Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Penyakit Scabies

2.1.1. Definisi Penyakit Scabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes

scabiei varietas hominis, yaitu kutu parasit yang dapat membuat terowongan

di dalam kulit. Akibatnya dapat menyebabkan rasa gatal. Sinonim skabies

adalah the itch, sky-bees, pamaan itch, seven year itch, dan di Indonesia

skabies disebut juga dengan penyakit kudis, gudik, atau buduk. (Sungkar,

2016).

Di Indonesia scabies sering disebut kudis, budukan atau gudik.

Penyakit kulit scabies merupakan penyakit kulit yang mudah menular.

Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit)

misalnya, berjabat tangan, tidur bersama dan melalui hubungan seksual.

Penularan secara tidak langsung (melalui benda) misalnya, pakaian, handuk,

sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2010).

Scabies disebut juga the itch, pamaan itch, seven year itch karena gatal

hebat yang berlangsung menahun. Di Indonesia scabies disebut penyakit

gudik, kudis, atau budukan. Scabies terdapat diseluruh dunia dengan

prevalensi yang bervariasi, tetapi umumnya terdapat diwilayah beriklim

tropis dan subtropis di negara berkembang. Di masyarakat yang memiliki

resiko tinggi scabies prevalensi dapat mencapai 80%. Penyakit ini dapat

11
12

mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak

dijumpai pada anak-anak dan orang sewasa muda, tetapi dapat mengenai

semua umur. Insidens sama pada pria dan wanita. (Kudadiri, 2021)

Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda,

tetapi dapat mengenai semua golongan umur (Harahap, 2008). Penyakit

kulit scabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat

ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat

tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara

tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan

selimut (Djuanda, 2007). Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor

yang membantu penyebarannya antara lain kemiskinan, higiene individu

yang jelek dan lingkungan yang tidak sehat (Sudirman, 2006).

2.1.2 Etiologi Penyakit Scabies

Scabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak

fisik yang erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei tempat

tidur, perabot rumah. Kutu dapat hidup diluar kulit hanya 2-3 hari dan pada

suhu kamar 21ºC dengan kelembapan relatif 40-80%. Kutu betina berukuran

0,3-0,4 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian mati. Kutu

betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam epidermis,

kemudian membentuk terowongan didalam stratum korneum. Kecepatan

menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, scabies

betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui

stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.
13

Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati diujung

terowongan, Terowongan lebih banyak terdapat di bagian yang berkulit tipis

dan tidak banyak mengandung folikel pilosobasea. (Kudadiri, 2021)

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes

scabieivar, hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk

oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,

berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara

330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,

yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4

pasang kaki,2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang

jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir

dengan alat perekat (Djuanda, 2010).

2.1.3 Epidemiologi Penyakit Scabies

Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit scabies,

antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan

seksual yang tanpa aturan, kesalahan diagnosis, dan perkembangan

dermatografik atau etiologik (Djuanda, 2010). Penularan dapat terjadi,

karena : Kontak langsung kulit dengan kulit penderita scabies, seperti

menjabat tangan, hubungan seksual, tidur bersama. Kontak tidak langsung

(melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur bersama dan saling


14

meminjam pakaian, handuk dan alat-alat yang bersifat pribadi lainnya

sehingga harus berbagi dengan temannya.

2.1.4 Penularan scabies.

Scabies dapat ditularkan melalui perindahan telur, larva, nimfa, atau

tungau dewasa dari kulit penderita ke kulit orang lain, namun dari dari

semua bentuk infektif tersebut tungau dewasalah yang paling sering

menyebabkan penularan. Sekitar 90% penularan scabies dilakukan oleh

tungau dewasa betina terutama yang gravid. Tungau tidak dapat melompat

atau terbang tetapi berpindah dengan merayap. Kemampuan tungau untuk

menginfestasi akan menurun seiring dengan lamanya tungau berada diluar

tubuh hospes. (Kudadiri, 2021).

Scabies dapat ditularkan langsung dan tidak langsung, namun cara

penularan scabies yang paling sering adalah dengan kontak langsung

antar individu saat tungau sedang berjalan di permukaan kulit. Kontak

langsung adalah kontak kulit ke kulit yang cukup lama misalnya pada saat

tidur bersama. Scabies mudah menular secara kontak langsung dari orang ke

orang yang tinggal di lingkungan padat dan berdekatan. (Kudadiri, 2021).

Pada orang dewasa, cara penularan scabies adalah melalui hubungan

seksual, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orangtua atau

teman-temannya. Anak-anak berpeluang lebih besar menularkan scabies

karena tingginya kontak interpersonal terutama dengan saudara-saudaranya

yang tinggal ditempat yang sama. (Kudadiri, 2021).


15

Penularan scabies secara tidak langsung dapat terjadi melalui

kontak dalam waktu yang lama dengan sprei, handuk, pakaian yang

terinfestasi scabies. Penularan tungau secara tidak langsung bergantung

pada lamanya tungau dapat bertahan hidup di luar tubuh hospes dan

bergantung pada suhu dan kelembapan. (Kudadiri, 2021).

Gejala umum yang ditunjukkan oleh scabies adalah rasa gatal

terutama pada malam hari, saat cuaca panas dan saat berkeringat, disertai

dengan kulit iritas dan berwarna merah, yang biasanya muncul di sela-sela

jari, selangkangan, lipatan paha, dan muncul gelembung berarir pada kulit

(Kudadiri, 2021).

2.1.5 Diagnosa scabies.

Diagnosa scabies dapat ditegakkan dengan menemukan dua dari

empat tanda kardinal (Djuanda, 2010) :

1. Pruritus nokturna. Pruritus nokturna, artinya gatal dimalam hari yang

disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih

lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok. Penyakit ini

menyerang manusia secara kelompok, misalnya pada sebuah keluarga

biasanya seluruh anggota keluarga terinfeksi. Begitu juga dalam

lingkungan perkampungan yang padat penduduk, sebagian besar tetangga

yang berdekatan bisa terinfeksi.

3. Terowongan (kunikulus). Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata


16

memiliki panjang 1 cm, diujung terowongan ditemukan papul atau

vesikel. Tempat predileksinya biasanya tempat dengan stratum korneum

yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian

luar, lipatan ketiak, payudara (areola mamae), bokong, genitalia, dan

perut bagian bawah. Pada bayi terdapat di telapak kaki dan telapak

tangan.

4. Tungau. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik.

Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.1.6 Pengobatan Penyakit Scabies

Penatalaksanaan scabies dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penatalaksanaan secara umum

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi

teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah

digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air

panas. Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang berisiko

tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga

kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak

langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan maupun

perorangan dan tingkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan

yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Harus diberi pengobatan secara serentak.

b. Sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi, pakaian yang akan

dipakai pun harus disetrika.


17

c. Bantal, kasur, dan selimut harus dibersihkan dan dijemur di bawah

sinar matahari selama beberapa jam (Sudirman,2006).

2. Penatalaksanaan Secara Khusus

Dengan menggunakan obat-obatan dalam bentuk topikal, antara

lain:

a. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori

pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada

bayi berumur kurang dari 2 tahun.

b. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,

sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah

dipakai.

c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim

atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya

cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu

kemudian.

d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan pilihan,

mempunyai dua efek sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus

dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

e. Permethrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan

gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus


18

setelah 10 jam. Bila belum sembuh, diulangi setelah seminggu. Tidak

dianjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan (Djuanda, 2010).

2.1.7 Pencegahan Penyakit Scabies

Pencegahan scabies dibagi menjadi tiga tingkat yaitu pencegahan

primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pembagian tingkat

tersebut dilakukan dengan menghubungkan pencegahan penyakit terhadap

fase penyakit. (Kudadiri, 2021).

a. Pencegahan primer. Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga

kebersihan badan, kebersihan pakaian, tidak menggunakan alat pribadi

seperti handuk, seprai, pakaian, pakaian dalam bersama-sama dengan

orang lain. Scabies dapat dicegah apabila seseorang memiliki kesadaran

menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Cara pencegahan scabies

yaitu dengan mandi teratur minimal dua kali sehari menggunakan air

mengalir dan sabun serta membersihkan area genital dan

mengeringkannya dengan handuk bersih. Penderita tidak boleh memakai

handuk dan pakaian bergantian dengan orang lain. Hindari kontak lama

dan erat dengan penderita, misalnya tidur bersama diatas satu kasur.

Menjaga kebersihan tangan dan kuku dengan mencuci tangan dan teratur

memotong kuku agar patogen tidak bersarang dikuku. (Kudadiri, 2021).

b. Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dilakukan dengan

mengobati penderita secara langsung agar tungau tidak menginfestasi

orang-orang yang berada disekitarnya. Sementara, hindari kontak tubuh

dalamwaktu lama dengan penderita seperti melakukan hubungan seksual,


19

berpelukan, dan tidur satu ranjang dengan penderita. Pencegahan tersier.

Setelah penderita dinyatakan sembuh dari penyakit scabies. Pencegahan

tersier yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci barang yang

digunakan penderita seperti pakaian, handuk, sprei dicuci dengan

deterjen dan dijemur di bawah terik sinar matahari. (Kudadiri, 2021).

2.2 Pengetahuan

2.2.1. Defenisi Pengetahuan

Notoatmodjo (2012) dalam bukunya Promosi Kesehatan Dan Perilaku

Kesehatan menguraikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari ”tahu”,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni dari

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2012) membagi 6 (enam) tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.


20

b) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang suatu obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d) Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk menyatakan atau menjabarkan

suatu materi atau obyek ke dalam keadaan komponen-komponen tetapi

masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan

satu sama lain. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan dan sebagainya.

e) Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada.


21

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

yaitu (Mubarak, 2012) :

1) Pendidikan

Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa upaya agar masyarakat

berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi,

bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan

kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau promosi kesehatan.

Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu

usaha mengembangkan suatu kepribadian dan kemampuan di dalam dan

diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

orang tersebut menerima informasi baik dari orang lain maupun dari

media massa.

Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa pendidikan adalah upaya

persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau

melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi

masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh oleh

pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan

kesadarannya melalui proses pembelajaran.


22

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan akan membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. (Mubarak, 2012)

3) Umur

Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa umur adalah variabel

yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan

epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalamnya

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan

cara ini dapat membaca dengan mudah dan melihat pola kesakitan

maupun kematian menurut golongan umur.

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik

terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada aspek

psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang

dan dewasa. (Mubarak, 2012)

4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.
23

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman

tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan

kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif

dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan

lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai

sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) menyebutkan ada beberapa cara

memperoleh pengetahuan yaitu :


24

a. Cara Coba - Coba (Trial and Error)

Cara ini menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah,

dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemugkinan kedua masih salah maka

coba lagi dengan kemungkinan yang ketiga dan seterusnya sampai

masalah dapat dipecahkan. Itu sebabnya cara ini disebut metode trial

(coba) and error (gagal atau salah).

b. Kekuasaan Atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan taradisi pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun

ahli-ahli pengetahuan. Pada prinsipnya bahwa orang lain menerima

pandapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa

terlebih dahulu membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta

emperis maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan guru terbaik, pepatah ini mengandung

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman-pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan manusia maka cara berpikir manusia

juga ikut berkembang. Manusia telah mempu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain bahwa


25

dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi.

e. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara yang terbaru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara seperti ini disebut dengan metode

penelitian ilmiah atau lebih populer dengan metodelogi penelitian.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang

berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan anak-anak panti dalam

menjaga penyakit skabies baik dalam pencegahan maupun dalam

pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan

untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi

nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit (Damayanti,2005).

Usaha-usaha tersebut meliputi :

a. Kebersihan badan yaitu mandi memakai sabun sekurang-kurangnya dua

kali sehari, tangan selalu dalam keadaan bersih, kuku bersih dan

pendek, rambut dalam keadaan bersih dan rapi.

b. Kebersihan pakaian yaitu pakaian dicuci, diseterika, dan disimpan di

lemari.

c. Kebersihan tempat tinggal yaitu kebersihan rumah dan lingkungan

sekitarnya.

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui

oleh seseorang terhadap cara - cara memelihara kesehatan. Pengetahuan

tentang cara-cara tersebut meliputi :


26

1) Penularan terhadap penyakit menular termasuk dalam hal ini penyakit

skabies yang diketahui (tanda-tanda, gejala, penyebab, cara penularan,

dan cara pencegahan).

2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait mempengaruhi kesehatan

antara lain gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah,

pembuangan sampah, polusi udara, serta kebersihan diri.

3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional

maupun tradisional.

Dalam penelitiannya Muzakir (2007) menyatakan bahwa, kurangnya

pengetahuan tentang skabies, sehingga menyebabkan cepatnya penularan

skabies dalam kategori tinggi yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat,

keluarga maupun individu. Pengetahuan yang diperoleh dalam waktu

singkat sulit merubah prilaku seseorang baik dalam mencegah peningkatan

kasus skabies ataupun mencegah penularannya. Banyak faktor yang menjadi

alasan diantaranya masyarakat kesulitan memperoleh informasi lanjutan

yang lebih banyak tentang sesuatu masalah kesehatan setelah informasi

utama diperolehnya.

Penelitian Ma’arufi (2005) menemukan bahwa ada pengaruh

pengetahuan santri terhadap kejadian skabies, dimana santri yang menderita

skabies, diketahui 70,9% mempunyai pengetahuan kategori rendah

dibandingkan santri dengan pengetahuan kategori tinggi (29,1%).


27

2.2.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %

3. Pengetahuan Kurang : < 56 %

2.3 Personal Hygiene

2.3.1 Pengertian Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah tindakan pencegahan yang menyangkut

tanggung jawab individu untuk meningkatkan kesehatan serta membatasi

menyebarnya penyakit menular, terutama yang ditularkan melalui kontak

langsung. Seseorang dikatakan personal hygiene nya baik bila yang

bersangkutan dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan

kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, telinga, alat

kelamin, dan handuk, serta alas tidur (Badri, 2008). Personal hygiene santri

yang buruk memiliki resiko yang lebih besar tertular scabies dibanding
28

dengan santri dengan personal hygiene baik. Personal Hygiene santri yang

mempengaruhi kejadian scabies meliputi :

1. Kebersihan tempat tidur (tidur bersama-sama dan berhimpitan)

Hasil penelitian Handayani (2007) yang menunjukan persentase

santri yang terkena scabies 62,9% mempunyai kebiasaan tidur bersama

dengan temanya yang menderita scabies, dan 60% mempunyai kebiasaan

memakai selimut bersama-sama dengan temannya yang menderita

scabies.Didukung oleh penelitian Ma’rufi (2007) yang menyimpulkan

bahwa perilaku pemicu terjadinya scabies yaitu melalui tidur bersama dn

berhimpitan dalam satu tempat tidur.

2. Kebersihan pakaian

Hasil penelitian Azizah (2012) yang menyatakan 84,21% santri

yang bergantian pakaian beresiko terkena scabies.Santri melakukan hal

tersebut karena santri tidak mengethui bahwa kutu sarcoptes scabiei

dapat bertahan hidup dan menularkan penyakit scabies. Menurut

Mansyur (2007) penularan scabies melalui kontak tidak langsung seperti

perlengkapan tidur, pakaian atau handuk memegang peranan penting.

Menurut Handoko (2010) semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah

digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air

panas.

3. Kebersihan Handuk

Berdasarkan penelitian Muslih (2012), di Pondok Pesantren

Cipasung Tasikmalaya menunjukan kejadian scabies lebih tinggi pada


29

responden yang menggunakan handuk bersama (66,7%), dibandingkan

dengan responden yang tidak menggunkan handuk bersama (30,4), dan

dari hasil uji statistik perilaku ini mempunyai hubungan dengan kejadian

scabies. Hasil POR menunjukan responden yang menggunakan

handuk bersama 4,588 kali berpualang untuk menderita scabies

dibanding responden yang tidak menggunakan handuk bersama.

2.3.2 Tujuan Personal Hygiene.

Adapun tujuan dari personal hygiene antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

2. Memelihara kebersihan diri.

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

4. Mencegah penyakit.

5. Menciptakan keindahan.

6. Meningkatkan rasa percaya diri.

2.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

1. Citra tubuh

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya

higiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep

subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat

sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan

higiene. Citra tubuh dapat berubah akibat adanya pembedahan atau

penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk

meningkatkan higiene.
30

2. Praktik sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkingan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status sosial-ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan

bahan -bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan

kosmestik (alat-alat yang membantu dalam memelihara higiene dalam

lingkungan rumah).

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

5. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda

mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.

6. Kebiasaan Seseorang

Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri,

memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara

melakukan higiene.

7. Kondisi Fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri

berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.


31

2.4 Panti Asuhan

2.4.1 Pengertian

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan panti asuhan sebagai

rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.

Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang

mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada anak telantar dengan melaksanakan penyantunan dan

pengentasan anak telantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental,

dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang

diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan

sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan

nasional (Depsos RI, 2009).

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan

lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan

pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial

pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.

2.4.2 Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia

yaitu :

1. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi

pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan


32

membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta

mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota

masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik

terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.

2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti

asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian

matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu

menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan

adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan keterampilan kepada anak

asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

2.4.3 Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan

anak telantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.

Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,

pengembangan dan pencegahan:

a. Fungsi pemulihan dan pengentasan anak ditujukan untuk

mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuh. Fungsi ini

mencakup kombinasi dari ragam keahlian, teknik, dan fasilitasfasiltias

khusus yang ditujukan demi tercapainya pemeliharaan fisik,


33

penyesuaian sosial, psikologis penyuluhan, dan bimbingan pribadi

maupun kerja, latihan kerja serta penempatannya.

b. Fungsi perlindungan merupakan fungsi yang menghindarkan anak dari

keterlambatan dan perlakuan kejam. Fungsi ini diarahkan pula bagi

keluarga- keluarga dalam rangka meningkatkan kemampuan keluarga

untuk mengasuh dan melindungi keluarga dari kemungkinan

terjadinya perpecahan.

c. Fungsi pengembangan menitikberatkan pada keefektifan peranan anak

asuh, tanggung jawabnya kepada anak asuh dan kepada orang lain,

kepuasan yang diperoleh karena kegiatankegiatan yang dilakukannya.

Pendekatan ini lebih menekankan pada pengembangan potensi dan

kemampuan anak asuh dan bukan penyembuhan dalam arti lebih

menekankan pada pengembangan kemampuannya untuk

mengembangkan diri sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan.

d. Fungsi pencegahan menitikberatkan pada intervensi terhadap

lingkungan sosial anak asuh yang bertujuan di satu pihak dapat

menghindarkan anak asuh dari pola tingkah laku yang sifatnya

menyimpang, di lain pihak mendorong lingku ngan sosial untuk

mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar.

2. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial

anak.
34

3. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi

penunjang).

4. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan

masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Panti Asuhan Yayasan Pemerhati Dan Penguatan Anak Negeri

(YPPAN) ialah salah satu lembaga panti asuhan yang beralamat di Dusun

Utama II Gampong Paya Bujok Seulemak Kecamatan Langsa Baro Kota

Langsa Provinsi Aceh. Salah satu misi dan visi Panti Asuhan YPPAN

adalah Menumbuh kembangkan manusia yang berakar pada nilai-nilai yang

Islami, terutama bagi mereka yang tidak mampu dan luput dari perhatian

dengan sistem pendidikan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

yang memadai dan mandiri secara finansial, menjadi model pembelajaran

dengan didukung oleh tenaga profesional dan berjiwa sosial. Menumbuh

kembangkan nilai-nilai islam dalam setiap kegiatan, Tersedianya fasilitas

pendidikan secara terpadu, Membangun semangat, moral, dan sikap mental

sosial, serta meningkatkan ilmu pengetahuan, Memberikan keterampilan

kerja kepada anak asuh serta mendampingi dan memfasilitasi keterampilan

kerja untuk menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat yang kurang

mampu.
35

2.5 Kerangka Teori

Nazila fitria, 2019

 Sanitasi lingkungan
 Personal Hygiene*

Astari, 2017 Keluhan Penyakit


Scabies pada Anak
 Pengetahuan* di Panti Asuhan
 Sikap YPPAN
 Tindakan

Azizah, 2012

 Pengetahuan *
 Peran ustadz

Sumber : Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007),


Nazila Fitria (2019), Astari (2017), Azizah (2012).

Keterangan :
Variabel diteliti*
Variabel tidak diteliti

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai