1. Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei, hal ini
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam epidermis sehingga
menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto 1992 dalam Loetfia
2012:37).
Merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh masuknya
organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis ternasuk ordo acariformes,
family sarcoptidae, Genus sarcoptes (Handoko, dalam Maulina 2016:18). Terjadinya
penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sicial ekonomi
rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak langsung maupun kebiasaan
hygenis buruk. Penyakit ini dapat menyerang manusia secara berkelomok, apabila ada
salah satu dari anggota keluarga terkena Scabies, maka seluruh anggota keluarga
kebiasaanya juga akan terkena infeksi. (Djuanda, dan akmal, 2013:30- 31).
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi kutu
sarcoptes scabei membuat terowongan pada stratum korneum kulit, terutama pada tempat
predileksi (Wahidayat,1998 dalam Loetfia 2012:27)
Sarcoptes scabei adalah parasit yang termasuk dalam filum artropoda (serangga).
Secara morfolik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan
perutnya rata.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Scabies adalah
penyakit kulit diakibatkan oleh kuman sarcoptes scabei var hominis utamanya dirasakan
pada malam hari dengan rasa gatal hebat di tangan, kelamin, dan beberapa lipatan kulit
ditubuh.
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi tungau ini mudah
menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering
menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini ukurannya cukup besar
sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering menular diantara orang orang
yang tidur bersama. Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda
lainnya yang digunakan secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan
pencucian biasa bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan
dibawah lapisan kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam lubang. Beberapa hari
kemudian akan menetas tungau muda (larva), infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat,
kemungkinan merupakan suatu reaksi terhadap tungau. ( Susanto Clevere, 2013:37).
4. Klasifikasi
a. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta)
Bentuk Scabies ini ditandai dengan dermatotis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku
yang distrofik, serta skuama generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya
sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit
terdapat pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan
psikosis.
b. Scabies nodular
Scabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi , sering terjadi pada
bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais. (Linuwih sri, 2017:9).
5. Patofisiologi
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka bukan
penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah melalui kontak langsung
dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu Scabies dapat bertahan hingga tiga hari
pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber
alternatif untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia.
Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke
dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari
untuk menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan
kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan mengeluarkan
protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka
melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui
sebagai liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun sekunder
terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan motorik akibat
kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam
menanggapi pruritus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan
kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina. (Arif
Muttaqin, Kumala Sari, 2013:18-19)
1. Pengertian
Menurut (padila, 2015:12) asuhan keperawatan adalah proses yang komplek dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerjasama dengan keluargakeluarga dan
individu sebagai anggota. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan
keperawatan dan penilaian.
2. Pengkajian
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian atas permasalahan yang ada. Yaitu
tahapan dimana seorang perawat melakukan atau harus menggali informasi secara terus
menerus dari anggota yang di binanya (Murwani, 2008 dalam Padila 2015:24) Dalam
proses pengkajian ini dibutuhkan pendekatan agar keluarga dapat secara terbuka
memberikan data yang dibutuhkan. Beberapa metode yang dilakukan adalah wawancara
observasi misalnya tentang keadaan rumah fasilitas atau fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
terhadap seluruh anggota secara head to toe dan interpetasi data sekunder seperti hasil
laboratorium, hasil X-ray, pap smear. ( Padila, 2012:25) Hal-hal yang harus dikaji dalam
keluarga adalah:
a. Data umum
Pengkajian pada data umum meliputi nama kepala keluarga (KK) alamat dan
nomer telepon, pekerjaan anggota, pendidikan, anggota keluarga, pendidikan anggota,
dan komposisi yang dapat dibuat dengan genogram.
1) Tahap perkembangan saat ini. Menjelaskan kondisi saat ini dan menjadi fokus utama
saat saat pengkajian. Tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga status ekonomi dan
sosial.
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan tentang riwayat kesehatan keluraga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota, perhatian
terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat pada pihak suami dan
istri.
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah dapat didentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarrak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.
5) Sistem pendukung keluarga Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga
mengalami masalah.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang dilakukan
sama dengan metode pemeriksaan fisik klinik. Pemeriksaan fisik tersebut meliputi :
1) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan ini menunjukan hasil pemeriksaan dari tekanan darah, respirasi, nadi
dan suhu
2) Nutrisi Untuk menjelaskan kebiasaan, makan, pola makan, dan jenis makanan
yang dikonsumsi sehari-hari
3) Aktivitas istirahat Menjelaskan mengenai kegiatan yang dilakukan keluarga di
waktu istirahat keluarga
4) Pernapasan Pemeriksaan yang digunakan untuk menjelaskan kondisi sistem
pernafasan
5) Kardiovaskuler Menjelaskan kondisi jantung dan pembuluh darah
6) Pencernaan Menjelaskan kondisi sistem pencernaan anggota seperti mual,
muntah, peristaltik usus, anoreksi dan pola BAB.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
8. INTERVENSI
( SIKI )