Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovascular
Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai”.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah
ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril
maupun

Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Gowa, November 2017

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.
Latar Belakang

1.2.
Ruang Lingkup Masalah

1.3.
Tujuan Penulisan

1.3.1.
Tujuan Umum

1.3.2.
Tujuan Khusus

1.4.
Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Hipertensi
B. Defenisi
C. Anatomi Fisiologi
D. Etiologi
E. Patofisiologi
F. Tanda dan gejala
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
I. Pencegahan
J. Pengobatan
K. Pemeriksaan penunjang......................................................................

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1. . Pengertian

2.2.2. . Diagnosa keperawatan


2.2.3. . Intervensi

2.2.4. . Implementasi

2.2.5... Evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

 Identitas pasien
 Keluhan utama pasien
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat / keadaan psikososial
 Pemeriksaan Fisik
 Pengkajian pola fungsional
 Data penunjang
 Analisa data
 Diagnosa keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. .............................................................................................................. Pengkajian

4.2. .............................................................................................. Diagnosa keperawatan

4.3.............................................................................................. Perencanaan

4.4................................................................................................................ Pelaksanaan

4.5................................................................................................................... Evaluasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh


dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan
akibat jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik,
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain

(Suyono, 2001, h 453)

Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%, yang
merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi
di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.(Weblog, ririns)

Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40


tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap
awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-
kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas
kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis
bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120
samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)

 RUANG LINGKUP

Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu “Asuhan Keperawatan
pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu” di
RSUD DR.RM Djoelham Kota Binjai.
 TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M
dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr.
RM Djoelham kota binjai.
b. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
 Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
 Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
 Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan
sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
 e. Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai.

 METODE PENELITIAN

a. Study kepustakaan

Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan
dengan pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi

b. Study kasus

Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan


langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.

 Wawancara Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada


kelurga pasien dan juga perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh
keterangan yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
 Dokumentasi Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical
record.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. HIPERTENSI
A. DEFENISI

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada
penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu
resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal
jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran
melalui saluran tubuh.

 Arteri membawa darah dari jantung


 Vena membawa dara ke jantung
 Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya
yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau
arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan
denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali
per menit.

Kecepatan normal denyut nadi per menit :


Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

(Pearce. 2009 : h 151)

Tekanan Darah

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah
yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan
perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan
arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini
menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada
saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

Kecepatan Tekanan

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada
kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang
membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan
diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang
bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole
menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan
tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh
usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah
kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.

C. ETIOLOGI
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan
yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti
umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya ( hipertensi
idiopati). Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na
dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular
renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001
: h 518)

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar


adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin)
kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam
makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang
diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog,
Wikipedia indonesia)

D. PATOFISIOLOGI

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik).
Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya
aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume
jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan
hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi
pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik
peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa
jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.

Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner


juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi
otot jantung.

Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot


jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini

E. TANDA DAN GEJALA

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk
bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi
Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan
tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)

Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)

Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel
kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada
cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa
jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)

F. KOMPLIKASI

Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

G. PENATALAKSANAAN

Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,


pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap
penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin.

Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :


menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer
dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)

H. PENCEGAHAN
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol

2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat
membakar lemak yang berlebihan.

3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)

4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling
sedikit 7 kali dalam seminggu.

5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.

6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang
memiliki riwayat penderita hipertensi.

7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan
stress. (Bambang Sadewo, 2004)

I. PENGOBATAN

Jenis-jenis pengobatan

1. Arti hipertensi non Farmokologis

Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure

 Tumpukan berat badan obesitas


 Konsumsi garam dapur
 Kurangi alkohol
 Menghentikan merokok
 Olaraga teratur
 Diet rendah lemak penuh
 Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2. Obat anti hipertensi

a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input

b. Penyakit beta (B.Blocker)

c. Antoganis kalsium

d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)


e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f. Obat penyekar ben

g. Vasodilatov

3. Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit digeneratif lainnya.

 Mengkurangi konsumsi garam


 Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
 Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada
limfa
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Menjaga kestabilan BB
 Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu
upayahnya.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan


menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi,
biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).

Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine
24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.

(Mansjoer Arif,2000 : 49)

2. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien. (Iyert el, al, 1996)

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan


pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah

1. Aktivitas istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.

Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan


diagnosis

- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)

- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis

- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat

- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia

- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel


kiri / hipertrofi vertical kiri).

3. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik
cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.

Tanda : - Berat badan normal atau obesitas

- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)

- Kongestiva

- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6. Neurosensori

Gejala : - Keluhan pening/pusing

- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang


secara spontan setelah beberapa jam)

- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh

- Gangguan penglihatan

- Episode epistaksis

Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir
atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan

Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi

- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

- Nyeri abdomen / massa

8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja

- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum

Tanda : - Distres respirasi

- Bunyi nafas tambahan

9. Keamanan

Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan

- Hipotesia pastural

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab

Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

B. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang


respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial.
Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh
data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik
tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang
dirasakan oleh klien.

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan


pada pasien dengan hipertensi adalah :

 Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,


vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
 Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat
bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
 Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
 Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
 Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.

C. INTERVENSI ( PERENCANAAN )

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang


dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.

(Aziz Alimul. 2009 : h 106)

Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000)


adalah :

 Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontruksi,
iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis actual.

Intervensi :

· Pantau TD

· Catat keberadaan

· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

· Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan

· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

· Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler

· Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)


· Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik

· Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah
jantung

· Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler

· Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi

· Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit


hipertensi

· Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga
tak menurunkan TD

· Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.

 Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun
dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

· Kaji respon pasien terhadap aktivitas

· Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

· Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

· Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen

· Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

 Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.

Intervensi :
· Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam
dan gula sesuai indikasi

· Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

· Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasionalisasi :

· Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi

· Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat /


memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya

· Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya


peningkatan tekanan vaskuler serebral

· Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala

· Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis

· Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

 Diagnosa IV

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :

· Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

· Saraf laporan gangguan tidur

· Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya

· Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :

· Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa
tubuh

· Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan


yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
· Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil

· Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk


penyesuaian / penyuluhan

· Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan BB 0,5 kg/hari

· Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat


mengontrol perubahan

· Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis

· Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

 Diagnosa V

Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup beragam
d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.

Intervensi :

· Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

· Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal

· Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular

· Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

· Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi
klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari

· Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan


dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik

· Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan
pasien tentang apa yang diinginkan

· Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa
yang tidak menentu dan tidak berdaya.

 Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d


pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :

· Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut

· Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

· Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

· Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan

· Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat

· Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan


penyakit kardiovaskular

· Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan


frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan
beban kerja miokardium.

(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis


keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan
kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

 Diagnosa keperawatan I :

· Memantau TD

· Mencatat keberadaan
· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

· Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan

· Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

 Diagnosa keperawatan II :

· Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

· Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

· Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

 Diagnosa keperawatan III :

· Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,


garam dan gula sesuai indikasi

· Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

· Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

 Diagnosa keperawatan IV

· Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

· Mencatat laporan gangguan tidur

· Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi


untuk mengatasinya

· Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

 Diagnosa keperawatan V

· Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

· Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

· Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler

· Membahas pentingnya menghentikan merokok

 Diagnosa keperawatan VI :

· Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut

· Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional


· Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

E. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:

1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan) (lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

o Diagnosa I

· Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung

· Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima

· Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

o Diagnosa II

· Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

· Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

· Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

o Diagnosa III

· Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol

· Mengungkan metode yang memberikan pengurangan

· Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

o Diagnosa IV

· Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

· Menunjukkan perubahan pola makan


· Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

o Diagnosa V

· Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya

· Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

o Diagnosa VI

· Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

· Mempertahankan Td dalam perimeter normal


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
A. Identitas Pengkajian

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pensiun

Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

Tanggal Masuk : 16 April 2012

No.Register : 06-46-47

Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 17 April 2012

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Keperawatan : Hipertensi

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn.D

Hubungan dengan Pasien : anak

Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun

Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

B. Keluhan Utama

Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala
disertai leher terasa tegang dan kaku.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas

D. Riwayat Masa Lalu

Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang
sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah
faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

F. Riwayat Keadaan Psikososial

Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat


optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT,
pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki exit (meninggal)

: Perempuan exit (meninggal)

: Tinggal satu rumah


: Hubungan / pertalian keluarga

: Penderita / pasien

Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang
tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien
meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat
10 jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci
sebagai beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak
perempuan tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak
ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit
umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan
meninggal karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak
kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak
kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.

Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan,
belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.

G. PEMERIKSAAN FISIK

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 350c

Keadaan umum : Lemah

Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih

Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan


prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya

TB : 178 cm

BB : 94 Kg

Ciri Tubuh : Gemuk


H. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

a. Kepala

Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe

b. Penglihatan

Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai

c. Penciuman

Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan

d. Pendengaran

Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan
dan pendarahan

e. Mulut

Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan

f. Pernafasan

Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan

g. Jantung

Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada

h. Abdomen

Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar

i. Ekstremilasi

pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

j. Pola Kebiasaan

 Nutrisi

Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada. Sesudah masuk Rumah Sakit pola
makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan
makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
 Eliminasi

BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek

Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek

BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari

Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

 Pola Istirahat

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,

Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa
tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan
pucat.

 Pola Aktivitas

Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah
sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

 Personal Hygine

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.

 Therapy

Infus RL : 20 gtt/i

Furosemide : 1 amp/12 jam

Amlodepine : 2 x 10 mg

Dulculax syrp :3x1

Cotrimoxazole : 3x4 80 mg

B.Laxadine : 3x1

Ludios : 2x1

Sohobion : 2x1
I. DATA PENUNJANG

Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :

NO Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

NO Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi
J. ANALISIS DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: Pasien mengatakan kepala Peningkatan tekanan Gangguan rasa
pusing, dan leher terasa tegang. darah nyaman nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2 DS: Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis diet Gangguan pola
makan nutrisi
DO: pasien tampak lemah, Makanan
yang di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata tidur
cekung, tidur malam + 2 jam pasien
susah tidur siang
4 Ds : pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola
kakinya susah digerakkan aktivitas

Do : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak
meringis kesakitan, kondisi badan lemah.

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3
porsi

3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung,
tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang

4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

K. DIAGNOSA

Nama : Tn.M

Umur : 60 Tahun

Ruang : Mengkudu

No.Reg : 06-46-47

Tabel Asuhan Keperawatan

N DATA DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN IMPLENTASI EVALU


O KEPERAWAT INTE RASIO ASI
AN RVE NALIS
NSi ASI
1 DS: Gangguan Nyeri
Pasien rasa dan Mengatur
mengatak nyaman pusing posisi
an kepala nyeri b/d hilang pasien
pusing, peningkatan ·
dan tekanan Memberika
leher darah d/d n istirahat
terasa pasien yang cukup
tegang. tampak ·
meringis Menganjurk
DO: : Px kesakitan, an pasien
tampak kondisi untuk
meringis badan menghindar
kesakitan lemah. i makanan
, kondisi TD : yang
badan 170/100 mengandun
lemah mmHg g garam
Pols : ·
TD : 90 x/i Berkolabora
170/100 RR : si dengan
mmHg 22 x/i dokter
Temp : dalam
Pols : 90 370C pemberian
x/i obat :

RR : 22 Furosemide
x/i = 1 amp/12
jam
Temp : Amlodepine
370C = 2 x 10 mg
2 DS: Gangguan Kebutuh ·
Pasien pola nutrisi an Memberika
mengatak b/d nutrisi n makan
an tidak perubahan terpenu pasien
selera jenis diet hi sedikit tapi
makan d/d sering
Makanan ·
DO: yang di Memberika
pasien sajikan n makanan
tampak habis 1/3 yang hangat
lemah, porsi ·
Makanan Memberika
yang di n makanan
sajikan yang
habis 1/3 berpariasi
porsi · Memberi
penjelasan
tentang
manfaat
makanan
3 DS: Gangguan ·
Pasien istirahat Istirahat Memberika
mengatak tidur b/d tidur n pasien
an susah efek pasien ruangan
tidur hospitalisasi terpenu yang
d/d pasien hi nyaman
DO: tampak ·
pasien pucat, mata Membatasi
tampak cekung, jamberkunj
pucat, tidur malam ung
mata + 2 jam · Batasi
cekung, susah tidur jumlah
tidur siang pengunjung
malam + ·
2 jam Menghinda
pasien ri keributan
susah ·
tidur Merapikan
siang tempat
tidur pasien
setiap hari
4 Ds : Gangguan aktivitas membantu
pasien pola pasien aktivitas
mengatak aktivitas b/d terpenu pasien
an kedua kelemahan hi -
kakinya fisik d/d -
susah pasien Memberi
digerakka tampak posisi yang
n susah nyaman
Do : melakukan semi fowler
aktivitas aktivitas, -
paiens di semua Mendekatk
bantu aktivitas an barang-
oleh dibantu barang
keluarga oleh yang
dan keluarga dibutuhkan
perawat dan pasien
perawat
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh


pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan
kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh
dengan mudah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3


diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6
diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi,
iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosa

2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan
tulangn secara spontan

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh

5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam
d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang


pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemas.

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3
porsi

3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung,
tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang

4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
dan perawat.

Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang


tidak terdapat pada tinjauan kasus

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada
penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung

2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai mekanisme
koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik
dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan oleh tim
medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada
tinjauan teoritis

1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung,
tidur malam + 4 jam susah tidur siang

C. PERENCANAAN

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi


permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar
asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-benar
berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.

D. PELAKSANAAN

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan
yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis
juga tersedianya fasilitas yang memadai.

E. EVALUASI

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px,
dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi


yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai. Selanjutnya penulis akan
menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada
klien dengan hiperetensi.

Kesimpulan

- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90
mmHg

- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang
lanjut usia

- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus

- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan


keperawatan dalam proses penyembuhan.

B. SARAN
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa
diperhatikan

- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan
dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti

- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan


tersebut

- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim
medis dalam proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta

Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi

C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta

Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta

Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.

Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI

p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER

Http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi

Anda mungkin juga menyukai