Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya


berkat limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan
Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai”.
            Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam
penulisan laporan ilmiah ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik dalam bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.      

Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah
diri. Semoga laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita
semua. Amiin

                                                                                        Binjai,         April 2012

                                                                                                                 Tim
Penulis
BAB   I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan


utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer,
yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)

            Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi


hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil
peneltian dari MONICA (multinational monitoring kardiovascular diseases),
angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia
saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)

Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi


mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang
penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit
kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat
mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis.
(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi
ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik.
Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
(Mansjoer, 2001 : h 441)

            Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun


atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih
awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada
situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke
normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat
bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita
membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran
normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil”
hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak,
bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.
(Hans p. wolf. 2006 : h 63)

            Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih  tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi
bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam
jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1.2              Ruang lingkup

Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di
Ruang Mengkudu” di RSUD DR.RM Djoelham Kota Binjai.

1.3              Tujuan Penulisan

1.3.1    Tujuan Umum

Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada


Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu
RSUD Dr. RM Djoelham kota binjai.

1.3.2        Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan gangguan


sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham
kota Binjai
b.      Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
c.       Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai
d.      Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan
sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham
kota Binjai
e.       Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota
Binjai.
1.4       Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah
metode kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan
cara :
a.       Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca  dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan
berhubungan dengan pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b.      Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan
keperawatan langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan
dokumentasi.
-          Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien
dan juga perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang
jelas, baik subjektif maupun objektif.
-          Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB    II
TINJAUAN TEORITIS

2.1       Hipertensi

2.1.1    Definisi

            Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan


kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan
darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli
apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)

            Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah
tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh
utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h
582)

            Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah


seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini
adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit
hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan
dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)

            Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,
wikipedia indonesia)

2.1.2    Anatomi Fisiologi
            Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
            Arteri membawa darah dari jantung
            Vena membawa dara ke jantung
            Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran
limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

            Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan
denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.

Kecepatan normal denyut nadi per menit :


Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
 (Pearce. 2009 : h 151)

Tekanan Darah

            Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa
darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada
sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara mengadakan
kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya
sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan
aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

Kecepatan Tekanan

            Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh


darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan
sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan
otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan  dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan
yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari
vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi
pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia
dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh
darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
            Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang
dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat
sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah
dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran
aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur
melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi.
(Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

2.1.3    Etiologi
            Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.      Hipertensi  esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis.
Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2.      Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi
vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
(Arif Manjoer. 2001 : h 518)

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada


kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog,
Wikipedia indonesia)

2.1.4    Patofisiologi

            Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi


(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan
akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya
rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir
adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
            Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1.      Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2.      Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan
gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas
mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

2.1.5    Tanda dan Gejala

            Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik


lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri
bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila
sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif
Mansjoer. 2001 : h 442)
            Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada
stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti.
(Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
            Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik
masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya
menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala
disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk
kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)

2.1.6    Komplikasi
           
            Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa
berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan,
gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

2.1.7    Penatalaksanaan

            Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,


pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin.
            Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu
: menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan
aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan
tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)

2.1.8    Pencegahan

1.      Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol


2.      Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3.      Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera
di kurangi)
4.      Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda
paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5.      Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6.      Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg
yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7.      Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)

2.1.9    Pengobatan

            Jenis-jenis pengobatan

1.      Arti hipertensi non Farmokologis

     Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation


evalution treatmori of high blood preasure
a.       Tumpukan berat badan obesitas
b.      Konsumsi garam dapur
c.       Kurangi alkohol
d.      Menghentikan merokok
e.       Olaraga teratur
f.       Diet rendah lemak penuh
g.      Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2.      Obat anti hipertensi


a.       Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b.      Penyakit beta (B.Blocker)
c.       Antoganis kalsium
d.      Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e.       Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f.       Obat penyekar ben
g.      Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)

3.      Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
         Mengkurangi konsumsi garam
         Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
         Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada
limfa
         Menghentikan kebiasaan merokok
         Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu
upayahnya.

2.1.10  Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi


bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI,
dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens
kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)

2.2       Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)

2.2.1    Pengkajian

            Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui


kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)


adalah
1.      Aktivitas istirahat
Gejala    :  Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda    :  -  Frekuensi jantung meningkat
                                    -  Perubahan trauma jantung (takipnea)

2.      Sirkulasi
Gejala    :  Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda    :  -  Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan
diagnosis
                 -    Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
                 -    Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
                 -    Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
                 -    Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
                 -    Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri /
hipertrofi vertical kiri).

3.      Integritas ego
Gejala   :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda    :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4.      Eliminasi
Gejala   :  Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5.      Makanan/Cairan
      Gejala   :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun)
riwayat pengguna diuretik.
Tanda    :  -  Berat badan normal atau obesitas
           -  Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
           -  Kongestiva
           -  Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6.      Neurosensori
                   Gejala    :  -  Keluhan pening/pusing
-    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
           -  Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
           -  Gangguan penglihatan
           -  Episode epistaksis
Tanda    :  -  Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir
atau memori.

7.      Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala    :  -    Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
                 -    Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
                 -    Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
                 -  Nyeri abdomen / massa

8.      Pernapasan
Gejala    :  -    Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
                 -    Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda    :  -    Distres respirasi
                 -    Bunyi nafas tambahan
                 -  Sianosis

9.      Keamanan
Gejala    :  -    Gangguan koordinas / cara berjalan
                 -    Hipotesia pastural
Tanda    :  -    Frekuensi jantung meningkat
                 -    Perubahan trauma jantung (takipnea)

10.  Pembelajaran/Penyebab
Gejala   :     Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

2.2.2    Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,


keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
            Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik
tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua
diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut Nanda
diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan
tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan
oleh klien.
            Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang
mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan
adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa
waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang
kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal
untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi
atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah,
meminta informasi.

2.2.3    Perencanaan

            Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan


yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah
pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
            Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes
et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan
adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.

Intervensi :

         Pantau TD
         Catat keberadaan
         Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
         Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

         Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler
         Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
         Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
         Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan
curah jantung
         Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
         Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
         Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan
penyakit hipertensi
         Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang
sehingga tak menurunkan TD
         Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam
jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital.
Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

         Kaji  respon pasien terhadap aktivitas


         Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
         Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

         Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu


keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
         Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang


kelebihan atau kelemahan.

Intervensi :

         Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,


garam dan gula sesuai indikasi
         Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
         Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :

         Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi


         Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat /
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komlikasinya
         Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
         Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
         Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis
         Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV

            Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan


dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :

         Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


         Saraf laporan gangguan tidur
         Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi
untuk mengatasinya
         Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :

         Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh
         Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan
kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
         Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil
         Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian / penyuluhan
         Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
         Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
         Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
         Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Diagnosa V

            Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional,


perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi
atau meminta bantuan.

Intervensi :

         Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


         Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
         Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
         Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

         Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi


hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
         Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
         Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan
pasien tentang apa yang diinginkan
         Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV

            Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana


pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima
informasi

Intervensi :

         Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut
         Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
         Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

         Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu,


maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
         Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
         Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskular
         Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan
frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan
meningkatkan beban kerja miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4    Implementasi

            Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai


strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz
Alimuml. 2001 : h 11)
            Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan
penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai
keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama
tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

Diagnosa keperawatan I :

         Memantau TD
         Mencatat keberadaan
         Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
         Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan
lingkungan
         Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

         Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas


         Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
         Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

         Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan


lemak, garam dan gula sesuai indikasi
         Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
         Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

         Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


         Mencatat laporan gangguan tidur
         Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
         Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

         Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


         Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
         Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
         Membahas pentingnya menghentikan merokok
Diagnosa keperawatan VI :

         Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut
         Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
         Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5    Evaluasi
            Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul.
2009 : hi 12)
            Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1.      Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2.      Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

            Diagnosa I

         Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung


         Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
         Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Diagnosa II

         Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan


         Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
         Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

         Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol


         Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
         Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

         Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan


         Menunjukkan perubahan pola makan
         Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

         Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya


         Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

         Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen


         Mempertahankan Td dalam perimeter normal
BAB    III
TINJAUAN KASUS

3.1       Pengkajian

3.1.1    Identitas Pasien

a.       Identitas Pengkajian

Nama                                 :  Tn.M

Jenis Kelamin                    :  Laki-laki

Umur                                 :  60 Tahun

Status Perkawinan                        :  Kawin

Agama                               :  Islam

Pendidikan                                    :  SMA

Pekerjaan                           :  Pensiun

Alamat                              :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

Tanggal Masuk                  :  16 April 2012

No.Register                       :  06-46-47

Ruangan/Kamar                :  Mengkudu (K2B2)

Golongan Darah                :  O

Tanggal Pengkajian           :  17 April 2012


Tanggal Operasi                :  -

Diagnosa Keperawatan     :  Hipertensi
b.      Penanggung Jawab

Nama                                 :  Tn.D

Hubungan dengan Pasien :  anak

Pekerjaan                           :  PNS

Umur                                 :  25 Tahun

Alamat                              :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

3.1.2    Keluhan Utama

            Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada


tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.

3.1.3    Riwayat Kesehatan Sekarang

            Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn


mengkudu dengan keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk
terasa tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.

3.1.4    Riwayat Masa Lalu

            Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987
dengan kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses
penyembuhan

3.1.5    Riwayat Kesehatan Keluarga

            Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita


pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita
hipertensi ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal
dengan riwayat penyakit hipertensi.

3.1.6    Riwayat Keadaan Psikososial

            Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya,


pasien sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa
kepada Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga
dan saudara.

Genogram
Keterangan  :

            :  Laki-laki

            :  Perempuan

            :  Laki-laki exit (meninggal)

            :  Perempuan exit (meninggal)

            :  Tinggal satu rumah

            :  Hubungan / pertalian keluarga


            :  Penderita / pasien

            Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah


meninggal, orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker
hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil
perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari
kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak
pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut
meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-
laki adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit
umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki
dan meninggal karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-
laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh
perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.
            Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki
yang sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka
tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga.
Sementara riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan
orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker
hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari
delapan saudara pasien tersebut.

3.1.7    Pemeriksaan Fisik

TD       :  170/100 mmHg
Pols     :  90 x/i
RR       :  22 x/i
Temp   :  350c

Keadaan umum           :  Lemah
Penampilan                  :  Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran                   :  Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB                               :  178 cm
BB                               :  94 Kg
Ciri Tubuh                   :  Gemuk

3.1.8    Pengkajian Pola Fungsional

a.       Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b.      Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik
tidak dijumpai
c.       Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-
bauan
d.      Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e.       Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f.       Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g.      Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
h.      Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i.        Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j.        Pola Kebiasaan
1.      Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari, makanan
kesukaan  yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis
1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.

2.      Eliminasi
BAB       :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK      :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3.      Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2
jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga
klien tampak kusam dan pucat.

4.      Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

5.      Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali
kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6.      Therapy
Infus RL                           : 20 gtt/i
Furosemide                       : 1 amp/12 jam
Amlodepine                      : 2 x 10 mg
Dulculax syrp                    : 3 x 1
Cotrimoxazole                   : 3x4 80 mg
B.Laxadine                       : 3x1
Ludios                               : 2x1
Sohobion                           : 2x1

3.1.9    Data Penunjang

            Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai


berikut :

No Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi
3.1.10  Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1    Pasien mengatakan kepala pusing, Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman
dan  leher terasa tegang. darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    Pols  :  90 x/i
    RR    : 22 x/i
    Temp : 370C
DS:  Pasien
2 mengatakan tidak selera makan Perubahan jenis diet Gangguan  pola  nutrisi
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS:  Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat tidur
 pasien tampak pucat, mata cekung, tidur

malam + 2 jam  pasien susah


tidur siang
4   : pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola aktivitas

kakinya susah digerakkan

Do  : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan  tekanan darah  d/d pasien tampak meringis


kesakitan, kondisi badan lemah.
        TD : 170/100 mmHg
        Pols  :  90 x/i
        RR    : 22 x/i
        Temp : 370C
2.  Gangguan pola nutrisi b/d perubahan  jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3.  Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 2 jam, pasien  susah tidur siang
4.  Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai
dengan  aktivitas pasien  dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11  Diagnosa  Keperawatan
            Nama               :  Tn.M
            Umur               :  60 Tahun
            Ruang              :  Mengkudu
            No.Reg            :  06-46-47

 Tabel Asuhan Keperawatan


N DIAGNOSA PERENCANAAN
DATA TUJUAN
O KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONA
1    Pasien mengatakan kepala
Gangguan rasa nyaman nyeri Nyeri dan    Atur posisi semifowler    Dengan men
pusing, dan  leher terasa b/d peningkatan pusing pasien semi fowl
tegang. tekanan darah hilang     Berikan istirahat yang diharapkan pa

d/d pasien tampak cukup nyaman


DO: : Px tampak meringis     Anjurkan pasien untuk    Dengan
meringis kesakitan,
kesakitan, kondisi menghindari makanan istirahat ya
kondisi badan
yang mengandung diharapkan ras
badan lemah lemah. garam berkurang
    TD    : 170/100 mmHg    TD : 170/100
    Kolaborasi dengan    Dengan
    Pols  :  90 x/i mmHg dokter dalam makanan yang
    RR    : 22 x/i     Pols  :  90 x/i pemberian obat garam dihara

    Temp : 370C menghindari


    RR    : 22 x/i
tekanan darah
    Temp : 370C     Dengan
dengan dokte
pasien
penanganan leb
DS:  Pasien
2 mengatakan tidak Gangguan pola nutrisi Kebutuhan      Beri makan pasien      Dengan memb
selera makan b/d perubahan jenis nutrisi sedikit tapi sering makan pasien
diet d/d Makanan yang terpenuhi       Beri makanan dalam sering dihar
DO: pasien tampak lemah, di sajikan habis 1/3 keadaan hangat mudah mence
Makanan yang di sajikan habis porsi       Beri makanan yang yang dimakann
1/3 porsi berpariasi       Dengan
      Beri penjelasan makanan dal
tentang manfaat hangat dihar
makanan menambah n
pasien
      Dengan
makanan yan
diharapkan p
bosan dengan m
disediakan
      Dengan
penjelasan m
pasien, ag
mengetahui
makanan

3 DS:  Pasien mengatakan Gangguan istirahat Istirahat     Beri pasien ruangan    Dengan memb


susah tidur tidur b/d efek tidur yang nyaman ruangan yan
hospitalisasi d/d pasien pasien     Batasi jam berkunjung diharapkan pa
DO: pasien tampak pucat, tampak pucat, mata terpenuhi pasien ; pagi jam 10-12 nyaman
mata cekung, tidur cekung, tidur Sore 16-17     Dengan mem
malam + 2 jam  pasien malam + 2 Malam 19-21 berkunjung
    Batasi jumlah pasien dapat be
susah tidur siang jam susah tidur
pengunjung     Dengan mem
siang
    Hindari keributan pengunjung
    Rapikan tempat tidur merasa tenang
pasien
    Dengan
keributan diha
dapat beristir
nyaman
    Dengan mera
tidur pasien
diharapkan
meningkatkan
pasien setiap h

4   : pasien mengatakan Gangguan pola aktivitas     Bantu aktivitas-       Dengan


pasien
kedua kakinya susah aktivitas b/d pasien membantu p
terpenuhi
digerakkan kelemahan fisik d/d     Beri posisi yang berativitas
Do  : aktivitas paiens di pasien tampak nyaman semi Agar kedua
bantu oleh keluarga susah melakukan fowler pasien  tidak
dan perawat aktivitas, semua          Dekatkan barang- kaku
aktivitas dibantu barang dibutuhkan -      Dengan mem
oleh keluarga dan pasien posisi semifo
perawat harapkan dap
mengurangi
pada pasien
       Pasien dapat
barang-barang
diperlukan pas
BAB    IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.

4.1       Pengkajian

                        Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh


pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data
dapat diperoleh dengan mudah.

4.2       Diagnosa Keperawatan

            Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka


ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan
teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :

1.      Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosa
2.      Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat
bangun tidur dan tulangn secara spontan
3.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4.      Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5.      Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
6.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemas.
        TD : 170/100 mmHg
        Pols  :  90 x/i
        RR    : 22 x/i
        Temp : 370C
    
2.  Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3.  Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 2 jam   pasien susah tidur siang
4.  Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan
teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus

1.      Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena
px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung
2.      Mekanisme koping  b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi
atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px
mempunyai mekanisme koping yang baik
3.      Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik
dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan
oleh tim medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak


ditemukan pada tinjauan teoritis

1.  Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 4 jam  susah tidur siang

4.3       Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi


permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih
rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi
dengan optimal.

4.4       Pelaksanaan
            Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada
perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal
ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik antara
penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang
memadai.

4.5       Evaluasi
                
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan
keluarga px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat
diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
BAB    V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan

            Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien


hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai.
Selanjutnya penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan
mutu asuahan keperawatan pada klien dengan hiperetensi.

            Kesimpulan
-          Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg
-          Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada
orang yang lanjut usia
-          Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada
pada tinjauan kasus
-          Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.

5.2       Saran

-          Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar
pasien merasa diperhatikan
-          Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
-          Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut
-          Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga
pasien, tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta


Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi
C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika,
Jakarta.
Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI
p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER
Http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi

Anda mungkin juga menyukai