Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES

DISUSUN OLEH:

NAMA : BELINA SINTA DEWI


NIM : P07120317066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi
dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan
produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular
dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh
tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997)
Sesungguhnya scabies telah diketahui merupakan penyakit akibat
gigitan kutu sarcoptes scabei tahun 1687 yang biasanya berkumpul pada
tangan dan pergelangan .Kutu betina menggali stratum korneum dan
bertelur 2-3 butir tiap hari yang kemudian tumbuh menjadi dewasa dalam
10-14 hari .
 KLASIFIKASI
Klasifikasi scabies antara lain :
a. Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul
dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
b. Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada
genetalia laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
c. Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya
adalah anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena
tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia
eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya
bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya pada manusia.
d. Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat
mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder impetigo
sehingga terowomgan jarang ditemukan.
e. Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering
menyerang penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut
usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga
orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
f. Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut,
telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai
distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak
(ribuan).
g. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering
terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap.
M, 2000).

h. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)


Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
(Harahap. M, 2000)

2. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil yang berbentuk bulat
lonjong dan bagian ventral datar. Tungau betina panjangnya 300-450
mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan
2,5 cm per menit di permukan kulit (Orkin, 1986).
Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan
kulit kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5
mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stra
korneum dan tartum granulosum.
Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya
yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke
permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali
terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan
mendapatkan makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk deawas
melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk
dewasa ialah 10-14 hari (Melanby, 1977).
Kebiasaan Hidup Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah
bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan,
siku, pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang
memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala
sering diserang kutu tersebut.
Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada
tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis
penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah
membuahi tungau betina.
Tungau akan mati pada suhu sedang (moderate temperatur). Pada suhu 50
℃ di luar hospes, baik pada udara kering maupun lembab, tungau akan
mati dalam 10 menit. Pada suhu 25 oCelcius tungau bertahan hidup
selama 3 hari pada kelembaban relatif 90 derajat. Periode paling lama
untuk tungau bertahan di luar kulit manusia adalah 14 hari pada udara
lembab untuk tungau dengan 12o Celcius. Sedangkan pada suhu yang
lebih rendah kemampuan hidup menurun (Mellanby, 1977).
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari. Skabies umumnya menyerang bagian
lipatan tubuh. Gejala gatal-gatal, menyerang pada bagian kulit dimalam
hari. Penyakit skabies, disebabkan faktor kebersihan yang kurang
dipelihara secara baik. Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur
dan kondisi kamar yang pengab, dapat memicu terjadinya gatal-gatal
(Siswono, 2005). Penyakit gatal-gatal ini mudah menyerang siapapun
yang jarang mandi. Karena itu, jika ingin menghindar dari serangan
penyakit gatal-gatal, maka harus menjaga kebersihan. Bahkan skabies
dapat menjangkit siapa saja yang bersentuhan tubuh dengan
penderita(Siswono, 2005). Skabies sering dikaitkan sebagai penyakitnya
anak pesantren alasannya karena anak pesantren suka/gemar bertukar,
pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan
kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit
ini dengan dunia pesantren (Handri, 2008)

(sumber gambar : Gita April .2016.Asuhan Keperawatan Dengan Scabies.


Https://Www.Academia.Edu/22283856/ASUHAN_KEPERAWATAN_P
ADA_PASIEN_DENGAN_SCABIES)

3. PATOFISIOLOGI

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,ekskoriasi,krusta dan infeksi
sekunder.

Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transier pada manusia, tetapi


mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling
efesien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seseorang
individu terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternatif umtuk terjadinya suatu penularan.

Siklus hidup kutu berlangsung 30 hari dan habiskan dalam epidermis


manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu
betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk larva dan
kutu dewasa. Kurang dari 10% dan telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.

Kutu skabies kemudian bergerak memulai lapisan atas kulit dengan


mengeluarkan prosentase yang mendeglarasi stratum korneum. Scybala
(kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui
epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.

Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk


pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons
imun skunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah
gannguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritis sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada
epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu.
4. PATHWAY

Sumber: Rio Cristianto.2018.Askep Pada Pasien Dengan Scabies Di


Https://Riocristianto.Blogspot.Com/2018/04/Askep-Pada-Klien-Dengan-
Scabies.Html (Diakses: 20 April 2020)
5. MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai
seluruh anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu,
ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan
lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak
kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk.  Dapat
ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a. Rasa gatal terutama pada malam hari.
b. Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1
cm.
c. Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

6. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang
terlalu sering.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies
yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu
sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit
yang tipis.
Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari
selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena
heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan.selain itu dapat terjadi sebagai berikut
a. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit
yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah,
memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria dapat
berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut
umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan
mungkin muncul di bagian kulit lain.
Infeksi sekunder
b. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel).
Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal.
Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi
cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
c. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling sering
ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong.Akan terasa
sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-
jari tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah
yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan
ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul
bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang
mengandung sedikit darah.
Infiltrat
d. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering
dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-
kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan,
peradangan, dan gangguan tidur.
 
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat gatal,
terutama pada malam hari, mungkin juga ditemukan pada anggauta
keluarga yang lain, dan terdapatanya lesi polimorf terutama pada tempat
predileksi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau
dengan pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan berbagi
cara yaitu:
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang
bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
penelitian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop. Pada skabies klasik, sering tidak
dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau. Kegagalan untuk
menemukan tungau tidak dapat menyingkirkan diagnosis scabies
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
ke dalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke
ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada
ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini
mudah dilakukan tetapi perlu keahlian tinggi.
c. Tes tinta pada terowongan ( Burrow ink test )
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah
lesi dengan tinta warna hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta
cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta tersebut dibersihkan
dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan terlihat lebih gelap
dibanding kulit disekitarnya, karena akumulasi tinta dalam
terowongan. Tes akan dinyatakan positif bila terbentuk gambaran
kanikula yang khas berupa garis menyerupai bentuk zig-zag.
d. Membuat biopsi irisan ( Epidermal shave biopsi )
Diagnosis pati dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala
melalui mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan
ibu jari dan telunjuk kemudian diiris tipis, dan dilakukan irisan
superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati melakukannya
agar tidak berdarah. Kerokan tersebut kemudian diletakkan di atas
kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop. tampak proses inflamasi ringan serta
edema stratum granulosum dan sedikit infiltrasi perivaskular.
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan dengan menggunakan sinar ultraviolet
dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi
kuning keemasan pada kanalikuli.
 
8. PENCEGAHAN SCABIES
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara
direbus, handuk, seprei maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprei secara bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa
kulit yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Gunakan pakaian dan seprei yang bersih, semua perangkat tidur,
handuk dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang
sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat
pengering panas.
f. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena
sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan
baik.

9. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak
merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam
minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian
tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium
telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau
losion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak
dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena
toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam
8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan
uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan
selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman
arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat garukan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Data Umum
Meliputi data
a. Geografis: Peta R, Kelurahan dengan batas-batas Utara
/Selatan/Timur/Barat
b. Demografi : Jumlah Penduduk tiap RT berapa KK, Fasilitas
Kesehatan (posyandu, poliklinik, puskesmas, RS ), Karateristik
Penduduk ( Penduduk menetap atau Penduduk tidak menetap)
2) Data khusus
a. Data Anggota Keluarga (nama , Status, jenis kelamin, umur ,
agama, pendidikan, pekerjaan)
b. Data Kesehatan Lingkungan
c. Perumahan (Rumah Sendiri,  Menumpang, Kontrak)
d. Type Rumah (Permanen, Semi Permanen atau Tidak Permanen
e. Sumber Air Bersih (Sumur, PAM, atau PAM dan Sumur)
f. Pengelolaan Air Minum (dimasak, Mentah, atau Air
mineral/Aqua)
g. Tempat Pembuangan Air Besar (Leher Angsa, Kakus Duduk,
Cubluk, atau Sungai)
h. Kebiasaan Membuang Sampah (Dibakar, Diambil Petugas,
Dibuang kesungai dan Lain-lain)
i. Keadaan Lantai Ruamah (Tegel/Keramik, Plester atau Tanah)
j. Tempat Penampungan Air Bersih ( tertutup, terbuka atau kran
3) Data kesehatan keluarga
a. Proporsi Kejadian penyakit 3 bulan terakhir didalam keluarga
(Batuk,Pilek,Panas dll)
b. Imunisasi Balita ( BCG,DPT , Polio, Hepatitis, Campak atau
Tidak di imunisasi)
c. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan/Kebiasaan berobat(RS,
Puskesmas atau balai pengobatan)
d. Adakah anggota keluarga yang hamil, periksa kehamilan
(ya/tidak)
e. Adakah ≥ 2 Balita dalam satu keluarga
f. Adakah angota keluarga yang mengalami program pengobatan
TBC
g. Adakah angota keluarga yang mengalami program pengobatan
jiwa
h. Adakah anggota keluarga yang lanjut usia
i. Masalah kesehatan yang diderita saat ini (dalam keluarga)
4) Fungsi Komunitas
a. Fungsi ekonomi : bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan
sehari hari
b. Fungsi mendapatkan status sosial
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi sosialisasi
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan kesehatan)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
3)  Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi
jari tangan
6) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada
epidermal celah jari tangan
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan akibat lesi scabies  pada celah jari tangan   
8) Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa
ingin tahu yang tinggi
9) Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh
terhadap lesi scabies

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) DX 1: Rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Tujan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak gatal lagi
Kriteria hasil :
- Tidak gatal lagi
- Bisa istirahat dengan tenang

INTERVENSI RASIONAL

1. Temukan penyebanyeri/gatal 1) Membantu mengidentifikasi tindakan


2. Gunakan sabun ringan yang tepat untuk memberikan
(dove)/sabun yang dibuat untuk kenyamanan
kulit yang sensitive 2) Upaya ini mencakup tidak adanya
3. Lepaskan kelebihan detergen, zat pewarna.
pakaian/peralatan di tempat tidur 3) Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
4. Menjaga agar kuku selalu 4) Mengurangi kerusakan kulit akibat
terpangkas (pendek). garukan
5. Nasihati klien untuk 5) Masalah klien dapat disebabkan oleh
menghindari pemakaian salep iritasi/sensitif karena pengobatan sendiri
/lotion yang dibeli tanpa resep
Dokter.

2) Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.


Tujuan : setelah dilakukan perawatan …x 24 jam nyeri yang dirasakan
klien dapat segera teratasi.
Kriteria Hasil:
- Kliean Mampu mengontrol nyeri
- Klien Melaporkan bahwa nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
- Klien Tidak mengalami gangguan tidur

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan1. Mengetahui dimana letak nyeri yang
catat lokasinya. dirasakan klien dan seberapa besar tingkat
nyeri yang dirasakannya.
2. Berikan perawatan kulit sesering2. Agar tidak terjadi lesi atau luka pada
mungkin. daerah kulit yang di serang oleh kuman.
3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi3. Membantu mengurangi rasa nyeri yang
nafas dalam dirasakan oleh klien.dengan mengalihkan
4. kolaborasi dengan dokter pemberi perhatian terhadap nyeri
analgesic. 4. Membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien.

3) Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang penyakit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan ….x 24 jam ansietas
berkurang karena meningkatnya pengetahuan tentang penyakit.
Kriteria Hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji rasa cemas pasien. 1) Pasien dapat tenang.


2. Berikan kesempatan kepada pasien 2) Pasien kooperatif dengan program
untuk mengungkapkan rasa perawatan dan pengobatan.
cemasnya.
3. Berikan penjelasan kepada pasien 3) Pengetahuan pasien meningkat tentang
mengenai : penyakit, tanda-tanda, kondisi yang
- Kondisi penyakitnya, dialami, serta kemungkinan yang akan
- Program perawatan dan terjadi.
pengobatan yang akan dilakukan
- Hubungan istirahat dengan
kondisi penyakitnya.

4) Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.


Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam Integritas
kulit membaik dan dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil :
- Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien untuk pemberian obat 1) Agar tidak terjadi kerusakan kulit dengan
topical untuk daerah yang sulit pemberian obat topical secara menyeluruh
dijangkau. pada daerah yang susah di jangkau klien.
2. Ajarkan teknik-teknik mencegah
infeksi yaitu tidak menggaruk lesi 2) Agar tidak terjadi infeksi yang disebabkan
dan menjaga kebersihan kulit. oleh kerusakan integritas kulit.
3. Berikan pakaian yang longgar dan
3) Agar tidak menekan dan memberikan rasa
mampu menyerap keringat.
nyaman.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
program pengobatan. 4) Membantu mencegah terjadinya infeksi.

5)  Dx 5: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan


kemampuan sendi jari tangan
Tujuan: Mobilisasi sendi jari tangan bisa dilakukan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2X24 jam
 Kriteria Hasil :  Pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI RASIONAL
1.  Anjurkan klien untuk melakukan permainan 1) Melatih klien agar dapat beradaptasi
dan aktivitas yang ringan. dan mentoleransi terhadap
2. Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai aktifitasnya.
usia, kondisi dan kemampuan. 2) Melatih klien agar dapat
tolerananterhadap aktifitas.
3. Ajarkan latihan rentan gerak sendi 3) Meningkatkan kemampuan
4. Berikan periode istirahat setelah melakukan mobilisasi pasien secara optimal
aktifitas 4) Mencegah kelelahan
berkepanjangan
6) Dx 6 : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi
pada epidermal celah jari tangan
Tujuan: Istirahat tidur tidak terganggu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria hasil:
- Lingkaran mata tidak mengitam
- Mata tidak sayup
- Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
- Kondisi tubuh yang segar

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk melakukan 1) Melatih klien agar dapat beradaptasi dan
permainan dan aktivitas yang ringan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2. Pemberian HE (Health Education) : 2) Memenuhi pemenuhan kebutuhan dasar
- Beri suasana lingkungan yang manusia akan istirahat-tidur
nyaman dan aman 3) Merangsang hipotalamus untuk
- Berusaha membuat kondisi fisik merangsang keinginan untuk tidur
maupun psikis rileks dan tenang
- Rutin mengobati luka yang
menjadi penyebab utama
gangguan tidur. 
3. Kolaborasi Pemberian obat sesuai
advis dokter

7) Dx 7: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan


dalam penampilan akibat lesi scabies  pada celah jari tangan   
Tujuan : Pasien tidak minder dan rasa percaya dirinya meningkat setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteia Hasil :
- Tampak lebih percaya diri
- Tidak menyembunyikan kekuranganya
- Menghadap ketika diajak bicara
- Wajah ceria, menyatakan penerimaan situasi diri
- Interaksi dengan lingkungan sekitar
- Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negative

INTERVENSI RASIONAL
1. Bina hubungan saling percaya 1) Menjalin keakraban antara pasien,
keluarga dan perawat
2. Mengajak pasien untuk mereview kembali 2) Mengajak pasien berintropeksi diri
kehidupan relaita: guna meningkatkan rasa percaya
- Ajak pasien bersadar diri bahwa diluar diri pasien
sana ada cobaan yang lebih berat dari
pada yang dialami pasien saat ini.
- Ajarkan kepada pasien untuk tetap
berlapang dada dan bersyukur atas
semua yang dia dapatkan saat ini

8) DX 8 :Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan


dengan rasa ingin tahu yang tinggi
Tujuan: Pasien mengetahui masalah kesehatanya setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria Hasil :
- Pasien memahami masalah kesehatanya: baik pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan,dan
Pengobatanya.

INTERVENSI RASIONAL
1. Bina hubungan saling percaya 1. Terjalin hubungan teraupetik
2. Berikan pemahaman kepada pasien tentang 2. Memberikan pemahaman kepada
scabies dan penularanya, yang diataranya: pasien dan keluarga perihal
- Kontak langsung atau kontak kulit mengenai scabies khususnya cara
dengan kulit misalnya bejabat tangan, penularanya
tidur bersama dan hubungan seksual.
- Kontak tak langsung atau melalui benda
(misalnya: Pakaian, handuk, sprei,
bantal dan lain sebagainya).
3. Pemberian HE (pencegahan): 3. Mencegah terjadinya kondisi
- Semua baju serta pakaian harus dicuci yang lebih berbahaya 
dengan air yang sangat panas dan
dikeringkan dengan alat pengering-
panas karena kutu skabies ternyata dapat
hidup sampai 36 jam pada linen.
- pasien harus mengoleskan salep seperti
kortikosteroid topika pada lesi kulit
karena skabisida dapat mengiritasi kulit.
- Semua anggota keluarga dan orang yang
berhubungan erat harus diobati secara
bersamaan untuk menghilangkan kutu
skabies. Jika skabies ditularkan lewat
hubungan seks, pasien mungkin
memerlukan pula terapi terhadap
penyakit menular seksual yang juga
didapat.

9) DX 9 : Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi


tubuh terhadap lesi scabies
Tujuan : Panas menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1X24 jam
Kriteria Hasil :
- Suhu normal (36-37,50C)
- Bebas dari kedinginan
- Wajah tidak memerah

INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan tindakan pendekatan dan komunikasi 1) Tercipta saling percaya antara
pada pasien dan keluarga pasien peawat dan keluarga pasien
2. Observasi tanda-tanda vita (TD, N, S, RR) 2) Mengetahui perkembangan vital
3. Pemberian HE: pasien
- Anjurkan keluarga membatasi aktifitas 3) Menstabilkan autoregulasi tubuh
pasien 4) Menurunkan panas tubuh
- Beri kompres dengan air dingin (air biasa)
pada daerah axial, lipat paha, temporal
-  Anjurkan keluarga untuk memakaikan
pakaian yang dapat menyerap keringat:
katun
4. Kolaborasi Berikan obat sesuai yang
diprogamkan
DAFTAR PUSTAKA

Nanda,2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014 Definisi Dan


Klasifikasi. Philadhelpia

Hasanhusain.2013.Askepscabies.Https://Www.Academia.Edu/37676434/Askep_Scab
ies. (Diakses Tanggal 20 April 2020 Pukul 13.00)

Rio Cristianto.2018.Askep Pada Pasien Dengan Scabies Di


Https://Riocristianto.Blogspot.Com/2018/04/Askep-Pada-Klien-Dengan-
Scabies.Html (Diakses: 20 April 2020 Pukul 14.00)

Mikimikiku.2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Scabies.


Https://Mikimikiku.Wordpress.Com/2013/09/18/Asuhan-Keperawatan-Pada-
Pasien-Dengan-Scabies/ (Diakses Tanggal 20 April 2020 Pukul 14.00 )

Jofan Arya Pratama. 2015.Pathway / Web Of Causation (Woc) Scabies (Gudik) --


Mata Kuliah Sistem Integumen. Http://Nersjofan.Blogspot.Com/2015/03/Pathway-
Web-Of-Causation-Scabies-Gudik.Html (Diakses Tanggal 20 April 2020 Pukul
14.00 )

Gita April .2016. Asuhan Keperawatan Dengan Scabies.


Https://Www.Academia.Edu/22283856/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_De
ngan_Scabies. (Diakses Tanggal 20 April 2020 Pukul 14.30)

Anda mungkin juga menyukai