SCABIES
Mata Kuliah :
Dosen :
Disusun Oleh :
0
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
C. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah
parasit yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada
kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron.
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari
(Djuanda, 2010).
D. Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu
tuma sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu
betina yang telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung seperti melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian
kutu betina akan menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya
membentuk terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi
kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira
30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih
banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea.
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi
imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.
Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk
memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah
dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel
mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang
dengan alergen,maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan
dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya
granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer
dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan serotonin. Pelepasan
mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala terutama gatal,
edema local, adanya vesikel, dan eritema. Penyakit ini sangat mudah
menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka
biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan.
E. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan
dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau menemukan
tanda kardinal ke-4 yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
F. Diagnosis Scabies
Adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit
pada tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga
yang serumah, sudah dapat diindikasi bahwa penyakit tersebut adalah
skabies dan diperkuat apanila ditemukan terowongan dari tungau. Cara
menemukan tungau yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah
kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas
selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.
Diagnosis banding yang dapat dilakukan adalah pitiriasis rosea,
tinea versikolor, predikulosis korporis, prurigo, dermatitis, daliken planus,
dan berbagai penyakit kulit lain dengan keluhan gatal (Mansjoer et al.,
2000).
G. Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Syarat obat
yang ideal adalah sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah
sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,
karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk
rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena sifatnya yang
sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus
menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya
dicuci dengan air panas (Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009).
H. Komplikasi
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis,
dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis.
Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene heksaklorida yang
berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Akan
terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali terutama
pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik
yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses,
internal, pneumonia piogenik, dan septicemia (Stone, 2003, dalam
Sunaryanto, 2009).
2. Pathway
Sarcoptes scabiei var.
hominis betina
Terbentuknya luka
Resiko infeksi
sekunder
Resiko Infeksi
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal
hiygine yang buruk)
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
4) Pola Fungsional Gordon
a) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi,
siang dan malam)
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola Aktivitas/Olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
pada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola Istirahat/Tidur
Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa
segar atau tidak?
Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya
akibat rasa gatal pada malam hari
f) Pola Kognitif/Persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri: Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola Koping-Toleransi Stres
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan
obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat.
k) Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pruritus, lesi kulit
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(garukan: erosi, eksoriasi atau krusta)
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus nokturnal
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi penampilan
kulit
5) Resiko infeksi berhubungan dengan lesi pada kulit
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
NO DIAGNOSA
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
dengan pruritus, lesi selama ...... x24 jam pasien dapat Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan
kulit mengontrol nyeri dengan indikator: tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
a. Mengenali faktor penyebab Intervensi:
b. Mengenali onset (lamanya sakit) a. lakukan pengkajian nyeri secara
c. Menggunakan metode pencegahan komprehensif
d. Menggunakan metode nonanalgetik termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
untuk mengurangi nyeri frekuensi,
e. Menggunakan analgetik sesuai kualitas dan faktor presipitasi
b. observasi reaksi non verbal dari
kebutuhan
f. Mencari bantuan tenaga kesehatan ketidaknyamanan
g. Melaporkan gejala pada tenaga c. gunakan teknik komunikasi terapeutik
kesehatan untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
h. Menggunakan sumber-sumber yang d. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
tersedia e. evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
i. Mengenali gejala-gejala nyeri f. evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
j. Mencatat pengalaman nyeri lain
sebelumnya g. tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
k. Melaporkan nyeri sudah terkontrol lampau
h. bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan
menemukan dukungan
i. kontrol lingkungan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mempengaruhi
selama ...... x24 jam pasien dapat j. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
mengetahui tingkatan nyeri dengan dan
indikator:
kebisingan
a. melaporkan adanya nyeri
k. kurangi faktor presipitasi
b. luas bagian tubuh yang terpengaruh
l. pilih dan lakukan penanganan nyeri
c. frekuensi nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
d. panjangnya episode nyeri personal)
e. pernyataan nyeri m. kaji tipe dan sumber nyeri untuk
f. ekspresi nyeri pada wajah menentukan intervensi
g. posisi tubuh protektif n. ajarkan tentang teknik non farmakologi
h. kurangnya istirahat o. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. ketegangan otot p. evaluasi keefektifan kontrol nyeri
j. perubahan pada frekuensi pernafasan q. tingkatkan istirahat
k. perubahan nadi r. kolaborasikan dengan dokter jika keluhan
l. perubahan tekanan darah dan tindakan nyeri tidak berhasil
m. perubahan ukuran pupil
n. keringat berlebih ANALGETIC ADMINISTRATION
o. kehilangan selera makan Definisi : penggunaan agen farmakologi
untuk
menghentikan atau mengurangi nyeri
Intervensi :
a. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. pilih analgetik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu
e. tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
f. tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
g. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
i. berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan PENGAWASAN KULIT
kulit berhubungan selama .......x24 jam integritas a. Inspeksi kondisi luka
dengan factor mekanik jaringan: kulit dan b. Observasi ekstremitas untuk warna, panas,
(garukan: erosi, mukosa normal dengan indikator: keringat, nadi, tekstur, edema, dan luka
eksoriasi atau krusta) a. temperatur jaringan dalam rentang
c. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk
yang diharapkan
kemerahan, panas, drainase
b. elastisitas dalam rentang yang
d. Monitor kulit pada area kemerahan
diharapkan
e. Monitor penyebab tekanan
c. hidrasi dalam rentang yang
f. Monitor adanya infeksi
diharapkan g. Monitor kulit adanya rashes dan abrasi
d. pigmentasi dalam rentang yang h. Monitor warna kulit
diharapkan i. Monitor temperatur kulit
e. warna dalam rentang yang j. Catat perubahan kulit dan membran mukosa
diharapkan k. Monitor kulit di area kemerahan
f. tektur dalam rentang yang MANAJEMEN TEKANAN
diharapkan a. Tempatkan pasien pada terapeutic bed
g. bebas dari lesi b. Elevasi ekstremitas yang terluka
h. kulit utuh c. Monitor status nutrisi pasien
d. Monitor sumber tekanan
e. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
f. Mobilisasi pasien minimal setiap 2 jam sekali
g. Back rup
h. Ajarkan pasien untuk menggunakan
pakaian
yang longgar
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enhancement
berhubungan dengan selama …. x24jam gangguan pola tidur a. Menjaga kulit agar selalu lembab
pruritus nokturnal pasien teratasi dengan kriteria hasil: b. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal tidur
b. Pola tidur,kualitas dalam batas c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
normal d. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
c. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat sebelum tidur (membaca)
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
yang meningkatkan tidur f. Kolaburasi pemberian obat tidur
4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari
berhubungan dengan selama …. x24jam , diharapkan kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri
persepsi penampilan Pengembangan peningkatan penerimaan b. Identifikasi stadium psikososial terhadap
kulit diri pada klien tercapai dengan kriteria
perkembangan
hasil:
a. Mengembangkan peningkatan kemauan c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
untuk menerima keadaan diri. d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien,
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi bantu klien yang cemas mengembangkan
dalam tindakan perawatan diri. kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
c. Melaporkan perasaan dalam masalahnya.
pengendalian situasi. e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra
d. Menguatkan kembali dukungan positif diri, seperti merias, merapikan
dari diri sendiri. f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan KONTROL INFEKSI
berhubungan dengan selama ....x24 jam status kekebalan Definisi: meminimalkan mendapatkan infeksi
lesi pada kulit pasien meningkat dengan indilaktor: dan transmisi agen infeksi
a. tidak didapatkan infeksi berulang Intervensi :
b. tidak didapatkan tumor a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
c. status rspirasi sesuai yang pasien lain
diharapkan temperatur badan sesuai b. Pertahankan teknik isolasi
yang diharapkan c. Batasi pengunjung bila perlu
d. integritas kulit d. Instruksikan pengunjung untuk mencuci
e. integritas mukosa tangan saat berkunjung dan setelah
f. tidak didapatkan fatigue kronis berkunjung
g. reaksi skintes sesuai paparan e. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
h. WBC absolut dalam batas normal tangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan f. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
selama .....x24 jam psien mengetahui keperawatan
cara cara mengontrol infeksi dengan g. Gunakan universal precaution dan gunakan
indikator:
sarung tangan selma kontak dengan kulit
a. Mendeskripsikan proses penularan
yang tidak utuh
penyakit
h. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
b. Mendeskripsikan faktor yang
i. Berikan terapi antibiotik bila perlu
mempengaruhi terhadap proses
j. Observasi dan laporkan tanda dan gejal
penularan penyakit
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri,
c. Mendeskripsikan tindakan yang
tumor
Dapat dilakukan untuk pencegahan
proses penularan penyakit k. Kaji temperatur tiap 4 jam
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala l. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
infeksi m. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi
e. Mendeskripsikan penatalaksanaan nosokomial
yang tepat untuk infeksi n. Istirahat yang adekuat
o. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci
kulit dengan hati-hati
p. Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
q. Pastikan perawatan aseptik pada IV line
r. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
s. Berikan antibiotik sesuai aturan
t. Ajari pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi dan kalau terjadi melaporkan pada
perawat
u. Ajarkan klien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Daili, E.S.S., Menaldi, S.L., dan Wisnu, I. M. 2005. Penyakit yang Umum di
Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia Indonesia.
Djuanda S, Sularsito. 2010. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
B. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : An M
Umur : 12 tahun
MRS : 03 Oktober 2014
Pekerjaan : Pelajar
Dx Medis : Scabies
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Pasien megeluh gatal pada sela-sela jari tanganya
- Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 03 Oktober 2014 pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-
sela jari tanganya sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan awal sebelum
munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga
teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun
mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang
mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun
karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman
nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih
mereka lakukan seperti Karena kondisi tersebut klien dibawa keluarga ke
RSUD.NGIMBANG LAMONGAN.
- Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
2. Data Obyektif
- Kondisi umum : lemah
- GCS : 3-4-5 (composmentis)
- Observasi TTV :
TD: 90/70 mmHg RR: 30x mnt
N : 80 x/mnt S : 38oC
a. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
- Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada,
dan penggunaan oto bantu napas
- Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada suara tambahna (vesicular)
2. B2 ( Blood)
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : PMI teraba
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : S1, S2 bunyi tunggal
3. B3 ( Brain)
- Kesadaran :composmentis
- Penglihatan :baik
- Pendengaran :baik
- Penciumsn :baik
- Perabaan :penurunan sensasi raba akibat adanya lesi pada
epidermis jari tangan
4. B4 (Bladder)
- Produksi urin : normal
- Frekuensi : lancer (3-4 x/hari)
- Konsistensi : cair jernih
- Bau : aroma khas
- Warna : kuning, jernih
5. B5 ( Bowel)
- Frekuensi BAB : 1 x/hari
- Konsistensi : lembap, berbentuk
- Bau : aromatik
- Bissing usus : normal (10x/mnt)
- Tidak terdapat distensi abdomen
6. B6 (Bone)
- Kemampuan pergerakan sendi :
sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan gerak, tampak antara sela-sela
jari melebar seperti tertarik dan ruas sendi pada digit tangan paling atas sedikit
menekuk.
- Integritas kulit :
Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak
tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel.
Akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan
Mata tampak sayup, dan sering menguap
c. ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
DS: - Sarcoples Scabies Gangguan
- Px - Sosial ekonomirasa nyaman
mengatakan gatalcelah jari rendah ( nyeri)
tangan, rasa gatal lebih - Hygineyg buruk
terasa ketika malam hari, - Gizi kurng
karena tidak tahan, klien - Imunodefisiensi
sering menggaruknya - Hubungna seksual
- luka tampak yang promiskuitas
semakin memburuk dan
terasa nyeri, skala nyeri 2
dengan gambaran: nyeri
terasa gatal, nyut-nyut, dan Menyerang melalui media
terasa mengeliat seperti ada penularan
banyak hewan yang
menggrogoti disela jarinya Tungu membuat
sehingga kadang terasa terowongan pada epidermis
keram kulit dan meninggalkan lesi
pembuluh darah
mengalami vasodilatasi.
respon tubuh terhadap infeksi
terjadi Color
Hipertermi
DS : Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan rasa gatal integritas kulit
pada celah jari tangan
Timbulnya pruritus
noktuknal
Gangguan integritaskulit
DS: Sarcoples Scabies Intoleransi
Px aktifits
mengatakan aktifitasnya Menyerang melalui media
terganggu untuk menulis penularan
pelajaran dan mengikuti
kegiatan baik di sekolah Infeksi pada kulit,
maupun pondok. ditemukan papil, vesikel,
uertika
DO:
- Dari hasil
wawancara,pernyataan
klien, akibat klien tidak Timbulnya pruritus
bisa mengikuti pelajaran noktuknal
secara maksimal, menulis
pun tidak bisa. Merangsang proses infeksi
- Kemampuan pada luka tersebut
pergerakan sendi:
sendi pada jari Luka yang semakin
tangan mengalami menyebar menganggu
keterbatasan gerak aktifitas persendian jari
tangan, sehingga terjadi
tampak antara keterbatasan gerak jari
sela-sela jari melebar seperti tangan
tertarik
ruas sendi pada
digit tangan paling atas
sedikit menekuk. Intoleransi aktifita
DS: Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan sering istirahat tidur
mengalami kesulitan tidur
gangguan istirahat-tidur
DS: Lesi pada jari tangan Gangguan
Px mengatakan akibat akibat infeksi oleh hewancitra tubuh
luka pada jari tanganya, saccoples scabies
klien tampak minder ketika
berinteraksi dengan teman- Akibat lesi yang menjalar
temanya, sehingga terjadi keterbatasan
gerak pada persendian jari
DO:
- Ketika diajak
wawancara klien tampak
menundukkan kepala tidak Penurunan rasa percaya
menatap wajah lawan bicara diri untuk berinteraksi
- seolah-olah lesi di dengan lingkungan sekitar
jarinya di sembunyikan
- wajah yang sedih
Gangguan citra tubuh
DS: Ketidaktahuan akan Ketidaktahuan
Klien mengatakan awal penyakit kulit yang dialami:informasi tentang
sebelum munculnya lesi, baik pengertian, tanda gejala,penyakit
klien sering berinteraksi cara penularan, dan
dengan teman pengobatan
sejawatnya yang sedang
mengalami gatal-gatal pada
kulitnya kurang lebih 10
hari berlangsun. Ketidaktahuan informasi
Namun karena tentang penyakit
ketidaktahuan akan kondisi
tersebut, klien berinteraksi
enjoy dengan teman nya
tanpa ada batasan. Sentuhan
tangan, kadang pinjam
meminjam pakaian masih
mereka lakukan seperti
biasa.
d. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis
celah jari tangan
2. Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap
lesi scabies
3. Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal
akibat scabies
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi
jari tangan
5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada
epidermal celah jari tangan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
akibat lesi scabies pada celah jari tangan
7. Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa
ingin tahu yang tinggi
Daignosa keperawatan 2:
Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi
scabies
Tujuan :
Panas menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria Hasil :
- Suhu normal (36-37,50C)
- Bebas dari kedinginan
- Wajah tidak memerah
Intervensi Rasional
1. Lakukan tindakan pendekatan
Tercipta saling percaya antara
dan komunikasi pada pasien dan
peawat dan keluarga pasien
keluarga pasien
Mengetahui perkembangan
2. Observasi tanda-tanda vita vital pasien
(TD, N, S, RR)
3. Pemberian HE:
- Anjurkan keluarga
membatasi aktifitas pasien
- Beri kompres dengan air
Menstabilkan autoregulasi
dingin (air biasa) pada daerah axial,
tubuh
lipat paha, temporal
- Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat: katun
4. Berikan obat sesuai yang
diprogamkan:
Menurunkan panas tubuh
- Paracetamol
- Cairan RL
Dx Keperawatan 3:
Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat
scabies
Tujuan :
Lesi pada kulit berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 jam
Kriteria Hasil:
- Lesi berkurang
- Menunjukkan regenerasi jaringan
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi Rasional
1. Lakukan tindakan
Tercipta saling percaya antara
pendekatan dan komunikasi
peawat dan keluarga pasien.
pada pasien dan keluarga pasien
2. Observasi TTV(TD, N, Mengetahui perkembangan kondisi
S, RR) pasien
Dx keperawatan 4:
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari
tangan
Tujuan:
Mobilisasi sendi jari tangan bisa dilakukan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2X24 jam
Kriteria Hasil :
- pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk Melatih klien agar dapat
melakukan permainan dan beradaptasi dan mentoleransi
aktivitas yang ringan. terhadap aktifitasnya.
2. Bantu klien untuk Melatih klien agar dapat
memilih aktifitas sesuai usia, tolerananterhadap aktifitas.
kondisi dan kemampuan.
3. Ajarkan latihan rentan Meningkatkan kemampuan
gerak sendi mobilisasi pasien secara optimal
4. Berikan periode Mencegah kelelahan
istirahat setelah melakukan berkepanjangan
aktifitas
Dx Keperawatan 5:
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah
jari tangan
Tujuan:
Istirahat tidur tidak terganggu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 jam
Kriteria hasil:
- Lingkaran mata tidak mengitam
- Mata tidak sayup
- Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
- Kondisi tubuh yang segar
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk Melatih klien agar dapat
melakukan permainan dan beradaptasi dan mentoleransi terhadap
aktivitas yang ringan. aktifitasnya.
2. Pemberian HE (Health Memenuhi pemenuhan kebutuhan
Education) : dasar manusia akan istirahat-tidur
- Beri suasana
lingkungan yang nyaman dan
aman
- Berusaha membuat
kondisi fisik maupun psikis
rileks dan tenang
- Rutin mengobati luka
yang menjadi penyebab utama
gangguan tidur
3. Pemberian obat sesuai
advis dokter: Merangsang hipotalamus untuk
- Obat tidur merangsang keinginan untuk tidur
Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
akibat lesi scabies pada celah jari tangan
Tujuan :
Pasien tidak minder dan rasa percaya dirinya meningkat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteia Hasil :
- Tampak lebih percaya diri
- Tidak menyembunyikan kekuranganya
- Menghadap ketika diajak bicara
- Wajah ceria, menyatakan penerimaan situasi diri
- Interaksi dengan lingkungan sekitar
- Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negativf.
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling Menjalin keakraban antara
percaya pasien, keluarga dan perawat
Mengajak pasien berintropeksi
diri guna meningkatkan rasa
percaya diri pasien
2. Mengajak pasien untuk
mereview kembali kehidupan
relaita:
- Ajak pasien bersadar diri
bahwa diluar sana ada cobaan yang
lebih berat dari pada yang dialami
pasien saat ini.
- Ajarkan kepada pasien
untuk tetap berlapang dada dan
bersyukur atas semua yang dia
dapatkan saat ini
Diagnosa keperawatan 7:
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu
yang tinggi
Tujuan
Pasien mengetahui masalah kesehatanya setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 1X24 jam
Kriteria Hasil :
- Pasien memahami masalah kesehatanya: baik pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, penularan, pencegahan,dan engobatanya.
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling Terjalin hubungan teraupetik
percaya Memberikan pemahaman
2. Berikan pemahaman kepada kepada pasien dan keluarga
pasien tentang scabies dan perihal mengenai scabies
penularanya, yang diataranya: khususnya cara penularanya
- Kontak langsung atau
kontak kulit dengan kulit misalnya
bejabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
9. Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara actual, resiko, atau
pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
10. Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria
hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau
dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Cara penularan
(transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak
langsung :
- Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan sekseual.
- Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis:
- Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada
saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau
penjara.
.
III.2 SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar
kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari
kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit menular
salah satunya adalah scabies, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang,
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
Muttaqin Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen.Jakarta: Salemba Medika
Prabu. 1996. Penyakit-penyakit infeksi umum. Jakarta: Widya Medika
Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasanya. Jakarta: Erlangga