1. Pengertian
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacteri um
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-
bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak
dini. (Merensien kapian Rosenberg, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran
pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.(Ngastiyah Hal. 41)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae
(c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang
terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai
tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com)
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung,
adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina.
(www.padnova.com)
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan
ludah yang dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh
bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut
atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan teksik
yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7
hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi
tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
b. Perjalanan Penyakit
c. Manifestasi Klinis
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam
gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul
berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak
penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian
yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides,
sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis
paralysis jaringan saraf atau nefritis.
a. Klasifikasi :
1. Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi
kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran
pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.
d. Komplikasi
a. Aluran Pernafasan
Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
b. Kardiovaskuler
Miokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
c. Urogenital
Dapat terjadi Nefritis
d. Susunan daraf
Kira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenai system susunan saraf
terutama system motorik
Paralisis / parese dapat berupa :
1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran menelan sifatnya
reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.
2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan strabisinus gangguan
akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah minggu ke tiga.
3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat mengenai otot muka,
leher anggota gerak dan yang paling penting dan berbahaya bila mengenai otot pernafasan.
3. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Mandiri
Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi penderita dan
pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap
minggu.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut
dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum
tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderka
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada
penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4
dosis.
c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang
sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian
dihentikan secara bertahap.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan; Riwayat terkena penyakit infeksi, status immunisasi
2. Kaji tanda-tanda yang terjadi pada Nasa, tonsil/faring, dan laring
3. Lihat dari Manifestasi klinis berdasarkan atur patofisiologi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas
2. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakitnya (metabolisme
meningkat, intake cairan menurun).
4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang
kurang.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas efektif
KH : Jalan Nafas Kembali Normal
Intervensi :
1. Kaji status pernafasan, observasi irama dan bunyi pernafasan
2. Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi
3. Suction jalan nafas jika terdapat sumbatan
4. Berikan oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction
5. Lakukan fisioterapi dada.
6. Persiapkan anak untuk dilakukan trakeostomi
7. Lakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah.
8. Lakukan Intubasi jika ada indikasi.
Evaluasi :
Jalan nafas kembali efektif
3. Resiko tinggi tejadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyakit (Metabolisme
meningkat, intake cairan menurun).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan terpenuhi.
KH : Anak dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Dehidrasi tidak terjadi
Intervensi :
1. Monitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat.
2. Kaji adanya tanda-tanda Dehidrasi (membrane mukosa kering, turgor, kulit kurang, Produksi
urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan, meningkat, tekanan darah menurun,
fontanel cekung).
3. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak
memungkinkan.
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang
kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH : - Berat badan anak bertambah
- Turgor kulit baik
Intervensi :
1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2. Pasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi (pelaksanaan) perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan. Memantau dan mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan.
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000).
DAFTAR PUSTAKA