual dan mencegah
pada fungsi tubuh isolasi social
d)    memelihara hubungan
social yang dekat dan
hubungan personal
Skala :
Tidak pernah
Jarang
kadang-kadang
sering
positif
Kurang pengetahuan  Pengetahuan: Teaching: disease
berhubungan dengan proses penyakit process
penyakit, penyebab,  Pengetahuan: pola Berikan penilaian
pengobatan dan hidup sehat tingkat pengetahuan
pencegahan Kriteria hasil : pasien tentang proses
1. Pasien dan penyakit yang spesifik
keluarga Jelaskan patofisiologi
menyatakan dari penyakit dan
pemahaman bagaimana hal ini
tentang berhubungan dengan
penyakit,kondisi, anatomi dan fisiologi
prognosis dan dengan cara yang

27
program tepat
pengobatan Gambarkan tanda dan
2. Pasien dan gejala yang biasa
keluarga mampu muncul pada
melaksanakan penyakit, dengan cara
prosedur yang yang tepat.
dijelaskan secara Gambarkan proses
benar penyakit dengan cara
Pasien dan keluarga yang tepat

mampu menjelaskan Identifikasi kemungkina


panyebab, dengan
kembali apa yang telah
cara yang tepat
dijelaskan oleh perawat Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi


dengna cara yang
tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi kelaurga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses

28
pengotrolan penyait
Diskusikan pilihan
terapi dan penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan secod
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Rujuk pasien pada gurp
atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat

BAB III

29
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa penyakit skabies dan pediculosis adalah

penyakit yang disebabkan oleh parasit yang menyerang manusia. Skabies

merupakan infestasi kulit oleh kutu Scacoptes Scabiei yang menimnulkan

gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang- orang miskin yang hidup

dengan hyegin yang rendah. Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat

infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada

rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan

gatal akibat gigitannya.

DAFTAR PUSTAKA

30
Akmal, dkk. 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di

Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan

Koto Tangah Padang Tahun 2013. Artikel Penelitian. Hal164-167. Jurnal

Kesehatan Andalas. Di akses tanggal 2 September 2017.

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8.Jakarta: EGC
Bulechek, dkk. 2013.Nursing Intervention Classification (NIC) sixth edition.

USA: Elsevier.

C.Smelizar, Suzanne dan G. Bare, Brenda. 2013. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC
Djuanda, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI

Herdianti, dkk. 2015. Penatalaksanaan Pediculosis Capitis. Majority Vol 4. No. 9

Desember 2015.48

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses:Definition &Classification,2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
Husamah. 2012. Kamus Penyakit Pada Manusia. Yogyakarta: CV. ANDI

OFFSET

Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku sjsr asuhan keperawatan dengan sisitem

integumen. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead, dkk. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth edition.
USA: Elsevier.

31
32

Anda mungkin juga menyukai