Anda di halaman 1dari 11

Kudis, disebut juga scabies atau gudik, adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes

scabiei.
Tungau tersebut bereproduksi pada permukaan kulit, lalu masuk ke dalam kulit untuk bertelur, sehingga
menyebabkan rasa gatal. Timbulnya rasa gatal dan keinginan menggaruk dapat lebih parah di malam
hari.
Penyakit ini terbilang sangat mudah menular dan menyebar dengan cepat, terlebih jika seseorang
melakukan kontak fisik dekat dengan pengidapnya. Meski begitu, kudis dapat dengan mudah diobati
yang mampu membunuh tungau serta telurnya pada kulit.
Dapatkan produk kesehatan yang ampuh megatasi kudis atau masalah kulit lainnya dengan klik gambar
di bawah ini:

Penyebab Kudis
Penyebab scabies adalah tungau jenis S. scabiei yang menginvasi kulit. Tungau ini biasanya terdapat di
seprai, gorden, bantal, atau pakaian orang yang terinfeksi. Saat bersembunyi di bawah kulit, tungau
membuat terowongan sebagai tempat ia menyimpan telur.
Saat telur menetas, larva tersebut dapat muncul ke permukaan kulit dan menyebar ke area kulit lainnya,
bahkan pindah ke orang lain. Gatal yang timbul karena penyakit ini merupakan reaksi tubuh terhadap
tungau, telur, serta kotorannya.
Kontak fisik dekat dengan seseorang yang mengidap penyakit ini, seperti berbagi pakaian atau tidur satu
ranjang dapat meningkatkan risiko terinfeksi kudis. Rutin membersihkan tempat tidur dan tidak berbagi-
pakai pakaian sangat penting untuk mencegah penularan.

Faktor Risiko Kudis


siapa pun dapat terkena kudis, tetapi risikonya lebih tinggi pada beberapa orang, seperti:
Hidup berkelompok, seperti pesantren, penjara, atau berkeluarga.
Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Mengonsumsi steroid.
Sedang menjalani kemoterapi.
Orang dewasa yang aktif secara seksual.
Untuk anak-anak, kerap berada di fasilitas penitipan.

Gejala Kudis
Gejala scabies yang muncul bisa bervariasi, tergantung jika sudah pernah terserang tungau sebelumnya
atau belum. Saat seseorang terkena tungau kudis pertama kali, diperlukan waktu sampai 2-6 minggu
hingga gejalanya terlihat. Jangka waktu tersebut akan lebih pendek pada serangan berikut nya karena
sistem kekebalan tubuh lebih cepat bereaksi, yaitu 1-4 hari.
Nah, gejala yang paling umum saat seseorang mengalami kudis, antara lain:
Rasa gatal yang parah, terutama di malam hari.
Alami ruam menyerupai jerawat.
Terdapat sisik atau lecet pada kulit.
Alami luka akibat garukan.
Rasa gatal dapat memburuk di malam hari karena itu adalah momen tungau kudis menaruh telurnya ke
dalam kulit. Gatal sering dirasakan di sela-sela jari, ketiak, selangkangan, dan daerah lipatan lain.
Selain gatal, ruam dan jejak seperti galian yang tipis dan tidak teratur juga bisa muncul ketika tungau
menggali ke dalam kulit. Ruam akibat kudis juga bisa menjadi luka bila pengidap menggaruk kulitnya.
Hati-hati, luka terbuka bisa menyebabkan impetigo.
Kudis berkrusta juga dikenal sebagai kudis Norwegia, yaitu bentuk kudis serius yang menyebabkan
gejala kulit yang parah. Orang yang terkena scabies berkrusta akan mengalami gejala berupa kerak
yang meluas, abu-abu, dan tebal.

Diagnosis Kudis
Dokter kemungkinan dapat mendiagnosis kudis hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
memeriksa area kulit yang menimbulkan gejala. Pada beberapa kasus, dokter bisa memastikannya
dengan cara mengeluarkan tungau dari kulit dengan jarum.
Cara lain yang bisa dilakukan jika tungau tidak ditemukan adalah dengan mengikis sebagian kecil kulit
sebagai sampel jaringan. Setelah itu, pemeriksaan sampel tersebut dilakukan di bawah mikroskop untuk
memastikan jika benar ada tungau atau telurnya.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan dengan tinta (Burrow Ink Test) untuk membantu
menemukan jalur liang pada kulit yang dibuat tungau. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
menjatuhkan tinta pulpen ke area kulit yang dirasa ditempati tungau.
Setelah itu, tinta kemudian dihapus dan beberapa tinta ada yang masuk ke dalam terowongan yang
dibuat tungau. Terowongan tersebut dapat terlihat jelas dengan mata telanjang setelahnya. Inilah
indikasi jika seseorang terserang kudis.

Pengobatan Kudis
Kudis dapat diobati dengan menggunakan beberapa jenis obat. Beberapa krim dan losion bisa
didapatkan melalui resep dokter. Obat kudis biasanya dioleskan di sekujur tubuh, dari leher ke bawah,
lalu dibiarkan selama setidaknya 8 jam.
Dokter juga akan menganjurkan semua anggota keluarga dan orang terdekat pengidap untuk
mengonsumsi obat tersebut meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda tertular scabies. Hal ini
bertujuan untuk mencegah penyebaran scabies. Obat krim digunakan untuk mengatasi penyakit ini
dengan membunuh tungau dan telurnya.
Namun, ada baiknya untuk berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu terkait tindakan pengobatan ini.
Sebab sebagian obatnya tidak boleh digunakan oleh anak-anak atau wanita hamil. Walaupun obat
tersebut membunuh tungau dengan cepat, tapi rasa gatal mungkin tidak sepenuhnya hilang selama
beberapa minggu.

Komplikasi Kudis
Komplikasi yang dapat terjadi adalah impetigo. Hal ini disebabkan garukan yang kuat sehingga merusak
kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder. Impetigo sendiri adalah infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus atau kadang bakteri streptococcus.
Bentuk kudis yang lebih parah juga dapat terjadi yang disebut dengan kudis berkrusta. Pada seseorang
yang mengalami kudis hanya memiliki 10 hingga 15 tungau pada kulitnya. Namun, jika seseorang alami
kudis berkrusta, tungau telah berkembang biak hingga jutaan.

Pencegahan Kudis
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infestasi ulang dan mencegah penyebaran
penyakit ini pada orang lain, yaitu:
Membersihkan pakaian dengan benar. Gunakan air sabun panas untuk mencuci semua pakaian, handuk,
dan seprai yang digunakan dalam waktu tiga hari sebelum perawatan dilakukan. Keringkan pakaian
tersebut dengan panas tinggi.
Pisahkan barang yang tidak bisa dicuci. Cobalah untuk memisahkan barang-barang yang tidak dapat
dicuci ke dalam kantong plastik tertutup dan letakkan di tempat yang terpisah, seperti garasi. Diamkan
selama beberapa minggu agar tungau mati setelah beberapa hari tidak mendapatkan makanan.
Selain itu, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah kudis:
Jaga kebersihan dengan baik, termasuk tempat tidur.
Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.

Pengertian
Anda mungkin pernah mendengar tentang skabies? Penyakit yang disebabkan oleh tungau ini
umumnya dialami oleh hewan peliharaan.

Namun, tahukah Anda bahwa manusia juga bisa mengalami skabies? Bagaimana sebenarnya
gejala skabies pada manusia?

Kudis atau skabies adalah kondisi yang menyebabkan rasa gatal pada kulit. Penyebabnya adalah
tungau yang disebut Sarcoptes scabiei yang menggali ke dalam kulit.

Keberadaan tungau ini menyebabkan rasa gatal yang sangat kuat di sekitar area yang digali
tersebut.

Keinginan untuk menggaruk kulit biasanya meningkat terutama pada malam hari.

Berikut ini penjelasan lengkap tentang apa itu skabies, termasuk penyebab, gejala, dan cara
mengobatinya.

Penyebab
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Sarcoptes scabiei adalah penyebab skabies.

Tungau ini termasuk dalam spesies Sarcoptes scabiei varietas hominis, yang termasuk dalam
kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Tungau betina
membuat terowongan di bawah kulit dan meninggalkan telur di tempat tersebut.

Setelah telur menetas, larva tungau mulai bermigrasi ke lapisan kulit terluar. Larva tersebut
mengalami tahap perkembangan dan menyebar ke area lain dari kulit penderita atau individu
lain. Tungau betina dapat bertahan hidup selama 30-60 hari di dalam terowongan yang
dibuatnya. Selama itu, tungau terus memperluas terowongannya.

Sensasi gatal yang muncul akibat reaksi alergi tubuh akibat tungau, telur, dan kotorannya yang
menyebar di lapisan kulit.

Kontak fisik yang dekat dan jarang serta berbagi pakaian atau tempat tidur dengan individu yang
terinfeksi dapat menyebabkan penularan tungau.
Faktor risiko yang meningkatkan penularan skabies adalah:

 Hidup dalam lingkungan berkelompok. Tingginya kepadatan penghuni dalam rumah,


interaksi, dan kontak fisik yang erat memudahkan penularan skabies.Misalnya, di panti
asuhan, panti jompo, asrama, atau tempat pengungsian.
 Aktif berhubungan seksual.
 Keterbatasan pasokan air bersih dan kebersihan yang buruk.
 Pasien dengan sistem kekebalan tubuh rendah, misalnya pada penderita HIV.

Gejala
Tanda dan gejala skabies umumnya berupa:

 Rasa gatal yang seringkali sangat kuat dan biasanya lebih parah pada malam hari.
 Galian kulit yang tipis dan tidak beraturan, berbentuk luka atau benjolan pada kulit.
 Galian biasanya muncul di area lipatan kulit.

Meskipun hampir semua bagian tubuh dapat terkena, pada orang dewasa dan anak yang lebih
besar, skabies umumnya ditemukan di:

 antara jari-jari
 ketiak
 sekitar pinggang
 bagian dalam pergelangan tangan
 bagian dalam siku
 telapak kaki
 sekitar payudara
 sekitar alat kelamin pria
 bokong
 lutut
 selangkangan punggung

Sementara itu, pada bayi dan anak yang lebih kecil, infeksi skabies dapat terlihat di:

 kepala
 wajah
 leher
 telapak tangan
 telapak kaki

Orang yang pernah terkena skabies akan mengalami gejala tersebut dalam beberapa hari setelah
digigit tungau. Namun, pada individu yang belum pernah mengalami skabies, gejala bisa muncul
dengan jeda waktu sekitar enam minggu setelah terinfeksi.

Perlu diketahui bahwa skabies dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain meskipun
belum menunjukkan tanda atau gejala tertentu.
Diagnosis
Diagnosis skabies dapat ditentukan melalui wawancara medis yang detail, pemeriksaan fisik
langsung, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.

Diagnosis skabies dapat dikonfirmasi dengan adanya 2 dari 4 tanda khas (tanda utama), yaitu:

 Gatal pada malam hari (pruritus nokturna) yang disebabkan oleh tingginya aktivitas
tungau skabies pada suhu yang lebih lembap dan hangat.
 Gejala yang sama pada sekelompok individu. Penyakit ini menyerang sekelompok orang
yang tinggal berdekatan, seperti keluarga, perkampungan, panti asuhan, atau pesantren.
 Terbentuknya terowongan atau kunikulus pada lokasi-lokasi tertentu, terowongan ini
berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, dengan panjang rata-rata 2 cm, berwarna putih
atau keabu-abuan.
 Biasanya terdapat di area kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian dalam, bagian luar siku, lipatan depan ketiak, pusar, bokong, bagian bawah perut,
areola mammae pada wanita, dan alat kelamin eksternal pada pria.
 Ditemukannya tungau Sarcoptes scabiei, bisa ditemukan satu atau lebih tahap hidup
tungau.

Pengobatan
Pengobatan skabies dilakukan dengan menghilangkan infeksi melalui pengobatan. Beberapa
jenis krim dan lotion dapat digunakan sesuai petunjuk dokter.

Pengobatan umumnya dioleskan pada seluruh tubuh mulai dari leher ke bawah dan dibiarkan
selama setidaknya delapan jam. Tindakan pengobatan tambahan mungkin diperlukan jika
terdapat galian atau ruam baru.

Karena skabies mudah menular, dokter dapat merekomendasikan pengobatan untuk dilakukan
oleh seluruh anggota keluarga atau individu lain yang memiliki kontak dekat, meskipun mereka
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Jenis pengobatan yang umumnya diresepkan dapat berupa krim, lotion, atau obat minum jika
individu tersebut memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh atau mengalami skabies yang
berkrusta.

Meskipun pengobatan dapat membunuh tungau, rasa gatal dapat tetap berlangsung selama
beberapa minggu.

Pencegahan
Untuk mencegah infeksi skabies berulang dan penularannya kepada orang lain, beberapa langkah
berikut dapat dilakukan:
 Mencuci semua pakaian dan kain yang digunakan.
 Gunakan air hangat dan sabun untuk mencuci semua pakaian, handuk, dan seprai yang
telah digunakan dalam tiga hari sebelum memulai pengobatan.
 Keringkan dengan suhu tinggi. Untuk benda yang tidak dapat dicuci di rumah, gunakan
layanan binatu.
 Untuk benda yang tidak dapat dicuci, masukkan ke dalam plastik yang tertutup rapat dan
simpan di tempat yang tidak terganggu selama sekitar dua minggu.
 Tungau akan mati jika tidak mendapatkan makanan selama beberapa hari.

Komplikasi
Ada beberapa risiko komplikasi skabies yang dapat terjadi jika tidak ditangani atau ditangani
terlambat. Berikut ini penjelasannya.

1. Infeksi Sekunder

Kerusakan pada epidermis akibat infeksi skabies dapat memudahkan terjadinya infeksi oleh
bakteri Streptococcus pyogenes (Group A Streptococcus [GAS]) atau Staphylococcus aureus.

Kedua bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi lokal pada jaringan, seperti impetigo, selulitis,
dan abses, serta dapat menyebar melalui aliran darah dan sistem limfatik.

Pada kasus skabies berkrusta, dapat terjadi limfadenitis dan sepsis.

Infeksi kulit oleh GAS juga dapat menyebabkan komplikasi akhir berupa glomerulonefritis
pasca-streptokokus yang dapat berkembang menjadi gangguan ginjal kronis.

2. Skabies Norwegia

Skabies Norwegia atau kudis berkrusta terjadi pada area tubuh yang luas. Biasanya, seseorang
dengan skabies biasa hanya memiliki sekitar 10-15 tungau.

Namun, pada kasus skabies berkrusta, jumlah tungau bisa mencapai jutaan. Bila Anda
mengalami kondisi seperti skabies, jangan ragu untuk segera konsultasi ke dokter spesialis kulit,
ya!

Referensi:

 National Institute of Health. Diakses pada 2023.Scabies..


 American Academy of Dermatology Association. Diakses pada 2023. Scabies.

Scabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes

scabies varietas hominis, juga dikenal dengan kudis adalah penyakit kulit yang menular, baik
dari manusia ke manusia ataupun hewan ke manusia. Penularan kudis pun sangat mudah terjadi,

mulai dari kontak langsung dengan kulit penderita hingga penggunaan barang-barang pribadi

bersamaan seperti baju, handuk, sprei, bantal, sisir dan lain-lain. Penyakit ini dapat menjangkiti

semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi.

Scabies terjadi dimulai ketika tungau betina yang telah dibuahi masuk ke dalam kulit individu

yang tidak terinfeksi. Gejala scabies muncul dalam waktu 4 sampai 6 minggu pasca terpapar

tungau. Scabies menyebabkan ruam yang dapat menyebabkan rasa gatal yang dapat

menyebabkan gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, gejala yang muncul bisa lebih cepat antara 1

sampai 4 hari pasca terpapar, penderita scabies umumnya merasakan gejala seperti :

1. Gatal yang cukup intens pada kulit dan semakin parah ketika malam hari.

2. Ruam kulit yang disertai benjolan keras berbentuk benjolan keras berbentuk seperti

terowongan.

3. Terdapat luka akibat garukan pada kulit yang telah berkerak tebal.

Penyakit kudis / scabies yang terjadi pada manusia disebabkan oleh paparan tungau betina yang

dikenal dengan nama Sarcoptes scabies dengan ukuran yang sangat kecil sehingga sulit untuk

dilihat secara kasat mata. Tungau menginfeksi kulit dengan menggali bagian bawahnya dan

menciptakan saluran sebagai tempat bertelur dan menetas dan muncul larva tungau yang

bergerak menuju permukaan kulit agar bisa tumbuh.

Faktor risiko penyakit scabies atau kudis umumnya dirasakan oleh anak-anak, orang dewasa

yang memiliki kehidupan seksual yang aktif, penghuni panti jompo, asrama, penjara maupun

tempat publik lainnya (komunitas), pasien yang menjalani rawat inap serta orang dengan sistem
imun tubuh lemah, karena sistem imun tubuh yang lemah tungau jadi lebih mudah untuk

berkembang biak.

Hal yang penting diperhatikan dalam pencegahan penyebaran penyakit scabies yang bisa

dilakukan agar terhindar dari penyakit scabies kulit antara lain :

1. Menghindari kontak fisik dengan penderita atau menyentuh benda yang sekiranya telah

terpapar tungau, melalui sentuhan kulit kudis / scabies mudah menular.

2. Usahakan untuk mencuci pakain, handuk, maupun seprai bekas pakai penderita

kudis / scabies menggunakan detergen dan air panas dan dijemur dibawah matahari atau dry

cleaned untuk membunuh tungau yang menepel.

3. Usahakan untuk rutin membersihkan rumah karena kondisi lingkungan yang kotor bisa

menjadi pemicu penyakit akibat tungau ini.seperti hal rutin memvakum lantai, permukaan kursi,

seprai dan sebagainya hingga bersih agar tungau yang mungkin tertinggal bisa ditumpas.

Scabies adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis,

ektoparasit manusia spesifik berukuran sekitar 0,4 mm yang tidak terlihat dengan mata

telanjang. Kudis disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (S. scabiei), tungau parasit

mikroskopis obligat yang hidup selama 10-14 hari siklus hidupnya di epidermis manusia.

Infestasi skabies ada di semua negara, lebih banyak di negara berpenghasilan rendah, daerah

tropis dan di antara bayi, anak-anak dan remaja. Wabah sering terjadi di institusi dan komunitas

tertutup baik berpenghasilan tinggi maupun berpenghasilan rendah, terutama pada kepadatan,

menimbulkan beban kesehatan dan ekonomi yang cukup besar, dan seringkali sulit dikendalikan.

Scabies menyebabkan ruam, yang dapat menyebabkan stigma, serta gatal yang dapat

menyebabkan gangguan tidur, kesulitan konsentrasi dan ketidakhadiran dari pendidikan dan
pekerjaan. Skabies merupakan predisposisi infeksi kulit bakteri superfisial (terutama karena

Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes), yang pada gilirannya dapat menyebabkan

komplikasi serius termasuk infeksi kulit dan jaringan lunak yang parah, sepsis, glomerulonefritis,

dan kemungkinan demam rematik akut. Episode berulang, terutama pada anak-anak, sering

terjadi di daerah dengan penularan tinggi.

Scabies terjadi dimulai ketika tungau betina yang telah dibuahi masuk ke dalam kulit individu

yang tidak terinfeksi. Setelah infestasi primer, individu biasanya tidak menunjukkan gejala

selama masa inkubasi 4 sampai 6 minggu. Gejala berkembang jauh lebih cepat (berjam-jam

sampai berhari-hari) dengan infestasi berikutnya. Gatal dan lesi kulit, papula kecil yang paling

sering tersebar, sering dengan ekskoriasi, berkembang sebagai akibat dari hipersensitivitas

terhadap tungau dan produknya. Liang dapat ditemukan di beberapa, tapi tidak semua, kasus.

Pola gejala dan tanda ini dikenal sebagai 'skabies umum' (juga digambarkan sebagai skabies

klasik, tipikal, biasa, standar, biasa atau normal).

Pada skabies klasik, kontak kulit-ke-kulit yang berkepanjangan, termasuk kontak seksual, adalah

cara utama penularan, dan penularan yang dimediasi fomite jarang terjadi. Penularan melalui

fomites mungkin lebih penting pada skabies yang banyak dan berkrusta (sebelumnya dikenal

sebagai skabies Norwegia), di mana tungau lebih banyak dan bertahan dalam skala yang terlepas.

Pada skabies klasik, lesi lebih menonjol pada sela-sela jari, tangan, pergelangan tangan volar,

aksila, kaki, lingkar pinggang, bokong bagian bawah, paha bagian dalam, areola pada wanita,

dan genitalia pada pria. Dengan beban tungau rata-rata 5-15 pada skabies klasik, 2 liang

patognomonik hanya kadang-kadang terlihat sebagai jalur pendek, linier, atau bergelombang

yang berpuncak pada vesikel/pustula utuh atau terkikis yang berisi tungau. Kebanyakan liang
ditemukan di tangan/pergelangan tangan tetapi dapat dilihat pada siku, alat kelamin, bokong, dan

aksila. Lebih umum, lesi sekunder nonspesifik terlihat, termasuk papula ekskoriasi, plak

ekzematosa, dan impetigo. Menggaruk dalam waktu lama dapat menyebabkan likenifikasi dan

prurigo nodularis.

Temuan atipikal termasuk keterlibatan kulit kepala, nodul, lesi bulosa, dan kudis berkrusta.

Keterlibatan kulit kepala terlihat pada bayi, anak-anak, orang tua, dan individu

immunocompromised. Nodul keras berwarna merah-cokelat atau keunguan dapat terjadi pada

aksila, selangkangan, alat kelamin pria, dan badan (pada bayi) dan sering menetap selama

berbulan-bulan setelah pengobatan. Skabies bulosa bermanifestasi sebagai bula tegang atau

lembek di lokasi yang khas dengan atau tanpa pruritus.

Pada skabies berkrusta, lesi psoriasiform dan hiperkeratosis umumnya tersebar luas dengan

keterlibatan kepala/leher dan menonjol pada bagian akral. Skabies berkrusta lokal dapat terjadi

pada kulit kepala, wajah, jari tangan, jari kaki/kuku kaki, telapak kaki, dan alat kelamin.

Eosinofilia dan limfadenopati generalisata dapat terlihat. Meskipun beban tungau tinggi—

diperkirakan mencapai 4700 tungau per gram kulit yang terlepas, lesi tidak selalu gatal.

Scabies berkrusta dikaitkan dengan imobilitas dan keadaan immunocompromised, termasuk

imunosupresi iatrogenik (glukokortikoid topikal/sistemik dan terapi biologis), limfoma/leukemia

sel T, infeksi human immunodeficiency virus, dan infeksi virus limfotropik sel T manusia tetapi

dapat terjadi tanpa adanya faktor risiko ini. Beberapa subpopulasi memiliki presentasi klinis

yang berbeda.
Pada bayi dan anak kecil, lesi lebih luas tetapi lebih menonjol pada telapak tangan/sol,

pergelangan tangan, dan pergelangan kaki. Impetiginisasi dan eksematisasi sering terjadi. Bayi

mungkin tidak menggaruk, tetapi menyusu dengan buruk dan tampak mudah tersinggung. Pada

orang tua, temuan atipikal sering terjadi dan meskipun respons inflamasi dapat berkurang,

pruritus sering masih ada. Pada individu yang terikat di tempat tidur, lesi mungkin melibatkan

punggung.

Anda mungkin juga menyukai