1
B. ETIOLOGI
Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit kulit skabies adalah
scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang
erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat tidur, perabot rumah, jarang
terjadi.Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21°c dengan
kelembaban relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian
mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam epidermis; kemudian
membentuk terowongan di dalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5
mm/hari.Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14
hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati di ujung
terowongan.Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea (Harahap, 2000).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang
dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2008).
C. KLASIFIKASI
Skabies berdasarkan tingkat keparahannya yaitu diantaranya :
1. Skabies pada orang bersih
Skabies pada orang yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup
bisa salah didiagnosis.Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.Kutu biasanya
hilang akibat mandi secara teratur
2. Skabies pada bayi dan anak
2
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3
D. PATOFISIOLOGI
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka bukan
penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling efisien adalah melalui kontak
langsung dan lama dengan seorang individu yang terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan
4
hingga tiap hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian
merupakan sumber alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia.
Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke
dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10
hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa.Kurang dari 10 % dari telur yang dapat
menghasilkan kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan mengeluarkan
protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka
melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai
liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien
dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun sekunder terhadap
terapi obat, dan gizi buruk (Mutaqqin,2011).
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya scabies diantaranya :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang keluar anggota
keluarnya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu :sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
F. PENULARAN
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga
terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang
dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan
5
penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan
menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan biasanya melalu Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh larva. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat
yang relatif sempit. Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat
tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat
luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat
penduduk(Harahap, 1984).
6
KONSEP DASAR PERAWATAN DIRI PADA SCABIES
7
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan
untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita
skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena
itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah
beraktivitas.
Cara-cara menjaga kebersihan tangan dan kuku dapat dilakukan dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
3. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi
seorang anak tersebut sudah mengalami penyakit kulit pada daerah tertentu maka garukan
di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit tersebut, karena area
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana
orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok
harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan
belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah
terkena infeksi.
Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan pengetahuan sejak dini.Kebersihan genital lain,
selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan
jamur. Oleh karena itu dianjurkan untuk sering menganti celana dalam (Safitri, 2008).
8
2. Status sosial-ekonomi,personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi semua memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan, perlunya pengetahuan dalam melakukan Personal Hygiene karena
pengetahuan yang baik sangat penting dan dapat meningkatkan kesehatan(wartonah,
2003).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga :Tn. T
Alamat : Gg. Patri Sitirejo II Lingk. I
Telepon :-
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan :Tamat SMA
2. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur JK Hub. Agama Pendidikan Imunisasi
1. Tn. T 60 Tahun L KK Islam SMA Lengkap
2. Ny. S 59 Tahun P Istri Islam SMA Lengkap
3. Tn. T 30 Tahun L Menantu Islam SMA Lengkap
4. Ny. M 25 Tahun P Anak Islam SMA Lengkap
5. An. A 5 Tahun P Cucu Islam Pelajar Lengkap
3. Genogram
25th 30 th
5th
9
5. Agama :Islam
6. Status sosial ekonomi keluarga
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK ±1.500.000/bulan. Kebutuhan
yang diperlukan keluarga yaitu makan, bayar listrik/PDAM, dll. Barang-barang yang
dimiliki keluarga adalah 1 buah TV, 1 buah lemari es dan 1 buah kipas angin. Pada ruang
tamu terdapat kursi tamu dan lemari. Pada kamar terdapat tempat tidur dan lemari
pakaian.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dirumah dengan
menonton TV bersama dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah kadang-kadang ikut
rombongan pengajian.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Denah rumah
Dapur kamar
Wc
kamar
Kamar
10
R. tamu
b. Perumahan
Jenis rumah permanen dengan luas bangunan 40 m2. Status rumah milik pribadi
dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas
lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke rumah pada
siang hari sehingga tampak gelap dan lembab. Penerangan di rumah menggunakan
listrik. Lantai dirumah menggunakan ubin. Kondisi kebersihan rumah secara
keseluruhan kotor. Bagian-bagian rumah terdapat ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur,
dan kamar mandi yang bergabung dengan WC.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. S menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang ada,
percaya bahwa penyakitnya bisa diobati dan pengobatannya tidak ada hubungannya
dengan guna-guna.
3. Struktur peran
Peran Ny. S di keluarga adalah sebagai Ibu rumah tangga dan Tn. T suami Ny. S
berperan sebagai Kepala Keluarga yang bekerja sebagai wirausaha.
D. FUNGSI KELUARG
1. Fungsi afektif :
Dalam keluarga Ny. S anak-anak diajarkan untuk saling menghargai antar sesama.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan lingkungan
sekitar. Hidup berdampingan dan merasa tentram.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk pauk dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga
merawat dan memeriksakannya ke Puskesmas.
b. Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan Ny. S sering
mengeluh gatal disertai nyeri karena penyakit kulit yang dideritanya dan adanya sakit
rheumatoid (asam urat).
c. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, bila Ny. S sakit langsung di
bawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke rumah.
d. Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Ny. S, masih memberikan
makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya, pola tidur juga masih
belum sesuai dan waktunya kurang lama.
e. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat. Keluarga membersihkan
rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu sekali dan lantai kamar mandinya sedikit
licin kurang bersih dan kurang terawat.
11
f. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat. Keluarga jarang melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
4. Fungsi reproduksi :
Jumlah anak Tn. T dan Ny. S 1 orang yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
dan masih TK.
5. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari dan biaya untuk berobat
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
Respirasi : 22 x/i
Suhu Tubuh : 36,9ºC
Berat Badan : 56 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
2. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala :
Rambut sedikit kotor dan berbau, warna hitam beruban dan rambut rontok.
Hidung :
Lubang hidung ada 2 dan tidak adanya cuping hidung ketika bernapas.
Telinga :
Telinga ada 2 kiri dan kanan. Daun telinga ada dan telinga sedikit kotor.
Mata :
Conjungtiva berwarna merah muda, sklera putih dan terdapat gambaran tipis pembuluh
darah.
Mulut, gigi, lidah, tonsil :
Bibir lembab, tidak ada stomatitis dan terdapat caries bibir.
Leher dan tenggorokan :
12
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan pada vena jugularis.
Dada/ Thoraks :
Bentuk dada kiri dan kanan sama, Suara paru sonor pada semua lapang paru, suara
jantung pekak dan suara nafas vesikuler.
Pemeriksaan Abdomen :
Bentuk perut datar, bising usus 12x/menit, hepar dan lien tidak teraba, suara perut
timpani.
G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu pelayanan dan
membantu masalah pada Ny. S.
H. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : Kurangnya pengetahuan Gangguan rasa nyaman
Klien mengeluh merah dan serta kemampuan
basah yang terasa gatal pada financial
kulit.
Hygiene yang buruk
DO :
Tampak merah pada kulit Liur dan secret dari kutu
klien dan kelihatan basah dan masuk ke dalam kulit
klien menggaruknya dengan
kuku. Merangsang respon gatal
pada tubuh
TTV
TD : 130/80 mmHg Timbul rasa gatal
HR : 78 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,9ºc
DS : Gatal Gangguan pola istirahat
Klien mengatakan tidur
gatal dan sering terjadi Mengaktifasi RAS
pada malam hari
Klien mengatakan Klien terjaga
apabila sudah
terbangun karena gatal Klien sulit tidur
akan sulit untuk
memulai tidur lagi.
13
Klien mengatakan
tidurnya kurang.
DO :
Di sekitar tangan klien
tampak banyak lecet
dan bekas garukan
Tampak lingkaran
hitam hitam di sekitar
mata klien.
Klien tampak lelah.
TTV
TD : 130/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 37ºc
DS : Kurangnya sumber Ansietas
Klien mengatakan informasi
cemas dengan
penyakit kulit yang Kurangnya pengetahuan
dialaminya.
Klien mengatakan
tidak tau jenis
penyakit yang
dideritanya dan
prosedur
pengobatannya
DO :
Klien tampak bingung untuk
menjelaskan apa yang sedang
dialaminya.
TTV
TD : 120/90 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i T : 37ºc
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman
2. Gangguan pola istirahat tidur
3. Ansietas
14
J. INTERVENSI
Hari/ Dx Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
tgl hasil
24 1. Integritas Gatal pada 1. Siapkan jadwal 1. Agar dapat
Mei kulit klien kulit klien pemberian obat. meningkatkan
membaik tidak 2. Bantu klien untuk efektivitas obat
dan dapat menyebar, pemberian obat topical dengan
dipertahan lesi dan untuk daerah yang pemberian secara
kan. rasa gatal sulit dijangkau. tepat dan teratur.
pada kulit 3. Ajarkan teknik-teknik 2. Agar tidak
klien mencegah infeksi terjadi kerusakan
berkurang. yaitu tidak menggaruk kulit dengan
lesi dan menjaga pemberian obat
kebersihan kulit. topical secara
4. Anjurkan memakai menyeluruh pada
pakaian yang longgar daerah yang
dan mampu menyerap susah di jangkau
keringat. klien.
5. Kolaborasi dalam 3. Agar tidak
pemberian obat sesuai terjadi infeksi
program pengobatan yang disebabkan
oleh kerusakan
integritas kulit.
4. Agar tidak
menekan dan
memberikan rasa
nyaman.
5. Membantu
mencegah
terjadinya
infeksi.
24 2. Istirahat Rasa gatal 1. Kaji waktu tidur klien. 1. Mengetahui
Mei tidur berkurang 2. Klien tidak sering apakah
terpenuhi dan klien terbangun pada malam kebutuhan tidur
karena dapat tidur hari klien terpenuhi.
berkurangn nyenyak 3. Ciptakan suasana yang 2. Untuk
ya rasa pada membuat klien merasa memenuhi
gatal. malam nyaman misalnya kebutuhan
hari. tempat tidur yang istirahat
bersih dan rapi tidurnya.
3. Agar klien
istirahat dengan
tenang.
24 3. Cemas Klien 1. Kaji rasa cemas 1. Klien merasa
Mei berkurang dapat klien. tenang
karena merasa 2. Berikan kesempatan 2. Klien kooperatif
15
meningkat tenang kepada klien untuk dengan program
nya dan mengungkapkan rasa perawatan dan
pengetahua mengetah cemasnya. pengobatan
n tentang ui tentang 3. Berikan edukasi 3. Pengetahuan
penyakit. penyakit kepada klien klien meningkat
yang mengenai : tentang penyakit
dilaminya. Kondisi yang dialaminya,
penyakitnya tandatanda,
Program kondisi yang
perawatan dan dialami serta
pengobatan yang kemungkinan
akan dilakukan yang akan terjadi
Hubungan istirahat
dengan kondisi
penyakitnya.
K. IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari/ tgl No. Dx Implementasi Evaluasi (SOAP)
Rabu/ 25 1. 1. Menyiapkan jadwal S : Klien mengatakan kulit sudah
Mei 2016 pemberian obat yaitu tidak memerah dan sudah mulai
dengan melibatkan klien mengering.
dan keluarga Ny. S dalam
pemberian jadwal O : Lesi dan bekas gatal sudah
pengobatan dengan salap tidak memerah lagi dan tidak
yang digunakan adalah ditemukan tanda-tanda
Ultrasiline. Jadwal menyebarnya lesi. TD : 130/80
pemberian obat yaitu pada mmHg HR : 78 x/i RR : 20 x/i
saat pagi hari setelah mandi
dengan air yang bersih dan A : Masalah teratasi sebagian.
pada sore hari setelah
mandi. P : Intervensi di lanjutkan
2. Membantu klien untuk
pemberian obat topical
untuk daerah yang sulit
dijangkau seperti
pemberian salap pada
daerah punggung klien.
3. Mengajarkan teknik-teknik
mencegah infeksi yaitu
tidak menggaruk lesi dan
menjaga kebersihan kulit
dengan cara tidak
menggaruk lesi ataupun
daerah yang gatal dengan
menggunakan kuku yang
16
panjang dan kotor
sebaiknya menggunakan
sarung tangan yang bersih
dan mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum
mengoleskan salap pada
daerah yang gatal.
4. Menganjurkan memakai
pakaian yang longgar dan
mampu menyerap keringat
tujuannya supaya gatal
tidak meradang dan tidak
lengket apabila adanya
gatal yang masih bernanah.
5. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian obat
sesuai program pengobatan
seperti bekerja sama
dengan klien maupun
keluarga klien untuk rutin
memberikan obat salap
1. Mengkaji waktu tidur klien S : Klien mengatakan istirahat
seperti klien mengatakan tidur terpenuhi, klien dapat tidur
tidur pada pukul 10 malam nyenyak dan rasa gatal berkurang
dan sering terbangun pada atau hilang.
malam hari apabila merasa
gatal kulit dan sulit untuk O : Tidak ditemukan lingkaran
memulai tidur lagi. hitam di sekeliling mata klien dan
2. Menanyakan klien masih wajah klien tampak segar. TD :
sering terbangun pada 120/80 mmHg HR :84 x/I RR : 22
malam hari atau tidak. Ny. x/i
S mengatakan setelah
teratur mengoleskan salap A :Masalah teratasi sebagian.
pada pagi hari dan sore hari
setelah mandi P :Intervensi dilanjutkan.
menggunakan sabun dan
air bersih, tidak menggaruk
lesi dan gatal dengan
menggunakan tangan yang
bersih dan kuku yang tidak
panjang, gatal yang
dirasakan pada malam hari
berkurang.
Memberikan pendidikan S : Klien mengatakan setelah
kesehatan kepada Ny. S dan diberikan edukasi klien sudah
keluarga klien dengan mampu mengatasi penyakit yang
17
menggunakan leaflet yang dialaminya, melakukan
isinya adalah : pengobatan sesuai program yang
telah direncanakan dan dapat
Pengertian Skabies yaitu istirahat dengan tenang.
Skabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh tungau O : Ketika menjelaskan apa yang
scabies (Sarcoptes scabei). dirasakan klien tidak lagi bingung
setelah menjalani pengobatan dan
Masyarakat umum lebih pemberian edukasi. TD : 130/80
mengenalnya sebagai penyakit mmHg HR : 80 x/i RR : 22 x/i
budug atau kudis.
A : Masalah teratasi sebagian
Penyebab dan kejadian skabies
adalah Skabies disebabkan
oleh tungauscabies (sarcoptes
scabei). Lebih sering terjadi
pada orang yang kurang
menjaga kebersihan
diri/pakaian ; seperti jarang
mandi, baju jarang
dibersihkan, sprei jarang
dicuci, tukar menukar pakain
bersama teman. Sering terjadi
ditempat-tempat dimana orang
tidur secara
berdesakan/bersama, seperti
asrama, panti asuhan,
pesantren, penjara,dll.
Pencegahan :
1. Gunakan air bersih untuk
mandi, mencuci dan
kepentingan lainnya.
2. Menjaga kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan.
18
3. Menghindari kontak
dengan penderita
(bersentuhan dan tidur
bersama).
4. Menghindari saling
meminjam pakaian, sarung
selimut dan handuk.
19