Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR SCABIES


A. DEFENISI
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei var.
hominis. Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit, terutama di antara
anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa muda. Kadang terjadi epidemic
dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa lainnya, tempat skabies menyebar melalui
kontak orang-ke-orang dan kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar.Diagnosis
sering terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama (Goodheart, 2013).
Penyakit skabies pada manusia dapat menimbulkan gejala klinis gatal, oleh karena itu
dapat menyebabkan kegelisahan pada penderita. Penyakit ini banyak dijumpai di daerah
tropis terutama dikalangan anak-anak dari masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang
tertutup atau berkelompok, dengan tingkat sanitasi dan sosial ekonomi yang relative
rendah.Timbulnya penyakit ini disebabkan oleh pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih
dan benar, salah satu faktor yang dominan yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan
bersama dengan kontakyang relative erat (Martadinata, 2000).
Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal
agogo, budukan, penyakit ampera.Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Sarcoptes Scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung
(Harahap, 2000).
Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies akan
menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam menjalani
aktivitas kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Gatal
yang terjadi terutama di sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin,
sekeliling siku, aerola (area sekeliling putting susu) dan permukaan depan pergelangan,
sehingga akan timbul perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang
(Aminah dkk, 2015).
Skabies sering di jumpai pada orang-orang yang seksual-aktif, namun demikian,
infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-
anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau sering berganti pakaian
dengannya dapat menjadi sumber infeksi.Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik
yang lama dengan pasien skabies juga dapat terinfeksi (Muttaqin dkk, 2011). Skabies sering
diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah, namun
sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti
infeksi sekunder. Hal inilah yang harus di cegah dalam pola perilaku masyarakat yang
menganggap enteng suatu penyakit yang padahal bisa menjadi penyakit lain yang lebih
serius. Untuk itu, perlu sekali tindakan berupa penyuluhan untuk menambah wawasan
masyarakat dan juga tindakan pencegahan dari masyarakat agar keadaan tidak menjadi
memburuk (Prabowo, 2016).

1
B. ETIOLOGI
Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit kulit skabies adalah
scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang
erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat tidur, perabot rumah, jarang
terjadi.Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21°c dengan
kelembaban relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian
mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam epidermis; kemudian
membentuk terowongan di dalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5
mm/hari.Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14
hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati di ujung
terowongan.Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea (Harahap, 2000).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang
dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2008).

C. KLASIFIKASI
Skabies berdasarkan tingkat keparahannya yaitu diantaranya :
1. Skabies pada orang bersih
Skabies pada orang yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup
bisa salah didiagnosis.Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.Kutu biasanya
hilang akibat mandi secara teratur
2. Skabies pada bayi dan anak

2
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi terdapat di muka.

3. Skabies yang ditularkan oleh hewan


Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut.Misalnya peternak dan gembala.Gejalanya
ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-
tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-
bersih
4. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas.Tempat yang sering dikenai adalah
genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga
beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti
skabies.
5. Skabies incognito
Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada.Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical yang lama
dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
penurunan respons imun seluler.
6. Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema,
dan distrofi kuku.Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei
di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi
dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang
diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang
banyak.Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental
(Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis),
penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita
imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid
atau sitotoksik jangka panjang) (Harahap, 2000).

3
D. PATOFISIOLOGI

Tungau skabies penderita sendiri


dan digaruk

Kontak kulit kuat (bersalaman dan


bergandengan)

Timbul Lesi pada pergelangan tangan

Gatal yang menyebabkan sensitivitas


terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infestasi

Timbul papul, vesikel, urtika timbul


erosi, eks koriosi, krusta

Digaruk infeksi sekunder

Kelainan kulit dermatitis menyebar


luas

Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka bukan
penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling efisien adalah melalui kontak
langsung dan lama dengan seorang individu yang terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan

4
hingga tiap hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian
merupakan sumber alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia.
Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke
dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10
hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa.Kurang dari 10 % dari telur yang dapat
menghasilkan kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan mengeluarkan
protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka
melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai
liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien
dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun sekunder terhadap
terapi obat, dan gizi buruk (Mutaqqin,2011).

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya scabies diantaranya :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang keluar anggota
keluarnya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu :sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.

F. PENULARAN
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga
terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang
dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan

5
penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan
menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan biasanya melalu Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh larva. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat
yang relatif sempit. Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat
tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat
luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat
penduduk(Harahap, 1984).

G. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


1. Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara pemberian obat topikal yaitu dengan
pemberian Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadangkadang menimbulkan iritasi.
2. Pemberian Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Obat topikal Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6
tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Pemberian obat topikal Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal: harus di jauhkan dari
mata, mulut dan uretra.
5. Obat topikal yang lain adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi
dibawah umur 2 bulan (Djuanda, 2008).
6. Selain pemberian obat terapi ada beberapa cara yang dapat diterapkan agar mencegah
terjadi penyakit kulit skabies adalah dengan memperhatikan kebersihan tempat tinggal,
tempat bekerja dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dapat dilakukan
dengan membersihkan jendela, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan makan,
membersihkan kamar serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari
menjagakebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan didepan rumah
(Azizah, 2012).

6
KONSEP DASAR PERAWATAN DIRI PADA SCABIES

A. Definisi Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan
dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2003).
Menurut Pratomo (1986) personal higiene dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tingkatan apabila diberikan skor dalam penilaiannya yaitu dapat dikatakan baik apabila skor
nya diatas 75%, dikatakan sedang apabila skornya mencapai 40% sampai dengan 75% dan
dikatakan kurang baik apabila skor dibawah 40%. Pemeliharaan kebersihan diri berarti
tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya.Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan
kebersihan genitalia (Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki
kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan (Wartonah, 2003). Usaha kesehatan pribadi adalah: daya upaya dari seorang untuk
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri (Entjang, 2000). Kebersihan Kuli
1. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang kurang baik atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami
seseorang yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit
(Wartonah, 2003).
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa
sakit, maupun pengaruh buruk dari luar.Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan
tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu.Kulit juga
penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet.Mengingat
pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu
dijaga kesehatannya.Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit
hewani dan lain-lain.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah
Skabies (Djuanda, 2010).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan
kulit.Mandi yang baik adalah dengan cara mandi satu sampai dua kali sehari, bagi yang
sering melakukan olahraga atau pekerjaan lain dianjurkan untuk segera mandi setelah
melakukan aktivitas, menggunakan sabun yang lembut dan membersihkan badan
khususnya daerah genitalia dan anus dibersihkan dengan baik karena pada kondisi tidak
bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.
2. Kebersihan tangan dan kuku

7
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan
untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita
skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena
itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah
beraktivitas.
Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
3. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi
seorang anak tersebut sudah mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan
di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut, karena area
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana
orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok
harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan
belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah
terkena infeksi.
Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak dini.Kebersihan genital lain,
selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan
jamur. Oleh karena itu dianjurkan untuk sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).

B. Definisi Kebersihan diri


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit,
biasanya disebabkan oleh masalah kebersihan yang kurang di perhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
di biarkan terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Wartonah, 2003).
Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan mandi setiap hari minimal 2x
sehari secara teratur dengan menggunakan sabun, tangan harus dicuci sebelum menyiapkan
makanan dan minuman, sebelum makan dan sesudah buang air besar atau pun buang air
kecil. Menggunting kuku agar tidak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi. Perlunya
mengganti pakaian sehabis mandi dengan pakaian yang habis di cuci bersih dengan
sabun/detergen.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene yaitu :
1. Body image, gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

8
2. Status sosial-ekonomi,personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi semua memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan, perlunya pengetahuan dalam melakukan Personal Hygiene karena
pengetahuan yang baik sangat penting dan dapat meningkatkan kesehatan(wartonah,
2003).

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga :Tn. T
Alamat : Gg. Patri Sitirejo II Lingk. I
Telepon :-
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan :Tamat SMA
2. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur JK Hub. Agama Pendidikan Imunisasi
1. Tn. T 60 Tahun L KK Islam SMA Lengkap
2. Ny. S 59 Tahun P Istri Islam SMA Lengkap
3. Tn. T 30 Tahun L Menantu Islam SMA Lengkap
4. Ny. M 25 Tahun P Anak Islam SMA Lengkap
5. An. A 5 Tahun P Cucu Islam Pelajar Lengkap

3. Genogram

60th 59th Ny.S

25th 30 th

5th

4. Suku Bangsa : Indonesia

9
5. Agama :Islam
6. Status sosial ekonomi keluarga
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK ±1.500.000/bulan. Kebutuhan
yang diperlukan keluarga yaitu makan, bayar listrik/PDAM, dll. Barang-barang yang
dimiliki keluarga adalah 1 buah TV, 1 buah lemari es dan 1 buah kipas angin. Pada ruang
tamu terdapat kursi tamu dan lemari. Pada kamar terdapat tempat tidur dan lemari
pakaian.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dirumah dengan
menonton TV bersama dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah kadang-kadang ikut
rombongan pengajian.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini yaitu dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia dewasa. Tahap ini dimulai dari sejak anak berusia 20 tahun
dan berakhir pada usia 35 tahun. Pada fase ini pada umumnya keluarga mencapai fase
jumlah anggota keluarga yang minimal. Tugas perkembangan yaitu sebagai berikut :
membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah, lingkungan dan mempertahankan
keintiman pasangan memenuhi kebutuhan gaya hidup.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada yang belum terpenuhi, namun tugas keluarga yang belum dapat dicapai
saat ini adalah memberi figur yang baik bagi anak-anak.
3. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. T sebagai kepala keluarga jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan
istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak mempunyai penyakit
keturunan dan penyakit menular. Pada saat pengkajian TD 120/80 mmHg. Ny. S
menderita Asam Urat dan penyakit kulit sejak 3 bulan belakangan ini, sering mengeluh
nyeri dan gatal. Gatal sering di rasakan pada malam hari. TD 130/80 mmHg. Keluarga
jarang melakukan pemeriksaan kesehatan ke Puskesmas.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Denah rumah

Dapur kamar

Wc

kamar
Kamar

10
R. tamu

b. Perumahan
Jenis rumah permanen dengan  luas bangunan 40 m2. Status rumah milik pribadi
dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas
lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke rumah pada
siang hari sehingga tampak gelap dan lembab. Penerangan di rumah menggunakan
listrik. Lantai dirumah menggunakan ubin. Kondisi  kebersihan  rumah  secara 
keseluruhan  kotor.  Bagian-bagian  rumah terdapat ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur,
dan kamar mandi yang bergabung dengan WC.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. S menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang ada,
percaya bahwa penyakitnya bisa diobati dan pengobatannya tidak ada hubungannya
dengan guna-guna.
3. Struktur peran
Peran Ny. S di keluarga adalah sebagai Ibu rumah tangga dan Tn. T suami Ny. S
berperan sebagai Kepala Keluarga yang bekerja sebagai wirausaha.

D. FUNGSI KELUARG
1. Fungsi afektif :
Dalam keluarga Ny. S anak-anak diajarkan untuk saling menghargai antar sesama.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan lingkungan
sekitar. Hidup berdampingan dan merasa tentram.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk pauk dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga
merawat dan memeriksakannya ke Puskesmas.
b. Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan Ny. S sering
mengeluh gatal disertai nyeri karena penyakit kulit yang dideritanya dan adanya sakit
rheumatoid (asam urat).
c. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, bila Ny. S sakit langsung di
bawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke rumah.
d. Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Ny. S, masih memberikan
makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya, pola tidur juga masih
belum sesuai dan waktunya kurang lama.
e. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat. Keluarga membersihkan
rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu sekali dan lantai kamar mandinya sedikit
licin kurang bersih dan kurang terawat.

11
f. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat. Keluarga jarang melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
4. Fungsi reproduksi :
Jumlah anak Tn. T dan Ny. S 1 orang yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
dan masih TK.
5. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari dan biaya untuk berobat

E. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor yang dimiliki : Sejak 3 bulan yang lalu, penyakit kulitnya timbul dan Ny. S
malas untuk melakukan kegiatan apapun karena Ny. S juga menderita penyakit Asam
Urat. Keluarga juga membutuhkan biaya untuk pengobatan cucu Ny. S yang menderita
Leukimia.
2. Kemampuan keluarga : Berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan kesehariannya dan
dianggap cobaan agar anak Ny. S lebih giat untuk bekerja.
3. Strategi koping : Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu melibatkan anak
tertuanya untuk pengambilan keputusan.
4. Strategi adaptasi : Sering mengingatkan anak tertuanya untuk tidak merokok
terusmenerus.

F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
Respirasi : 22 x/i
Suhu Tubuh : 36,9ºC
Berat Badan : 56 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
2. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala :
Rambut sedikit kotor dan berbau, warna hitam beruban dan rambut rontok.
Hidung :
Lubang hidung ada 2 dan tidak adanya cuping hidung ketika bernapas.
Telinga :
Telinga ada 2 kiri dan kanan. Daun telinga ada dan telinga sedikit kotor.
Mata :
Conjungtiva berwarna merah muda, sklera putih dan terdapat gambaran tipis pembuluh
darah.
Mulut, gigi, lidah, tonsil :
Bibir lembab, tidak ada stomatitis dan terdapat caries bibir.
Leher dan tenggorokan :

12
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan pada vena jugularis.
Dada/ Thoraks :
Bentuk dada kiri dan kanan sama, Suara paru sonor pada semua lapang paru, suara
jantung pekak dan suara nafas vesikuler.
Pemeriksaan Abdomen :
Bentuk perut datar, bising usus 12x/menit, hepar dan lien tidak teraba, suara perut
timpani.

Ekstremitas Atas dan Bawah :


Jumlah jari tangan ada lengkap ada 10 dan jumlah jari kaki lengkap ada 10. Tidak adanya
oedema pada bagian ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah

G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu pelayanan dan
membantu masalah pada Ny. S.

H. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : Kurangnya pengetahuan Gangguan rasa nyaman
Klien mengeluh merah dan serta kemampuan
basah yang terasa gatal pada financial
kulit.
Hygiene yang buruk
DO :
Tampak merah pada kulit Liur dan secret dari kutu
klien dan kelihatan basah dan masuk ke dalam kulit
klien menggaruknya dengan
kuku. Merangsang respon gatal
pada tubuh
TTV
TD : 130/80 mmHg Timbul rasa gatal
HR : 78 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,9ºc
DS : Gatal Gangguan pola istirahat
 Klien mengatakan tidur
gatal dan sering terjadi Mengaktifasi RAS
pada malam hari
 Klien mengatakan Klien terjaga
apabila sudah
terbangun karena gatal Klien sulit tidur
akan sulit untuk
memulai tidur lagi.

13
 Klien mengatakan
tidurnya kurang.

DO :
 Di sekitar tangan klien
tampak banyak lecet
dan bekas garukan
 Tampak lingkaran
hitam hitam di sekitar
mata klien.
 Klien tampak lelah.

TTV
TD : 130/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc
DS : Kurangnya sumber Ansietas
 Klien mengatakan informasi
cemas dengan
penyakit kulit yang Kurangnya pengetahuan
dialaminya.
 Klien mengatakan
tidak tau jenis
penyakit yang
dideritanya dan
prosedur
pengobatannya

DO :
Klien tampak bingung untuk
menjelaskan apa yang sedang
dialaminya.

TTV
TD : 120/90 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i T : 37ºc

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman
2. Gangguan pola istirahat tidur
3. Ansietas

14
J. INTERVENSI
Hari/ Dx Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
tgl hasil
24 1. Integritas Gatal pada 1. Siapkan jadwal 1. Agar dapat
Mei kulit klien kulit klien pemberian obat. meningkatkan
membaik tidak 2. Bantu klien untuk efektivitas obat
dan dapat menyebar, pemberian obat topical dengan
dipertahan lesi dan untuk daerah yang pemberian secara
kan. rasa gatal sulit dijangkau. tepat dan teratur.
pada kulit 3. Ajarkan teknik-teknik 2. Agar tidak
klien mencegah infeksi terjadi kerusakan
berkurang. yaitu tidak menggaruk kulit dengan
lesi dan menjaga pemberian obat
kebersihan kulit. topical secara
4. Anjurkan memakai menyeluruh pada
pakaian yang longgar daerah yang
dan mampu menyerap susah di jangkau
keringat. klien.
5. Kolaborasi dalam 3. Agar tidak
pemberian obat sesuai terjadi infeksi
program pengobatan yang disebabkan
oleh kerusakan
integritas kulit.
4. Agar tidak
menekan dan
memberikan rasa
nyaman.
5. Membantu
mencegah
terjadinya
infeksi.
24 2. Istirahat Rasa gatal 1. Kaji waktu tidur klien. 1. Mengetahui
Mei tidur berkurang 2. Klien tidak sering apakah
terpenuhi dan klien terbangun pada malam kebutuhan tidur
karena dapat tidur hari klien terpenuhi.
berkurangn nyenyak 3. Ciptakan suasana yang 2. Untuk
ya rasa pada membuat klien merasa memenuhi
gatal. malam nyaman misalnya kebutuhan
hari. tempat tidur yang istirahat
bersih dan rapi tidurnya.
3. Agar klien
istirahat dengan
tenang.
24 3. Cemas Klien 1. Kaji rasa cemas 1. Klien merasa
Mei berkurang dapat klien. tenang
karena merasa 2. Berikan kesempatan 2. Klien kooperatif

15
meningkat tenang kepada klien untuk dengan program
nya dan mengungkapkan rasa perawatan dan
pengetahua mengetah cemasnya. pengobatan
n tentang ui tentang 3. Berikan edukasi 3. Pengetahuan
penyakit. penyakit kepada klien klien meningkat
yang mengenai : tentang penyakit
dilaminya.  Kondisi yang dialaminya,
penyakitnya tandatanda,
 Program kondisi yang
perawatan dan dialami serta
pengobatan yang kemungkinan
akan dilakukan yang akan terjadi
 Hubungan istirahat
dengan kondisi
penyakitnya.

K. IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari/ tgl No. Dx Implementasi Evaluasi (SOAP)
Rabu/ 25 1. 1. Menyiapkan jadwal S : Klien mengatakan kulit sudah
Mei 2016 pemberian obat yaitu tidak memerah dan sudah mulai
dengan melibatkan klien mengering.
dan keluarga Ny. S dalam
pemberian jadwal O : Lesi dan bekas gatal sudah
pengobatan dengan salap tidak memerah lagi dan tidak
yang digunakan adalah ditemukan tanda-tanda
Ultrasiline. Jadwal menyebarnya lesi. TD : 130/80
pemberian obat yaitu pada mmHg HR : 78 x/i RR : 20 x/i
saat pagi hari setelah mandi
dengan air yang bersih dan A : Masalah teratasi sebagian.
pada sore hari setelah
mandi. P : Intervensi di lanjutkan
2. Membantu klien untuk
pemberian obat topical
untuk daerah yang sulit
dijangkau seperti
pemberian salap pada
daerah punggung klien.
3. Mengajarkan teknik-teknik
mencegah infeksi yaitu
tidak menggaruk lesi dan
menjaga kebersihan kulit
dengan cara tidak
menggaruk lesi ataupun
daerah yang gatal dengan
menggunakan kuku yang

16
panjang dan kotor
sebaiknya menggunakan
sarung tangan yang bersih
dan mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum
mengoleskan salap pada
daerah yang gatal.
4. Menganjurkan memakai
pakaian yang longgar dan
mampu menyerap keringat
tujuannya supaya gatal
tidak meradang dan tidak
lengket apabila adanya
gatal yang masih bernanah.
5. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian obat
sesuai program pengobatan
seperti bekerja sama
dengan klien maupun
keluarga klien untuk rutin
memberikan obat salap
1. Mengkaji waktu tidur klien S : Klien mengatakan istirahat
seperti klien mengatakan tidur terpenuhi, klien dapat tidur
tidur pada pukul 10 malam nyenyak dan rasa gatal berkurang
dan sering terbangun pada atau hilang.
malam hari apabila merasa
gatal kulit dan sulit untuk O : Tidak ditemukan lingkaran
memulai tidur lagi. hitam di sekeliling mata klien dan
2. Menanyakan klien masih wajah klien tampak segar. TD :
sering terbangun pada 120/80 mmHg HR :84 x/I RR : 22
malam hari atau tidak. Ny. x/i
S mengatakan setelah
teratur mengoleskan salap A :Masalah teratasi sebagian.
pada pagi hari dan sore hari
setelah mandi P :Intervensi dilanjutkan.
menggunakan sabun dan
air bersih, tidak menggaruk
lesi dan gatal dengan
menggunakan tangan yang
bersih dan kuku yang tidak
panjang, gatal yang
dirasakan pada malam hari
berkurang.
Memberikan pendidikan S : Klien mengatakan setelah
kesehatan kepada Ny. S dan diberikan edukasi klien sudah
keluarga klien dengan mampu mengatasi penyakit yang

17
menggunakan leaflet yang dialaminya, melakukan
isinya adalah : pengobatan sesuai program yang
telah direncanakan dan dapat
Pengertian Skabies yaitu istirahat dengan tenang.
Skabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh tungau O : Ketika menjelaskan apa yang
scabies (Sarcoptes scabei). dirasakan klien tidak lagi bingung
setelah menjalani pengobatan dan
Masyarakat umum lebih pemberian edukasi. TD : 130/80
mengenalnya sebagai penyakit mmHg HR : 80 x/i RR : 22 x/i
budug atau kudis.
A : Masalah teratasi sebagian
Penyebab dan kejadian skabies
adalah Skabies disebabkan
oleh tungauscabies (sarcoptes
scabei). Lebih sering terjadi
pada orang yang kurang
menjaga kebersihan
diri/pakaian ; seperti jarang
mandi, baju jarang
dibersihkan, sprei jarang
dicuci, tukar menukar pakain
bersama teman. Sering terjadi
ditempat-tempat dimana orang
tidur secara
berdesakan/bersama, seperti
asrama, panti asuhan,
pesantren, penjara,dll.

Tanda dan gejala terjadinya


skabies adalah :
1. Gatal-gatal terutama malam
hari pada daerah sela jari,
pergelangan tangan, daerah
lipat paha dan daerah
sekitar kemaluan
2. Dapat terjadi pernanahan
pada kulit dengan luka
terbuka.

Pencegahan :
1. Gunakan air bersih untuk
mandi, mencuci dan
kepentingan lainnya.
2. Menjaga kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan.

18
3. Menghindari kontak
dengan penderita
(bersentuhan dan tidur
bersama).
4. Menghindari saling
meminjam pakaian, sarung
selimut dan handuk.

19

Anda mungkin juga menyukai