PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
Indonesia
beriklim
tropis
(Utomo,
2004).
Iklim
tersebut
yang
untuk bayi dan orang dewasa tidak menimbulkan bau tidak sedap (belerang),
mengotori pakaian.
Kandungan dalam salep 2-4 adalah sulfur praecipitatum fungsi utamanya
adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisiksisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu
juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering
dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang sinergis.
Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai keratolotik agent
dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis sehingga akan
mendapatkan hasil yang efektif. Asam salisilat adalah keratolitik agent yang
sangat poten sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat lain dan sering
dikombinasikan dengan sulfur, bersifat antifungi dan antibakteri lemah. Asam
salisilat sebgai keratolitik agent dipakai dosis 12%, diharapkan dengan dosis yang
lebih tinggi dari salep 2-4 sebelumnya ini akan memberikan efek keratolitik yang
kuat dan lebih efektif.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan sediaan salep 2-4 yang digunakan sebagai anti scabies
1.2.2 Tujuan khusus
1. Membuat formulasi dari asam salisilat dan sulfur praecip dalam bentuk sediaan
semi solid (salep)
2. Mengaplikasikan sediaan salep 2-4
3. Mengevaluasi sediaan salep 2-4
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfat bagi praktikan
1. Mampu membuat sediaan baru
2. Mampu memahami sediaan semi solid dengan bahan asam salisil dan sulfur
praecip
3. Memahami tahapan pembuatan salep 2-4
4. Mampu melakukan evaluasi sediaan salep yang dibuat dengan yang sudah ada
di pasaran.
1.3.2 Manfaat bagi masyarakat
1. Mengurangi resiko penyakit scabies yang diderita oleh masyarakat
2. Mempercepat penyembuhan penyakit scabies
1.3.3 Manfaat bagi Industri
1. Membuka lapangan kerja baru
2. Menambah produksi sediaan salep baru
3. Menambah kreativitas sediaan dalam kreasi industri
1.3.4 Manfaat bagi industri
1. Membantu mahasiswa menguasai tentang pembuatan sediaan
2. Membuat nama institusi lebih di kenal dalam masyarakat
3. Menjadikan mahasiswa yang selalu berinovasi dalam pembuatan sediaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada
nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap
tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu
tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan scabies manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari
dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu paha, perut, dada, dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara
(4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau scabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa
gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan)
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
Pada penderita kusta, skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi
imunologi, terutama pada tipe kusta lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan
neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal dananestasi terutama pada
jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur pada jari-jari
tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektimasehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada
bayi lesi di muka sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
2.1.3 Penularan penyakit scabies
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung, adapun cara penularannya adalah:
1.Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan
seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat
dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan
tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada
penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut
memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa
sumber penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan sumber
utama
terjadinya
wabah
skabies
pada
rumah
sakit,
panti
jompo,
invermectin untuk diminum bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah,
atau pengobatan diatas tidak segera menuntaskan masalahnya
Semua yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
hidupnya. Beberapa obat yang dapat dapat dipakai pada pengobatan skabies
Yaitu.
1. Permetrin
Merupakan obat pilihan dalam bentuk salep untuk saat ini, tingkat
keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak megiritasi kulit.
Dapat digunakan di kepala dan di leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi kurang 8 jam kemudian
dicuci bersih.
2. Malation
Malation 0,5% dengan dasar air dalam bentuk salep digunakan selama 24
jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %)
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
4. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 hari.
5. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2-3.
6. Gama Benzena
Heksa Klorida (gameksan) Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk
obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan terjadi
iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu
kemudian (Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau lotion, merupakan
obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.
2.2 Tinjauan zat aktif
2.2.1 Definisi Acidum salicylicum
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat
digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat
luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam
organik.
Acidum salysilikum : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk warna
putihhampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam; larut dalam 550 bagian air,
dan dalam 4 bagian etanol (95%)p, mudah larut dalam klorofom p, dan dalam eter
p, larut dalam larutan ammonium asetat p, dinatrium hydrogen fosfat p, kalium
sitrat dan natrium sitrat; keratolikum yaitu obat yang digunakan pada kulit atau
keratin atau epitel tanduk, menimbulkan dehidrasi atau pelunakan. Mengembang
dan dekswamasi dari lapisan tanduk dan epidermis. Antijamur, yaitu obat yang
digunakan untuk membunuh atau menghilangkan jamur.Bentuk asli dari asam
salisilat adalah asam asetilsalisilat (Aspirin). Dengan rumus molekul C7H6O3.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik
Struktur Kimia Salisilic Acid
2.2.2
memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam
yang tidak berasa. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau
sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Belerang adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam 2 asam amino. Pemerian: Serbuk amorf atau
serbuk hablur renik; sangat halus; warna kuning pucat; tidak berbau dan tidak
berasa; Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
karbondisulfida, sukar larut dalam minyak zaitun, sangat sukar larut dalam etanol
(95%); Penyimpanan pada wadah yang tertutup.
2.2.3
Mekanisme kerja
Interaksi obat
pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Menurut DOM Salep adalah
sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting.
Menurut Scovillessalep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan
menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut
Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan,
umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian
2.3.2.1 Keuntungan Salep
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit.
2.3.2.2 Kerugian Salep
Kekurangan basis hidrokarbon , Sifatnya yang berminyak dapat
meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci sehingga sulit di bersihkan
dari permukaan kulit.
2.3.3
Syarat-syarat Salep
dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai
berkut :
a. Ds. Senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum),
malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum), atau campurannya.
b. Ds. Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian kolesterol, 3
bagian steril-alkohol, 8 bagian malam putih dan 86 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Ds. Yang dapat dicuci dengan air atau Ds. Emulsi, misalnyaemulsi minyak
dalam air (M/A).
d. Ds. Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket tertera obat luar
2.3.4
: Suatu salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu
jelly
mengandung
mucilagines,
misalnya
gom,
tragakan,
diharapkan dengan dosis yang lebih tinggi ini akan memberika efek keratolitik
yang kuat dan lebih efektif.
2.4.3.1.2 Sulfur preacip
Fungsi utamanya adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang
dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan
lapisan keratin, di samping itu juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri
lemah. Sulfur sering dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek
keratolitik yang sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal
sebagai keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi
scabies/kudis sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif.
2.4.3.1.2 Alasan pemilihan basis salep
Pemilihan vaselin flavum sebagai basis salep karena vaselin flavum
termasuk basis salep hidrokarbon sehingga basis salep tersebut bertahan pada kulit
untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan larinya lembab ke udara dan
sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja. Tidak mengering atau tidak
ada perubahan dengan berjalannya waktu.
2.4.4
Formulasi
Formulasi suatu produk sediaan salep meliputi kombinasi dari satu atau
Tidak iritasi
Mudah dibersihkan
Tidak meninggalkan bekas
Stabil
Tidak tergantung pH
Dapat bercampur dengan banyak obat
Secara terapi netral
Memiliki daya sebar yang baik/mudah dioles1an
Miskin mikrobakteri (< 102 /g), dan tidak ada Enterobakteri, Pseudomonas
dibutuhkan pengkajian yang mendalam tentang sifat-sifat kimia fisika basis dan
bahan obat serta penyakit/tujuan terapi.
2.5 Produksi
2.5.1 Definisi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sihingga
nilai barang tersebut bertambah. Input dapat berupa terdiri dari barang atau jasa
yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang di
hasilkan dari suatu proses produksi.(sri adiningsih, 1999 : him 3-4). sedangkan
menurut, sukanto dan indriy, Produksi merupakan pusat pelaksanaan kegiatan
konkrit mengadakan barang-barang dan jasa-jasa. Tanpa kegiatan ini kosonglah
arti suatu badan usaha.(sukanto, indriyo, 1992, him 12-13)
2.5.2 Tujuan dari produksi
Tujuan praformulasi dibagi menjadi tiga yang meliputi :
Proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau defenisi sifat-sifat fisika dan
kimia yang dianggap penting dalam menyusun formulasi sediaan stabil, efektif
dan aman.Membantu dalam memberikan arah yang lebih sesuai untuk membuat
suatu rencana bentuk sediaan. Berguna untuk menyiapkan dasar yang rasional
untuk pendekatan formulasi, Untuk memaksimalkan kesempatan keberhasilan
memformulasi produk yang dapat diterima oleh pasien dan akhirnya menyiapkan
dasar untuk mengoptimalkan produksi obat dari segi kualitas dan penampilan.
2.5.3
2.5.4
Klasifikasi ruangan
antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan
white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
b. Ruang kelas 2 (Clean area)
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan tetapi untuk kepentingan
tertentu dan ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah
laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage
dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
c. Ruang kelas 3 (Grey area)
Area ini disebut juga area kelas d. Ruangan ataupun area yang masuk
dalam kelas ini adalah ruang produksi non steril, ruangan pengemasan primer,
ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi,ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang simpling digudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini
wajib menggunakan growning (pakaian dan sepatu grey). Antara lain black area
dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan air lock.
d. Ruang kelas 4 (Black area)
Area ini area kelas f. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini
adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan ruang produksi, area
staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib
mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
2.5.3.2 Komponen alat
a. Alat produksi menurut CPOB
Penggunaan peralatan harus dipikirkan secara matang agar mendapatkan
sediaan yang steril. Baik dari segi rancangan bangunan dan konteruksi yang tepat,
ukuran yang memadai, ditempaatkan dengan tepat dan harus terkualifikasi agar
mutu sediaan benar-benar steril. Mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dan memudahkan pembersihan dan perawatannya.
1. Konstruksi peralatan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Peralatan sebaiknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
plastik dan hard rubber. Jenis spatula yang digunakan tergantung pada apa yang
sedang dipindahkan atau dicampur (Madinah, 2008).
Gambar 2. Spatula
b. Mortirdan Stamper
Mortar dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk
halus (triturasi). Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel
lebih lanjut. Mortar dan stamper terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau
marmer. Kaca lebih baik digunakan untuk pencampuran bentuk sediaan cairan dan
semi padat (Madinah, 2008).
Gambar 5. Blender
e. Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers
kemudian meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya
meningkatkan viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
creaming. Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan
tersebut dipaksa melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke
suatu dinding atau ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam
celah tersebut. Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan
tekanan dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui
cairan dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat pada tempat katup
dengan suatu spiral yang kuat. Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan
sebagian dispersi tersebut bebas di antara katup dan tempat (dudukan) katup.
Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan
secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear
hidrolik. Cara kerja homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan
diameter partikel rata-rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat
menaikkan temperatur emulsi sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman
HA & Lachmann, 1994).
Gambar 6. Homogenizer
f. Mixer
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran
partikel tapi efek menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya digunakan
untuk membuat emulsi tipe batch. Terdapat berbagai macam mixer yang dapat
digunakan dalam pembuatan sediaan semi padat. Dalam hal ini sangat penting
untuk merancang dan memilih mixer sesuai dengan jenis produk yang diproduksi
atau sedang dicampur. Sebagai contoh: salah satu aspek desain mixer yang penting
adalah seberapa baik/tahan dinding internal dari mixer. Hal ini karena terdapat
beberapa permasalahan dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau
pengikis harus fleksibel cukup untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam
dinding mixer. Atau dengan kata lain, mata pisau atau pengaduk harus mampu
mengaduk atau memindahkan bahan yang melekat pada dinding mixer tanpa
merusak dinding mixer. Jika proses pengadukan tidak berjalan dengan baik (masih
banyak bahan yang menempel/tersisa pada dinding mixer), maka hasil
pencampurannya tidak akan homogen. Oleh karena mixer mempunyai aksi
planetary mixing maka kemampuannya untuk mencampur fase air, fase minyak
dan emulgator sangat tergantung pada macam pengaduk yang digunakan. Selain
spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan pula agar tidak terlalu banyak
udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan membentuk buih atau bisa
yang menggangu saat melakukan pembacaan volume sedimentasi (Lieberman HA
& Lachmann, 1994).
Gambar 7. Mixer
g. Agitator Mixers
Secara prinsip mirip dengan mixer pengaduk yang digunakan untuk cairan
dan untuk serbuk, memang mixer gerakan planetary sering digunakan untuk semi
padat. Mixers dirancang khusus untuk semi padat yang biasanya memiliki bentuk
lebih berat untuk menangani bahan dengan konsistensi lebih besar. Lengan
pengaduk dirancang untuk menarik, meremas, membentuk dan bergerak
sedemikian rupa sehingga bahan dibersihkan dari semua sisi dan sudut tempat
pencampuran (Bhatt & Agrawal, 2007). Salah satu bentuk umum yang digunakan
untuk menangani konsistensi plastik semi padat dikenal sebagai mixer lengan
sigma, karena mixer menggunakan dua bilah mixer, dengan bentuk yang
menyerupai huruf Yunani, sigma (). Kedua bilah berputar terhadap satu sama
lain dan beroperasi di sebuah tempat pencampuran yang memiliki bentuk bak
double, masing-masing bilah menyesuaikan bak. Dua bilah berputar pada
kecepatan yang berbeda, yang satu biasanya sekitar dua kali kecepatan yang lain,
menghasilkan penarikan lateral bahan dan terbagi ke dalam kedua bak. Bentuk
bilah dan perbedaan kecepatan menyebabkan gerakan end-to-end. Dengan bentuk
yang kokoh dan daya yang lebih tinggi, bentuk mixer ini dapat menangani bahkan
bahan plastik terberat, dan produk-produk seperti massa pil, massa tablet granul,
dan salep yang telah siap dicampur. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
pencampuran semi padat adalah masuknya udara. Mixer lengan sigma dapat
ditutup dan dioperasikan pada tekanan rendah, yang merupakan metode terbaik
untuk menghindari masuknya udara dan dapat membantu dalam meminimalkan
dekomposisi bahan oxidisable, tetapi harus digunakan dengan hati-hati jika
campuran mengandung bahan yang mudah menguap (Bhatt & Agrawal, 2007).
sekitar tiga kali kecepatan perjalanan. Shear blades menggantikan bahan dari
dinding tempat dan oleh aksi tumpang tindih mereka pusat membawa partikel ke
arah agitator shafts, sehingga menghasilkan gaya geser yang luas. Dengan
menggunakan bahan ini bahkan bahan yang sangat kental dan kohesif dapat
dicampur secara efisien (Bhatt & Agrawal, 2007).
k. Sigma mixer
Sigma mixer berisi pencampuran elemen (blades) dari dua tipe sigma
dalam jumlah yang kontra berputar ke dalam untuk mencapai sirkulasi ujung ke
ujung serta menyeluruh dan pencampuran yang seragam di pembersihan dekat
atau tertentu dengan wadah. Produk campuran dapat dengan mudah diberhentikan
dengan memiringkan wadah dengan tuas tangan secara manual baik dengan
sistem roda gigi yang dioperasikan secara manual atau bermotor. Mixer yang
lengkap dipasang pada baja dibuat dari kekuatan yang sesuai untuk menahan
getaran dan memberikan performance (Bhatt & Agrawal, 2007). Digunakan untuk
proses granulasi basah dalam pembuatan tablet, massa pil dan salep. Hal ini
terutama digunakan untuk pencampuran padat-cair meskipun bisa digunakan
untuk campuran padat-padat juga.
Keuntungan: Bilah sigma mixer menciptakan jarak kematian minimal selama
pencampuran, ada toleransi dekat antara bilah dan dinding samping maupun
bawah mixer shell.
Kerugian: Sigma mixer bekerja dengan kecepatan tetap (Bhatt & Agrawal, 2007).
l. Ultrasonic Mixers
Metode yang efektif untuk menangani bentuk-bentuk tertentu dari masalah
pencampuran adalah untuk permasalahan bahan terhadap getaran ultrasonik. Hal
ini memiliki aplikasi khusus dalam pencampuran dalam preparasi emulsi (Bhatt &
Agrawal, 2007).
antara rotor dan stator bervariasi dari 0.001-0.005 inci tergantung pada ukuran
alat. Colloid mills memerlukan pengisian air yang banyak, cairan dipaksa melalui
celah sempit dengan aksi sentrifugal dan jalur spiral. Dalam penggilingan ini
hampir semua energi yang diberikan diubah menjadi panas dan gaya geser terlalu
dapat meningkatkan suhu produk. Oleh karena itu, sebagian besar colloid mills
dilengkapi dengan jaket air dan itu adalah juga diperlukan untuk mendinginkan
bahan sebelum dan setelah melewati penggilingan (Bhatt & Agrawal, 2007).
tiap personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau
disanitasi dengan memadai) harus disediakan untuk tiap sesi kerja.
2.5.3.4 Komponen metode produksi
1. Metode Pelelehan/peleburan
Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
embentuk fasa yang homogen
2. Metode Triturasi
Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau
dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa
basis.
2.6 Evaluasi
2.6.1 Definisi
Evaluasi adalah kegiatan / hal pertama yang dilakukan seorang formulator
setelah menyelesaikan formulasinya dengan mengevaluasi sediaan steril tersebut
sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditetapkan.
2.6.2 Tujuan
Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk menguji kelayakan suatu
sediaan sehingga dapat mencapai efek terapeutik secara optimal.Dilakukan setelah
sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas
2.6.3 Macam-macam Evaluasi
1. Daya Menyerap Air
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk
mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air
maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu
(umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua
bilangan ukur tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :
2. Kandungan Air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air
dalam salap.
a. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan
ukuran kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan
disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
b. Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini
digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang disuling sebagai campuran azeotrop
dengan air.
c. Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan
Belerang Oksida dan Iod serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut
persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan
terjadinya reaksi secara kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air digunakan
formula berikut :
% Air = f . 100 ( a b ) P
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Formulasi standart
Tiap 10 gr mengandung
R/ Asam salisilat
Sulfur praecip
2g
4g
0,4 gram
Sulfur praecip
0,8 gram
Vaselin flavum ad
20 gram
m.f ungt
s.u.e
: 2,97
Sebagai agen antiseptik, antiparasit dan keratolitik 2-5% dalam sediaan serbuk
atau salep.
Sebagai keratolitik kuat hingga 20%.
Kontra Indikasi: Kulit yang terbuka, meradang atau pada anak dibawah dua
tahun ,dapat menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes rentan
terhadap ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut , area kelamin dan
anus, dan selaput lendir, hindari penggunaan pada area yang luas
Efek Samping/ Toksisitas : Dosis diatas 1 gram/hari : perih di uluhati mungkin
dengan mual dan muntah, perdarahan di lambung. dari 6 gram/hari dapat
menyebabkan hipoprotrombinea.
Pada kelompok kecil pasien, asetosal menyebabkan reaksi hipersentivitas berupa
kulit memerah, urikaria berat dan bronkospasme.
Pada over dosis menahun, gejala yang paling sering : tinitus dan ketulian, pulih
dengan pengurangan dosis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989).
3.2.2 Sulfur Preacip
Rumus molekul : S
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warna kuning
pucat; tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
karbondisulfida, sukar larut dalam minyak zaitun, sangat sukar larut dalam etanol
(95%)
Titik lebur : -72 C
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Ph : pH antara 4,2 6,2
Kegunaan : skabisida
Inkompabilitas : Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia namun tidak
terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan logam berat. Ketidak
cocokan ini dapat mengakibatkan kebakaran, reaksi yang tidak terkontrol,
kelepasan gas beracum atau ledakan.
3.2.3 Vaselin flavum
b. Sulfur =
2
x 20 gr=0,4 gr
100
4
x 20 gr=0,8 gr
100
Hasil
Bau
Warna
Bentuk sediaan
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM SALEP
Nama
Organoleptis
Imam W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Eka W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Fikri W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Catur W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Wise W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Cerli W:kuning
n
A: sulfur
B:semi padat
Dian W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Mila
W:kuning
A:sulfur
B:semi padat
Hasi
Uji
Evalluasi
l uji evaluasi
Homogenitas
Homogeny
pH
6
Daya lekat
Melekat
Homogeny
Homogeny
Homogeny
Homogeny
Homogeny
Homogeny
Daya sebar
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Dari 1,2cm jadi 2
cm dengan beban 5
gram
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Dari 1 cm menjadi
2 cm dengan beban
5 gram
Homogeny
Dari 1 cm jadi 3
cm dengan beban 5
gram
Melekat
Melekat
Melekat
Melekat
Melekat
Melekat
Melekat
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Salep adalah sediann semi solid yang cara penggunaannya dioleskan dan
sebagai obat luar.
Salep scabies digunakan untuk mengatasi penyakit scabies (gudik) yang
disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita akibat garukan.
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa salep
sacabies yang dibuat bentuknya semi solid, bau sulfur warna kuning keputihan.
Salep scabies tersebut homogen, daya sebarnya rata rata 2-3 cm dan daya
lekatnya melekat dengan baik dan ph salep scabies tersebut 5 7.
6.2 Saran
Untuk lebih memperoleh hasil yang lebih baik perlu diperhatikan kestabilan bahan
dan kelarutan bahan.