Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

SCABIES

Mata Kuliah :

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen :

Disusun Oleh :

Nadisty Wance Indriasih Susanto 201801136

0
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

jl.Raya jabon,Km.6 Mojokerto Telp/Fax : (0321)390203 Website : stikes-


ppni.ac.id Email : stikes_ppni@yahoo.co.id
1. Definisi
A. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit
kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei
dan produknya (Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat
melalui kontak langsung (kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual) dan tidak langsung (melalui benda,
misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Mansjoer et al.,
2000).
Penyakit scabies bersifat menular dan perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan sosial ekonomi
yang rendah, hygiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang
tinggi, sering berganti pasangan seksual, minimnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit skabies, kesalahan diagnosa dan
penatalaksanaannya (Daili et al., 2005).

Gambar 1. Penyakit Scabies


B. Klasifikasi
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada
manusia adalah sebagai berikut (Stone, 2003, dalam Sunaryanto, 2009).
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada
dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi
luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan
jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah
wajah.
5. Skabies pada orang tua
Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan
karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal
yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke senile
pruritus, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya.
6. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga
bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai
distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada
penderita skabies norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Skabies norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik
sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau
dapat berkembang biak dengan mudah
7. Skabies pada penderita HIV/AIDS
Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies
papular atipikal. Karena manifestasi klinisnya yang atipikal tersebut
maka sering sekali mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan
meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya.
8. Skabies di daerah kulit kepala
Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika
seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu terjadinya
dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi
dan anak-anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan
dermatomiositis.
9. Skabies bullosa
Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-anak,
namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada
orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan
pemphigoid bullosa.

C. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah
parasit yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada
kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron.
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari
(Djuanda, 2010).

Gambar 2. Sarcoptes scabiei var. hominis

D. Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu
tuma sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu
betina yang telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung seperti melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian
kutu betina akan menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya
membentuk terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi
kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira
30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih
banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea.
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi
imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.
Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk
memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah
dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel
mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang
dengan alergen,maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan
dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya
granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer
dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan serotonin. Pelepasan
mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala terutama gatal,
edema local, adanya vesikel, dan eritema. Penyakit ini sangat mudah
menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka
biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan.

E. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan
dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau menemukan
tanda kardinal ke-4 yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

F. Diagnosis Scabies
Adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit
pada tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga
yang serumah, sudah dapat diindikasi bahwa penyakit tersebut adalah
skabies dan diperkuat apanila ditemukan terowongan dari tungau. Cara
menemukan tungau yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah
kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas
selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.
Diagnosis banding yang dapat dilakukan adalah pitiriasis rosea,
tinea versikolor, predikulosis korporis, prurigo, dermatitis, daliken planus,
dan berbagai penyakit kulit lain dengan keluhan gatal (Mansjoer et al.,
2000).

G. Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Syarat obat
yang ideal adalah sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah
sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,
karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk
rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena sifatnya yang
sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus
menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya
dicuci dengan air panas (Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009).

H. Komplikasi
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis,
dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis.
Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene heksaklorida yang
berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Akan
terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali terutama
pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik
yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses,
internal, pneumonia piogenik, dan septicemia (Stone, 2003, dalam
Sunaryanto, 2009).
2. Pathway
Sarcoptes scabiei var.
hominis betina

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Kontak kulit dg kulit Melalui benda

Misal berjabat tangan, tidur Misal pakaian, handuk,


bersama, hub. seksual dsb sprei, bantal, sprei, dsb

Tungau berada di permukaan kulit

Masuk ke dalam stratum korneum

Membentuk kanali kulit


(terowongan lurus/berkelok)

Tungau mengeluarkan cairan

Reaksi sensitisasi oleh tubuh

Lesi pada kulit Pruritus (gatal-gatal) Nyeri Akut

Papul, vesikel, Garukan


dan urtika Pruritus nokturnal

Erosi, eksoriasi Gangguan


Gangguan atau krusta Pola Tidur
Citra Tubuh

Terbentuknya luka

Kerusakan Port de entre


Integritas Kulit

Resiko infeksi
sekunder

Resiko Infeksi
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal
hiygine yang buruk)
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
4) Pola Fungsional Gordon
a) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi,
siang dan malam)
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola Aktivitas/Olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
pada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola Istirahat/Tidur
Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa
segar atau tidak?
Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya
akibat rasa gatal pada malam hari
f) Pola Kognitif/Persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri: Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola Koping-Toleransi Stres
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan
obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat.
k) Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pruritus, lesi kulit
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(garukan: erosi, eksoriasi atau krusta)
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus nokturnal
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi penampilan
kulit
5) Resiko infeksi berhubungan dengan lesi pada kulit
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
NO DIAGNOSA
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
dengan pruritus, lesi selama ...... x24 jam pasien dapat Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan
kulit mengontrol nyeri dengan indikator: tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
a. Mengenali faktor penyebab Intervensi:
b. Mengenali onset (lamanya sakit) a. lakukan pengkajian nyeri secara
c. Menggunakan metode pencegahan komprehensif
d. Menggunakan metode nonanalgetik termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
untuk mengurangi nyeri frekuensi,
e. Menggunakan analgetik sesuai kualitas dan faktor presipitasi
b. observasi reaksi non verbal dari
kebutuhan
f. Mencari bantuan tenaga kesehatan ketidaknyamanan
g. Melaporkan gejala pada tenaga c. gunakan teknik komunikasi terapeutik
kesehatan untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
h. Menggunakan sumber-sumber yang d. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
tersedia e. evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
i. Mengenali gejala-gejala nyeri f. evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
j. Mencatat pengalaman nyeri lain
sebelumnya g. tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
k. Melaporkan nyeri sudah terkontrol lampau
h. bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan
menemukan dukungan
i. kontrol lingkungan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mempengaruhi
selama ...... x24 jam pasien dapat j. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
mengetahui tingkatan nyeri dengan dan
indikator:
kebisingan
a. melaporkan adanya nyeri
k. kurangi faktor presipitasi
b. luas bagian tubuh yang terpengaruh
l. pilih dan lakukan penanganan nyeri
c. frekuensi nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
d. panjangnya episode nyeri personal)
e. pernyataan nyeri m. kaji tipe dan sumber nyeri untuk
f. ekspresi nyeri pada wajah menentukan intervensi
g. posisi tubuh protektif n. ajarkan tentang teknik non farmakologi
h. kurangnya istirahat o. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. ketegangan otot p. evaluasi keefektifan kontrol nyeri
j. perubahan pada frekuensi pernafasan q. tingkatkan istirahat
k. perubahan nadi r. kolaborasikan dengan dokter jika keluhan
l. perubahan tekanan darah dan tindakan nyeri tidak berhasil
m. perubahan ukuran pupil
n. keringat berlebih ANALGETIC ADMINISTRATION
o. kehilangan selera makan Definisi : penggunaan agen farmakologi
untuk
menghentikan atau mengurangi nyeri
Intervensi :
a. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. pilih analgetik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu
e. tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
f. tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
g. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
i. berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan PENGAWASAN KULIT
kulit berhubungan selama .......x24 jam integritas a. Inspeksi kondisi luka
dengan factor mekanik jaringan: kulit dan b. Observasi ekstremitas untuk warna, panas,
(garukan: erosi, mukosa normal dengan indikator: keringat, nadi, tekstur, edema, dan luka
eksoriasi atau krusta) a. temperatur jaringan dalam rentang
c. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk
yang diharapkan
kemerahan, panas, drainase
b. elastisitas dalam rentang yang
d. Monitor kulit pada area kemerahan
diharapkan
e. Monitor penyebab tekanan
c. hidrasi dalam rentang yang
f. Monitor adanya infeksi
diharapkan g. Monitor kulit adanya rashes dan abrasi
d. pigmentasi dalam rentang yang h. Monitor warna kulit
diharapkan i. Monitor temperatur kulit
e. warna dalam rentang yang j. Catat perubahan kulit dan membran mukosa
diharapkan k. Monitor kulit di area kemerahan
f. tektur dalam rentang yang MANAJEMEN TEKANAN
diharapkan a. Tempatkan pasien pada terapeutic bed
g. bebas dari lesi b. Elevasi ekstremitas yang terluka
h. kulit utuh c. Monitor status nutrisi pasien
d. Monitor sumber tekanan
e. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
f. Mobilisasi pasien minimal setiap 2 jam sekali
g. Back rup
h. Ajarkan pasien untuk menggunakan
pakaian
yang longgar
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enhancement
berhubungan dengan selama …. x24jam gangguan pola tidur a. Menjaga kulit agar selalu lembab
pruritus nokturnal pasien teratasi dengan kriteria hasil: b. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal tidur
b. Pola tidur,kualitas dalam batas c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
normal d. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
c. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat sebelum tidur (membaca)
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
yang meningkatkan tidur f. Kolaburasi pemberian obat tidur
4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari
berhubungan dengan selama …. x24jam , diharapkan kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri
persepsi penampilan Pengembangan peningkatan penerimaan b. Identifikasi stadium psikososial terhadap
kulit diri pada klien tercapai dengan kriteria
perkembangan
hasil:
a. Mengembangkan peningkatan kemauan c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
untuk menerima keadaan diri. d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien,
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi bantu klien yang cemas mengembangkan
dalam tindakan perawatan diri. kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
c. Melaporkan perasaan dalam masalahnya.
pengendalian situasi. e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra
d. Menguatkan kembali dukungan positif diri, seperti merias, merapikan
dari diri sendiri. f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan KONTROL INFEKSI
berhubungan dengan selama ....x24 jam status kekebalan Definisi: meminimalkan mendapatkan infeksi
lesi pada kulit pasien meningkat dengan indilaktor: dan transmisi agen infeksi
a. tidak didapatkan infeksi berulang Intervensi :
b. tidak didapatkan tumor a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
c. status rspirasi sesuai yang pasien lain
diharapkan temperatur badan sesuai b. Pertahankan teknik isolasi
yang diharapkan c. Batasi pengunjung bila perlu
d. integritas kulit d. Instruksikan pengunjung untuk mencuci
e. integritas mukosa tangan saat berkunjung dan setelah
f. tidak didapatkan fatigue kronis berkunjung
g. reaksi skintes sesuai paparan e. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
h. WBC absolut dalam batas normal tangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan f. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
selama .....x24 jam psien mengetahui keperawatan
cara cara mengontrol infeksi dengan g. Gunakan universal precaution dan gunakan
indikator:
sarung tangan selma kontak dengan kulit
a. Mendeskripsikan proses penularan
yang tidak utuh
penyakit
h. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
b. Mendeskripsikan faktor yang
i. Berikan terapi antibiotik bila perlu
mempengaruhi terhadap proses
j. Observasi dan laporkan tanda dan gejal
penularan penyakit
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri,
c. Mendeskripsikan tindakan yang
tumor
Dapat dilakukan untuk pencegahan
proses penularan penyakit k. Kaji temperatur tiap 4 jam
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala l. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
infeksi m. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi
e. Mendeskripsikan penatalaksanaan nosokomial
yang tepat untuk infeksi n. Istirahat yang adekuat
o. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci
kulit dengan hati-hati
p. Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
q. Pastikan perawatan aseptik pada IV line
r. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
s. Berikan antibiotik sesuai aturan
t. Ajari pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi dan kalau terjadi melaporkan pada
perawat
u. Ajarkan klien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Daili, E.S.S., Menaldi, S.L., dan Wisnu, I. M. 2005. Penyakit yang Umum di
Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia Indonesia.

Djuanda S, Sularsito. 2010. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.


Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Sunaryanto, A. 2009. Skabies dengan Infeksi Sekunder. [serial online].


https://andikunud.files.wordpress.com/2010/08/skabies.docx [diakses
tanggal 4 Sepetember 2015].
Asuhan Keperawatan
A.    Contoh kasus dengan Scabies
An M usia 12 tahun seorang pelajar kelas 6 SD datang dengan keluhan gatal
pada sela-sela jari tanganya sejak 3 hari yng lalu. Rasa gatal lebih terasa ketika
malam hari. Akibat rasa gatal tersebut klien tidak tahan sehingga sering
menggaruk sela-sela jarinya. namun yang dirasakan klien, garukan tersebut bukan
melegakan namun semakin terasa gatal dan memancing klien untuk terus
menggaruk, sehingga luka tampak semakin memburuk dan terasa nyeri, skala
nyeri 2 dengan gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa mengeliat
seperti ada banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa
keram. Akibat nyeri karena gatalnya tersebut, klien sering mengalami kesulitan
tidur, badan terasa panas dingin.  
Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi
dengan teman sejawatnya yang juga teman satu kamar dan satu tempat tidur di
asrama pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu bersama, disaat kondisi
tersebut teman sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang
lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut,
klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan,
kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa.
Pernyataan klien, akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder ketika
berinteraksi dengan teman-temanya, aktifitasnya juga terganggu untuk menulis
pelajaran dan mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun pondok.
Dari hasil pemeriksaan, inspeksi: pada lesi tampak tererosi, memerah, terdapat
papula dan vesikel. Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam,
mata tampak sayup, dan sering menguap, akral hangat, wajah memerah, tampak
menggigil kedinginan. Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan
kepala tidak menatap wajah lawan bicara dan seolah-olah lesi di jarinya di
sembunyikan, tampak wajah yang sedih dan pernyataanya akibat klien tidak bisa
mengikuti pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak bisa, wajah tampak
menyeringai. Mandi jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi seimbang juga
jarang. Pemeriksaan TTV: TD (90/70 mmHg), N(89 x/mnt), RR(20x/mnt),
S(380C). Dx Medis: Scabies

B.     PENGKAJIAN
1.      Data Subyektif
a.    Identitas               
Nama         : An M
Umur         : 12 tahun
MRS          : 03 Oktober 2014
Pekerjaan   : Pelajar
Dx Medis  : Scabies
b.   Riwayat kesehatan
-       Keluhan utama
Pasien megeluh gatal pada sela-sela jari tanganya
-       Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 03 Oktober 2014 pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-
sela jari tanganya sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan awal sebelum
munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga
teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun
mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang
mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun
karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman
nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih
mereka lakukan seperti  Karena kondisi tersebut klien dibawa keluarga ke
RSUD.NGIMBANG LAMONGAN.
-          Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
-          Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya

2.         Data Obyektif
-          Kondisi umum              : lemah
-          GCS                              : 3-4-5 (composmentis)
-          Observasi TTV             :
TD: 90/70 mmHg         RR: 30x mnt
N  : 80 x/mnt                S   : 38oC
a.       Pemeriksaan Fisik
1.      B1 (Breathing)
-          Inspeksi                  : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada,
dan penggunaan oto bantu napas
-          Palpasi                    : vocal fremitus kanan dan kiri sama
-          Perkusi                    : sonor
-          Auskultasi               : tidak ada suara tambahna (vesicular)
2.      B2 ( Blood)
-          Inspeksi                  : ictus cordis tidak terlihat
-          Palpasi                    : PMI teraba
-          Perkusi                    : pekak
-          Auskultasi               : S1, S2 bunyi tunggal
3.      B3 ( Brain)
-          Kesadaran               :composmentis
-          Penglihatan             :baik
-          Pendengaran           :baik
-          Penciumsn              :baik
-          Perabaan                 :penurunan sensasi raba akibat adanya lesi pada
epidermis jari tangan
4.      B4 (Bladder)
-          Produksi urin          : normal
-          Frekuensi                : lancer (3-4 x/hari)
-          Konsistensi             : cair jernih
-          Bau                         : aroma khas
-          Warna                     : kuning, jernih
5.      B5 ( Bowel)
-          Frekuensi BAB       : 1 x/hari
-          Konsistensi             : lembap, berbentuk
-          Bau                         : aromatik
-          Bissing usus            : normal (10x/mnt)
-          Tidak terdapat distensi abdomen

6.      B6 (Bone)
-          Kemampuan pergerakan sendi       :
sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan gerak, tampak antara sela-sela
jari melebar seperti tertarik dan  ruas sendi pada digit tangan paling atas sedikit
menekuk.
-          Integritas kulit                                :
         Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak
tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel. 
         Akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan
         Mata tampak sayup, dan sering menguap

c.       ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
DS: -          Sarcoples Scabies Gangguan
-          Px -          Sosial ekonomirasa nyaman
mengatakan gatalcelah jari rendah ( nyeri)   
tangan,  rasa gatal lebih -          Hygineyg buruk
terasa ketika malam hari, -          Gizi kurng
karena tidak tahan, klien -          Imunodefisiensi
sering menggaruknya -          Hubungna seksual
-          luka tampak yang promiskuitas
semakin memburuk dan  
terasa nyeri, skala nyeri 2
dengan gambaran: nyeri
terasa gatal, nyut-nyut, dan Menyerang melalui media
terasa mengeliat seperti ada penularan
banyak hewan yang
menggrogoti disela jarinya Tungu membuat
sehingga kadang terasa terowongan pada epidermis
keram  kulit dan meninggalkan lesi

DO: Infeksi pada kulit,


-          Skala nyeri 3 ditemukan papil, vesikel,
(nyeri ringan ) uertika
Nyeri terasa gatal, nyut-  
nyut, menggeliat, dan keram
-          Ekspresi wajah
menyeringai Timbulnya pruritus
-          O: Nyeri noktuknal (semakin terasa
dirasakan sejak 3 hari yang gatal pada malam hari,
lalu kondisilingkungan lembap
namun panas) 
-          P: Nyeri sebab  
luka pada celah jari tangan
akibat garukan
-          Q: Nyeri seperti Akibat adanya
menggeliat dikerubungi perkembangbiakan hewan
hewan, terasa gatal, nyut- didalam lokasi lesi
nyut dan keram  
-          R: Nyeri diarea
celah jari-jari tangan
-          S: Intensitas nyeri Merangsang proses infeksi
3 (nyeri ringan) pada luka tersebut
-          T: Nyeri yang
dirasakan datangnya tiba- Rubor, dolor, color tumor
tiba, dan semakin terasa  
ketika malam hari.   

Timbul sensasi nyeri, dan


rasa gatal, akibatnya muncul
keinginan untuk semakin
menggaruk

Gangguan rasa nyaman


( nyeri)
DS: Sarcoples Scabies Hipertermi
Px mengatakan badan  
terasa panas dingin.   

DO: Menyerang melalui media


-          akral hangat penularan
-          wajah memerah
-          tampak menggigil Infeksi pada kulit
kedinginan.  
-          S(380C)
                     
perlawanan Ag dan AB,
mekanisme autoregulasi
terganggu  

pembuluh darah
mengalami vasodilatasi.
respon tubuh terhadap infeksi
terjadi Color
 

Hipertermi
DS : Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan rasa gatal   integritas kulit
pada celah jari tangan

DO: Menyerang melalui media


-          Pada epidermis penularan
tangan tampak terdapat lesi
pada sela jari, lesi tampak Tungu membuat
tererosi, memerah, terdapat terowongan pada epidermis
papula dan vesikel.  kulit dan meninggalkan lesi
-          Hasil wawancara:
Px mengatakan mandi Infeksi pada kulit,
jarang kadang 1-2 x/hari, ditemukan lesi berupa papil,
makan dengan gizi vesikel, uertika
seimbang juga jarang.  

Timbulnya pruritus
noktuknal
 

Gangguan integritaskulit
DS: Sarcoples Scabies Intoleransi
Px aktifits
mengatakan aktifitasnya Menyerang melalui media
terganggu untuk menulis penularan
pelajaran dan mengikuti
kegiatan baik di sekolah Infeksi pada kulit,
maupun pondok. ditemukan papil, vesikel,
uertika
DO:  
-          Dari hasil
wawancara,pernyataan
klien,  akibat klien tidak Timbulnya pruritus
bisa mengikuti pelajaran noktuknal
secara maksimal, menulis
pun tidak bisa. Merangsang proses infeksi
-          Kemampuan pada luka tersebut
pergerakan sendi:  
         sendi pada jari Luka yang semakin
tangan mengalami menyebar menganggu
keterbatasan gerak aktifitas persendian jari
tangan, sehingga terjadi
         tampak antara keterbatasan gerak jari
sela-sela jari melebar seperti tangan
tertarik  
         ruas sendi pada
digit tangan paling atas
sedikit menekuk. Intoleransi aktifita
DS: Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan sering   istirahat tidur
mengalami kesulitan tidur

DO: Infeksi pada kulit,


-          Pada mata tampak ditemukan papil, vesikel,
membentuk kantong mata uertika
dan menghitam  
-          mata tampak
sayup
-          dan sering Merangsang proses infeksi
menguap pada luka tersebut

Rubor, dolor, color tumor


 

nyeri, rasa gatalyang


meningkat

gangguan istirahat-tidur
DS: Lesi pada jari tangan Gangguan
Px mengatakan akibat akibat infeksi oleh hewancitra tubuh
luka pada jari tanganya, saccoples scabies 
klien tampak minder ketika
berinteraksi dengan teman- Akibat lesi yang menjalar
temanya,   sehingga terjadi keterbatasan
gerak pada persendian jari
DO:  
-          Ketika diajak
wawancara klien tampak
menundukkan kepala tidak Penurunan rasa percaya
menatap wajah lawan bicara diri untuk berinteraksi
-          seolah-olah lesi di dengan lingkungan sekitar 
jarinya di sembunyikan  
-          wajah yang sedih
Gangguan citra tubuh
DS: Ketidaktahuan akan Ketidaktahuan
Klien mengatakan awal penyakit kulit yang dialami:informasi tentang
sebelum munculnya lesi, baik pengertian, tanda gejala,penyakit
klien sering berinteraksi cara penularan, dan
dengan teman pengobatan
sejawatnya yang sedang  
mengalami gatal-gatal pada
kulitnya kurang lebih 10
hari berlangsun. Ketidaktahuan informasi
Namun karena tentang penyakit
ketidaktahuan akan kondisi
tersebut, klien berinteraksi
enjoy dengan teman nya
tanpa ada batasan. Sentuhan
tangan, kadang pinjam
meminjam pakaian masih
mereka lakukan seperti
biasa.

d.      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis
celah jari tangan   
2.       Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap
lesi scabies
3.       Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal
akibat scabies
4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi
jari tangan
5.       Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada
epidermal celah jari tangan
6.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
akibat lesi scabies  pada celah jari tangan
7.       Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa
ingin tahu yang tinggi 

8.      Rencana Asuhan Keperawatan


  Dx keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah
jari tangan  
  Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama1x24 jam
  Kriteria Hasil:
-          Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
-          Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi Rasional
1.      Bina hubungan saling Tercipta saling percaya antara
percaya antara perawat, pasien, perawat, pasien dan keluarga pasien
dan keluarga pasien
2.      Observasi TTV (TD, N, S, Mengetahui perkembangan vital
RR) pasien
3.      Observasi sklaa nyeri: Mengetahui perkembangan nyeri
Skala nyeri numerik: pasien
-          0 (tidak nyeri)
-          1(terasa gatal, nyut)
-          2(terasa melilit/terpukul)
-          3(terasa keram)
-          4(terasa perih)
-          5(terasa tertekan)
-          6(terasa terbakar)
-          7-9(sangat nyeri, dapat
terkontrol)
-          10(sangat nyeri, tidak
terkontral)
*keterangan:
-          Skala ringan (1-3)
-          Skala sedang (4-8)
-          Skala berat (9-10)
4.      Pemberian HE (Health Menurunkan tegangan otot,
Education): meringankan rasa nyeri
-          Ajarkan teknik distraksi-
relaksasi
5.      Berikan obat sesuai yang
diprogamkan: Meringankan rasa nyeri,
-          Analgesic meningkatkan imunitas tubuh
-          Antibikotik terhadap invasi mikroorganisme

  Daignosa keperawatan 2:
Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi
scabies
  Tujuan :
Panas menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
  Kriteria Hasil :
-          Suhu normal (36-37,50C)
-          Bebas dari kedinginan
-          Wajah tidak memerah
Intervensi Rasional
1.      Lakukan tindakan pendekatan
Tercipta saling percaya antara
dan komunikasi pada pasien dan
peawat dan keluarga pasien
keluarga pasien
Mengetahui perkembangan
2.      Observasi tanda-tanda vita vital pasien
(TD, N, S, RR)
3.      Pemberian HE:
-          Anjurkan keluarga
membatasi aktifitas pasien
-          Beri kompres dengan air
Menstabilkan autoregulasi
dingin (air biasa) pada daerah axial,
tubuh
lipat paha, temporal
-          Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat: katun
4.      Berikan obat sesuai yang
diprogamkan:
Menurunkan panas tubuh
-          Paracetamol
-          Cairan RL

  Dx Keperawatan 3:
Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat
scabies
  Tujuan          :
Lesi pada kulit berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 jam
  Kriteria Hasil:
-           Lesi berkurang
-          Menunjukkan regenerasi jaringan
-          Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi Rasional
1.      Lakukan tindakan
Tercipta saling percaya antara
pendekatan dan komunikasi
peawat dan keluarga pasien.
pada pasien dan keluarga pasien
2.      Observasi TTV(TD, N, Mengetahui perkembangan kondisi
S, RR) pasien

3.      Pemberian HE: Mengurangi tingkat lecet pada kulit


-          Cegah apapun yang
menjadi penyebab scabies
-          personal hygine yang
teratur
-          cegah kontak luka
dengan orang lain ataupun
benda disekitarnya 
-          rutin lakukan
pemberian obat penghambat
perkembangbiakan tungau
4.      Berikan obat sesuai
advis dokter: Mengurangi reaksi hipersensitifitas
-          Keluhan gatal-gatal
dapat diberi antihistamin

  Dx keperawatan 4:
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari
tangan
  Tujuan:
Mobilisasi sendi jari tangan bisa dilakukan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2X24 jam
  Kriteria Hasil :
-          pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi Rasional
1.      Anjurkan klien untuk Melatih klien agar dapat
melakukan permainan dan beradaptasi dan mentoleransi
aktivitas yang ringan. terhadap aktifitasnya.
2.      Bantu klien untuk Melatih klien agar dapat
memilih aktifitas sesuai usia, tolerananterhadap aktifitas.
kondisi dan kemampuan.
3.      Ajarkan latihan rentan Meningkatkan kemampuan
gerak sendi mobilisasi pasien secara optimal
4.      Berikan periode Mencegah kelelahan
istirahat setelah melakukan berkepanjangan
aktifitas

  Dx Keperawatan 5:
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah
jari tangan
  Tujuan:
Istirahat tidur tidak terganggu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 jam
  Kriteria hasil:
-           Lingkaran mata tidak mengitam
-          Mata tidak sayup
-          Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
-          Kondisi tubuh yang segar

Intervensi Rasional
1.      Anjurkan klien untuk Melatih klien agar dapat
melakukan permainan dan beradaptasi dan mentoleransi terhadap
aktivitas yang ringan. aktifitasnya.
2.      Pemberian HE (Health Memenuhi pemenuhan kebutuhan
Education) : dasar manusia akan istirahat-tidur
-          Beri suasana
lingkungan yang nyaman dan
aman
-          Berusaha membuat
kondisi fisik maupun psikis
rileks dan tenang
-          Rutin mengobati luka
yang menjadi penyebab utama
gangguan tidur
3.      Pemberian obat sesuai
advis dokter: Merangsang hipotalamus untuk
-          Obat tidur merangsang keinginan untuk tidur

  Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
akibat lesi scabies  pada celah jari tangan   
  Tujuan :
Pasien tidak minder dan rasa percaya dirinya meningkat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1X24 jam
  Kriteia Hasil :
-          Tampak lebih percaya diri
-          Tidak menyembunyikan kekuranganya
-          Menghadap ketika diajak bicara
-          Wajah ceria, menyatakan penerimaan situasi diri
-          Interaksi dengan lingkungan sekitar
-          Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negativf.

Intervensi Rasional
1.      Bina hubungan saling Menjalin keakraban antara
percaya pasien, keluarga dan perawat
Mengajak pasien berintropeksi
diri guna meningkatkan rasa
percaya diri pasien
2.      Mengajak pasien untuk
mereview kembali kehidupan
relaita:
-          Ajak pasien bersadar diri
bahwa diluar sana ada cobaan yang
lebih berat dari pada yang dialami
pasien saat ini.
-          Ajarkan kepada pasien
untuk tetap berlapang dada dan
bersyukur atas semua yang dia
dapatkan saat ini

  Diagnosa keperawatan 7:
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu
yang tinggi
  Tujuan                                 
Pasien mengetahui masalah kesehatanya setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 1X24 jam
  Kriteria Hasil :
-          Pasien memahami masalah kesehatanya: baik pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, penularan, pencegahan,dan engobatanya.
Intervensi Rasional
1.     Bina hubungan saling Terjalin hubungan teraupetik
percaya Memberikan pemahaman
2.      Berikan pemahaman kepada kepada pasien dan keluarga
pasien tentang scabies dan perihal mengenai scabies
penularanya, yang diataranya: khususnya cara penularanya 
-          Kontak langsung atau
kontak kulit dengan kulit misalnya
bejabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.

-          Kontak tak langsung atau


melalui benda (misalnya: Pakaian,
handuk, sprei, bantal dan lain Mencegah terjadinya kondisi
sebagainya). yang lebih berbahaya 
3.     Pemberian HE (pencegahan):
-          Semua baju serta pakaian
harus dicuci dengan air yang sangat
panas dan dikeringkan dengan alat
pengering- panas karena kutu skabies
ternyata dapat hidup sampai 36 jam
pada linen.
-          pasien harus mengoleskan
salep seperti kortikosteroid topika
pada lesi kulit karena skabisida dapat
mengiritasi kulit.
-          Semua anggota keluarga
dan orang yang berhubungan erat
harus diobati secara bersamaan untuk
menghilangkan kutu skabies. Jika
skabies ditularkan lewat hubungan
seks, pasien mungkin memerlukan
pula terapi terhadap penyakit
menular seksual yang juga didapat.

9.      Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara actual, resiko, atau
pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

10.  Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria
hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau
dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita.  (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Cara penularan
(transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak
langsung :
-          Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan sekseual.
-          Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis:
-          Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada
saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau
penjara.
.
III.2 SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar
kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari
kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit menular
salah satunya adalah scabies, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang,
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
Muttaqin Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen.Jakarta: Salemba Medika 
Prabu. 1996. Penyakit-penyakit infeksi umum. Jakarta: Widya Medika
Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasanya. Jakarta: Erlangga 

Anda mungkin juga menyukai